Ting tong… ting tong…Kalya menekan bel rumah Brian. Rumah Brian sangat besar. Jika dilihat dari luar, rumah Brian ini bergaya Arsitektur American Mediteranian.Kalya terpana hanya melihat luar rumah Brian, apalagi dalamnya.Seorang pelayan tua membukakan pintu rumah Brian. Pelayan itu tersenyum padanya.“Maaf... Siapa ya, mbak?”“Saya Kalya. Briannya ada?”Pelayan itu mengerutkan keningnya. Kalya memanggil majikannya langsung namanya tanpa embel-embel ‘pak’.“Ada. Tapi masih tidur.”Kalya kesal. Brian masih tidur. Padahal Brian sudah janji akan mengantarnya belanja.Pelayan Brian namanya Anem. Anem mempersilakan Kalya untuk masuk.“Kalo dibangunin susah ngga ya bu?” tanya Kalya. Bagaimana pun meskipun p
Aakhhh“Sakit, Kal. Perih banget.” ringis Brian sambil mengusap pinggangnya.Bagaimana tidak sakit jika Kalya mencubit pingganganya.Lagi enak-enaknya malah dicubit. -- batin BrianRasain. Mesum sih. -- batin Kalya“Makanya. Dikasih enak biar bisa peluk malah kelewatan.”“Ya ampun kelepasan, Kal. Kan bisa bilang, ngga harus nyubit.”“Bisa kan tahan diri.”“Enak, Kal. Pengen lagi. Seharian ini kita pelukan aja kayak tadi, yuk. Beneran deh pelukan kamu paling nyaman.”“Dasar duda kesepian.”Kalya tidak mendengarkan rengekan Brian. Kalya melanjutkan makannya yang terhenti tadi.Dirasa tidak bisa membujuk Kalya lagi, akhirnya Brian lanjut makan. Setelah semua makanan habis Kalya membereska
Hari minggu yang cerah.Hari ini hari pertama Lili akan bekerja. Dia sudah sangat semangat. Dari subuh tadi Lili sudah membantu Arin, Citra dan Lina untuk beres-beres ruang tengah tempat semalam mereka tidur bersama.Lili sudah rapi dengan seragamnya. Ia menuju ruang tengah. Citra sedang bermain ponsel, Lili duduk di sofa samping Citra.“Widiiih… Yang udah mau kerja. Ntar mbak anterin deh.”“Ngga usah lah mbak. Jalan aja. Orang deket juga.”“Biarin lah. Biar ngga telat juga.”“Lagian ini masih setengah 7, mbak. Aku berangkat jam 7 juga bakalan belum kesiangan, kok.”Citra mengangguk saja.Arin dan Lina masing-masing membawa 2 piring yang berisi nasi goreng dan telur ceplok. Mereka menyimpannya diatas meja. Mereka sudah duduk lesehan di bawah, lebih nyaman lesehan.
Lili sedang mengelap meja yang barusan di duduki oleh pelanggan sepasang anak SMA. Ia jadi teringat kembali saat masa SMA nya.Dulu saat SMA beban nya hanya ada pada PR yang sulit dan ia sering mengomel kalau PR nya banyak, tapi sekarang setiap masalah datang silih berganti dan ia yakin kedepannya akan ada masalah-masalah yang lainnya.Terkait ayahnya… Untuk saat ini Lili kesulitan untuk mengungkap kejahatan mereka, tapi kejahatan mereka sepertinya berhubungan dengan berkas yang diberikan pak Cakra. Tidak mungkin ayahnya sampa-sampai mengamankan berkas itu hingga menitipkannya pada pak Cakra.Cling cling clingLonceng gantung pada pintu berbunyi. Ada pelanggan yang masuk.“Velkommen til Norges Bakeri.” (Selamat Datang di Norway Bakery)Pelanggan yang masuk itu… Arin.“Loh, kak. Udah pulang?” Lil
Di dalam ballroom hotel yang sangat luas ini seluruh karyawan SFC sedang berkumpul. Dari mulai para petinggi perusahaan hingga Office Boy/Girl.Mereka terlihat stunning dengan mengenakan pakaian terbaik mereka. Yang pria mengenakan tuxedo dan wanita mengenakan dress terbaik mereka. Jika hari dimana acara Rising Star our Company ini diadakan memang sudah permintaan Brian jika seluruh karyawan bebas tugas. Bahkan satpam pun tidak ada yang berjaga satu pun. Baik itu perihal keamanan, kebersihan, catering semuanya menjadi tanggung jawab Event Organizer. Brian ingin karyawan jabatan apapun itu bisa menikmati acara ini. Hampir semua karyawan SFC sudah berkumpul disini. Arin, Lina dan beberapa anak finance berkumpul bersama. “Padahal bagusan ngga pake outer.” ucap Lina. Lina sudah membayangkan Arin saat masuk aula pasti akan menjadi perhatian, karena bajunya bagus dengan bentuk tubuh Arin dan warna d
“Kamu yang bakalan menang tapi kok malah aku yang deg-degan ya?” tanya Lina pada Arin.Anak otomotif yang mendengar ucapan Lina semuanya setuju.“Mbak kalo dapet rewardnya bagi-bagi kita, ya? Kita dikasih P*zza Limo juga udah seneng, mbak…” ucap Rizal.“Ga usah dengerin Rizal, Rin. Itu hak kamu, kamu bebas buat pake apa aja juga.” ujar Adi.Iya bener, mbak. Ga usah dengerin Rizal.Dasar Julid lo…Pizza Limo kemahalan, mbak. Kasih aja Lolipop biar pada ngemut permen daripada pada ngerokok.Ujar anak otomotif yang cewek.Halah… Bilang aja itu maunya lo. Jangan bawa-bawa kita. Gue tau lo tuh gaya tomboy selera hello kitty.Om-om imut kita. Badan keker ngemut permen lolipop… cih..&nbs
Malam itu Lina dan Citra menginap di kontrakan Arin. Tidak ada persiapan sebelumnya dan terkesan dadakan jadi mereka tidak membawa baju ganti, alhasil Lina dan Citra meminjam baju Arin. Lagipula besok hari minggu dan libur bekerja.Semalaman itu mereka menghabiskan waktu mengobrol perihal acara semalam. Arin mengatakan pada Lina dan CItra bahwa Arin akan ikut resign dan akan pergi juga ke Jakarta.Flashback“Kalian pasti kaget pas tau Kalya yang menang, ya?” tanya Citra.Tidak ada yang menjawab. Arin dan Lina hanya melirik Citra yang duduk di sofa single.Lili datang membawa teh hangat dan kue sisa dari Norway Bakery. Ambar yang menyuruh Lili membawa sisa kue untuk dimakan bersama Arin. Sebelumnya Lili juga sudah mengambilkan selimut untuk mereka bertiga. Lili pikir mereka pasti kedinginan mengingat dress yang dikenakan oleh Arin, Lina dan Citra cukup terbuka dan press body.Mereka sudah memakai piyama dan bersiap tidur tapi mereka belum mengantuk jadi mereka hanya mengobrol di sofa d
Berita Arin dan Citra yang akan resign sudah terdengar di seluruh SFC. Lina sudah out duluan dari SFC per-tanggal 1 Januari kemarin. Lina sudah ada di Bogor sekarang dan tengah disibukkan dengan keperluan pernikahannya.Divisi HR sedang disibukkan dengan proses recruitment dadakan. Hari ini, pengganti Arin dan Citra akan tiba. Meskipun Arin dan Citra resign di tanggal 1 Januari, tapi mereka benar-benar keluar dari SFC per-tanggal 1 Februari. Semua itu dikarenakan mereka harus membereskan seluruh pekerjaannya dalam satu bulan itu, dan juga mereka harus mengajari karyawan baru perihal jobdesk mereka.Tiara menghampiri kubikel Arin bersama seorang wanita muda yang Arin yakini dia penggantinya di SFC ini.“Rin, ini Ririn karyawan baru yang bakal isi posisi kamu nanti. Ririn, ini Arin” Tiara memperkenalkan Ririn pada Arin. Arin berdiri lalu menyalami Ririn sambil tersenyum.“Arin.”“Ririn.”“Ya udah kalau gitu Arin bisa langsung ajari Ririn ya.” perintah Tiara.“Siap bu.”Tiara pergi menuj
Fatma dan Saskia menatap Dewa dan Citra yang cukup diam malam ini. Terlihat jika Citra memang tenang, tapi Dewa kebalikannya, Dewa sangat gugup. "Mas? Kok masih belum dimakan?" tanya Citra pada Dewa. Piring Dewa masih penuh dengan makanan. Biasanya Dewa sangat lahap memakan santapan makan malam dimana menu utama di resto hotel ini adalah steak. Citra sangat tahu jika Dewa sangat menyukai makanan yang berbahan protein itu. "Iya, yang," patuh Dewa. Dewa akhirnya memakan steak itu dengan lahap. "Oh ya Fatma, Saskia nanti anter ke supermarket, yuk. Ada yang mau mbak beli," ajak Citra pada Fatma dan Saskia. "Ok, mbak," Pikiran kotor Fatma dan Saskia berkelana kemana-mana. Apa mbak Citra mau beli kondom, ya? Testpack, mungkin? Ngga mungkin deh, masa ngelakuin sekali langsung buncit. Sehari juga belum. Mungkin mbak Citra mau beli obat kuat buat mas Dewa, tapi emang ada di Swiss? Itulah pikiran-pikiran kotor yang keluar dari kepala Fatma dan Saskia. "Mas, mau ikut, ngga?" tanya Cit
"Sudah 2 hari kita di hotel. Aku bosen, yang...." keluh Dewa pada Citra.Dewa saat ini berada di kamar hotel Citra. Dewa tiduran di kasur dan Citra sedang memainkan ponselnya di sofa.Fatma dan Saskia sedang berada di kamar Fatma. Mereka berdua hanya diam di kamar dan menonton drakor secara marathon."Sabar. Arin kirim chat satu jam yang lalu, dia bilang kalo dia lagi di bandara dan akan boarding satu jam lagi,""Chicago-Swiss berapa jam penerbangan, sih?""Mas cek google aja coba,"Dewa menuruti perintah Citra untuk cek di google. Dia mengambil ponselnya yang dia simpan diatas nakas"WHAT??? 9 JAM????" teriak Dewa dan duduk tiba-tiba.Citra terkejut mendengar teriakan Dewa, dia mengusap dadanya. "Ya ampun, mas. Jangan teriak-teriak gitu. Aku kaget.""Ini 9 jam loh, yang. Iya kalo 9 jam kita langsung jalan-jalan, kalo ngga?" ucap Dewa cemberut.Citra melirik jam yang ada di dinding, "Ya ngga bakalan bisa langsung jalan-jalan. Orang mereka bakalan nyampe hotel tengah malem,""Arrggggh
Andrew berjalan keatas panggung. Suasana ballroom yang awalnya penuh dengan suara berbincang dari para pengusaha itu seketika senyap. Mereka fokus melihat Andrew yang ada disana."Good evening everyone. Thank you for coming to this party that I have organized. Everyone here must be very familiar with the state of HP Group in the past year...." Andrew terdiam dan melihat orang-orang yang ada di ballroom sebelum melanjutkan pidatonya. "Yes, as you all know we were at a low point in our company, but we are grateful that we were able to get through it and still survive. I can say that this is one of our best achievements. Speaking of achievements .... I'm not talking about being ranked as the world's number 1 entrepreneur or anything, but an achievement where we can survive the downturn and even we can still hope to continue to grow. There is no such thing as getting tired and giving up. Cheers." Andrew mengangkat gelas yang berisi red wine yang daritadi dia pegang dan meminumnya sedikit,
Arin berdiri di depan cermin di kamar hotelnya. Gaun yang dia kenakan saat ini adalah gaun dengan model off shoulder berwarna ungu tua dengan gradasi hitam. Rambut Arin hanya disanggul sederhana.Cantik. -- batin Arin tersenyum dengan percaya diri untuk menutupi kegugupan yang sedang dia alami sekarang. Berkali-kali Arin menghembuskan napasnya.Tiba-tiba saja Lili datang dan merangkul pundak Arin. Lili menumpukan kepalanya ka pundak Arin, "Kakak tegang, ya?" tanya Lili terkekeh melihat kegugupan Arin.Arin mengangguk sambil meringis."Tenang aja, kak. Kakak kan udah sering ketemu sama ayah sama om-om nya kak Dariel," tenang Lili beberapa kali mengusap punggung Arin."Kondisinya beda, Li. Meskipun kakak itu sekretarisnya pak Bram, terus kenal pak Frans sama pak Andrew juga tapi ya tetap aja beda. Apalagi pak Andrew yang notabenenya ayah Dariel, bahkan pak Andrew jarang nyapa kakak di hotel. Kalo pak Frans sama pak Bram sih udah sering," keluh Arin.Lili memutar tubuh Arin menghadapnya,
Bandara hari ini cukup ramai, terutama hari ini adalah weekend."Kamu udah coba telpon Saskia?" Tanya Dariel pada Arin. Beberapa kali Dariel cek jam tangan miliknya. Satu jam lagi pesawat akan lepas landas. Memang masih ada waktu, tapi jika datang lebih awal akan lebih baik.Tidak henti-hentinya Arin bertukar pesan dengan Saskia di aplikasi hijau, "Udah, aku lagi chat-an sama Saskia. 15 menit lagi dia nyampe," jawab Arin masih dengan berbalas chat dengan Saskia.Hari ini mereka akan berangkat ke Swiss dan Chicago.Arin, Dariel, Lili, Joni dan Sean akan pergi ke Chicago. Sedangkan Dewa, Citra, Fatma, dan Saskia akan berangkat ke Swiss. Sesuai dengan rencana jika rombongan Chicago akan datang ke Swiss setelahnya.Awalnya Sean akan berangkat bersama keluarga Frans dan Bram, tapi dia akhirnya membatalkannya, karena akan sangat kikuk jika pergi bersama mereka.15 menit berlalu, tapi belum terlihat tanda-tanda kedatangan Saskia.Mereka masih menunggu Saskia di ruang tunggu keberangkatan pes
"Cukup meresahkan mendengar aduan dari tetangga-tetangga disini. Apalagi kalian bukan mahrom," ucap pak RT.Sekarang Arin, Lili, Dariel dan Joni berada di rumah pak RT. Ini merupakan ide Arin untuk mendatangi rumah pak RT, yakni meminta ijin agar Joni dan Dariel bisa menginap di rumah mereka. Awalnya Arin sudah mencoba untuk tidak memikirkan gunjingan-gunjingan para tetangga pagi ini, tapi tetap saja dia merasa salah bagaimanapun Dariel dan Joni bukanlah warga disana."Iya pak, saya mau minta maaf. Saya ingin melakukan ijin tapi karena kami baru sampai jam 2 malam, lalu tadi pagi kami langsung ziarah, jadi baru bisa sekarang untuk melakukan ijin kesini," ringis Arin menyadari kesalahannya."Jika sebelumnya kalian tidak sampai menginap jadi tidak terlalu membuat khawatir warga disini, tapi jika sekarang kalian menginap jadi ya banyak gunjingan sana-sini. Saya pribadi tidak mempermasalahkan jika kalian menginap disini, dengan datangnya kalian meminta ijin pada saya setidaknya saya jadi t
Bab 139 : Ziarah dan perihal kakek-nenekSetelah Arin memijat punggung dan pundak Dariel semalam menggunakan alat pijat lumba-lumba, kondisi tubuh Dariel cukup membaik dari yang awalnya pegal-pegal karena kelelahan menyetir sekarang sudah tidak terlalu pegal. Meskipun masih terasa pegal, tapi tidak seburuk semalam.Jam 7 pagi sekarang. Keadaan rumah Arin cukup ramai. Bukan hanya di dalam rumah, tapi diluar rumah juga sangat ramai. Yup, diluar rumah Arin ada beberapa tetangga yang penasaran dengan siapa yang datang ke rumah Arin, secara disana terparkir mobil mewah dan elegan. Sangat jarang ada mobil mewah yang datang ke desa mereka. Memang beberapa kali Arin dan Lili menggunakan mobil Joni atau Citra saat akan berziarah, tapi mobil Joni dan Citra tidak semewah mobil Dariel.Banyak ibu-ibu yang sengaja nongkrong di sebrang rumah Arin karena saking penasarannya.Lili mengintip dari jendela, "Kak, ngga ada kerjaan banget deh itu ibu-ibu ngeliatin rumah kita," ucap Lili kesalArin yang s
Seperti permintaan Dariel 2 hari lalu, akhirnya Arin, Lili, Dariel dan Joni pergi berangkat ke kampung halaman Arin dan Lili. Dalam keadaan lelah sepulang kerja, Arin dan Lili langsung terlelap tidur di kursi belakang, sedangkan Dariel dan Joni duduk di depan, mata mereka masih melek.Dariel memang sengaja tadi hanya masuk kerja setengah hari. Setelah istirahat makan siang, dia pulang ke rumah untuk istirahat dan tidur. Begitu pula dengan Joni. Dia sudah tidak menjadi seorang pemadam kebakaran lagi, tapi dia membantu toko milik keluarganya jadi waktu yang dia miliki juga cukup luang.“Rencana mau lamar Lili kapan?” tanya Dariel pada Joni yang sedang menyetir.“Sudah saya lamar. Kedua orang tua saya sudah melamar Lili pada Arin untuk saya. Jadi sekarang Lili itu tunangan saya, bukan pacar saya.”“Kapan?”“Sudah lama. Bahkan mama yang ngebet ingin Lili jadi istri saya. Dia yang suruh buru-buru.”“Kan sudah dapat lampu hijau buat nikah. Kenapa ngga langsung nikah aja?”“Lili ingin Arin y
Dewa mendapat lemparan bantal.“Bos!”“Gue lagi tidur. Beraninya lo bangunin gue?” teriak Dariel.Bagai singa yang tertidur dan dipaksa bangun. Begitulah Dariel sekarang.Arin, Lili dan Joni kaget mendengar teriakan Dariel dari dalam kamar. Mereka bertiga berbondong menuju kamar Arin.“Apa-apaan ini?” sentak Arin dari pintu kamar. Dia menggeleng melihat bantal tidur miliknya ada di lantai.Arin lihat Dewa hanya diam saja. Begitu juga Dariel. Dariel masih tiduran di atas ranjang Arin.“Wa,” panggil Joni.Dewa melirik ke belakang tubuhnya. Dewa mendekati Arin dan berdiri di belakang Arin.“Bos Dariel lempar bantal ke gue. Padahal gue cuman bangunin dia,” rajuk Dewa dengan wajah memelas. Dewa mengadu pada Arin agar terhindar dari amukan Dariel.“Mas Dewa aku suruh bangunin kamu. Kita makan bareng sekarang,” titah Arin. Setelah mengucapkan itu, Arin melengos dan kembali ke meja makan. Dewa tersenyum pongah ke hadapan Dariel.Sumpah. Dariel kesal setengah mati melihat wajah menyebalkan Dew