Share

JIWA-JIWA YANG MALANG
JIWA-JIWA YANG MALANG
Penulis: Bang z05

Prolog

Penulis: Bang z05
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-30 12:34:56

Jika memang seorang anak kau anggap sebagai permata, lantas mengapa dahulu kau buang aku hingga menjadikan aku sebagai orang yang selalu berdiri menantang kehadiran sang takdir.

****

Kala itu saat hujan turun dibulan Desember pada beberapa tahun silam, tampak dari bawah lindungan nestapa pada langit-langit jembatan layang, seorang bocah kumuh, penuh akan noda pada pakaiannya, merintih meminta pengharapan dari sang kuasa untuk memberikan setitik Rohmat, kasih sayang, belas kasih dari orang-orang untuk menghibahkan sedikit, setitik, sekecil hartanya untuk mereka makan. Biar lah hari ini bocah malang itu mendapat makan, biar lah berikan mereka kebahagiaan atas kemalangannya, lantaran dibuang, diasingkan oleh keluarga sendiri, tak peduli mereka masih hidup, mati, ingat, ataupun lupa akan diri, bahwa harta tidak akan pernah dibawa mati, melainkan belas kasih dan amal yang akan mengantarkan dirinya sendiri menuju jalan kerohmatan yang mana menjadi balasan dari sang maha pencipta guratan keindahan alam.

Bus kian berhenti pada tepian bibir tepian jalan, mengantarkan puluhan orang-orang berpakaian kain tebal, jas hitam, dan mantel, hampir seluruhnya melebarkan payung hitam agar bisa menghindari ramainya terpaan air hujan yang jatuh membasahi diri. Maka seperti inilah suasana kota hujan pada saat puluhan tahun silam, yang banyak orang-orang perbincangkan mengenai banyaknya gedung-gedung yang tinggi menjulang.

Beberapa sorot mata yang bercampu perasaan jijik, hina, begitu pula iba, memandang ketiga orang bocah yang sedang duduk-duduk saja di atas banyaknya tumpukan sampah, beberapa pertanyaan terlontar dari mulut tajam mereka mengenai siapa mereka, dan bagaimana? Ah entah lah, bahkan ketiga bocah itupun tak tahu, kenapa dan bagaimana?

Beruntung, tatkala tidak bisa menahan kesedihannya, seorang perempuan kecil datang pada mereka dengan membawa tiga potong roti kering, itu pun sisanya sudah gadis itu makan lantaran sama merasa lapar, namun apa salah jika membantu orang yang lebih membutuhkan. Gumam gadis kecil itu, merasa amat senang pemberiannya diterima walaupun hanya menerima suatu balasan kata terimakasih dan senyuman.

Begitu pula dengan salah seorang bocah yang bernama Kelvin, ingin sekali ia bertanya, “apakah boleh kita berkenalan.” Akan tetapi pertanyaan itu hanyalah suatu perkataan yang terlintas sesaat, datang tanpa menghadirkan arti. Lantaran ia pun ingat, bahwa martabat seorang penerima tidak akan pernah sebanding dengan tabiat sang pemberi.

Setiap langkah pada erangan sandal gadis itu, ia ikuti sampai ia mendapatinya kembali meski hanya sebatas melihat ia dari kejauhan saja. Tampak begitu jelas walau terhalang oleh luruhnya ribuan air hujan yang berangsur-angsur menghajar ke permukaan, hingga menghilang seutuhnya dari pandangan, kapan gadis kecil itu pulang?

Terpaksa kali ini Kelvin harus pulang membawa kesedihan, padahal apa salahnya jika ia hanya ingin berkenalan layaknya seorang kawan.

Tubuhnya kian basah, menantang hawa dingin yang berangsur masuk menusuk kulit, mengalir membekukan perasaan, menjadikan kepribadiannya yang kadang pendiam, kadang pula menjadi buas, sebuas seorang pria gagah penuh akan amarah, yakni preman.

•20 years later

Riuh rendah suara orang-orang yang saling bersahutan, begitu pula dengan seorang remaja lima belas tahunan yang tengah berdiri sambil meminta-minta uang kepada pemilik sang kendaraan yang lalu lalang. Maka tampak pula seorang remaja tampan, rambut ikal, dan berbadan tinggi itu berteriak kepada salah seorang anak buahnya, yang mana di antaranya ialah Bambang dan juga sattarul imam, atau yang karib orang-orang sapa bang dan sat.

Sedangkan Kelvin sendiri, ia sangat terkenal dengan pangkat lantaran kekuasaannya yang sudah mampu meluluhkan satu daerah, di antaranya terminal yang berada tepat pada perbatasan kota hujan.

Sekali lagi, andai kata kalian bisa melihat kekejamannya yang terbilang arogan, perusuh, bahkan berani untuk membunuh. Maka hal itu pula yang tampak pada raut wajahnya, meski hanya sebatas terkaan saja, bahwa ia pun ingin membalaskan dendamnya lantaran dunia tidak pernah memberikannya lindungan atas seluruh keterpurukannya selama dua puluh tahun silam.

Begitu pula dengan harap sorot langit yang kini masih menyisakan titik curahan hujan yang tertutup sebagian oleh gulungan awan hitam, terlukis jelas pada kedua jelaga Kelvin, hari ini kian menjatuhkan lagi air kesedihannya untuk kesekian kali lagi, dan lagi. Hingga membasahi ke setiap permukaan bumi.

“Tuan kami ingin makan sekarang.” Bang angkat bicara, suaranya terdengar begitu terbata-bata sambil memandang lekat-lekat pada jalanan yang kian berlubang. Padahal persahabatan ia dengan seorang Kelvin itu sudah sangat lama sekali, bahkan sudah sedari kecil mereka merasakan getir penderitaan selayaknya bocah buangan, merasa lapar di bawah lindungan kolong jembatan, serta selalu dipandang oleh orang-orang dengan tatapan yang terkesan merendahkan.

“Ini!, Belilah makanan bersama sat!” sahut Kelvin terdengar begitu lantang, rahangnya tegas, persis seperti kepribadiannya yang awas.

“Ba_baik tuan.” Jawabnya kembali sambil menundukan muka sebelum pergi meninggalkan Kelvin yang tengah duduk membiarkan hawa dingin itu masuk menusuk tubuhnya yang lelah, berusaha meredamkan seluruh amarah, wujudnya yang terbilang kejam perlahan memudar menampakan diri dari hatinya yang berada pada ujung nestapa, seolah hidup ini hanya sebatas sandiwara bagi orang-orang tanpa jati diri seperti dirinya.

Teringat akan seluruh hidupnya yang ia habiskan pada saat masa kecilnya dahulu, harus berusaha menjadi lebih kuat, selalu menciptakan kerusuhan antar kedua belah pihak Genk jalanan, dihina lantaran martabatnya di sama persis kan selayaknya hewan seekor kucing liar.

Asap rokok kian melingkar di hadapan pandangannya lalu terbang menghilang perlahan setelah terbawa oleh hembusan angin kala hujan.

Mengingat masa lalu terkadang membuatnya tertawa lepas, melupakan seluruh keluh kesahnya sebagai orang yang tak bermartabat, lagi pula siapa yang mau hidup terkekang oleh ancaman, andai kata perempuan yang kala waktu kecil itu ia tahu dimana, siapa namanya. Mungkin ia akan datang untuk berjumpa, meninggalkan seluruh kekuasaannya begitu saja, hanya karena sebuah kata...”aku mencintainya.” Kelvin tahu jika ia bisa bertemu, akankah ia mengingatnya kembali pada saat kejadian dua puluh tahun silam, mungkin ia akan tumbuh sebagai seorang gadis yang amat cantik, baik Budi bahasanya, dan yang pasti tidak lah pantas untuk dimiliki oleh seorang remaja seperti dirinya.

Wahai Tuhan sang pencipta guratan keindahan alam, sang penulis takdir dikala siang atau malam, sang pemberi pelita di tengah-tengah gelapnya gulita. Kemana orang sepertinya harus melangkah, dalam hati ingin sekali ia meninggalkan semua ini, lalu berjalan di atas tujuan yang lebih pasti untuk ia dapati.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Al Meera
Keren abis😁
goodnovel comment avatar
Dwi Rachmawati
avang zimsalabim aq sdh datang tp gagal trus tu buat rate 5.
goodnovel comment avatar
Eliyen
Wasem, opening-nya udah bikin baper. 😭
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 01

    Di sebrang jalan, berjejer sebuah kendaraan beroda dua merapat mewah, tampak begitu gagah pula orang yang menyalakan deru mesin motornya menyibak desingan suara yang melalak bagai gonggongan buas seekor anjing pemburu ditengah-tengah gelapnya rimba, seakan mengganggu keamanan suasana terminal dikala setelah usai reda hujan. Tatkala Kelvin berpikir bahwa yang dilakukannya itu bukanlah hal yang tidak disengaja, melainkan memang ingin memancing emosinya kembali agar secepatnya turun tangan, seraya menghajar para muka-muka yang baginya tidaklah menyenangkan.Kakinya melangkah turun dari atas tangga penuh akan wibawa, satu dua dari mereka juga tampak begitu sigap berbaris sambil menatap tajam sebagai isyarat mengancam. Ada kala pula seorang bos besar keluar mengayunkan langkah demi langkahnya sehingga memberikan kesan aura yang sangat tajam diantara belasan para anggota Genk motor. Ya mereka terkenal dengan sebutan nama Genk motor, bahkan dalam benak kelvin pun masih terlukis jelas

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 02

    Debu yang biasa berhamburan terbengkalai di jalanan, kini debu itupun bercampu dengan luruh-nya air hujan, tatkala merasa diuntungkan bagi sebagian orang.Dalam pandangan pribadi Kelvin, terminal amatlah penting, dan tonggak ini pula akan selamanya penting. Lantaran disini juga ia mencari makan, peruntungan akan nasib yang selalu diinjak orang.Ia menyibak rambut gondrongnya kebelakang, maka tampak pula pesona wajahnya yang mungkin bisa saja menarik perhatian orang, akan tetapi sayang, ia hanyalah seorang remaja yang terpandang rendahan, selalu mengutamakan amarah ketimbang mengutamakan akal. lantaran peran pangkatnya yang biasa dibilang oleh orang-orang sebagai preman. Julukan itu bukan hanya sekedar kata haraf yang tidak mengandung makna, melainkan kata preman pula berarti kata kerja yang artinya disama persiskan seperti orang merdeka, namun tetap saja hati Kelvin berkata ia hanyalah seorang budak suruhan saja. Tak pantas ia dianggap orang bebas sedangkan kenyataan yang s

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 03

    Kawasan bagi orang-orang yang jantan, yakni terletak dipinggiran pasar malam, Suara teriakan-teriakan para kriminal, bos besar, bocah nakal, hingga seorang kupu-kupu malam yang hampir seluruhnya dari kalangan terlantar, jalanan, yatim piatu, pemulung, pengemis lantaran kurangnya diperhatikan orang, tampak jika dilihat dari dalam sangat lah ramai, hingga terdengar suara teriakan mereka sampai ke luar. Namun lihatlah tempatnya tidak seperti apa yang orang-orang pikirkan, melainkan jauh lebih becek, kumuh, terpencil, begitupula kotor. Akan tetapi jangan salah, Kelvin datang kesini bukan hanya untuk melihat-lihat saja sambil duduk diatas kursi-kursi pelastik serta menikmati tata–an dua botol minuman diatas meja, melainkan ia juga akan ikut bertarung. Lalu melakukan pembunuhannya sekali lagi kepada salah seorang anak buah lawan yang terpilih oleh titahan kata dari mulut basah bos besar, tak peduli yang dilakukannya itu salah atau benar, karena yang terpenting malam ini ia hanya harus mem

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 04

    Sukar agar bisa kau percaya kala seorang pion dalam suatu permainan tak sengaja meluluhkan kewibawaan seorang raja, lihatlah kenyataan yang tertonton leluasa didepan mata begitu amat jelas kau juga bisa melihat, begitu juga dengan wajah dari seorang kucing liar itu bagai bara ditengah panasnya lava, agresif dan menyeramkan meninggalkan bekas goresan luka diwajahnya menghias sifat kekejamannya dalam pandangan bos besar atau juga yang kini berganti nama sebagai pelayan, tampak gigi grahamnya menggeram lantaran suatu perantara dari seorang anak buah yang sudah ia bayar mahal mahal kini tergeletak tak berdaya sambil memohon pengampunan pada detik-detik embusan terakhirnya, sayang waktunya sudah selesai tuan, kau kini telah kalah, maka tuntas lah seluruh hutangnya saat itu juga, begitu pula dengan bos besar yang sudah terlanjur luruh dalam lembah kehinaan, tatkala ia menundukkan muka dibawah gagahnya kedua sepasang kaki yang dimiliki oleh pak kucing liar. Namun sikap acuh dan dingin yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 05

    Semilir angin malam kian berhembus, bertiup, seakan membawa dorongan kala melintas setiap ruang, nyaris ia tidak menyadari keberadaan angin, akan tetapi ada satu hal yang membuat seorang Kelvin bisa merasakan serta mendengar bahwa angin berbisik pelan dalam telinganya, namun tetap saja Kelvin tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya sedang dikatakan angin itu, ia hanya mengangguk pura-pura mengerti lalu pergi menghiraukannya kembali. Demikian pula ia berjalan melewati setiap negeri negeri asing namun tidak tahu apa yang sebenarnya ia cari, hingga datanglah kemudian hari, kedua seorang penjaga berpangkat polisi tak sengaja berpapasan dengan Kelvin pada tengah-tengah jalan dikala heningnya suasana malam, para penjaga itu tampak tidak mencurigakan bagi pandangan Kelvin, namun setelah menanyakan sesuatu hal sontak membuatnya agak sedikit kebingungan. Lantaran ia pun tidak tahu menahu prihal apa saja mengenai maksud dari dunia luar."Kau mau kemana tuan? Apa bisa kau tunjukkan kartu

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 06

    Udara terasa dingin, dingin sekali, begitu juga dengan tetesan embun yang menyejukkan jatuh dari ranting-ranting pohon tua, agaknya curah hujan yang amat lebat telah jatuh sebelum Kelvin menapakan kakinya di atas permukaan rumput yang tumbuh berjenjang luas bagai permadani, gerombolan awan menggulung berarak-arak sepanjang ujung cakrawala. Indah, memang! Akan tetapi Kelvin tidak peduli, ia hanya memilih tetap melanjutkan perjalanannya untuk terus berjalan dan berjalan lalu menyebrang, menurun, mendaki sambil menyusuri seperti seekor semut yang merayap pada sisi tepian sungai. Maka tampak pula airnya begitu amat jernih seperti cermin dua dimensi yang memantulkan keindahan langit tenda dari atas awan, semetara bumi ini sebagai tempatnya bernaung bagi seluruh makhluk hidup yang singgah didalamnya.Tiada mampu ia bayangkan mengenai dunia luar itu sangat lah luas, terlebih dengan negeri perbukitan ini yang sama sekali belum pernah Kelvin temui melalu surat kabar ataupun koran. Dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 07

    Sedetik setelahnya, Kelvin kembali menyapu pandang lantaran tak percaya gadis yang selama ini ia cari, kini malah berdiri dihadapannya tiada perlu ia sadari. Tampak wajahnya masih saja begitu lugu persis seperti awal Kelvin bertemu. Tertuang sebercak cahaya pada matanya begitu sendu lalu ikut menurunkan pandangannya seketika lantaran malu."Siapa nama mu?" tanya Kelvin setelah kembali mengangkat pandangannya, namun kali ini matanya kian berkaca-kaca, lantaran baginya ia bagaikan obat penenang sehingga tiada mampu Kelvin biarkan gadis itu kembali menghilang."Adelia khansa..." katanya begitu halus, namun setiap kata yang terucap dari mulut basah Adelia seakan membuat hati Kelvin berdebar. Maka lengang tanpa terdengar lagi sebuah perkataan diantara keduanya, hanya deru angin yang berbisik pelan mengiri keheningan, satu dua dari sekian banyaknya burung burung itupun ikut tampak berterbangan di atasnya hingga menggoyangkan puluhan ilalang yang tumbuh berjejer disetiap jalan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01
  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 08

    Dari puncak negeri perbukitan, menapak tanah gersang musim kemarau, angin kian menderu kencang menerbangkan butiran debu yang tidak bisa dihitung lagi jumlahnya, menghalangi sebuah pemandangan roda kayu yang bertali kian berhenti membawa bahan-bahan rempah beserta hasil panen lainnya. Roda itu ialah milik negeri perbukitan, sementara kedua lelaki yang membawanya ialah orang yang sama-sama penting, yakni seorang kepala desa beserta orang suruhannya dari negeri hujan. Fasalnya orang orang sering digulir untuk datang mencari peruntungannya sampai ke puncak perbukitan dikala menjelang malam, sementara pagi orang-orang sibuk menanam rempah atau juga menyawah, kala panen maka hasilnya dibagikan pula tanpa memandang orang itu tidak ikut bekerja, lantaran mereka tahu diusianya yang sudah tua, maka anak-anak muda yang berganti menjadi tulang punggung selanjutnya. Terkadang anak muda juga sering menjualnya ke negeri-negeri perkotaan agar bisa mereka tukarkan menjadi uang padahal jika dilihat

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-02

Bab terbaru

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 24

    Di pinggiran gubuk-gubuk tua itu dia masih berdiri bergelut dengan pikirannya yang tengah kacau, tepat sekali di depan matanya kertas perjanjian itu robek kemudian hangus oleh sisa-sisa arang pembakaran. Kelv tahu dia pasti sangat marah setelah menyaksikan apa yang telah Kelv perbuat, kemudian secara sengaja lelaki itu pun meludah, menepuk tangan kekarnya penuh gaya, seraya membuka kain yang menutupi tubuhnya dan berkata, “Mari kita bertarung!”Kelvin yang mendengar ocehan lelaki tadi langsung memperlihatkan wajah dinginnya dan mendengus malas, menatap remeh pada lawannya. Baginya dia hanya lah seekor semut kecil yang tersesat di tengah hutan belantara saja, dan tidak tahu harus pulang ke mana. Namun sayangnya lelaki itu sudah bertindak yang melampaui batas, yang tak seharusnya lah untuk semut itu menantang hewan buas yang tidak berselera untuk membunuhnya.Kemudian Kelvin dengan tenangnya hanya melirik ke arah arloji yang sering kali ia kenakan, lalu berpi

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 23

    Merekalah yang selalu bertanya-tanya apa alasan Kelvin tidak menikahinya, jika tidak bisa mengapa tidak mencari gadis yang lain saja? Akan tetapi bukan itu masalahnya, mungkin bisa saja ada ribuan gadis di luar sana yang bersedia bersamanya, tapi apakah harus Kelv mengecewakan gadis yang lebih dulu sudah begitu rela menatap penghidupannya yang tiada warna.Oleh karena itu dia selalu diam dan diam, biarkan gadis yang dia pilih itu memutuskan. Dan biarkan ungkapan perasaannya terungkap melalui bibirnya dengan segala kata yang menyangkut rasa cinta, biarkan dirinya juga yang menumpahkan segala warna-warna indah yang memesona itu ke dalam penghidupan yang tiada makna saat ini baginya.Telah diramalkan hari, waktu yang pasti dia akan menjawabnya, dan semua orang akan berhenti untuk berbicara dari belakang, mungkin benar, hanya pembuktian yang akan menyelesaikan segala kedewasaan, bersamaan dengan keresahan hati atas penyesalannya yang menggelora oleh lontaran kata-kata yang

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 22

    Masalah ini bukan tentang ada atau tidaknya kata restu dari seorang wanita tua, melainkan tentang gadis itu yang menjadi prioritas utama, setidaknya kita masih ada waktu menjalankan semuanya dari semula, dan barangkali Kelv bisa menatapnya tersenyum lagi pada luasnya hamparan Padang rumput bak sebuah permadani di atas pegunungan yang diliputi oleh pepohonan, seraya mendengarnya yang kadang bernyanyi. Cukup hanya dengan bersamanya saja dia bisa merasakan kebebasan yang telah lama ia cari.Sudah siang menjelang sore. Adelia Kansha seorang gadis yang duduk di atas kursinya hanya memberikan sedikit roti padanya, hanya ini yang dia punya, bukan lantaran keterbatasan uang untuk membeli semua makanan, melainkan roti mengingatkan ia akan dinginnya pertemuan antara keduanya pada dua puluh tahun silam.Tidak ada yang berubah, dia masih memotong roti itu menjadi dua, sebagian untuk Kelvin sebagian untuk nya, dan itu cukup membuat suasananya menjadi hangat meski tak ada perapian yan

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 21

    Mobil untuk muatan itu berhenti di atas permukaan pasir, kemudian seorang supir yang berpakaian kain kusut turun menampakkan dirinya, seraya bertemu secara langsung dengan ke empat preman penuh gaya yang mana wajahnya sama-sama tersengat matahari. Tatkala mereka telah menunggu selama berjam-jam setelah mempersiapkan barang-barang bawaan yang akan di bawa. “Ayo!” kata seorang supir, lantas dengan sikap penuh khidmat kedua orang di antara empat preman itu menaikinya. Ya kami menaiki mobil itu sebagai alat transportasi menuju negeri perbukitan. Memang kedua kota itu jaraknya tidaklah terlalu jauh, namun jika harus ditempuh melalui berjalan kaki tetap saja harus berbekal persediaan yang cukup. Lantaran ada banyak hutan, beserta gundukan pasir di depan sana, dan tambahkan saja dengan jalan berliku memanjang yang harus kau ketahui. Sudah hampir setengah jam ketika mereka berada ditengah-tengah perjalanan. menanjak pada sebuah gundukan pasir terkadang mobil yang ditumpangi

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 20

    Bilamana Kelv telah tiba pada sebuah rumah, manakala di dalamnya pula terdapat banyak sekali pakaian-pakaian kumuh yang tampak bergelantungan, sebagian berserak memenuhi setiap permukaan lantai kamar. Nyaris pakaian itu menghalangi pandangan Kelvin, maka dengan tenang ia hanya berusaha menghela nafas panjang, dan lebih memilih untuk mencari Nazma tanpa terpikirkan akan sebuah pertanyaan-pertanyaan dalam benaknya.Jauh sekali ia menerawang pada sebuah bayangan hitam yang melingkupi kegelapan, tapi apakah harus Kelv mengasihaninya terus-terusan? Jangan salah Nazma sudah besar, akan tetapi sayang seperti tidak memiliki akal. Maka keluarlah, tunjukan segala keberadaan, jika perlu bercerita dan ungkapkan apa permasalahannya.“Anak muda, apa yang kau lakukan di sini?” tanya seseorang tanpa menunjukkan letak keberadaannya, laksana sesosok arwah yang tidak memiliki keberanian, sayang kejadiannya bukanlah aku yang tengah kesetanan, melainkan ini memang

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 19

    “Kelvin si preman yang telah berhasil menguasai terminal. Jadi seperti itu orang-orang memanggilnya.”“Benar tuan.” Faisal menimpali ucapan sang pewaris tuan walikota. Sontak saja dengan geram, tuan Hendrik tampak mulai bergumam, “Kakak ternyata pangkat mu sangat menyedihkan...”Sudah saatnya pulang. Tapi entah mengapa ada perasaan cemas menyelimuti hati tuan Hendrik. Bagaimana tidak! Jauh dia menerawang pada segala terkaan bahwa kakaknya sebentar lagi akan pulang setelah mengetahui kebenaran. Sayang permasalahannya bukanlah terdapat pada tuan Hendrik (adiknya) sendiri, melainkan kepada kesalahan kedua orang tuanya juga atas segala tindakan yang menyangkut kecerobohannya.Andaikata semua orang tahu, bila Kelv bukanlah anak yang tidak diinginkan, melainkan putra sah dari seorang walikota, mungkin saja segala kehormatan akan senantiasa tercurah kepadanya. Sayang dia terbuang lantaran sebuah kesalahan yang membuatnya dianggap seb

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 18

    Sudah hampir setengah jam, tuan Hendrik atau yang lebih dikenal sebagai pewaris tuan wali kota itu duduk diatas kursi kerjanya. Mendatangani lembaran surat surat penting. Namun agaknya tuan Hendrik tampak begitu jemu dengan pekerjaannya, atau bisa jadi sedang dalam keadaan kurang sehat.Lantas dia mulai membunyikan lonceng sebagai isyarat akan sebuah permohonan kepada pak Rustam, salah seorang yang bekerja sebagai asisten pribadinya. Langsung saja dengan cekatan pak Rustam bertanya secara sopan, "Apa ada yang bisa saya bantu kembali, tuan?""Ambil kunci mobil! Kita akan pergi menemui anak itu lagi.""Baik, tuan." Lagi-lagi pak Rustam hanya bisa mengiyakan tanpa tiada mampu mengatakan sepatah kata apapun lagi. Maka dengan sekali kejapan mata saja, mobil sang pewaris tuan wali kota kini telah berada di depannya."Mari tuan!" Pak Rustam membuka pintu mobil, seraya mulai mempersilahkan tuannya masuk terlebih dahulu. Sejujurnya ini kali pertamanya pak Rustam m

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 17

    Kelvin sudah begitu asyik dengan pekerjaan-pekerjaan yang bisa membuatnya menghasilkan puluhan uang, membuatnya menjadi orang yang amat diuntungkan. Namun tanpa sadar, keindahan itu berubah ketika jiwanya yang terpejam dalam kelamnya malam. Ia bisa mengenali bagaimana perasaan-perasaan itu tumbuh dalam kebisuan yang nyaman. Kemudian mengenang kehangatan sang mentari pagi hari yang menyapa pucuk-pucuk ilalang nan bergoyang mengiringi sebuah kebebasan. Maka tampak pula olehnya meski terhalang oleh ribuan rimba-rimba liar itu sebuah petakan rumah-rumah yang begitu tenang, dan setiap taman dan jalan tempat pertemuan yang sering kali Kelv lukis kan dalam sebuah mimpi-mimpi yang mengerikan. Mengerikan lantaran disana pula terdapat seorang gadis yang amat ia kasihi tengah menungguinya pulang dalam kemenangan. Maka ingatkah dahulu kau bilang janji, dahulu kau bilang itu pasti, namun dalam kenyataan pahit gadis itu tetap setia menunggui mu kembali.Kebetulan waktunya untuk Kelv bekerja

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 16

    Dengan perlahan dan lembut, bagai sebuah mimpi yang tiada mampu menafsirkannya, setelah Nazma menangkap sebuah nama seraya langsung ia renungkan saat kegelapan kaki langit melingkupi kedua bola matanya yang memancarkan kerlip cahaya kebenaran-kebenaran lama yang memesona meski tersamarkan.Sekilas Kelv menghela napas panjangnya setelah kata-kata haru itu telah usai dari dalam telinganya, berusaha menghentikan siksaan dalam dada seperti sebuah gigitan yang merindukan kasih sayang. Adakalanya ia juga merasa bahwa hidupmu dan hidupku tak jauh berbeda selayaknya mahkluk rapuh yang berdosa, terjebak dalam jeruji nestapa, dan yang paling kita harapkan adalah sebuah kebebasan dimana burung burung bisa senantiasa mengepakkan sayapnya terbang hingga ke angkasa, menikmati keindahan awan, dan langit tinggi tanpa batas yang membentangkan keagungan dari harapan-harapan belaian rahmat dari Tuhannya. Sekali lagi kita sama Nazma, aku juga makhluk yang berdosa. Suara derit engsel yang kau sere

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status