Share

Part 31

Penulis: Manda Azzahra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-20 16:01:44

"Abang?"

"Hem?"

"Apa aku terlau egois? Apa aku terlalu kekanakan dan selalu memaksakan kehendakku pada Abang? Apa Abang bosan dan menjadi benci padaku?"

Air mata ini kian mengalir, aku menatap begitu dalam ke arah manik matanya. Mencari ketulusan dan kejujuran di sana, tentang apa yang akan dia jawab nanti.

Dia tersenyum kecil, lalu mengangkat tangannya ke udara. Perlahan, tangan besar itu mulai menyentuh pucuk kepalaku. Mengusap rambut panjangku dengan hati-hati.

"Aku tak pernah membencimu, Dwi. Katakan saja apa yang kau inginkan. Aku tak ingin membuatmu menangisiku lagi."

"Sungguh? Abang akan lakukan itu?"

"Aku tak mau kau terus-terusan menganggapku pria jahat. Tak pernah sekalipun aku berniat menyakitimu, Dwi."

Aku terpaku. Sejenak kurasakan kata-kata itu begitu tulus. Bukan hanya sebuah rayuan ataupun sandiwara. Apa itu artinya dia langsung setuju jika aku mengajaknya pindah dari sini?

*

Hari beranjak siang. Kudengar suara ketukan dari pintu depan. Aku baru saja selesai mandi sete
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 32

    Aku melirik wadah plastik berwarna biru muda di atas meja. Lalu kembali mengalihkan wajah ke sembarang arah."Hei! Aku sedang bertanya." Bang Haikal ikut menggeser wajahnya agar tetap sejajar dengan penglihatanku."Terserah Abang!" sahutku ketus."Jika kau melarang, aku tak akan memakannya.""Abang bilang ingin menghemat uang belanja," sindirku.Dia tertawa kecil."Aku sudah terbiasa makan masakanmu. Rasanya jauh lebih enak." Dia berusaha merayuku.Sudut bibirku terangkat meski sudah kutahan. "Masakan yang mana?" tanyaku malu, saking banyaknya menu yang coba aku buat dari video tutorial di youtube."Telur dadar," godanya."Hish, Abang!" Aku langsung mencubit perutnya. Dia semakin tertawa.Memangnya selain menu sederhana itu masakanku tidak ada yang enak?"Aku akan membuang semua makanan itu. Mereka pasti menaruh sesuatu agar Abang meninggalkanku dan kembali pada mereka!" Aku berucap kesal.*Aku menghidangkan beberapa macam lauk di atas meja. Ayam kecap, tumis buncis dan wortel, sam

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 33

    "Mengembalikan rantang.""Malam-malam begini? Kau bisa mengantarnya besok. Setidaknya kau tidak perlu bertemu__.""Justru aku ingin bertemu dengannya, Bang." Aku menyela begitu saja ucapan bang Haikal. "Aku tak mau lari lagi. Aku ingin melihat bagaimana reaksinya begitu tahu kita hidup dengan bahagia." Aku masuk dan berlalu begitu saja melewati tubuhnya.Dia mengikuti langkahku hingga melewati ruang tamu."Abang tahu dari mana kalau aku keluar? Abang mengintip ke kamarku, ya?" Aku mengentikan langkah dan berbalik ke arahnya."Kau tidak menyahut saat kupanggil. Kau tidak mungkin tidur jam segini.""Ada apa? Abang butuh sesuatu?""Iya... itu... aku...." Dia terlihat ragu-ragu. Seperti sungkan dalam mengutarakan sesuatu.Jantungku tiba-tiba berdetak lebih kencang. Jangan-jangan... dia sedang memikirkan hal yang tidak-tidak. Atau dia memiliki indera ke enam dan bisa merasakan bahwa aku tadi mengarang cerita romantis tentang malam jumat pada Kania dan ibunya.Apa saat ini dia juga menyadar

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 34

    "Kau serius?" Dea tercengang mendengar ucapanku tentang Kania, yang kini menjadi tetangga baruku."Kau tidak berpikir ini cuma kebetulan, kan?" tanyaku dengan nada emosi."Tentu saja bukan. Gadis itu sudah gila, Dwi. Dia menguntit suamimu!" "Tentu saja. Dan dia masih tak mau mengaku.""Kau lebih gila lagi karena masih mau tinggal di situ. Sebaiknya kau ajak bang Haikal pindah. Kau tahu sendiri kisah pelakor semakin marak akhir-akhir ini. Bagaimanapun juga, suamimu itu laki-laki normal, Dwi." Dea memanas-manasi. Membuat mataku melirik seolah ingin mencekiknya."Maaf." Dia tertawa cengengesan.Aku kembali menjelaskan bahwa pernah memikirkan tentang hal itu. Namun tetap saja Kania akan hadir dan terus menerus meneror rumah tangga kami. Dea mengangguk-ngangguk seperti mengerti. Detik berikutnya dia mengernyitkan dahi memandangku."Sejak kapan kau bisa berpikiran dewasa seperti itu? Apa karena pengaruh malam jumat, dan kau jadi percaya sepenuhnya pada suamimu itu?"Aku yang sedang menyer

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 35

    Makan malam kali ini terasa begitu canggung. Aku dan dia masih saling diam. Tak ada yang berani memulai percakapan.Tak lama terdengar suara ketukan dari pintu depan.Aku beranjak dari ruang makan untuk melihat siapa yang datang. Aku tercengang saat melihat ibunya Kania kembali berdiri di ambang pintu, lagi-lagi dengan membawa sesuatu."Ini baru saja matang. Masih panas." Senyumnya mengembang sembari menyodorkan mangkuk kaca dengan asap yang masih mengepul dari lubang tutupnya. Ada piring batu di bawahnya sebagai tatakan.Aku menelan ludah. Sepertinya sikap ramahku kemarin disalah artikan oleh wanita ini. Dia muncul kembali seperti ingin mendekatkan diri dengan keluarga kami."Ibu tidak usah repot-repot. Aku dan bang Haikal tidak terlalu banyak makan. Kebetulan kami sudah ada makan malam." Aku menolak secara halus."Ini kolak labu. Haikal sangat suka jika ibu memasak ini. Katanya dia paling suka masakan yang manis-manis."Aku menghela napas, mencoba menahan diri. Ibu ini membuatku ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-24
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 36

    Aku seperti mengenali suara itu. Aku langsung mendongak untuk meyakinkan diri. Lalu melihat sekeliling untuk memastikan bahwa saat ini aku masih berada di kawasan sekitar rumahku. Tapi kenapa bisa ada dia sedang berdiri menatapku?"Kau menangis lagi!" Pemuda dengan celana pendek di bawah lutut dan kaos rumahan itu kembali bersuara."Bim__Bima?" Dengan ragu aku menyebut namanya. "Kau mengikutiku sampai ke sini?" Dia mendesis. "Kau berlari seperti orang kesurupan. Tentu saja aku mengikutimu."Dia melihatku berlari? Dari mana? Sejak kapan dia menjadi penguntit seperti Kania? Apa dari sore tadi dia mengikuti mobil Dea hingga sampai ke rumahku?"Sejak kapan kau melihatku?" tanyaku penasaran.Aku langsung bangkit dan mengusap air mata dengan punggung tangan."Kalau sudah tidak sanggup, berpisah saja. Masa depanmu masih panjang." Bukannya menjawab dia malah bertausiah memberikan nasihat."Apa maksudmu?" "Bukankah waktu itu suamimu bilang kau ingin bercerai? Kenapa tidak jadi? Dasar plinpl

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-25
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 37

    Aku menggeleng dengan cepat."Hanya mantan. Tapi wanita itu masih juga mengejar dan berusaha mendekati suamiku.""Oh, berarti pernah saling cinta, ya. Kalau suamimu juga masih menyukainya, bagaimana?" Ucapannya membuat hatiku semakin memanas.Aku terdiam. Tak langsung mengelak. Karena memang seperti itulah kenyataannya. Aku lebih memilih bungkam, tak menjawab."Kau tidak lelah?" Dia menarik lenganku agar berhenti. Aku menurut, sembari menunduk. "Kuantar pulang!" Dia menarik kembali lenganku yang masih dipegangnya.Aku langsung menarik tanganku kembali, tak ingin dia terlalu lancang dengan sembarangan menyentuh isteri orang. Seberapa marahnya pun aku saat ini, hanya dengan tangan suamikulah aku ingin disentuh."Maaf." Dia mengangkat kedua tangannya ke atas, seperti tanda menyerah. "Ini sudah malam. Kau tidak ingin membuat suamimu khawatir, kan?"Aku berpikir sejenak, lalu mengangguk. Dia menggeser tubuhnya, seperti memberikan jalan agar aku bisa lewat. Aku menatapnya sebentar, lalu me

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-26
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 38

    "Tetangga?" Aku mengulangi ucapannya. Merasa tak percaya atau mungkin salah dengar.Dia hanya mengucapkan kata 'hem' sambil mengangguk."Bagaimana bisa?" tanyaku penasaran."Apanya yang bagaimana? Tentu saja aku harus mengikuti kemana orang tuaku tinggal. Mereka melihat rumah itu dijual dan membelinya. Ada yang salah?"Aku terdiam. Kembali melihat bangunan dua lantai yang sudah direnofasi itu. Aku bahkan tak menyadari seseorang yang aku kenal tinggal di sana sudah berhari-hari. "Dokter gigi itu, ibumu, ya?" Dia kembali mengangguk.Aku pun jadi ikut mengangguk-ngangguk, mulai mengerti."Baiklah. Aku pulang dulu, ya." Bima pamit padaku dan juga bang Haikal.Aku memandangi Bima yang menoleh ke kiri dan ke kanan, lalu berlari kecil menyeberang jalan. Aku hanya ingin memastikan bahwa dia benar-benar masuk ke rumah itu.Dia membuka pagar di sisi kiri, jalan masuk yang berbeda dari ruangan sisi kanan yang dijadikan sebagai tempat praktek ibunya. Ya, pemuda itulah yang bang Haikal dengar se

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 39

    "Jangan membawa-bawa Bima dalam masalah kita. Dia tidak tahu apa-apa. Aku sudah cukup bersabar. Percaya kalau Abang benar-benar berusaha melupakan Kania. Tapi kenyataannya apa? Hanya gara-gara kolak labu Abang membentak dan memarahiku di depan orang itu. Abang sengaja ingin mempermalukanku, kan? Agar mereka tahu kalau isteri Abang sekarang tidak sehebat kekasih Abang itu.""Maafkan aku, Dwi! Bukan itu maksudku." Suaranya sedikit tertahan."Aku tak percaya lagi pada Abang. Aku sudah lelah. Aku akan bilang pada ayah akan bercerai. Abang tidak perlu khawatir, aku tidak akan membuat nama Abang jelek di depan keluargaku. Hanya itu kan yang Abang takut kan?" Aku kembali terisak.Padahal sudah setengah mati aku menahannya. Mencoba bersikap tegar dengan tak mau lagi terlihat lemah di matanya. Tapi tetap saja mata ini ingin menangis. Entah karena sakit yang kurasakan, atau bersedih karena akan berpisah dari orang yang masih sangat aku cintai.Dia terdiam. Tak lagi mengiba seperti tadi. Sudah k

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28

Bab terbaru

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 83 (Ending)

    "Sudah kubilang itu bukan urusanmu. Kau semakin lancang, Bim. Aku tak mau punya teman sepertimu!" Kubuang muka, tanda tak terima dengan sikapnya."Aku mendengar pembicaraanmu saat di toko buku. Kenapa tak menurut saja? Suamimu bahkan ingin menjauh dengan kembali menyekolahkanmu." Ucapannya kini tak lagi kasar. Terkesan seperti memohon pengertian.Aku menelan ludah. Lalu beralih kembali menatap wajahnya. Begitukah cara dia mengungkapkan perasaannya? Sama sekali tak ada bedanya denganku. Egois dan selalu menggunakan berbagai cara."Kau mengikuti kami?" Aku langsung menebak.Dia sama sekali tidak menyangkal. Malah memandangku dengan sorot mata yang... mungkin meminta pengertian."Sikapmu sama sekali tidak mencerminkan mahasiswa terpelajar, Bim. Kau seperti....""Ya! Aku terlihat seperti orang gila, kan?!" Menggeram dia menebak ucapanku yang terhenti. "Aku sama sepertimu. Jatuh cinta pada orang yang salah."Mata itu kini

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 82

    Setelah menjalani proses yang memakan waktu cukup lama, akhirnya pengadilan memutuskan Kania bersalah. Dia dijatuhi hukuman dua tahun kurungan.Aku merasa lega, bukan hanya karena tindakan kekerasan yang dia lakukan terhadapku. Namun juga karena sikapnya yang selama ini terus menerus meneror batinku. Membuatku merasa tak layak dicintai oleh suamiku sendiri. Juga membuat bang Haikal selalu merasa rendah diri dan takut mencintai wanita sepertiku, meski telah sah menjadi isterinya.Masih kuingat dengan jelas wajah terakhir gadis itu sebelum petugas membawanya. Tak ada penyesalan terlihat di sana. Seolah apa yang dia lakukan bukanlah sesuatu yang salah. Di sidang-sidang sebelumnya pun dia selalu mengumpat jika sedang berpapasan denganku. Mengatakan kalau dia belum kalah, dan akan merebut kembali miliknya yang telah aku curi.Matanya jelas masih begitu berharap agar bisa bertemu lagi dengan suamiku. Memang selama sidang berlangsung, hanya sekali mantan kekasihnya itu

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 81

    "Jangan pedulikan ucapan mereka, Bang." Aku mulai merayu saat mendatangi suamiku di kamarnya. Aku membantu melepaskan kemeja yang tadi dia pakai.Entahlah. Masih canggung rasanya bagi kami untuk bersatu dan menempati kamar yang sama. Hingga kami masih harus saling menghampiri jika ada yang ingin dibicarakan."Sudah kubilang aku tak apa-apa." Bang Haikal tersenyum sembari memakai kaos oblong tipis untuk tidur. Lalu seenaknya membuka kancing dan resleting celana panjang, lalu menurunkannya tanpa pemberitahuan."Ish, Abang!" Tubuhku refleks berbalik memunggunginya. Malu jika melihat sesuatu yang sebenarnya sudah pernah aku rasakan."Kau kenapa?" Dia berjalan dengan suara yang kian mendekat."Kenapa buka celana di hadapanku?" Aku merengek."Kau ini aneh. Seperti tidak pernah melihatnya saja." Bang Haikal berjalan mendekati pintu dan menggantung celana panjang tadi. Kini dia sudah terlihat memakai celana pendek di bawah lutut."Tapi

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 80

    Bima tampak masih sangat tenang meski semua orang menatapnya. Ingin sekali rasanya aku mencekik lehernya karena telah membuat suamiku kembali memikirkan hal yang bukan-bukan tentang aku dan dia.Bang Haikal pasti berpikir kalau Bima masih menaruh perhatian dan mencari cara agar bisa mendekatkan diri denganku. Tanpa dia tahu, kini aku dan Bima terlibat selisih paham karena kekurang ajaran mahasiswa psikologi itu.Jika malam ini sampai terjadi masalah lagi di antara kami karena Bima, aku bersumpah akan melempar kaca jendelanya hingga pecah. Aku lelah dengan semua masalah yang seperti tidak ada habisnya."Wah, Bima baik sekali. Kau dengar itu, Dwi?" Ibu tampak lebih mengagumi pemuda itu dari sebelumnya. "Harusnya kau juga bersemangat seperti Bima. Bukannya kalian seumuran? Kau bisa mengejar ketertinggalan jika belajar bersama Bima."Aku mendesis pelan. Ibu seolah-olah masih menaruh harapan agar aku juga memiliki antusias seperti Bima. Menjadi anak perempuan

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 79

    Aku rasa sikapku selama ini terlalu kasar menghadapinya. Dari caranya menatapku tadi, seperti ingin menyapa dan menanyakan kabarku. Namun hal itu urung dia lakukan, karena Kania langsung menarik tangannya, dan menyeretnya menjauh dari kami.Tak lama kulihat sebuah mobil Daihatsu Sigra berhenti menghampiri mereka. Lalu gadis yang masih menatapku dengan penuh kebencian itu menghilang bersama ibunya saat mobil itu melintasi dan meninggalkan tempat."Singgah ke rumah, ya, Dwi. Biar nanti Haikal suruh menjemputmu di rumah." Ibu merangkulku hendak menuju mobil.Aku melirik Bima sekilas."Iya, Bu. Bang Haikal pasti akan bergegas menjemput jika tahu aku tidak di rumah." Sengaja aku bicara berlebihan agar Bima tahu bahwa hubungan rumah tanggaku tak seperti yang dia pikirkan.Dia hanya menatapku tajam tanpa mengucap sepatah kata pun.*[Norak!] Sebuah pesan whatsapp masuk atas nama Bima.Mataku membesar saat membacanya. Aku yang duduk di bangku belakang mobil milik ayah langsung membalasnya.[K

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 78

    "Sudah mulai nakal kau rupanya, ya." Bang Haikal menyentil keningku dengan jemarinya. Membuat bibirku mengerucut dibuatnya."Makanya jangan menyuruhku yang bukan-bukan. Lebih baik aku mengurus sepuluh anak daripada memegang buku pelajaran," protesku.Dia tertawa kecil. "Kalau soal membantah, kau memang juaranya." Bang Haikal mengacak-acak rambutku.Aku tersenyum malu. Menganggap bahwa hal itu adalah suatu pujian, bukan lagi sebuah sindiran yang dia alamatkan untuk mengejekku seperti biasanya.*Siang ini aku menemani Dea ke toko buku. Tadi aku menghampirinya di kampus, lalu pergi bersama dengan Honda Brio merah-nya. Hal rutin yang sering kami lakukan saat bahan bacaan di rumah sudah habis.Dea terkikik geli saat aku menceritakan ide bang Haikal yang ingin kembali menyekolahkanku. Aku mencubit bahunya karena terus-terusan meledek, bahwa suamiku mungkin amnesia dan tak lagi mengenalku. Si bodoh yang ingin cepat-cepat lulus SMA agar bisa menikah dengan pria impiannya."Wanita yang baik

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 77

    "Abang bicara apa? Kalau mau punya mainan, ya menikah saja. Abang bisa membuat anak sebanyak-banyaknya." Aku menggantikan suamiku menjawab permintaannya. "Aku masih kecil. Belum siap menjadi seorang ibu." Aku memasang wajah merengut.Ini kali kedua abangku meminta hal yang bukan-bukan pada kami. Hanya karena aku sudah jarang mengganggunya, dia jadi meminta penggantiku sebagai tumbal keisengannya.Bang Haikal mengamati wajahku, kemudian menunduk. Masih mengusap-usap dadanya yang mungkin masih merasa sakit akibat tersedak tadi.*Aku dan bang Haikal kembali melintasi malam dengan motor matic kesayangannya. Masih dengan pelukanku yang mesra melingkari pinggangnya. Kami tak ubahnya seperti pasangan remaja yang sedang dimabuk cinta. Dia juga tak lagi canggung saat menunjukkan perhatiannya padaku di depan keluarga kami. Baik di hadapan orang tuaku, terlebih lagi pada ayah dan ibunya. Tak seperti saat awal-awal pernikahan dulu. Selalu saja kaku, bahkan hanya untuk merangkul bahuku."Dwi?" B

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 76

    Di pagi hari aku kembali menyiapkan sarapan dan juga bekal untuk suamiku. Bang Haikal keluar dari kamar sudah dalam keadaan rapi, lengkap dengan rambutnya yang masih basah dan juga wangi.Aroma shampo menyeruak menerobos indera penciuman. Membuatku merasa nyaman seperti menghirup aroma terapi.Dia duduk di kursi makan. Memerhatikan aku yang meletakkan secangkir teh di hadapannya. "Wajahmu memerah. Apa kau demam?" tegur pria dengan kemeja lengan panjang itu.Sontak aku memegang kedua pipiku. Lalu melotot ke arahnya. Tahu Kalau dia sedang meledekku. Padahal wajahnya sendiri tak berbeda jauh dari apa yang dia katakan tentang aku. Merah dan juga merona di bagian pipinya.Dia tertawa kecil. Lalu menarikku agar berdiri merapat ke tubuhnya. Wajahnya yang kini hanya setinggi perutku dia dongakkan untuk menatapku. Memandang dengan tatapan penuh cinta. Membuatku semakin terpesona dibuatnya."Terima kasih." Setengah berbisik dia ucapkan kata itu. Aku mengulum senyum. Mengingat sikap manisnya m

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 75

    "Kau tahu aku tidak suka berbasa-basi, kan?" Dia tak lagi terlihat santai. "Lalu sekarang kau mau apa? Kau ingin aku mengakui semuanya dan bertanggung jawab atas pelecehan yang aku lakukan padamu? Aku akan bertanggung jawab. Akan kukatakan semuanya pada suamimu.""Hentikan, Bima! Kau lepas kendali. Aku sudah bersuami dan kau tidak pantas mengatakan semua itu padaku.""Kau sendiri yang memaksaku mengaku. Aku bisa menyelamatkanmu dari pernikahan palsu itu. Sadarlah. Hubungan kalian tidak akan pernah berhasil.""Kau benar-benar kelewatan. Aku membencimu. Aku tak mau lagi bicara padamu!" Aku berlari masuk dan membanting pintu dengan keras. Duduk bersimpuh di balik pintu dengan meremas kerah bajuku sendiri.*Aku baru saja selesai mandi. Terkejut saat melihat bang Haikal sudah berdiri di depan pintu kamarnya yang berhadapan langsung dengan kamar mandi. Sontak aku menutup tubuh bagian atas yang hanya berbalut handuk sampai sebatas dada."Kenapa ditutup? Aku sudah pernah melihat semuanya." B

DMCA.com Protection Status