ting
Arin langsung memeriksa pesan yang masuk ke gawainya.
Citra : Kesempatan terakhir, Rin. Mumpung duduk sampingan juga. Inget kata Lina.
Arin : Aku coba, wait.
Ya, saat ini mereka dan tim marketing yang dipimpin oleh Yusup sudah berada di restoran yang dipesan Citra. Mereka duduk di sebuah meja panjang. Seperti yang dikatakan Citra, Arin duduk tepat disamping Dariel. Sebenarnya Citra yang secara tidak langsung membuat Arin duduk disamping Dariel
Flashback
“Denger, Rin. Gimana kalo coba yang pertama basa-basi tanya dikit-dikit ke pak Dariel, tanya apa kek gitu. Coba jangan dulu perhatiin pak Aldo.” saran Lina
“Yang kedua bla… bla… “ lanjut Lina.
Flashback end
Tarik napas … lalu keluarkan …
Berkali
Ngapain sih Kalya senyum-senyum ke pak Dariel. Mana senyumnya dimanis-manisin gitu lagi. Setelah gue usir kayaknya dia cari mangsa baru. Hebat juga -- batin BrianWell, sepertinya Brian lupa kalo dia tidak ada rasa pada Kalya. Tapi ia merasa tidak nyaman melihat Kalya senyum pada pria lain. Brian bisa cemburu juga ternyata. Pikiran negatif tentang Kalya terus bermunculan di kepala BrianDariel juga malah bales senyum lagi. Arghh f*ck. -- cerocos Brian di dalam hati.“Wahhh. Terima kasih Kalya. Saya harap juga dengan adanya reward ini membuat rekan marketing bisa lebih semangat. Bahkan kalo bisa jualannya melebihi Kalya. Kalau kalian jualannya banyak saya juga ngga akan ragu untuk kasih kalian reward.” ucap Dariel.Seluruh marketing yang ada disana berbisik-bisik. Mereka sangat senang dengan ucapan Dariel. Siapa yang tidak senang coba jika diiming-imingi reward.Mereka
Mata nakal Dariel melirik bibir Arin. Kepalanya sudah memiring sedikit ke kanan. Arin melihat arah pandang mata Dariel. Arin menutup matanya. Lalu….*****Arin langsung memalingkan kepalanya. Dariel tersadar. Ia langsung memasang seat belt Arin, lalu miliknya.Dariel berdeham canggung. Keduanya langsung mengalihkan pandangan keluar jendela mobil.“Maaf. Saya lancang.” ucap Dariel“hm.” gumam ArinDariel menjalankan mobilnya. Kontrakan Arin lebih jauh dari sini jika dibandingkan saat Dariel mengantar Arin pulang dulu.“Rin. Ngontrak sendiri?” tanya Dariel tiba-tiba.Sebenarnya Dariel sengaja mencari topik pembicaraan, selain untuk menghilangkan kecanggungan, Dariel juga ingin mengetahui seputar Arin langsung dari sumbernya. Ia ingin menjadi lebih dekat juga dengan Ari
Jika kita melihat mobil Dariel didalamnya dipenuhi obrolan santai dengan hati yang berbunga-bunga yang mereka rasakan satu sama lain, beda halnya dengan isi mobil Brian.Di dalam mobil Brian hanya ada Kalya yang memasang wajah cemberut dan Brian yang fokus menyetir.Brian disini seperti orang bodoh, mengantar Kalya pulang tapi ia tidak tau dimana alamat rumah Kalya. Sudah berkali-kali Brian tanya Kalya tapi dia hanya diam saja.Brian menghentikan mobilnya di samping jalan yang kanan-kirinya dipenuhi oleh pepohonan. Cukup menyeramkan sebenarnya. Sudah tidak ada mobil dan motor yang lewat jalan ini.“Saya tanya sekali lagi. Alamat rumah kamu dimana?” tanya Brian lagi.Kalya tetap tidak menjawab pertanyaan Brian. Dia hanya diam saja sambil menyilangkan tangannya di depan dada dan menatap keluar jendela.“Baiklah!!” Brain menghela napasnya
Suasana kantor SFC sangat sibuk akhir-akhir ini, terutama bagian otomotif. Mereka sedang mempersiapkan launching Motor A yang akan diadakan besok.Launching Motor A diadakan di sebuah hotel yang aulanya cukup besar. Di panggung utama begitu kosong, hanya ada 1 display motor A di samping kanan panggung. Tidak ada sofa, meja dan lainnya. Itu permintaan dari Adi. Nanti Adi yang akan menjelaskan pada audience dan tamu undangan terkait motor A ini.Di samping kanan dan kiri aula berjejer display motor A dengan berbagai warna dan stripping. Ditengah-tengah aula ada beberapa kursi bagi tamu undangan. Hanya tamu undangan yang di sediakan kursi.Sebenarnya acara launching ini bersifat umum, bagi warga biasa juga jika ingin mendatangi launching dipersilakan. Sedangkan untuk acara private diadakan saat malam harinya.Itulah alasan Brian dan Dariel memilih Hotel Adya untuk acara launching ini. Selain karena aulanya luas dan lokasi strategis di tengah kota, Hotel Adya juga menyanggupi untuk mengad
Mobil yang ditunggu Arin akhirnya datang.Arin membuka pintu mobil Dariel, lalu duduk disamping kemudi. Arin tersenyum pada Dariel. Dariel seperti biasa mengenakan baju kebesarannya, jas. Dariel meyimpan satu lengannya pada kemudi lalu satu tangannya pada tuas mobil, Dariel tidak melepas pandangannya dari Arin."Hai." sapa Arin.Arin menarik seat belt. Untung saja seat beltnya tidak rusak. Jika seat beltnya macet seperti waktu itu Arin akan sangat malu."Siap?" tanya Dariel.Arin tersenyum dan mengangguk menanggapi pertanyaan Dariel. Dariel menarik tuas mobilnya. Mobil itu melaju menuju Hotel Adya."Pak Aldo mana, Riel?" tanya Arin.Arin heran, jika ada meeting atau apapun itu Aldo pasti akan mengekor kemanapun Dariel pergi. Apalagi sekarang mereka akan meeting, jadi tanda tanya bagi Arin mengenai keabsenan Aldo saat ini."Aku lagi tugasin dia handle kerjaan yang lain, bareng Sean."Arin hanya ber-oh ria. Tidak mungkin Arin menanyakan pekerjaan apa, karena itu sifatnya rahasia. Arin c
Jam 07.30 Seluruh panitia yang terlibat launching hari ini sedang briefing, Mereka membentuk sebuah lingkaran. Adi sedang mengarahkan seluruh panitia, memastikan tidak ada yang kurang dan acara ini berjalan dengan lancar. Diakhiri dengan berdoa bersama sesuai kepercayaan masing-masing. “Aamiin..” “Berdoa Selesai.” Adi langsung mengulurkan tangan ke tengah lingkaran, diikuti oleh yang lain. “Motor A!!” “Sukses….” Ya mereka sedang melakukan tos bersama. Ditujukan agar seluruh panitia semangat dalam menjalankan launching motor A ini. Terdengar teriakan dari salah satu anak konsumsi. “Semuanya sarapan dulu. Ambil box snack di pojok sana. Sampahnya jangan lupa dibuang di trash bag yang sudah disediakan.” ‘Siap!!’ ‘Yeaayy makan’ ‘Awass gue duluu’ ‘Huuuu’ ‘Boleh 2 box?’ ‘Lo pikir?’ Ya, begitulah. Setelah tadi seluruh panitia memasang wajah serius saat briefing, tapi saat dengar kata makanan langsung pada ricuh. Ricuh? Ya siapa lagi kalo bukan Putra. Dimana ada kericuhan disit
Aula Hotel Adya yang saat siang hari hanya di desain dengan sederhana, sekarang terlihat sangat berbeda dengan suasana malam ini. Saat ini aula Hotel Adya terkesan elegan dan mewah. SFC mengusung standing party untuk malam ini. Ya. Aula ini di desain dengan elegan dan mewah karena launching malam ini dikuhusukan untuk para petinggi perusahaan, investor dan tamu undangan khusus. Sudah ada beberapa tamu undangan yang sudah hadir. Seluruh Karyawan yang terlibat dengan proyek motor A sudah dipastikan hadir malam ini. Di pojok ruangan dekat bagian makanan ada banyak pria bergerombol. Ternyata mereka anak otomotif. Mereka sedang menertawakan tingkah konyol Putra dan Rizal. “Udah gue bilang jauh-jauh hari. Kalo gue pake setelan jas lo pada bakalan pangling sama gue.” - Putra “Percuma lu tebar pesona ke kita-kita, kita semua pada lurus. Malah ada yang udah pada punya buntut (an
“Kalya!” “Mas…” bingung Kalya. Kalya ingin ke toilet, namun saat di koridor ada yang memanggilnya. Ia menoleh ke belakang. Ada Brian di sana. Dilihat dari wajahnya yang tidak bersahabat sepertinya Kalya harus hati-hati dengan Brian kali ini. Brian mendekat padanya. “Apa-apaan kau ini?” “Kau tidak mampu membeli baju yang utuh?” “Kalau kau tidak punya uang katakan padaku. Aku kan membelikan baju untukmu.” Kalya yang melihat Brian nyerocos hanya memandang Brian aneh. Brian marah? Karena baju? “Aduh mas, Bentar ya aku mau pipis. Jangan dulu ngomel. Tunggu disini. Nitip tas deh.” Kalya menyerahkan clutch nya pada Brian. Ia langsung melengos pergi ke toilet. Ada yang lebih penting dari meladeni omelan Brian untuk sekarang ini. Melihat punggung Kalya yang polos dan mulus saat memunggung
Fatma dan Saskia menatap Dewa dan Citra yang cukup diam malam ini. Terlihat jika Citra memang tenang, tapi Dewa kebalikannya, Dewa sangat gugup. "Mas? Kok masih belum dimakan?" tanya Citra pada Dewa. Piring Dewa masih penuh dengan makanan. Biasanya Dewa sangat lahap memakan santapan makan malam dimana menu utama di resto hotel ini adalah steak. Citra sangat tahu jika Dewa sangat menyukai makanan yang berbahan protein itu. "Iya, yang," patuh Dewa. Dewa akhirnya memakan steak itu dengan lahap. "Oh ya Fatma, Saskia nanti anter ke supermarket, yuk. Ada yang mau mbak beli," ajak Citra pada Fatma dan Saskia. "Ok, mbak," Pikiran kotor Fatma dan Saskia berkelana kemana-mana. Apa mbak Citra mau beli kondom, ya? Testpack, mungkin? Ngga mungkin deh, masa ngelakuin sekali langsung buncit. Sehari juga belum. Mungkin mbak Citra mau beli obat kuat buat mas Dewa, tapi emang ada di Swiss? Itulah pikiran-pikiran kotor yang keluar dari kepala Fatma dan Saskia. "Mas, mau ikut, ngga?" tanya Cit
"Sudah 2 hari kita di hotel. Aku bosen, yang...." keluh Dewa pada Citra.Dewa saat ini berada di kamar hotel Citra. Dewa tiduran di kasur dan Citra sedang memainkan ponselnya di sofa.Fatma dan Saskia sedang berada di kamar Fatma. Mereka berdua hanya diam di kamar dan menonton drakor secara marathon."Sabar. Arin kirim chat satu jam yang lalu, dia bilang kalo dia lagi di bandara dan akan boarding satu jam lagi,""Chicago-Swiss berapa jam penerbangan, sih?""Mas cek google aja coba,"Dewa menuruti perintah Citra untuk cek di google. Dia mengambil ponselnya yang dia simpan diatas nakas"WHAT??? 9 JAM????" teriak Dewa dan duduk tiba-tiba.Citra terkejut mendengar teriakan Dewa, dia mengusap dadanya. "Ya ampun, mas. Jangan teriak-teriak gitu. Aku kaget.""Ini 9 jam loh, yang. Iya kalo 9 jam kita langsung jalan-jalan, kalo ngga?" ucap Dewa cemberut.Citra melirik jam yang ada di dinding, "Ya ngga bakalan bisa langsung jalan-jalan. Orang mereka bakalan nyampe hotel tengah malem,""Arrggggh
Andrew berjalan keatas panggung. Suasana ballroom yang awalnya penuh dengan suara berbincang dari para pengusaha itu seketika senyap. Mereka fokus melihat Andrew yang ada disana."Good evening everyone. Thank you for coming to this party that I have organized. Everyone here must be very familiar with the state of HP Group in the past year...." Andrew terdiam dan melihat orang-orang yang ada di ballroom sebelum melanjutkan pidatonya. "Yes, as you all know we were at a low point in our company, but we are grateful that we were able to get through it and still survive. I can say that this is one of our best achievements. Speaking of achievements .... I'm not talking about being ranked as the world's number 1 entrepreneur or anything, but an achievement where we can survive the downturn and even we can still hope to continue to grow. There is no such thing as getting tired and giving up. Cheers." Andrew mengangkat gelas yang berisi red wine yang daritadi dia pegang dan meminumnya sedikit,
Arin berdiri di depan cermin di kamar hotelnya. Gaun yang dia kenakan saat ini adalah gaun dengan model off shoulder berwarna ungu tua dengan gradasi hitam. Rambut Arin hanya disanggul sederhana.Cantik. -- batin Arin tersenyum dengan percaya diri untuk menutupi kegugupan yang sedang dia alami sekarang. Berkali-kali Arin menghembuskan napasnya.Tiba-tiba saja Lili datang dan merangkul pundak Arin. Lili menumpukan kepalanya ka pundak Arin, "Kakak tegang, ya?" tanya Lili terkekeh melihat kegugupan Arin.Arin mengangguk sambil meringis."Tenang aja, kak. Kakak kan udah sering ketemu sama ayah sama om-om nya kak Dariel," tenang Lili beberapa kali mengusap punggung Arin."Kondisinya beda, Li. Meskipun kakak itu sekretarisnya pak Bram, terus kenal pak Frans sama pak Andrew juga tapi ya tetap aja beda. Apalagi pak Andrew yang notabenenya ayah Dariel, bahkan pak Andrew jarang nyapa kakak di hotel. Kalo pak Frans sama pak Bram sih udah sering," keluh Arin.Lili memutar tubuh Arin menghadapnya,
Bandara hari ini cukup ramai, terutama hari ini adalah weekend."Kamu udah coba telpon Saskia?" Tanya Dariel pada Arin. Beberapa kali Dariel cek jam tangan miliknya. Satu jam lagi pesawat akan lepas landas. Memang masih ada waktu, tapi jika datang lebih awal akan lebih baik.Tidak henti-hentinya Arin bertukar pesan dengan Saskia di aplikasi hijau, "Udah, aku lagi chat-an sama Saskia. 15 menit lagi dia nyampe," jawab Arin masih dengan berbalas chat dengan Saskia.Hari ini mereka akan berangkat ke Swiss dan Chicago.Arin, Dariel, Lili, Joni dan Sean akan pergi ke Chicago. Sedangkan Dewa, Citra, Fatma, dan Saskia akan berangkat ke Swiss. Sesuai dengan rencana jika rombongan Chicago akan datang ke Swiss setelahnya.Awalnya Sean akan berangkat bersama keluarga Frans dan Bram, tapi dia akhirnya membatalkannya, karena akan sangat kikuk jika pergi bersama mereka.15 menit berlalu, tapi belum terlihat tanda-tanda kedatangan Saskia.Mereka masih menunggu Saskia di ruang tunggu keberangkatan pes
"Cukup meresahkan mendengar aduan dari tetangga-tetangga disini. Apalagi kalian bukan mahrom," ucap pak RT.Sekarang Arin, Lili, Dariel dan Joni berada di rumah pak RT. Ini merupakan ide Arin untuk mendatangi rumah pak RT, yakni meminta ijin agar Joni dan Dariel bisa menginap di rumah mereka. Awalnya Arin sudah mencoba untuk tidak memikirkan gunjingan-gunjingan para tetangga pagi ini, tapi tetap saja dia merasa salah bagaimanapun Dariel dan Joni bukanlah warga disana."Iya pak, saya mau minta maaf. Saya ingin melakukan ijin tapi karena kami baru sampai jam 2 malam, lalu tadi pagi kami langsung ziarah, jadi baru bisa sekarang untuk melakukan ijin kesini," ringis Arin menyadari kesalahannya."Jika sebelumnya kalian tidak sampai menginap jadi tidak terlalu membuat khawatir warga disini, tapi jika sekarang kalian menginap jadi ya banyak gunjingan sana-sini. Saya pribadi tidak mempermasalahkan jika kalian menginap disini, dengan datangnya kalian meminta ijin pada saya setidaknya saya jadi t
Bab 139 : Ziarah dan perihal kakek-nenekSetelah Arin memijat punggung dan pundak Dariel semalam menggunakan alat pijat lumba-lumba, kondisi tubuh Dariel cukup membaik dari yang awalnya pegal-pegal karena kelelahan menyetir sekarang sudah tidak terlalu pegal. Meskipun masih terasa pegal, tapi tidak seburuk semalam.Jam 7 pagi sekarang. Keadaan rumah Arin cukup ramai. Bukan hanya di dalam rumah, tapi diluar rumah juga sangat ramai. Yup, diluar rumah Arin ada beberapa tetangga yang penasaran dengan siapa yang datang ke rumah Arin, secara disana terparkir mobil mewah dan elegan. Sangat jarang ada mobil mewah yang datang ke desa mereka. Memang beberapa kali Arin dan Lili menggunakan mobil Joni atau Citra saat akan berziarah, tapi mobil Joni dan Citra tidak semewah mobil Dariel.Banyak ibu-ibu yang sengaja nongkrong di sebrang rumah Arin karena saking penasarannya.Lili mengintip dari jendela, "Kak, ngga ada kerjaan banget deh itu ibu-ibu ngeliatin rumah kita," ucap Lili kesalArin yang s
Seperti permintaan Dariel 2 hari lalu, akhirnya Arin, Lili, Dariel dan Joni pergi berangkat ke kampung halaman Arin dan Lili. Dalam keadaan lelah sepulang kerja, Arin dan Lili langsung terlelap tidur di kursi belakang, sedangkan Dariel dan Joni duduk di depan, mata mereka masih melek.Dariel memang sengaja tadi hanya masuk kerja setengah hari. Setelah istirahat makan siang, dia pulang ke rumah untuk istirahat dan tidur. Begitu pula dengan Joni. Dia sudah tidak menjadi seorang pemadam kebakaran lagi, tapi dia membantu toko milik keluarganya jadi waktu yang dia miliki juga cukup luang.“Rencana mau lamar Lili kapan?” tanya Dariel pada Joni yang sedang menyetir.“Sudah saya lamar. Kedua orang tua saya sudah melamar Lili pada Arin untuk saya. Jadi sekarang Lili itu tunangan saya, bukan pacar saya.”“Kapan?”“Sudah lama. Bahkan mama yang ngebet ingin Lili jadi istri saya. Dia yang suruh buru-buru.”“Kan sudah dapat lampu hijau buat nikah. Kenapa ngga langsung nikah aja?”“Lili ingin Arin y
Dewa mendapat lemparan bantal.“Bos!”“Gue lagi tidur. Beraninya lo bangunin gue?” teriak Dariel.Bagai singa yang tertidur dan dipaksa bangun. Begitulah Dariel sekarang.Arin, Lili dan Joni kaget mendengar teriakan Dariel dari dalam kamar. Mereka bertiga berbondong menuju kamar Arin.“Apa-apaan ini?” sentak Arin dari pintu kamar. Dia menggeleng melihat bantal tidur miliknya ada di lantai.Arin lihat Dewa hanya diam saja. Begitu juga Dariel. Dariel masih tiduran di atas ranjang Arin.“Wa,” panggil Joni.Dewa melirik ke belakang tubuhnya. Dewa mendekati Arin dan berdiri di belakang Arin.“Bos Dariel lempar bantal ke gue. Padahal gue cuman bangunin dia,” rajuk Dewa dengan wajah memelas. Dewa mengadu pada Arin agar terhindar dari amukan Dariel.“Mas Dewa aku suruh bangunin kamu. Kita makan bareng sekarang,” titah Arin. Setelah mengucapkan itu, Arin melengos dan kembali ke meja makan. Dewa tersenyum pongah ke hadapan Dariel.Sumpah. Dariel kesal setengah mati melihat wajah menyebalkan Dew