แชร์

77. Asa yang Tertinggal

ผู้เขียน: Elita Lestari
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-27 12:00:00

Adhinata dibawa ke batas kesadaran yang tak pasti, tubuhnya lunglai di atas ranjang, napasnya sesekali terdengar terputus-putus. Adrian bergerak cepat, memeriksa peralatan yang terhubung pada tubuh keponakannya, sementara tangannya yang cekatan menekan tombol panggil darurat di sisi ranjang.

Haidar mengatur mereka yang bersamanya dengan efisiensi seorang pemimpin. Liana menggandeng Nadira keluar, mencoba menenangkan gadis itu meskipun dirinya sendiri hampir kehilangan kendali. Nadira tidak melawan, tetapi tubuhnya gemetar, dan matanya terus mengarah ke pintu kamar rawat yang kini tertutup rapat.

Di dalam ruangan, perawat tiba beberapa menit kemudian dengan sebuah troli berisi peralatan portable untuk memonitor kondisi vital Adhinata. Adrian menyambut mereka dengan cepat.

"Ambil satu set monitor tambahan. Kita butuh data lengkap kondisi jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Bawa juga ultrasound portable—saya khawatir ada trauma pada organ dalam," ujarnya

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • JODOHKU GURU GALAK   78. Hari Penting

    Adhinata membuka matanya perlahan. Cahaya putih dari lampu kamar rawat menyilaukan pandangannya sesaat. Setelah beberapa detik, ia mulai sadar sepenuhnya akan tempatnya berada, setelah tertidur beberapa jam. Ruangan itu sunyi, hanya terdengar bunyi alat monitor yang terus berdetak."Nata?" Suara Adrian terdengar jelas dari sisi ranjang. Pria itu segera mendekat, memastikan keponakannya sudah bangun. "Bagaimana perasaanmu?"Adhinata mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terasa berat. Napasnya masih sedikit sesak, dan ada nyeri tumpul di punggung bawahnya."Seperti ... dihantam truk," jawabnya pelan.Adrian menghela napas, lalu memeriksa layar monitor. "Aku juga heran. Kamu itu terjatuh di pinggir kolam karena pingsan. Begitu laporan yang masuk ke tim dokter. Tapi kondisi kamu seperti habis dibanting dari lantai sepuluh."Syukurlah kamu sadar, setelah bolak-balik pingsan. Tapi dengar, kamu nggak boleh bergerak terlalu banyak. Kondisimu masih jauh dari ka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-27
  • JODOHKU GURU GALAK   79. Bingkisan Istimewa

    "Wow! Apa ini?"Seruan Nadira membahana begitu pintu kamarnya terbuka lebar. Ia berdiri terpaku di ambang pintu, menatap pemandangan tak biasa yang menyambutnya.Kamar yang biasanya rapi kini dipenuhi berbagai macam bingkisan yang tertata dengan begitu indah. Kotak-kotak besar berbalut pita emas, keranjang buah dengan hiasan bunga segar, serta berbagai bungkusan kecil yang disusun rapi di meja belajar dan kasur.Pak Wirawan, yang berdiri di belakang Nadira, tersenyum kecil melihat reaksi putrinya. "Itu semua dari Adhinata," katanya tenang.Nadira menoleh cepat. "Dari Mas Nata?" tanyanya setengah tidak percaya.Pak Wirawan hanya mengangguk. Nadira melangkah ke dalam kamar dengan langkah perlahan, matanya berkeliling untuk mencermati semua bingkisan itu. Jari-jarinya menyentuh salah satu keranjang buah yang ditata cantik. Apel merah mengkilat, anggur hijau segar, jeruk manis, hingga stroberi dalam wadah transparan."Mas Nata benar-benar ...,"

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-27
  • JODOHKU GURU GALAK   80. Kebebasan Bersyarat

    Sunyi.Hanya suara detak jarum jam di dinding dan desing halus pendingin ruangan yang memenuhi kamar rawatnya. Sudah satu minggu berlalu, sejak hari pertunangan, tetapi Adhinata masih setia menghuni kamar rawatnya.Cahaya matahari siang menembus jendela dengan tirai yang sedikit tersibak, memberikan nuansa hangat di ruangan putih itu.Namun, tak ada kehangatan di dalam diri Adhinata. Sosok itu hanya berbaring di tempat tidur, dengan selimut putih yang menutupi separuh tubuhnya.Matanya menatap lurus ke depan, menembus dinding seolah di baliknya ada sesuatu yang tak terlihat oleh mata orang lain. Pandangannya kosong. Pikiran Adhinata seakan berkelana jauh, meninggalkan raganya yang masih di rumah sakit.Ketika Adrian kembali memasuki ruangan setelah menangani pasien lain, langkahnya langsung terhenti di ambang pintu. Pandangannya jatuh pada sosok Adhinata yang begitu diam."Nata?" panggil Adrian dengan nada ringan.Tidak ada jawaban.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-27
  • JODOHKU GURU GALAK   81. Perawat Baru, Masalah Baru

    Keesokan harinya, sesuai kesepakatan, Dokter Adrian dan tim melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap Adhinata. Hasilnya memuaskan, seperti yang sudah diperkirakan Adrian. Tidak ada tanda-tanda komplikasi fisik, dan kondisi Adhinata cukup stabil untuk meninggalkan rumah sakit.Namun, suasana di kamar rawat itu tetap tegang. Adhinata duduk di tepi tempat tidur, mengenakan pakaian kasual sederhana—kaus abu-abu dan celana bahan hitam—yang telah disiapkan oleh Adrian. Di hadapannya, Adrian berdiri dengan tangan terlipat di dada, sementara Dokter Irawan memegang sebuah clipboard, mencatat sesuatu dengan serius."Semua hasil tes bagus. Anda boleh pulang hari ini," ujar Dokter Irawan sambil menutup clipboard-nya. "Tapi seperti yang sudah disepakati, ada syaratnya."Adhinata hanya mendengkus pelan. "Saya tahu. Perawat di rumah, kan? Kalau itu yang diperlukan, baiklah."Adrian tidak langsung menyahut. Ia hanya mengangkat alis, menatap keponakannya yang jelas tidak antusias dengan keputusan ini

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28
  • JODOHKU GURU GALAK   82. Menjaga Perasaan

    "Mas Nata?!"Nadira mematung di ambang pintu, pandangannya terpaku pada tangan Siska yang masih sibuk mengusap noda basah di dada Adhinata. Suasana seketika berubah canggung. Adhinata menoleh cepat ke arah Nadira, wajahnya memancarkan keterkejutan, diikuti rasa tak nyaman yang sulit disembunyikan."Nadira?" suara Adhinata serak, seperti baru saja kehilangan kendali atas situasi.Siska menyadari kehadiran Nadira dan segera menarik tangannya dari dada Adhinata, menyadari posisi mereka bisa disalahartikan. Dia berdiri dengan kaku dan memberi anggukan sopan."Ada tamu rupanya," gumam Siska."Tamu?!" Nadira terpekik. Dia calon istri Adhinata dibilang tamu, lalu apa yang dilakukan wanita tak dikenal ini bersama calon suaminya?!Menyadari atmosfer yang berubah, Siska pun buru-buru pamit."Maaf, saya permisi dulu kalau begitu," ucap Siska dengan suara tenang, sembari meraih nampan di atas nakas dan membawanya keluar.Kini hanya ada Nadira dan Adhinata di kamar itu. Gadis itu masih berdiri di

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28
  • JODOHKU GURU GALAK   83. Simpul Kepercayaan

    Sore itu, meskipun ketegangan antara Nadira dan Adhinata mulai mereda, suasana tetap terasa sedikit canggung. Nadira memilih duduk di sofa kecil di sisi kamar, mengamati Adhinata yang kini terlihat lebih santai. Namun, di dalam hatinya, dia masih merasa ada sesuatu yang mengganjal."Mas, boleh aku di sini lebih lama?" tanya Nadira, mencoba memecah keheningan.Adhinata mengangkat pandangannya dari buku yang baru saja dibuka. "Kamu nggak perlu nanya, Sayang. Tentu boleh. Tapi nggak ada yang cari kamu di rumah? Sudah bilang ayah, Mbok Ras, sama Pak Supri?""Ayah, sih, gampang nanti aku WA. Kalau Pak Supri, mah, udah tahu. Kan tadi Pak Supri yang nganter ke sini. Aku bilang mau menjenguk Mas juga pas telepon Mbok Ras. Dan mereka ngerti. Lagi pula, aku bawa baju ganti kok, jadi nggak perlu buru-buru pulang," jawab Nadira sambil menunjukkan tas sekolah yang dibawanya tampak menggembung besar."Itu tas dari saya?" Adhinata tak dapat menyembunyikan senyum

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28
  • JODOHKU GURU GALAK   84. Dalam Gelap, Dalam Dekap

    "Mas, aku nginep sini, boleh, ya?"Adhinata mendongak mendengar Nadira bicara demikian. Pria itu tersenyum samar, lalu bertanya, "Kenapa?""Ya enggak kenapa-napa." Gadis itu malas menjelaskan. Masa iya, gitu aja gak peka, sih, Mas?!"Apa yang kamu khawatirkan?" pancing Adhinata."Enggak khawatirin apa-apa, sih. Pengin aja. Kangen masa-masa nginep di sini." Gadis itu berkilah.Adhinata tertawa kecil. "Kalau kamu takut saya dan Siska ngapa-ngapain, tenang aja, nanti Om Adrian ke sini."Nadira menunduk, memainkan ujung baju, "Mas segitu gak maunya, ya, aku nginep di sini.""Hei, bukan begitu," ujar Adhinata lembut. Lalu dia meminta Nadira mendekat, duduk di sampingnya, yang kini bersandar kepala ranjang. Sang gadis yang semula duduk di sofa pun tak menolak."Kamu kan harus belajar, harus nyiapin jadwal buat besok sekolah, dan harus istirahat dengan benar. Biar fit pas latihan renang. Kalau di sini, nanti yang ada s

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28
  • JODOHKU GURU GALAK   85. Bocil vs Susis

    Pagi datang dengan tenang, meninggalkan hujan deras dan mati lampu semalam sebagai cerita. Matahari mulai menyusup ke sela tirai kamar Adhinata, menyinari ruangan sederhana yang kini dipenuhi kehangatan dengan penghuni tambahan.Adhinata sudah terjaga lebih dulu, duduk bersandar di ranjangnya sambil menatap Nadira yang masih tertidur di sofa kecil di pojok kamar. Gadis itu tampak lelap dengan posisi meringkuk, memeluk bantal dengan wajah polos. Semalam Adhinata meminta Nadira ikut tidur bersamanya di ranjang, tetapi gadis itu menolak."Tidurnya kayak anak kecil, tapi keras kepala seperti ibu-ibu," gumam Adhinata sambil tersenyum tipis.Tak lama, Nadira menggeliat pelan, kelopak matanya membuka perlahan. Dia memandang ke arah Adhinata yang menatapnya. "Mas udah bangun? Kok nggak bangunin aku?" tanyanya dengan suara serak khas baru bangun tidur."Kan katanya mau nemenin dan jagain saya. Harusnya kamu yang bangun duluan," balas Adhinata sambil tersen

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28

บทล่าสุด

  • JODOHKU GURU GALAK   120. Romansa di Kapal Pesiar

    Hari berikutnya, Nadira tidak menyangka sang suami memberi kejutan lagi dengan perjalanan menuju pelabuhan Benoa. Adhinata mengajak Nadira naik kapal pesiar mewah yang akan membawa mereka mengarungi lautan selama tujuh hari tujuh malam."Mas?!" Nadira menatap suaminya dengan raut tak percaya.Adhinata tak berbicara. Ia menggenggam tangan Nadira erat saat mereka menaiki tangga menuju dek utama kapal pesiar. Kapal mewah itu bersandar di pelabuhan dengan megah, tampak seperti istana yang mengapung. Cahaya lampu kristal yang memancar dari dalam kapal membuat suasana semakin memukau. Laut di sekeliling mereka memantulkan cahaya bulan yang nyaris penuh, menciptakan pemandangan malam yang sulit dilupakan."Ini serius, Mas? Mas bawa aku naik kapal pesiar?" tanya Nadira sambil menatap suaminya dengan mata berbinar.Adhinata tersenyum kecil. "Kenapa tidak? Ini kan bulan madu kita. Kamu layak mendapatkan yang terbaik, Rara."Nadira tertawa kecil, ma

  • JODOHKU GURU GALAK   119. Pulau Pribadi

    Pagi itu, Nadira terbangun dengan rasa tenang yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Cahaya matahari menyusup melalui tirai vila, menerangi kamar yang hangat dan nyaman. Suara debur ombak terdengar jelas, berpadu dengan kicauan burung yang seperti lagu selamat pagi dari alam. Ia membuka mata perlahan, dan menyadari bahwa ia tengah berada dalam pelukan seseorang.Butuh beberapa detik baginya untuk mengingat di mana ia berada. Nadira mendongak, mendapati Adhinata masih tertidur dengan napas teratur dan mendekapnya. Wajah pria itu tampak lebih damai dari biasanya, garis-garis tegas di wajah, kini seolah melunak.Apakah semalam mereka sempat melakukan yang 'iya-iya'?Jawabannya adalah tidak. Adhinata sangat menghormati istrinya. Dia tidak akan lancang jika memang belum diizinkan. Jadi, dia akan bersabar.Nadira menatap suaminya lebih lama, merasa bersyukur atas semua yang telah mereka lalui hingga akhirnya bisa berada di tempat ini. Meski awalnya ti

  • JODOHKU GURU GALAK   118. Bulan Madu

    Langit sore mulai merona jingga ketika Nadira mengikuti langkah Adhinata dengan penuh kebingungan. Pria itu menggenggam tangannya erat, membawanya menjauh dari keramaian rombongan SMA Cakrawala. Angin lembut menyapu wajah Nadira dan membawa aroma damai, tetapi rasa penasaran yang menyelimuti pikirannya terlalu kuat untuk menikmati suasana sekitar. Beberapa kali, Nadira menoleh ke belakang."Mas, ini kita mau ke mana? Rombongan udah mau berangkat itu," tanya Nadira akhirnya, suaranya penuh keingintahuan.Adhinata tidak langsung menjawab. Ia hanya menoleh sebentar, menyunggingkan senyum tipis, lalu melanjutkan langkahnya. Nadira terpaksa menurut, meskipun hatinya dipenuhi berbagai spekulasi.Setelah beberapa saat, mereka berhenti di dekat sebuah mobil SUV hitam yang diparkir cukup jauh dari bus rombongan. Seorang pria berseragam rapi berdiri di samping kendaraan, dan segera membuka pintu penumpang begitu melihat mereka mendekat."Silakan, Tuan. Semu

  • JODOHKU GURU GALAK   117. Kita Belum Selesai

    Tur akhirnya mencapai penghujung. Semua lokasi tujuan telah dikunjungi, meninggalkan lelah bercampur puas di wajah para siswa dan guru. Saat ini, mereka berkumpul di sebuah restoran, menikmati makan bersama terakhir, sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Terlalu lambat untuk disebut makan siang, dan terlalu awal untuk disebut makan malam, karena hari sudah cukup sore, saat mereka meninggalkan Desa Penglipuran.Meja-meja dipenuhi siswa yang bercanda riang. Tawa mereka sesekali pecah, terutama dari kelompok XI IPS 4, yang dikenal paling ramai. Beberapa guru, termasuk Adhinata, duduk sedikit terpisah, membentuk kelompok kecil di pojok ruangan.Di meja lainnya, Nadira terlihat duduk bersama teman-temannya, celana longgar warna krem yang membalut kakinya membuatnya tampak lebih santai meski gerakannya tetap hati-hati karena lututnya masih terluka."Celana lo baru, ya, Ra?" tanya salah seorang teman cewek, yang duduk di sebelahnya, bernama Intan. Gadis itu mena

  • JODOHKU GURU GALAK   116. Terpaksa Membongkar Rahasia

    Ketukan keras di pintu bilik membuat Adhinata dan Nadira sontak menoleh. Nadira yang masih duduk dan hanya mengenakan celana short, langsung gugup. Sementara Adhinata berdiri dengan ekspresi datar, namun ada sedikit kekesalan di wajahnya. Dengan gerakan tegas, ia menutup paha sang istri menggunakan jaketnya yang semula dipakai Nadira."Pak Nata! Saya tahu Anda di dalam! Jelaskan apa yang Anda lakukan!" Suara Pak Widodo menggema, terdengar tegang dan penuh kecurigaan.Adhinata menghela napas panjang, mencoba mengontrol emosinya. Dengan langkah santai, ia membuka pintu, memperlihatkan Pak Widodo yang sudah berdiri dengan wajah merah padam, sambil berkacak pinggang."Ada apa, Pak?" tanya Adhinata."Ada apa, ada apa?! Saya yang harusnya bertanya. Apa yang Anda lakukan di dalam?" Pak Widodo menunjuk ke arah bilik dengan gestur dramatis. Kacamata yang melorot ke ujung hidungnya semakin memperkuat ekspresi penuh amarah itu.Adhinata melirik Nadi

  • JODOHKU GURU GALAK   115. Ketegangan di Balik Bilik

    Adhinata membawa Nadira ke pos kesehatan tanpa memedulikan tatapan bingung dan bisik-bisik siswa serta guru lain. Tubuh gadis itu terasa ringan di pelukannya, tetapi kegelisahan di wajah Nadira membuat langkah Adhinata sedikit tergesa.Sesampainya di pos kesehatan, seorang petugas mendekat. "Loh, ada yang terluka? Mari saya bantu."Adhinata menggeleng halus. "Tidak perlu, Pak. Saya bisa menanganinya sendiri.""Menangani sendiri? Tapi—""Saya bertanggung jawab penuh atas dia, murid saya. Terima kasih untuk tawaran bantuannya, tapi biar saya saja," ujar Adhinata dengan nada tegas, membuat petugas itu ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya mengalah."Baiklah. Kalau begitu, biliknya di sana. Di dalam juga sudah ada peralatan dan obat-obatan lengkap. Kalau butuh apa-apa, panggil saya saja, Pak," ujar si petugas.Adhinata mengangguk dan membawa Nadira masuk ke bilik, membiarkan pintu tertutup rapat. Ia mendudukkan Nadira di kursi, lalu ber

  • JODOHKU GURU GALAK   114. Terpisah Membuat Resah

    "Nadira!"Panggilan itu datang dari Faiz, si ketua kelas. Nadira menoleh, dan melihat Faiz melambai di tengah keramaian Desa Penglipuran yang penuh wisatawan.Ya, destinasi terakhir mereka hari ini adalah Desa Penglipuran, desa adat yang terkenal karena keindahan dan kerapian rumah-rumahnya.Desa adat itu memang memukau. Jalan berbatu membelah rumah-rumah tradisional dengan atap rumbia yang seragam. Bunga-bunga warna-warni bermekaran di sepanjang tepi jalan, membuat suasana terasa damai dan indah.Nadira langsung terpikat begitu melihat jalan berbatu yang bersih dengan deretan rumah tradisional yang seragam di kedua sisi tersebut. Tak sadar, dia sampai berhenti dan terpisah dari kelompoknya tadi. Untung saja Faiz memanggil.Nadira berjalan cepat, mendekat ke Faiz yang berdiri bersama beberapa teman mereka di sana, juga guru pendamping pengganti Adhinata—tidak main-main bahkan sang kepala sekolah sendiri yang mengambil alih tugas Pak Nata.

  • JODOHKU GURU GALAK   113. Nyaris Kebablasan

    Rombongan SMA Cakrawala tiba di Bali Bird Park sekitar pukul 09.00 pagi, saat embun di daun-daun masih segar dihembus angin pagi Gianyar. Suara kicauan burung menyambut mereka di gerbang masuk, memadukan semarak warna bulu-bulu cerah dengan aroma dedaunan basah. Murid-murid berlarian kecil, terpesona dengan burung merak yang melenggang anggun di pelataran taman.Nadira berjalan sedikit di belakang Adhinata, matanya terus sibuk mengamati sekitar. Selain Salsa, dia memang tak begitu dekat dengan teman lain di kelas. Wajar jika kini setelah Salsa pindah sekolah, dia lebih sering sendirian.Langkah Nadira terhenti saat melihat burung kakaktua putih dengan paruh melengkung berdiri tenang di atas sebuah batang pohon kecil."Pak Nata, lihat itu!" Nadira menunjuk penuh semangat, seperti anak kecil yang baru menemukan mainan kesukaannya. Lupa, bahwa sekarang dia sudah menjadi istri dari laki-laki di depannya itu.Adhinata mengikuti arah telunjuknya, lalu t

  • JODOHKU GURU GALAK   112. Momen Manis di Tengah Keramaian

    "Mas Nata?"Suara Nadira terdengar pelan saat ia membuka mata dan mendapati tempat tidur di sisi sebelahnya kosong. Ia mengerjap beberapa kali, lalu duduk sambil mengucek matanya. Perasaan sedikit hampa menyelip di dadanya karena sang suami tidak ada di sisi. Namun, sebelum pikirannya melayang jauh, ponselnya berbunyi.Ia mengangkatnya tanpa melihat layar, mengenali nama sang penelepon dari nada dering khusus. "Mas Nata?" sapanya, suaranya masih serak karena baru bangun tidur."Sudah bangun?" Suara Adhinata terdengar di ujung sana, hangat dan rendah seperti biasa."Iya. Mas di mana?" Nadira bertanya, lalu melihat jam di ponselnya. Masih pukul enam pagi, tapi Adhinata sudah entah di mana."Sedang kumpul dengan guru-guru pendamping. Kita harus segera berangkat ke destinasi terakhir hari ini," jawab Adhinata. "Kamu sudah mandi?"Nadira terkekeh kecil. "Baru bangun, Mas. Mana sempat mandi. Mas Nata, sih, gak bangunin aku sekalian tad

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status