Share

TEROR FOTO

Author: Rara Qumaira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 14

TEROR FOTO

Di rumah, di kamarnya, Naura menangis tergugu. Dia membanting ponselnya ke atas ranjang. Dia berharap semua itu tidak nyata, tapi foto-foto itu begitu jelas.

Seseorang mengirimi dia foto-foto Bagas yang sedang berpegangan tangan dengan Kirana di sebuah restoran. Hatinya benar-benar hancur.

Ini yang Naura takutkan selama ini. Kehadiran Kirana kembali akan menggoyahkan hati Bagas yang sudah mulai beralih kepadanya.

Mood Naura yang tadinya bagus, anjlok seketika. Sepanjang siang hingga sore hari, Naura benar-benar gelisah. Dia bahkan tidak mau keluar dari kamarnya.

"Assalamualaikum," teriak Bagas saat masuk ke rumah.

"Waalaikumsalam," sahut ibu mertuanya. Dia segera mencium tangan sang ibu mertua.

"Naura mana, Ma?" tanya Bagas.

"Di kamar. Gak tahu, tuh. Dari tadi gak mau keluar. Hati-hati, moodnya lagi jelek kayaknya!" ujar Mama Naura sembari berbisik.

"Beneran, Ma?"

"Iya. Biasalah ibu hamil. Suka berubah-ubah. Kamu yang sabar aja, ya!"

Bagas bergegas naik ke kamarny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • JODOH DEPAN RUMAH   BERTEMU LAGI

    Bab 15BERTEMU LAGI"Sebenarnya gue juga pengen jalan. Tapi, gak enak kalo berdua aja. Sama lo sekalian gimana? Ntar, pulangnya gue anterin," sahut Nico."Duh, gimana, ya? Soalnya, bodyguardku ini protectif banget," ujar Naura bimbang."Ayolah! Kan, kita gak berdua! Sama Prilly juga?"Naura tampak menimbang-nimbang."Aku izin kak Bagas dulu, deh!" putus Naura.Akhirnya, Naura segera menghubungi Bagas untuk meminta izin. "Bagaimana?" tanya Prilly tidak sabar saat naura sudah selesai menelepon."Gue dapat izin ta—" "Yes … yuk, berangkat sekarang!"Belum selesai Naura bicara, Prilly sudah menyambarnya. "Aku belum selesai ngomong, markonah …," ujar Naura sebal kepada temannya."He … maaf. Abisnya, gue terlalu seneng sih. Ya udah gih, lanjutin. Gimana tadi?" ujar Prilly cengengesan."Aku dapat izin, tapi hanya gak boleh lama-lama," ujar Naura."Ya udah, gak papa. Kita nongkrong di cafe aja. Gak usah muterin mall. Kasihan Naura nya juga," ujar Nico."Ya udah, yuk, berangkat!" sahut Pril

  • JODOH DEPAN RUMAH   RONALD TELAH KEMBALI

    Bab 16Ronald telah Kembali"Ya udah! Sekarang minum obat, ya!"Naura mengulurkan obatnya. Setelah selesai minum obat, Bagas berbaring lagi."Terimakasih, sayang!" ujar Bagas."Sama-sama," jawab Naura sembari tersenyum."Semalam kenapa bisa basah gitu bajunya? Kena flu kan, jadinya?" tanya Naura.Bagas berpikir sejenak. Dia menghela napas."Ceritanya ntar aja, ya. Ini kepalaku pusing banget," ujar Bagas."Ya udah, bobok lagi sana!" jawab Naura, lalu membetulkan letak selimut suaminya. Setelah Bagas merasa nyaman dengan posisinya, Naura segera keluar kamar."Bagaimana kondisi, Bagas?" tanya Bunda Bagas."Bunda! Kapan datang?" tanya Naura, lalu mencium tangan bundanya."Barusan! Ini bunda bawakan sup ayam! Bagas kalau sakit, sukanya makan sup ayam! Bagas sudah makan?" "Sudah, Bun! Tadi Naura buatkan bubur ayam! Ini sup ayam buat nanti siang aja ya, Bun?" "Iya, Sayang! Gak papa. Bagas bagaimana kondisinya?""Masih pusing katanya. Itu tadi habis minum obat, terus tidur.""Bagas itu gak

  • JODOH DEPAN RUMAH   KECELAKAAN

    Bab 17Kecelakaan"Kakak belum makan?" tanya Kirana. Dia segera mengeluarkan kotak bekal yang dibawanya."Kamu juga belum makan?" "Belum, Kak! Tadi itu, rencananya aku akan makan setelah mengantar bekal dan mengembalikan payung kak Bagas. Tapi, dia hari ini tidak masuk kantor.""Kamu bertemu dia?" tanya Ronald penasaran."Iya, kak. Semalam!" Lalu, Kirana menceritakan pertemuannya tadi malam dengan Bagas."Ternyata, dia masih peduli sama kamu, ya?" ujar Ronald."Kak Bagas dari dulu memang baik. Kalaupun tadi malam itu bukan aku, pasti dia juga tetap menolongnya! Udah ah, ayo makan dulu!" ujar Kirana.Mereka makan siang sembari mengobrol ringan. Setelah selesai,mereka bersama-sama mengepak barang-barang milik Kirana."Ini sudah semua?" tanya Ronald."Iya, Kak! Aku gak punya banyak barang!" ujarnya."Ya sudah! Ayo!"Mereka segera meluncur ke apartemen milik Ronald. Apartemen yang menjadi saksi bisu kisah mereka di belakang Bagas, dulu."Kak, apa aku harus tinggal disini? Aku kost aja, y

  • JODOH DEPAN RUMAH   KONDISI NAURA

    Bab 18KONDISI NAURA"Halo! Gue Nico!""Ada apa? Mana Naura?" tanya Bagas emosi."Sekarang, kami ada di rumah sakit Cipta Husada. Sebaiknya kamu segera ke sini.""Apa yang terjadi?" tanya Bagas panik."Naura … dia terjatuh dari tangga," ujar Nico."Apa?" Bagas segera mematikan sambungan ponselnya dan berlari menuju tempat parkir. Dia melajukan mobilnya dengan kencang menuju rumah sakit."Semoga kamu dana anak kita baik-baik saja,Sayang!" gumam Bagas. Setelah sampai, Bagas segera menghubungi ponsel Naura."Dimana kalian?" tanya Bagas setelah ponselnya diangkat."Kami masih di UGD," jawab Nico. Bagas segera berlari ke arah UGD. Dari jauh, terlihat Nico dan Prilly. "Bagaimana keadaan Naura?" tanya Bagas."Masih ditangani dokter," jawab Nico."Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana dia bisa jatuh dari tangga?" tanya Bagas. "Tadi, sepulang kuliah, kami berencana hangout bareng. Pas mau keluar kelas,Naura izin ke toilet dulu. Kami disuruh menunggu di mobil. Tak lama setelah kami tiba di

  • JODOH DEPAN RUMAH   KEPULANGAN MARCHEL

    Bab 19Kepulangan Marchel"Sus, sudah semalaman istri saya kok belum sadar?" tanya Bagas."Sabar dulu ya, Pak! Didoakan saja, semoga Ibu cepat sadar. Ini semuanya sudah normal, kok. Kalau begitu, saya permisi, Pak! Selamat pagi!""Selamat pagi!"Bagas kembali duduk di dekat Naura sembari menggenggam tangan istrinya.Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka."Bagas!"Bagas menoleh."Marchel!" Bagas segera bangkit dan memeluk sahabatnya itu."Maaf, aku baru bisa kesini sekarang," tanya Marchel."Iya, Chel, aku ngerti. Kamu mau pulang saja, aku udah seneng banget.""Bagaimana keadaan Naura?" tanya Marchel. Mereka berbincang sembari duduk di sofa yang disediakan."Masih belum sadar.""Aku ikut berduka cita tentang putra kalian. Sudah dimakamkan?" tanya Marchel. "Rencananya pagi ini. Papa sudah menyiapkan semuanya," jawab Bagas sendu.Marchel menepuk pundak sahabatnya."Kamu yang sabar, ya! Kamu harus kuat!" Marchel memeluk sahabatnya. Bagas kembali menitikkan air mata. Kesedihan masih mengg

  • JODOH DEPAN RUMAH   ALVARO FAUZAN ARDIANSYAH

    Bab 20Alvaro Fauzan Ardiansyah"Sudah siap, sayang? Ayo, kita pulang!" Bagas keluar membawa barang-barang mereka. Sementara Naura disampingnya, didorong oleh suster menggunakan kursi roda.Setelah menata semua barang, mereka segera meluncur. Bagas menjalankan mobilnya dengan santai. Tiba-tiba, dia membelokkan mobilnya."Lho, sayang! Ini mau kemana? Aku mau langsung pulang, pengen lihat anak kita!" protes Naura.Bagas hanya menanggapinya dengan senyuman. Dia terus melajukan mobilnya dengan tenang. Naura yang tidak ditanggapi, akhirnya diam dan menurut.Perlahan, mobil Bagas menepi dan berhenti di sebuah pemakaman umum. Naura menjadi semakin bingung. "Sayang, kita ngapain kesini?" tanya Naura bingung.Bagas segera melepas seatbeltnya dan turun dari mobil. Dia mengitari badan mobil, mengambil kursi roda, lalu membukakan pintu untuk Naura.Dengan wajah kebingungan, Naura membiarkan Bagas memindahkannya ke kursi roda dan mendorongnya memasuki area pemakaman. Tak lama kemudian, Bagas men

  • JODOH DEPAN RUMAH   PENYELIDIKAN

    Bab 21PenyelidikanNaura menikmati setiap sentuhan dari petugas itu. Rasanya, sangat nyaman. Tak terasa, empat jam sudah mereka menjalani perawatan. Saat ini, jam sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB."Nah, kalo gini kan badan jadi seger. Ayo, sekarang kita makan siang di resto sebelah saja! Saya sudah lapar sekali," ajak Mama Naura."Ayo, Jeng!" Mereka bertiga melangkahkan kaki menuju resto tersebut. Saat sedang menunggu makanan datang, tiba-tiba ada yang datang menyapa. "Naura! Kamu Naura, kan?"Naura mengernyitkan dahi. Dia mencoba mengingat-ingat siapa wanita ini."Kamu … Alice, kan?" tanya Naura ragu."Iya, benar! Aku Alice!" ujarny sembari tersenyum."Kamu temannya Naura? Ayo, duduk! Gabung sini!" ujar Bunda Bagas."Terimakasih, Tante!" ujar Alice."Mau pesan apa? Tadi, kami sudah pesan!" ujar Mama Naura."Gak usah, Tante! Saya sudah makan, kok! Ini tadi mau pulang! Kebetulan aja melihat Naura!""Teman kuliah? Kok Tante gak pernah lihat?""Bukan, Tante! Saya adiknya kak Ronald,

  • JODOH DEPAN RUMAH   KEMBALI MASUK KULIAH

    BAB 22Kembali Masuk KuliahBagas menghembuskan napas panjang."Sebenarnya, ada yang belum gue ceritakan," ujar Bagas lirih."Mengenai apa?" tanya Marchel penasaran."Operasi Naura."*************************************"Kondisi Ibu Naura kritis. Benturan di perutnya mengakibatkan pendarahan hebat sehingga Ibu Naura kehilangan banyak darah." Dokter tersebut memberi penjelasan."Tolong lakukan yang terbaik untuk istri saya, Dok! Berapapun biayanya!" ujar Bagas."Tentu, Pak! Kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien kami. Hanya saja, ada yang perlu Bapak ketahui.""Apa, Dok! Tolong jelaskan!""Benturan tadi mengakibatkan memar pada bayinya. Ditambah lagi dengan pendarahan hebat yang mengakibatkan Ibu Naura menjadi lemah, janinnya pun ikut melemah. Dan, janinnya tidak bisa diselamatkan.""Maksud Dokter?" tanya Bagas tak paham."Ibu Naura mengalami keguguran. Demi keselamatan Ibu Naura, janinnya harus segera dikeluarkan."Bagas merasa sangat sedih. Buah hati yang mereka tunggu, kini

Latest chapter

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 52 EKSTRA PART

    Bab 51EKSTRA PART"Sayang, besok aku izin keluar ya!" ujar Kirana kepada Ronald."Mau kemana?" tanya Ronald."Ke rumah sakit.""Kamu sakit?" tanya Ronald panik."Gak, Sayang! Jadi, ceritanya itu akhir-akhir ini kan Axel sering sakit, trus beberapa kali mimisan. Akhirnya, aku periksakan ke dokter. Nah, sama dokternya disuruh periksa ke lab. Takutnya, ada yang serius." Kirana memberi penjelasan."Kenapa gak pernah cerita? Itu periksa ke labnya kapan?""Sekitar … dua minggu sebelum pernikahan kita," ujar Kiran sambil mengingat-ingat."Sebelum kamu nemuin Papa dan nglamar aku.""Itu sudah lama sekali, lho!" protes Ronald."Iya sih. Kata petugas labnya, perkiraan dua minggu hasilnya keluar. Tapi kemarin itu ternyata lebih. Baru tiga hari yang lalu dikabari kalau hasilnya sudah keluar.""Trus, kenapa gak langsung diambil?" "Lha kita kan posisinya masih bulan madu. Aku gak mau merusak suasana. Kalau sekarang kan, kita sudah di rumah. Makanya mau tak ambil."Ronald menghela nafas panjang."

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 50 PERTEMUAN PERTAMA

    Bab 50PERTEMUAN PERTAMA“Oya, siapa nama anak kita?” tanya Ronald.” Axel Dharmendra Wibawa,” sahut Kirana.“Kamu tidak memasukkan namaku?” protes Ronald.“Aku gak yakin kamu mau mengakuinya, jadi aku memasukkan nama Papa.”“Setelah kita menikah, aku akan menggantinya menjadi Axel Dharmendra Baskoro,” ujar Ronald.“Terserah kamu sajalah.”“Oya, dia pulang sekolah jam berapa?” tanyanya.“Jam 14.00 WIB.”“Nanti aku ikut jemput, ya?” tanya Ronald.“Yakin?”“Iya, dong! Aku sudah tidak sabar!” ujar Ronald.“Dia pasti senang,” ujar Kirana.“Apa yang kamu katakan padanya saat dia menanyakan Papanya?” tanya Ronald penasaran.“Aku bilang sama dia kalau Papanya sedang bekerja di tempat yang jauh mencari uang yang banyak buat dia.”“Trus, dia jawab apa?”“Awalnya gak banyak protes, tapi akhir-akhir ini dia selalu bilang kalau dia tidak butuh uang yang banyak. Dia hanya ingin punya Papa seperti teman-temannya,” sahut Kirana. Dia tampak sedih mengingat pembicaraannya dengan Axel kala itu.Ronald

  • JODOH DEPAN RUMAH   PERJUANGAN RONALD

    Bab 49PERJUANGAN RONALD"Aku sudah meletakkan surat pengunduran diriku di meja Pak Ronald.""Kamu yakin? Aku bisa memindahkan kamu ke divisi lain kalau tidak suka disana.""Gak perlu, Pak! Saya ada alasan lain mengapa harus resign.""Baiklah, kalau memang itu keinginanmu. Aku tidak memaksa.""Ya sudah, Pak, saya pamit ya!" Usai Kirana meninggalkan kantor, tak lama kemudian Ronald datang. Dia sangat terkejut mendapati surat pengunduran diri Kirana. Dia lebih terkejut lagi mendapati hasil tes DNA delapan tahun yang lalu."Jadi, anak itu adalah anakku," ujar Ronald lirih. Ronald tampak syok. Bergegas dia melangkah ke ruangan Sakti."Apa Kirana tadi kesini?" tanya Ronald."Iya Pak, hanya mampir sebentar lalu pulang. Ada apa Pak?" tanya Sakti heran."Gak ada. Terimakasih," ujarnya, lalu meninggalkan ruangan Sakti. Sakti memandang kepergian Ronald dengan miris. Dia tahu, ada sesuatu antara Kirana dan Ronald. Sepertinya, dia harus bersiap patah hati. Ronald segera melajukan kendaraanny

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 48 MENGUNDURKAN DIRI

    BAB 48MENGUNDURKAN DIRI“Saya temannya Mama kamu,” sahut Bagas.“Oya? Wah ... kebetulan sekali! Apa kamu juga teman Papa aku?” tanya Axel polos.Bagas memandang Mama Kirana mencari jawaban.“Axel, ayo temannya diajak masuk!” ujar Mama Kirana.“Gak usah, Tante! Kami langsung pulang saja!” sahut Bagas.“Papa, kami mau kue!” rengek Kayla.“Mau kue yang mana? Sini, Oma ambilkan!”Mama Kirana menggiring Kayla dan Keysha ke bagian etalase kue.Sekarang, tinggal Bagas berdua dengan Axel.“Om, apa Om kenal dengan Papa aku?” tanya Axel lagi."Memangnya Mama kamu bilang apa?" tanya Bagas."Kata Mama, Papa sedang bekerja di tempat yang jauh. Kalau Om ketemu Papaku, tolong katakan padanya, aku gak minta uang yang banyak. Aku juga gak akan minta dibelikan mainan. Aku hanya ingin Papa pulang. Gak papa kita gak punya banyak uang, asalkan bisa selalu bersama," ujar Axel sendu."Bagas terharu mendengar ucapan Axel, lalu menghela napas panjang."Om memang kenal Papa kamu, tapi Om gak tahu dimana dia s

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 47 QUEEN CAKE 'N BAKERY

    BAB 47QUEEN CAKE ‘N BAKERY"Pa, bagaimana kalau kita antar Axel pulang dulu? Dia belum dijemput!" ujar Kayla kepada Papanya saat dijemput pulang sekolah. Tampak, di taman Axel sedang bermain sendirian ditemani sang wali kelas. "Iya, Pa! Kasihan dia nanti sendirian!" sahut Keysha."Memangnya Axel belum dijemput?" tanya Bagas."Belum!" sahut mereka serempak."Sebentar! Papa tanya wali kelas kalian dulu!"Bagas, Kayla, dan Keysha segera menghampiri wali kelas mereka. "Selamat siang, Bu!” sapa Bagas.“Selamat siang, Pak Bagas! Ada apa, ya?” tanya Bu Dyah, walikelas mereka.“Axel kok belum pulang? Memangnya, dia belum dijemput, Bu?" tanya Bagas."Belum, Pak! Barusan mamanya telfon, katanya jemputnya agak terlambat," sahut sang wali kelas. "Bagaimana kalau dia kami antar saja? Rumahnya mana?" Wali kelas tersebut menyebutkan sebuah alamat."Kami satu arah. Bagaimana, Bu?" "Apa tidak merepotkan, Pak?""Tidak, Bu. Lagipula, sepertinya anak-anak dekat dengan dia. Mereka gak tega meninggal

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 46 MENJADI SEKRETARIS RONALD

    Bab 46MENJADI SEKRETARIS RONALD"Maaf, Pak! Saya pinjam Ibu Kirana sebentar. Ada keperluan mendesak," ujar Sakti.Ronald memandang Sakti dengan tajam. "Urusan apa? Bukankah ini masih jam kerja? Lagipula, wawancaranya belum selesai," sahut Ronald tak suka."Maaf, Pak! Ini masalah keluarga dan sangat penting. Mohon pengertiannya!" ujar Sakti sopan.Ronald menatap Sakti dan Kirana bergantian. Apa hubungan Sakti dengan Kirana? Batinnya.Kirana pun memandang Sakti dengan tanda tanya."Apa kamu keluarganya?" tanya Ronald lagi.Sakti tersenyum tipis."Bukan, Pak! Hanya saja, baru saja keluarganya menghubungi," sahut Sakti."Ya sudah! Bawa dia pergi!" ujar Ronald pasrah."Terimakasih, Pak! Ayo!" ajak Sakti kepada Kirana. Dengan penuh tanda tanya, Kirana mengikuti langkah Sakti. "Ada apa?" tanya Kirana saat mereka sudah di luar ruangan."Tadi Mama kamu nelfon. Sebenarnya, beliau sudah menghubungi kamu tapi gak bisa, jadi beliau menghubungi nomor kantor," ujar sakti."Ada apa Mama nelpon?"

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 45 SANG CEO

    Bab 45SANG CEOKirana melajukan mobilnya dengan kencang. Namun, dia tetap terhalang kemacetan panjang. Setelah menempuh perjalanan hampir empat puluh lima menit, akhirnya Kirana tiba di kantor. Kirana melirik jam di pergelangan tangannya. Dia sudah hampir terlambat. Setelah memarkirkan kendaraannya, Kirana melangkah terburu-buru ke ruangannya. Saking terburu-burunya, dia tidak memperhatikan langkahnya.Bruk.Tabrakan pun tak terelakkan.Berkas-berkas di tangan Kirana jatuh berhamburan."Maaf, Pak!" ujar Kirana sembari menunduk. Lalu, dia berjongkok mengambil berkas-berkas tersebut."Maaf, Pak, atas kecerobohan karyawan saya!" ujar Sakti merasa tak enak. Saat ini, Sakti sedang menemani sang CEO menuju ruangannya."Hm!" Sang CEO hanya berdehem, lalu melanjutkan langkahnya ke ruangannya."Kenapa terlambat? Kemarin kan aku sudah bilang harus tepat waktu?" omel Sakti sembari membantu Kirana mengumpulkan berkas-berkas yang berceceran."Maaf, Pak! Semalam Axel demam, jadi ….""Bagaimana ke

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 44 UNGKAPAN HATI SAKTI

    Bab 44UNGKAPAN HATI SAKTIPagi ini, lalu lintas cukup lancar. Taksi yang ditumpanginya melaju dengan tenang. Ronald memandang setiap sudut jalanan."Kota ini sudah banyak berubah," ujarnya dalam hati.Saat di lampu merah, sekilas dia melihat seorang wanita sedang menyetir seorang diri. Ronald memperhatikan wanita itu dengan seksama. Benar saja, wanita itu adalah Kirana. Sesaat kemudian,lampu hijau menyala."Ikuti mobil merah itu, Pak!" ujar Ronald kepada sopir taksinya. "Baik, Pak!" sahut sang sopir taksi. Sopir taksi tersebut berusaha mengikuti mobil Kirana. Dua puluh menit kemudian, mobil Kirana memasuki pelataran parkir sebuah perusahaan. "Stop, Pak!" ujar Ronald. Dia mengamati kantor tersebut dari dalam taksi. Setelah puas, dia meminta sopir taksi tersebut meninggalkan lokasi."Jalan, Pak! Kembali ke tujuan awal!" ujar Ronald. "Baik, Pak!" sahut sopir taksi tersebut. Ronald menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari memejamkan matanya. Dia tersenyum tipis. Sekarang, dia tahu haru

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 43 DELAPAN TAHUN KEMUDIAN

    Bab 43❤️Delapan Tahun kemudian ❤️"Ma, aku gak mau masuk sekolah lagi!" ujar Axel sendu."Kenapa begitu, Sayang?" tanya Kirana. Dia tampak terkejut dengan pernyataan putra semata wayangnya."Teman-teman jahat, Ma!""Jahat bagaimana?""Mereka tidak mau berteman dengan aku. Mereka juga mengolok-olok aku, Ma!" ujar Axel lirih.Kirana terhenyak. Selalu begitu. Tak bisakah mereka membiarkan putranya bisa bersekolah dengan tenang? Yang melakukan kesalahan adalah orang tuanya. Jadi, biar orang tuanya yang menanggung. Jangan bebankan kepada anaknya. Anak yang masih polos dan tak tahu apa-apa. Sejak awal bersekolah, selalu masalah yang sama. Ini sekolah ketiga yang dia datangi. Di dua sekolah sebelumnya, Axel mengalami masalah yang sama. "Sayang … kita tidak mungkin pindah sekolah lagi. Apa semua teman kamu menjauhi kamu?" tanya Kirana.Axel menggeleng."Ada dua anak kembar yang berteman dengan aku. Tapi, teman-teman yang lain mencoba menghasutnya untuk menjauhi aku," ujar Axel lirih."Lalu

DMCA.com Protection Status