Share

SOSOK TIMUR TENGAH TAK MAU LEPAS

last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-12 21:12:11

“Mbak, maaf. Memang berapa bulan dalam perut? Masih muda, hamil gak papa. Habis melahirkan bisa KB.”

Dinda yang mendengar ucapan sang penjual jamu terisak kembali. Gito segera mengantisipasi agar pertanyaan ibu jamu tak berlanjut.

“Dia gak mungkin hamil. Baru seminggu kemarin haid.”

“Lah, kenapa minum kapsul nifas?”

“Biar tak ada gumpalan darah haid. Takut kanker. Kami permisi, Bu,” ucap Gito sambil memeluk sang istri segera menghampiri motor.

Ibu penjual jamu memandangi kepergiaan mereka dengan rasa heran. Perasaan tadi istrinya bilang takut hamil, tapi kok haid? Apa aku salah dengar, ya?

▪▪¤•°¤▪▪

Dalam pasar

Dinda sengaja sendirian masuk pasar. Padahal tadi Gito ingin menemani istrinya berbelanja. Namun, tak diperbolehkan oleh sang istri karena Dinda tahu betul, Gito tak sabaran di dalam pasar. Bisa dipastikan, ia akan menyuruh sang istri membeli tanpa proses tawar menawar dan buru-buru mengajak keluar dari pasar.

Bisa dipastikan akan berakhir dengan penyesalan karena tak teliti pada barang. Oleh karena beli barang terlalu mahal dari harga pasaran. Sering kali buah atau sayur bercampur barang busuk padahal sudah dibeli mahal tanpa penawaran. Wanita berpinggul dan berdada besar ini melenggang berdesakan dengan para pengunjung pasar. Beberapa saat, suasana pasar terlihat agak lengang.

Pengunjung pasar tak ramai seperti tadi, langkah kaki Dinda berasa lega. Lapak-lapak di dalam pasar tampak jelas di mata Dinda. Padahal sejak awal masuk, lapak-lapak tadi dipenuhi oleh para pembeli. Wanita ini melangkah tanpa hambatan, semua pengunjung pasar menyibak dengan sendirinya saat dilewatinya.

Ada apa ini?

Kok aneh jadinya?

Belum selesai benak Dinda bertanya-tanya atas kejadian yang dialaminya, tiba-tiba tas belanjaan ada yang menarik dari belakang.

“Biar Mas yang bawa belanjaan.”

Dinda berhenti dan segera menoleh ke asal suara. Tepat di belakangnya, berdiri Gito dengan senyum manis menghias kedua pipi. Aroma kasturi menguar memenuhi lubang penciuman Dinda menerobos masuk saluran pernapasan hingga tenggorokan. Aroma khas Timur Tengah itu menyebar ke seluruh jaringan tubuh wanita bertubuh sintal. Dinda tahu betul sekarang sedang berhadapan dengan sosok yang ia hapal betul. Ia segera menarik tas belanjaannya.

“Berhenti menyerupai suamiku!”

“Sayang, kamu kenapa? Ini aku, suamimu. Liat baik-baik.”

Pria ini berdiri menghadap Dinda lalu berputar. Memang tampak bentuk tubuh dari ujung kaki sampai ujung kepala bahkan rambut hitam tebal memang Gito. Namun, Dinda hapal betul aroma citrus, parfum yang sering dipakai Gito dan bau badan sampai bau ketiak suaminya pun.

Sosok serupa Gito mendekat mencoba meraih tangan wanita yang mundur teratur karena takut terkena lapak pedagang. Dinda heran, orang-orang di sekelilingnya cuek. Mereka asik bertransaksi, seakan-akan aksi teriaknya tak didengar mereka.

“Jangan dekati aku! Tolooong!” teriak Dinda histeris.

“Sayang, kamu lupa yang telah kita lewati bersama? Sini, Sayang!”

“Pergilah, jangan ganggu lagi!”

“Sayang, aku tahu, kamu cinta aku. Kita saling mencintai.”

Gito beraroma kasturi semakin mendekat ke arah Dinda dan wanita ini berlari ke arah kerumunan orang lalu masuk ke salah satu lapak dan bersembunyi di bawah meja pedagang ayam potong. Orang-orang yang memenuhi pasar tak ambil pusing dengan keberadaan Dinda.

Mereka pada kenapa?

Masak gak liat aku yang lari ketakutan?

Mereka tak melihatku?

Dinda berpikir keras sambil menutupi wajahnya dengan koran yang berserakan di lantai. Wanita ini jongkok di bawah kolong meja pedagang ayam. Bau amis potongan daging dan darah segar ayam membuat perutnya mual, tetapi dengan sekuat tenaga ditahannya. Ia tak ingin ketahuan sosok barusan. Namun, DInda melihat sepasang kaki kekar menghampiri meja yang dipakainya bersembunyi.

“Sayang, tak usah bersembunyi. Pasar ini milik kita sekarang. Mereka tak akan mengganggu kita. Ayo, sini bersenang-senang denganku.”

Suara berat menggelegar terdengar di atas meja, sementara sepasang kaki memakai Madas Sharqi berdiri tepat di hadapan mata Dinda.

(*Madas Sharqi= Sandal khas Arab).

“Sayang, ayo keluar.”

Tiba-tiba secara mengejutkan kini, tepat di depan Dinda yang tertutup koran, terdengar suara berat itu. Tangan kekar berbulu membuka koran penutup wajah Dinda. Wanita ini seketika syok. Di depan matanya kini dalam posisi sama-sama jongkok, tampak seraut paras tampan pria Timur Tengah. Beralis tebal, berhidung bangir dan berjambang lebat. Bola mata hijau kecokelatan menatap lembut kepada wanita muda ini. Dinda terperanjat melihatnya. Ia semakin histeris saat melihat pria tersebut.

“Ayo keluar, Sayang. Sini!” pinta pria itu sembari mengulurkan tangan. Dinda tak ingin lengah lagi. Seperti kemarin, hatinya sempat terbuai paras tampan dan merdu suara sosok barusan.

“Astaghfirullah hal adzim! Audzubillah Himinas Syaiton Nirojim 3x.”

Ajaib! Seketika keadaan pasar seperti semula. Ramai hiruk pikuk orang bertransaksi. Tampak langkah hilir mudik pengunjung pasar di sekitar tempat Dinda bersembunyi. Wanita muda ini perlahan keluar dari kolong meja.

“Astaghfirullah! Loh, ngapain Mbak? Sembunyi di bawah, gak amis apa,” jerit kaget pedagang ayam sambil membantu Dinda keluar dari kolong meja.

Dinda yang telah berhasil keluar, kepala dan sekujur tubuhnya penuh darah dan cairan ayam potong. Amis sekali. Ia lalu dipersilakan duduk oleh ibu pedagang ayam dan diberi air mineral dalam kemasan. Kejadian barusan tentu saja menarik perhatian seluruh penghuni pasar. Mereka berduyun-duyun menghampiri tempat kejadian.

“Barusan ngapain, Mbak?” tanya ibu pedagang ayam setelah Dinda meminum air kemasan.

“Saya sedang belanja, tiba-tiba semua terhenti. Saya didatangi seseorang dan sudah berteriak minta tolong, tapi gak ada yang dengar. Makanya saya bersembunyi.”

“Saya kok gak tau, ya. Mbak udah lama sembunyi di bawah kolong?”

“Lama juga kayaknya. Saya ketakutan. Semua orang tak melihat saya.”

“Wah, pasti itu jin penunggu pasar ini,” ucap seorang bapak yang ikut berkerumun.

“Wah, iya, ya,” ucap serentak yang lain.

Akhirnya, ramailah kasak kusuk di antara mereka. Seluruh pengunjung pasar bergerombol di tempat pedagang ayam tersebut.

“Mbak tadi bisa lepas dari jin, baca doa?”tanya ibu pedagang ayam.

Dinda hanya mengangguk. Wajah wanita ini pucat pasi mirip kapas, menandakan ketakutan yang luar biasa.

“Permisi, Pak, Bu. Benar ada wanita berbaju terusan motif mawar?” Suara seorang pria berusaha menyibak kerumunan.

“Benar. Mas, tentu suaminya. Kasian mbaknya digangguin jin pasar. Masuk sini, Mas,” ucap seorang pedagang yang lapaknya berhadapan dengan pedagang ayam.

Bapak separo baya ini membantu menyibak kerumunan agar Gito bisa lewat. Dengan bersusah banyak karena saking banyaknya orang berkerumun, akhirnya Gito berhasil masuk.

“Sayang, ada apa?” tanyanya penuh kekhawatiran terhadap istrinya.

Pria berambut cepak ini segera memeluk sang istri, spontan Dinda sesengukan dalam dekapan Gito.

“Istri Mas barusan sembunyi di kolong sini. Habis dikejar-kejar jin pasar. Hati-hati, Mas! Istrinya disukai jin. Jangan dibiarkan sendiri. Kasian,” ucap ibu pedagang ayam.

“Terima kasih, Bu. Saya tadi nunggu di tempat parkir lama. Tau-tau ada tukang parkir bilang ada perempuan mau diculik jin. Saya jadi kepikiran istri saya. Alhamdulillah.”

“Lain kali ditemani aja, Mas. Jangan sendirian! Untungnya, begitu mbaknya baca doa, jinnya langsung kabur.”

“Iya, Bu. Kami pamit pulang dulu. Terima kasih atas bantuannya semua,”ucap Gito sambil membantu Dinda berdiri.

Mereka menyalami ibu pedagang ayam dan yang lain lalu beranjak keluar pasar.

“Dinda Sayang, kamu tak boleh lepas dariku.”

Terdengar suara bisikan di telinga Dinda. Aroma kasturi menguar di sekeliling pasutri tersebut.

Hmm, bau yang sama, batin Gito sambil membaca doa.

•••¤•°•¤•••¤•°•¤•••

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Icha Azizah Icha Azizah
itu pelajaran juga buat kita sebagai mahluk Tuhan kemanapun dan dimana pun kita brada jangan lengah dari do'a apapun yang kita lakukan harus di awali dengan do'a insyaallah kita semua selamat dari gangguan gaib
goodnovel comment avatar
Harama Kim
semua yh ada doa yh tp doa yg paling mujarat alpatihah ...
goodnovel comment avatar
Fransiscaroom
memang ga ada jin cewek yang lebih cantik? kenapa mesti Dinda?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    BERPETUALANG KE DUNIA LAIN

    "Iya, Bu. Kami pamit pulang dulu. Terima kasih atas bantuannya semua,”ucap Gito sambil membantu Dinda berdiri. Mereka menyalami ibu pedagang ayam dan yang lain lalu beranjak keluar pasar.“Dinda Sayang, kamu tak boleh lepas dariku.”Terdengar suara bisikan di telinga Dinda. Aroma kasturi menguar di sekeliling pasutri tersebut.Hmm, bau yang sama, batin Gito sambil membaca doa.Pria ini menggandeng sang istri dengan langkah terburu-buru ke tempat parkir. Saat mereka telah di atas motor dan akan keluar dari tempat parkir, mendadak didatangin anak kecil.Ia berpakaian kumal dengan badan kurus kering membawa dua buah polybag berisi tanaman berdaun bulat. Anak berusia sekitar dua belas tahun ini tersenyum ke arah mereka.“Assalammu'alaikum!”“Wa'alaikumussalam, Dek.”“Tolong dibeli seikhlasnya. Insyaallah untuk pengusir jin. Sari daunnya dibuat mandi dan diminum setelah dibacakan surat rukiah.”“Pohon kelor, ya?” tanya Dinda sambil memetik salah satu daunnya.“Bukan, Mbak. Ini pohon Bidar

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    SAATNYA DINDA KEMBALI KE DUNIA MANUSIA

    “Kamu pakai baju yang ada di dalam peti.”"Baju dalam peti mas?"“Ya, Sayang. Semua yang terindah hanya untuk wanita tercantikku.”Dinda segera membuka peti itu dan matanya akan melompat keluar, begitu tahu isi di dalamnya.“Ini punyaku semua? Benarkah?”“Iya, Sayangku. Pakailah!”Sosok tampan ini tersenyum memperlihatkan deretan gigi putih. Akhirnya, sang pujaan hati bisa dibawa ke dunianya. Tak sia-sia, perjuangannya selama beberapa hari membius rasa sang pujaan.Mata Dinda berbinar-binar melihat dalam peti terdapat aneka gaun indah berhias untaian permata, berbagai model perhiasan emas bertakhta intan berlian, sandal flip-flop, The Aribian shore dan juga tiara bertakhta berlian. Dinda mendongak ke arah jin Timur Tengah yang sedang berdiri tak jauh dari pembaringan.“Aku panggil kamu apa?”“Namaku Mustafa Kemal. Panggil saja Mustafa,” ucap jin itu sembari menghampiri dan duduk menghadap Dinda yang masih berselimut.“Mustafa?” “Ya, Jamila!”“Namaku Dinda, bukan Jamila.”“Jamila itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    GITO BAHAGIA BUAT MUSTAFA CEMBURU

    "Aku akan menemuimu setiap saat. Kau pun bisa memanggil namaku setiap kau ingin. Tak perlu berkata apa pun tentang kepergianmu. Biar dayang yang menjelaskan semua.”Setelah berkata Mustafa pun menghilang. Dayang mengambil peti lalu melipatnya jadi kecil dan disimpan dalam genggaman Dinda.“Silakan dibuka saat Tuan Putri sampai rumah. Tanpa manusia lain tahu.”Dinda tersenyum lalu mengangguk. Dayang ini kemudian memeluk tubuh Dinda dan seketika menghilang.▪▪¤•°•¤▪▪Gito bangun tidur mencari sang istri. Ia mencari ke seluruh ruangan tak ada, bahkan telah mencari ke sekeliling rumah. Pria berambut cepak ini pun telah bertanya ke tetangga sekitar, tak ada yang tahu tentang keberadaan Dinda.Dinda belum juga pulang sampai larut malam, akhirnya Gito menelepon teman-teman akrab sang istri. Mereka tak ada yang mengetahui keberadaan Dinda. Semalaman, Gito terjaga, menunggu kedatangan sang istri. Sempat tertidur sebentar dan terbangun saat azan Subuh berkumandang.“Ya Allah! Aku mohon lindungi

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    KEJUTAN DEMI DINDA BAHAGIA

    “Kau tak bisa membuatku terus menerus cemburu seperti ini. Akan kupastikan kau hidup di duniaku selamanya,” bisik lirih Mustafa di telinga Dinda.“Jangaaan!” teriak Dinda tanpa sadar.“Ada apa, Sayang?” tanya Gito yang kaget mendengar teriakan sang istri barusan. “Eng-gak ... maksudku. Tami, jangan bosan ke sini, ya,”ucap Dinda berusaha berkelit yang membuahkan hasil satu kecupan pipi oleh Mustafa.Dasar usil, kata Dinda dalam hati yang sukses meledakkan tawa Mustafa, tapi tak mampu didengar oleh Gito.“Bulu kuduk Mas jadi makin berdiri gini, ya,” celetuk Gito sambil meraba tengkuk dan kedua lengan.Dinda pura-pura tak mendengar omongan suaminya. Ia memperhatikan Tami yang menghidupkan motor.“Assalammu'alaikum,” ucap Tami berpamitan sambil menghadap ke arah tuan rumah.“Walaikummusalam,” balas kedua tuan rumah bebarengan. Tami melambaikan tangan lalu memutar motor ke arah jalan dan menghilang, berbaur dengan pengendara lain. Tak berapa lama Mustafa ikut lenyap, tapi aroma kasturi m

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    MUSTAFA SEMAKIN NEKAT

    “Segini banyaknya dan gede-gede, masih seger lagi. Baunya laut banget. Serius ini dari Tami?” tanya Dinda sambil tegak lalu menghadap pria berbaju basah dan bersorot mata tajam.Wanita bertubuh indah ini menatap ke sorot mata yang beberapa hari telah familiar baginya. Ia tersenyum, seakan-akan minta jawab secara tak langsung, apakah benar yang dirasakan.“Terima kasih banyak, ya, Pak. Banyak banget ini. Tolong bilang ke Tami, makin sayang aku ke dia. Soulmate banget, deh.”Gito yang mendengar perkataan sang istri langsung menoleh.“Sayang, gak boleh berlebihan gitu. Doain segala kebaikan untuknya.”“Ya, Mas, Maaf. Maklum, masih suka terbawa jaman masih single.”Gito tersenyum mendengar omongan istri imutnya ini. Ia menyadari sang istri kadang masih terbawa sifat kanak-kanaknya. Dari awal mereka menjalin hubungan kasih selama setahun sebelum akhirnya menikah, Dinda memang terkesan manja. Apalagi perbedaan umur yang lumayan jauh di antara mereka, yaitu sepuluh tahun. Berasa layaknya pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-13
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    KENAPA DINDA MUAL-MUAL?

    Angin dingin beraroma kasturi menguar menyengat memenuhi ruangan. Aroma menyengat kasturi semakin tajam menusuk rongga hidung pasutri ini hingga menyesakkan dada keduanya. Tiba-tiba asap putih terhampar menutupi pandangan Gito maupun Dinda.“Audzubillah Himinas Syaiton Nurokim. La Haula Wala Quwwata Illa Billah.”Suara Gito bergema seantero ruangan hingga mampu membuat asap yang mengepul lalu menipis pelan-pelan. Tak lama kemudian, terdengar suara dentuman sangat keras layaknya dinding ambrol dan membuat lubang di lantai. Namun, saat pandangan pasutri tersebut semakin jelas, tak tampak kerusakan apa pun dalam ruangan. “Suara apaan tadi?” Gito gegas melangkah ke dua kamar tidur yang bersebelahan lalu menuju dapur, tak ada apa pun. Pria berambut cepak ini pergi ke ruang tamu melihat keluar dari kaca jendela depan, hasilnya pun nihil.Mustafa? Kamu terluka? tanya Dinda dalam hati yang berharap sang pujaan hati sudi menjawab. Gito kembali dengan menggeleng lalu memandangi sang istri ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-13
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    KABAR BAHAGIA BUKAN UNTUK DINDA

    "Mas berhenti sebentar,” ucap Dinda seraya menepuk bahu Gito.“Kenapa, Sayang?” Gito segera menghentikan motor lalu menoleh ke arah istrinya. Sedangkan Dinda sudah tak mampu menjawab pertanyaan sang suami, begitu turun dari motor langsung berlari ke arah saluran air di pinggir jalan.Wanita bertubuh sintal ini langsung jongkok di pinggir saluran air dan menunduk untuk memuntahkan semua isi dalam perut. Meski sudah tak ada yang bisa dikeluarkan kembali, mulutnya masih ingin muntah.Dinda meremas perutnya yang berasa melilit dan perih. Dari kedua kelopak matanya keluar buliran bening. Tampak jelas yang dirasakan kini, membuat Dinda tersiksa.“Sayang, kita langsung ke dokter aja, ya?” tanya Gito lembut sambil mengurut tengkuk istrinya.“Ikan untuk Ibu?”Dinda menoleh lalu bangkit dibantu suaminya. Ia sesekali mengusap bibir dan sekitar pipi dengan tisu.“Setelah berobat ke rumah Ibu. Sekarang beli rujak langsung periksa,” ucap Gito sambil merangkul istrinya untuk kembali ke motor.Setela

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14
  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    DINDA HAMIL OLEH SIAPA?

    “Ibu udah aku kasih tau. Ia tampak bahagia dan nanti kita ke sana sekalian antar ikan,” ucap Gito masih dengan senyum lebar menghias kedua pipi.Dinda semakin bimbang mendengar perkataan suaminya. Wanita ini tak melihat kebohongan dari nada bicara dan sorot mata kebahagiaan sang suami. Gito benar-benar tulus merasa bahagia dengan kehamilan Dinda.“Mas, kita duduk sebentar, ya. Aku mau habisin rujak,” ucap Dinda menarik tangan sang suami saat mereka melewati bangku taman sebelum tempat parkir.Gito tersenyum ke arah istrinya lalu berkata, "Iya, Sayang. Mas harus siap-siap melayani orang ngidam setiap saat.”Diana berpura-pura cemberut menanggapi perkataan sang suami. Ia menarik tangan Gito untuk duduk di salah satu bangku.“Kamu duduk dulu, Mas mau ambil rujaknya.”Dinda segera mengangguk dan Gito berlalu menghampiri motor. Bangku taman berada di bawah pohon mangga yang rindang dan lebat buahnya. Tanpa sengaja, saat Dinda mendongak tampaklah olehnya sebuah mangga paling besar di antara

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14

Bab terbaru

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    SEMUA BERAWAL DAN BERAKHIR

    “Apaan ini? Panas sekali. Kurang ajar! Kamu mau mengusirku?” tanya Mustafa dengan amarah. Jin tersebut merasakan sekujur tubuh bagai dibakar api dan tak terima. Kemudian sebelum pergi karena rasa panas bara api semakin tak tertahan melayangkan pukulan ke arah Gito.“Aduh ... apa ini? Kepala Mas kayak ada yang mukul,” ucap Gito sambil mengelus bagian di atas telinga yang terasa linu dan perih.“Aneh! Sini aku liat!” Dinda segera mendekat lalu mengamati bagian kepala Gito. Dengan jemarinya wanita muda ini menyibak helaian rambut pelan-pelan.“Aduh, jangan pegang itu!” seru Gito saat Dinda meraba bagian atas telinga bagian kanan, tampak ada luka dan benjol.“Aku ambilin obat tawon dulu, Mas,”ucap Dinda langsung bangkit lalu mengambil obat tersebut di kotak obat.Dinda segera mengobati benjolan dan luka di kepala sang suami. Mereka tak menyadari bahwa hal-hal ganjil yang selalu terjadi adalah hasil perbuatan Mustafa. Tentu saja tak mengurangi romantisme di antara keduanya. Sementara itu,

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    MUSTAFA BIKIN STRATEGI

    “Liat aja! Kalo kamu sepelekan ucapanku. Menantumu itu bukan wanita biasa. Perlu dibikinkan ritual khusus. Biar suaminya gak mati. Kamu paham?”“Sampe segitunya, Mbok. Kok mengerikan,” ucap Bu Teti dengan kedua mata tak berkedip.“Maka dari itu, Tuan Mustafa ingin menjaganya.”“Aku benar-benar gak nyangka, Mbok. Secepatnya, aku ajak Dinda ke sini. Terus sekarang gimana?” tanya Bu Teti sembari melongok keluar melihat arah rumah.Tampak pintu rumah dan jendela sudah terbuka. Hati Bu Teti lega, rupanya Gito dan Dinda dalam keadaan baik-baik saja.“Udah diatasi Tuan. Buruan pulang! Bisa diambil menantumu oleh Tuan Mustafa,” ucap Mbok Wo sembari tertawa terkekeh-kekeh.Wanita tua ini baru saja mendapat bisikan dari Mustafa, cara membangunkan pasangan pengantin tersebut. Bu Teti memandang heran ke arah wanita renta di hadapannya yang terus menerus tertawa. Padahal tak ada pembicaran lucu di antara mereka.Sesaat sebelum Mustafa datang berbisik kepada Mbok Wo. Jin tersenyum baru mendapat seb

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    DINDA BUKAN WANITA BIASA

    Suasana berubah mencekam. Angin berembus kencang membawa butiran salju. Pengantin baru ini segera beranjak meninggalkan tempat. Motor dipacu Gito dengan kencang untuk menghindari hujan angin yang seakan-akan mengejar mereka.Dinda menggigil ketakutan, langsung mendekap erat suaminya. Segala doa terlantun dari bibir mereka. Gito merasa keadaan yang tiba-tiba berubah bukan sesuatu yang normal. Apalagi dia dan juga Dinda merasakan bulu kuduk berdiri sejak awal kejadian.“Alhamdulillah, moga gak sampe sini. Aneh gitu, ya. Hujan angin tiba-tiba,” ucap Dinda setelah mereka hampir sampai rumah, tinggal beberapa meter lagi.“Iya, Dek. Baca doa aja.”Dinda memeluk pinggang Gito semakin kencang. Beberapa menit kemudian, mereka pun telah sampai rumah. Acara kenduri telah dimulai dengan Pak Kiai sebagai pemimpin doa. Gito menaruh motor di luar gerbang karena halaman sudah dipenuhi kendaraan para undangan.Pengantin baru ini lalu melangkah ke arah samping. Mereka masuk rumah lewat pintu belakang“

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    RASA CEMBURU MERUSAK

    “Enggak. Cuma mau bilang, nanti sore ajak menantumu ke rumah,” jawab Mbok Wo sembari melihat keluar lewat kaca jendela yang dibuka tirainya oleh Bu Teti.“Wah, gimana, ya. Nanti sore sampe malam ada acara syukuran di sini, Mbok,” ucap Bu Teti kebingungan.“Terserah kamu. Mau menantumu sembuh, gak?” tanya Mbok Wo sambil memandang sinis ke arah Bu Teti.Wanita separuh umur ini jadi bingung karenanya. Suatu situasi yang sulit, dia dan Dinda harus ada di saat acara karena pihak yang punya hajat, alasan apa yang akan dipakai pada Gito?“Kalo besok saja gimana, Mbok? Sekalian belanja ke pasar,” ucap Bu Teti dengan takut-takut.Dia khawatir wanita renta di hadapannya murka karena telah dibantah perkataannya. Mbok Wo berpikir sejenak, mengerti dengan situasi yang harus dihadapi Bu Teti. Apalagi mereka hidup bertetangga, kalau pun kedua wanita jadi ke rumahnya di saat hajat, biar dicurigai warga, terutama anak Bu Teti.“Yodah, Kamu ambil baju mantumu, biar aku kasih Tuan Mustafa. Baru besok ka

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    PERMINTAAN ANEH

    Dinda yang sedang mempersiapkan makanan untuk Gito, ikut merenung, menyangkutpautkan hal yang terjadi dengannya. Dia merasa ada ‘sesuatu’ antara mandi ramuan yang disuruh padanya dengan pemilik kontrakan. Semua bersumber dengan orang yang sama, yaitu Mbok Wo.“Mbok Wo masih bersodara dengan pemilik rumah?” tanya Gito sambil melihat ke arah ibunya dan ditanggapi gelengan kepala oleh Bu Teti.“Kok bisa tau, kalo rumah itu akan dikontrakkan?” tanya Gito yang belum puas dengan tanggapan sang ibu.“Mungkin nih. Mbok Wo tau kalo rumah itu udah lama gak dihuni. Sejak pemiliknya punya rumah sekaligus toko di pinggir jalan,” jawab Bu Teti dengan santai.“Aku yang malu, Bu. Rumah gak disewakan dan tiba-tiba aku datang tanya soal harga. Kata Ibu, ditunggu pemilik di rumah kontrakan. Kok bisa?” ucap Gito dengan menggelengkan kepala.“Terus gimana, Mas? Gak jadi dapat kontrakan dong,” sahut Dinda sambil meletakkan piring di hadapan sang suami.Gito yang mendapat pertanyaan dari Dinda, hanya tersen

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    BERSUMBER YANG SAMA

    “Semoga keinginan Tuan segera tercapai,” ucap Bu Teti sambil menghampiri Mbok Wo yang sedang duduk di kursi ruang tengah.“Pantas aja, Tuan Mustafa percaya padamu,” balas Mbok Wok tersenyum memperlihatkan deretan gigi-gigi bernoda getah kinang.Bu Teti tersenyum lebar mendapat pujian dari Mbok Wo. Kedua wanita ini berbicara akrab dengan diselingi tawa sambil menunggu Dinda keluar dari kamar mandi. Tak berapa lama, wanita muda yang ditunggu telah keluar dengan tubuh lebih segar. Mbok Wo terkekeh-kekeh menghidu bau khas yang menguar dari tubuh Dinda.Dari bau ini, Tuan Mustafa bisa gampang mengenalinya, batin wanita tua dengan bibir dan deretan gigi dipenuhi noda merah kinang. Mbok Wo mencari-cari paidon [tempat ludah] yang terbuat dari kuningan. Namun, tak dijumpainya. Bu Teti yang memperhatikan perilaku wanita tua ini segera bertanya,”Mencari apa Mbok?”“Paidonku,”jawab Mbok Wok masih sibuk memadai seisi ruangan lalu bangkit perlahan dengan bantuan tongkat ke arah ruang tamu.“Saya g

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    TAKTIK JITU MEREKA

    Tanpa disangka dari arah depan datang santri baru yang seketika mendatangi Mustafa yang duduk di atas atap toilet. Keduanya pun menghilang di depan kedua mata Pak Kiai. Yang lain tak melihat kejadian barusan.Oh, ternyata, jin juga, ucap Pak Kiai dalam hati.Pria tua ini, diam-diam berniat ngobrol empat mata dengan santri baru tersebut. Setahu pria bersorban tersebut, jika ada jin yang berniat belajar di ponpes, biasanya akan pergi jika ilmunya sudah tuntas. Pak Kiai merasa ada harapan untuk bertemu dan melaksanakan niatnya.Tak terasa pria berjenggot putih tersebut tersenyum. Ada banyak pertanyaan yang ingin disampaikan kepada santri baru yang sepertinya cukup disegani oleh jin bandel itu. Pak Kiai hanya berharap bisa segera bertemu dengan sosok tersebut. Tak terasa, ufuk timur telah merekah. Aktivitas penghuni ponpes semakin sibuk, terutama bagi kaum wanita karena Dinda diurus oleh ponpes dan tentu saja dibantu pihak panti. Pak Kiai segera menuju rumah utama untuk bersiap-siap.Tep

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    SAAT GAGAL MAIN PETAK UMPAT

    Hati Pak Kiai mengisyaratkan bahwa Pak Brahim telah ‘pergi' dan tak mungkin kembali. Namun, hal tersebut hanya disimpan dalam hati saja. Oleh karena hanya sekadar firasat dan perlu pembuktian secara nyata.Persiapan pernikahan telah dimulai, meski hanya acara kalangan keluarga saja. Namun, tentu saja mengikutsertakan para santri dan santriwati ponpes. Semua pelaksanaan proses pernikahan diadakan di ponpes karena memang ijab kabul diadakan di sana juga.•••°•••°•••Hari H PernikahanDari semalam, Dinda dan Gito mengadakan pengajian di tempat berbeda. Dinda mengadakan pengajian di panti asuhan, sedangkan Gito mengadakan acara tersebut di rumahnya. Pengajian pihak calon mempelai wanita sengaja dilakukan di panti asuhan, dengan maksud untuk membersihkan tempat tersebut dari aura negatif. Itu pun atas saran Pak Kiai karena mengingat Dinda sering kesurupan di sana.Pagi ini, dari selepas Subuh, calon mempelai wanita telah dirias dan selalu didampingi seseorang dalam setiap geraknya. Mes

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    YANG HILANG TANPA JEJAK

    “Alhamdulillah, sudah sadar. Ayo buruan wudu, persiapan salat Magrib,” imbau Pak Kiai tetap dengan senyum tipis lalu berucap,”Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”“Wa’alaikumussalam.”Selepas kepergian Pak Kiai, Bu Ketua segera masuk kamar menghampiri kedua wanita asuhannya. Dinda yang baru saja siuman, untuk sesaat seperti orang linglung. Sang teman segera memberi air mineral kepadanya. Sementara itu, Bu Ketua mengusap air mata karena haru.Wanita separuh baya ini benar-benar dibuat kalang kabut saat Dinda pingsan setelah dirukiah. Wanita muda ini pingsan lama. Hingga membuat Bu Ketua kepikiran ada hal buruk yang menimpa Dinda dan dia bisa jadi tertuduh jika kemungkinan terburuk terjadi.“Alhamdulillah. Ya, Allah. Ibu sempat cemas barusan. Bahkan berniat panggil ambulans segala,” ucap wanita pengasuh asrama putri ini segera memeluk Dinda.“Terima kasih. Jadi bingung, kenapa sering begini,” ucap Dinda selepas Bu Ketua mengurai pelukan.Wanita muda ini mencium tangan Bu Ketu

DMCA.com Protection Status