Laura terkejut ketika mendengar suara pintu dibuka dengan keras. Dia melihat Topan masuk dengan wajah sangar ketika menoleh ke pintu. Di belakang Topan ada tiga orang pelayan mengikutinya.
Mereka mulai mengambil koper dari tempat penyimpanan di kamar Topan, lalu memyusun pakaian Laura tanpa bicara sepatah kata."Kenapa kalian mengeluarkan pakaian saya dari dalam lemari? Siapa yang menyuruh kalian?" Laura bertanya dengan suara keras."Aku! Kita harus pergi sekarang." Topan memutar arah kursi roda Laura, lalu mendorongnya keluar kamar."Pergi ke mana?" Wajah Laura terlihat heran dengan sikap yang tiba-tiba dan aneh dari Topan."Tiara, bereskan barang-barang Nyonya yang lain!" perintah Topan sesaat setelah keluar dari pintu."Aku tidak mengerti ini, Topan. Apa maksud kamu?""Kita akan menemui orang tuamu.""Orang tuaku? Kenapa? Ada apa? Kenapa kamu membawaku ke rumahku? A"Liburan yang menyenangkan." Erica tersentak ketika mendengar suara lelaki dari jarak dekat. Matanya mendelik dan tubuhnya menegang saat melihat Jeremy tersenyum misteri di dekat tiang pintu. Setelah memutuskan kabur dari Indonesia, Erica memutuskan tinggal di hotel dekat bandara sebelum melanjutkan penerbangan. Dia sedang menikmati hidangan setelah renang ketika Jeremy mengamatinya sejak tadi. "Pasti healingmu sudah membaik," sindir Jeremy lagi. Kamu pecundang, Erica."Erica mengumpat pedas dalam hati karena Jeremy berhasil menemukannya. Dan lirikannya menjadi tajam karena disebut pecundang. "Aku perlu bicara denganmu." Jeremy mengeluarkan borgol dari saku celana, lantas mengikat satu tangan Erica dengan tangannya. "SHIT!" Erica menarik tangan yang diborgol dan berusaha lari. Namun, Jeremy sigap menarik Erica ke dalam mobil. Steve sudah menunggu dengan sebatang rokok, langsung me
"Saya tidak tahu bukti apa yang kamu maksud. Kamu sekretaris cerdas, bisa jadi bukti itu hanya buatan kamu untuk memojokkan saya." Laura melakukan bantahan agar dia tidak terseret arus permainan Erica, sebab dia tidak yakin pernyataan Erica tentang bukti yang dimiliki adalah benar. Meskipun, Laura merasa kekhawatiran menyelinap dalam dirinya. Bisa jadi Erica mengatakan hal yang benar. "Termasuk cek dari Tuan Albert adalah palsu?" Dia terus menggiring Laura ke situasi yang membuat Laura tidak bisa membantah setiap serangan yang dia lakukan. Erica tertawa sumbang dan geli atas tuduhan Laura tentang bukti palsu dan wajah Laura yang berubah pucat."Cek itu dari ayah saya untukmu, bukan dari saya." "Itu benar, karena Anda juga terlibat, Nyonya. Saya hanya mengingatkan Anda bagian-bagian yang mungkin sengaja Anda lupakan." "Bagaimana kamu membuktikan tentang bukti itu?" tanya Alex pada Erica. "Saya menyimpan file itu dengan sangat baik. Jangan mencarinya di apartemen saya, karena tidak
Topan tidak ingin berbelit-belit menyelesaikan masalah yang terjadi, maka dia menyiapkan solusi praktis untuk Laura dan Erica. Setelah keluar dari gudang dan mendapatkan yang dia inginkan, Topan menghubungi seseorang untuk menemui Erica di satu tempat yang sudah ditentukan, lantas mematikan panggilan. Laura masih tidak sepakat dengan Topan. Saat lelaki itu kembali ke gudang, Laura masih meneriaki Topan. "Kamu! Kamu yang memulai semua ini, Topan!" Laura memandang garang pada Topan. "Aku tidak akan memenuhi permintaanmu untuk menandatangani surat pengalihan aset kekayaan!" "Terserah padamu," sahut Topan tidak acuh. "Pilihanmu menentukan keadaanmu." "Kamu licik!" desis Laura sangat geram. Dia tidak menyangka Topan memanipulasi permainan hingga membuatnya terjebak tanpa pilihan. "Begitu kamu selesai tanda tangan, kamu bebas dari sini. Kembali ke perusahaan dan membangun kekayaan baru lagi." Topan meletakkan dua lembar surat dan pena. "Setelah itu selesai. Aku hanya mengambil yang
"Surat tersebut terdapat cap jari yang diduga adalah milik korban. Polisi masih melakukan pemyelidikan di TKP dan kami belum mandapatkan informasi tentang apa isi surat tersebut. Pengkhianatan seperti apa yang dilakukan oleh korban."Topan, Jeremy, dan Alex menonton headline news dalam masing-masing ekspresi dan emosi. Kemudian Jeremy berdiri untuk meninggalkan ruangan."Saya akan siapkan konferensi pers di hotel Firch. Bagiamana kalau pukul enam sore, Pak?""Lebih cepat lebih baik, Jeremy. Saya harus menjemput Kia.""Kamu akan membawa dia pulang ke sini?" tanya Alex ketika menoleh pada Topan. "Itu rencanaku. Dia terus saja menangis, kondisi fisiknya memburuk, dokter bilang dia stres. Saat tadi bertemu Emma, dia sangat tenang. Mungkin dia bahagia bertemu ibunya.""Itu sudah pasti, ibunya tempat yang paling nyaman untuk semua bayi yang menyusu bersama ibunya," sahut Alex."Baiklah, saya akan atur acaranya pukul enam sore. Permisi, Pak." Jeremy menunduk lalu keluar ruangan."Bagaimana
Topan sering menyapu wajah Laura dengan air kolam. Saat Laura menikmatinya seekor ikan akan bergerak di pipinya. Sekarang Topan mengulanginya, tetapi tanpa ada seekor ikan kecil. Laura sangat mengingat kenangan manis itu. Kenangan itu menjadi salah satu dari banyaknya kenangan indah bersama Topan. "Kamu tahu? Aku merasa … saat ini kita seperti akan berpisah."Topan menghela napas sambil menunduk. "Itu yang kamu rasakan. Aku ingin mengulang yang pernah hilang dalam hidup kita.""Aku juga ingin mengulangnya, tapi kamu tidak ingin memperbaiki yang sudah rusak. Kita sama-sama salah, walaupun butuh waktu untuk memperbaikinya, tapi setiap kesalahan akan ada kesempatan untuk perubahan yang lebih baik."Topan spontan mengangguk setuju. "Maafkan aku, Laura.""Aku juga minta maaf, aku …." Topan sulit untuk mengatakannya. "Kamu masih mencintaiku? Jika iya, Itu sudah cukup buatku."Topan diam. Laura sadar, rasa yang Topan miliki untuknya tidak lagi utuh, tetapi dia berusaha untuk mempertahank
Kasus kematian Erica sendiri sudah menyeret reputasi keluarga Johnson menjadi buruk. Kecurangan mereka atas pencurian dan penjualan data perusahaan Topan, menurunkan tingkat kepercayaan rekan bisnis sehingga investasi dan penjualan saham menurun drastis. Mereka tidak terpuruk, tetapi perusahaan mereka bukan lagi perusahaan yang dipandang secara hormat. Mereka meninggalkan nama besar yang pernah berjaya. Gaung nama perusahaan mereka tidak lagi begitu terdengar. Kasus kematian Erica akhirnya jatuh pada putusan bahwa Erica murni bunuh diri karena merasa bersalah telah mengkhianati perusahaan Rico Nicho. Kasusnya pun ditutup."Setidaknya Topan tidak menyebut penculikan Emma dan Kia, dan tidak melaporkan tindakan kita ke kepolisian," kata Bianca menatap televisi. "Jika itu terjadi, kita benar-benar binasa.""Sangat sulit bagi kita memperbaiki citra yang telanjur rusak. Kita tidak mendapatkan proyek apa pun. Dan sahm kita juga terus merosot," imbuh Albert lesu. Kemudian menyandarkan pun
"Saham yang kita tawar disetujui keluarga Johnson. Sepertinya mereka benar-benar membutuhkan uang.""Itu sangat bagus. Akhirnya mereka tahu dengan siapa mereka berhadapan," sahut Topan tersenyum sinis sebelum menjawab."Saya kira awalnya mereka tidak setuju, tapi setelah sekian purnama akhirnya …." Jeremy meletakkan tiga lembar kertas ke hadapan Topan untuk Topan tanda tangani. "Transfer uangnya hari ini," kata Topan sambil meletakkan pena."Persiapan untuk ke Berlin sudah lengkap, Pak. Sekretaris baru pengganti Erica juga sudah didapatkan pihak HRD. Bapak ingin mewawancarainya langsung?" "Kamu saja yang wawancara dia."Setelah memberi anggukan pada Topan, Jeremy meninggalkan ruangan kerja Topan.Sejak kematian Erica–tepatnya setelah dipecat–Topan mengalami kesulitan mencari pengganti Erica yang memenuhi syarat–setidaknya–delapan puluh persen mendekati etos kerja yang Erica miliki.Topan sangat kehilangan Erica sebagai sekretaris, tetapi Erica menjadi ancaman besar baginya dan perus
Melihat Emma terkejut, Topan meledeknya dengan senyum miring. Dia senang melihat Emma dalam situasi tidak menyenangkan seperti itu. Perempuan itu bingung menemukan cara untuk keluar dari bak mandi dan …."Bagaimana ini bisa terjadi?" "Saat aku akan menurunkan Kia ke dalam bak, ternyata dia malah pipis. Kamu tahu sendiri kelanjutannya …."Emma mendengus jengkel sambil membuang muka. Rasanya sia-sia perawatan mandi bunga yang dia lakukan ternyata hanya air kotor. Kepala Topan masih berputar-putar mencari ide untuk menjahili Emma lagi. "Keluarlah. Aku mau mandi.""Tidak. Aku juga sedang mandi.""tapi kamu sudah wangi. Berarti kamu sudah memakai sabun," sanggah Emma ketika mencium wangi dari tubuh Topan."Tapi, aku belum memakai sampo." Itu hanya alasan Topan supaya dia bisa berlama-lama mengusili Emma. Topan lalu berdiri, memilih meninggalkan Emma setelah menarik tirai pembatas. Perasaan Emma menjadi lega karena mendengar suara pintu dibuka dan ditutup, artinya Topan sudah keluar.
Mereka turun di restoran mahal. Topan memesan menu-menu barat yang belum pernah Emma rasakan. Sambil menunggu pelayan mengantarkan makanan, Topan lanjut berbincang. Memperkenalkan banyak hal pada Emma tentang kehidupan orang-orang kaya, kebiasaan mereka dan lainnya."Aku sering melihatnya di tv. Kalian suka membuang-buang uang untuk barang-barang tidak penting. Sandal untuk ke WC saja harganya tiga juta Rupiah." Topan tidak terima dikatakan buang-buang uang hanya untuk sandal WC. Itu bukan buang-buang uang melainkan kualitas hidup dan prestige. "Emma, karena kamu bicara denganku maka aku masih mengerti. Tapi kalau kamu bicara dengan orang lain seperti tadi kamu akan ditertawakan. Tidak tahu apa-apa tentagn kehidupan orang kaya, kenapa membeli produk mahal hanya untuk dipakai di kamar mandi, kenapa beli tas mahal sampai satu milyar untuk satu tas."Topan mendekatkan dirinya lagi pada Emma. Dia ingin Emma memahami tentang gaya hidup dan cara pandang orang kaya dalam memaknai sesuatu b
"Kamu pernah ke sini?" Topan bertanya ketika mobil menginjak rem di Kota Tua. "Belum pernah, hanya sering mendengarnya. Katanya Kota Tua tempat wisata yang banyak nilai sejarah," kata Emma, terpana memandang pemandangan Kota Tua yang menakjubkan. Dengan menggendong Kia, Topan menggandeng tangan Emma masuk ke Kota Tua. Dia terlhat sangat keren dan menjadi pusat perhatian pengunjung di sana. Topan menggunakan kaca mata gelap, memakai pakaian kasual yang sederhana tetapi terlihat mahal.Emma awalnya tidak peduli dengan perhatian para perempuan di sana. Namun, dia menjadi risih pada akhirnya karena mereka turut meliriknya.Aroma parfum Topan juga sangat menggoda. Dia sangat wangi dan membuat perempuan semakin tidak bisa berpaling darinya. Emma tahu risiko menjadi istri orang ganteng dan kaya. Namun, apa mereka tidak bisa menjaga matanya sebentar saja?Entah apa yang membuat Emma mengeratkan jarinya di genggaman Topan, tetapi hatinya tidak suka melihat yang matanya lihat.Topan membawa
"Kamu tahu apa yang paling diinginkan seseorang yang mencinta?" Emma menoleh ketika pertanyaan Topan terdengar menggelikan di telinganya. Entah kenapa Topan terdengar seperti seorang pujangga kali ini."Aku tidak tahu. Aku tidak mengharapkan mencintai lagi karena itu menyakitkan," sahut Emma membuat Topan tertegun. "Aku hanya ingin bebas dan tenang, bahagia bersama Kia dan mewujudkan cita-citaku." Topan mendadak merasa kecil hati karena tidak dilibatkan dalam hidup Emma. Dia lalu bertanya, "Apa kamu tidak ingin bahagia bersamaku?" Emma menoleh padanya. Hati Emma berdesir dan dia merasa melambung ke awan. Emma merasa gugup dan kikuk, salah tingkah karena emosinya seketika berubah. "Apa aku salah kalau berkata 'mungkin' karena tidak mau terburu-buru?" "Kalau aku tidak mau menerima kata mungkin, bagaimana?" Topan malah membuat Emma terjun ke dasar jurang, tidak memiliki jalan keluar untuk naik lagi ke tebing. Kenapa dia suka sekali membingungkan Emma? Apa itu hobinya, membuat orang
Laura mengulur waktu untuk menjawab pertanyaan Topan agar mantan suaminya itu terpancing amarah dan keceplosan mengatakan kebenaran tentang Erica."Saat dia disekap, aku juga ada di sana 'kan? Apa kamu lupa itu,Topan? Jadi sudah pasti aku tahu apa yang terjadi padanya.""Apa yang terjadi padanya?" serang Topan mulai mengikuti alur permainan Laura."Kamu suruh dia keluar menemui seseorang."Topan sempat menegang saat Laura mengatakan tentang perjanjiannya dengan Erica pada hari itu. Ekspresi itu sempat tertangkap oleh Laura meski sekilas. Perempuan itu tersenyum miring dan sinis melihat Topan masuk dalam permainannya. "Kamu dengar sendiri apa yang kukatakan padanya, lalu dia tewas bunuh diri meninggalkan surat permintaan maaf. Siapa yang menduga dia akan berakhir seperti itu? Mengenaskan. Aku tidak menyangka nekat yang dia miliki bisa sejauh itu."Laura memerhatikan Topan dengan ekspresi tajam. Mimik muka Topan ketika berbicara tampak sangat serius dan meyakinkan. Gerakan tubuhnya da
Topan terdiam kaku di depan ranjang Alex dengan perasaan sakit entah bagaimana mengatakannya. Dia menangis diam, tetapi tangannya menggenggam erat dan geram ketika memegang ujung besi ranjang tersebut. Setelah dokter mengatakan yang terjadi dan penyebab terjadinya penyakit tersebut, Topan sontak dihantui rasa takut. Dia bahkan melupakan Emma dan Kia yang menunggunya di luar. Dia ditemani Dagna menemui Alex. Topan tidak mempunyai kata-kata untuk dikatakan. Namun, di kepalanya bergelayut banyak hal yang membuat sesak dan penat. Satu-satunya orang yang dia miliki, temannya bermain, dan tempatnya berkeluh kesah, Alex akan menjadi mimpi buruk bagi Topan jika pria tua itu pergi. "Kita hanya bisa berdoa buat kakekmu," ujar Dagna mengusap punggung Topan untuk menenangkannya. "Maafkan Bibi karena lalai menjaga kakekmu."Dagna mengatakannya dengan suara dan bibir bergetar. Matanya belum berhenti meneteskan air matas sejak Topan mengajaknya masuk ke kamar Alex. "Kakek tidak boleh mati. Tid
"Tidak perlu, aku tahu kamu mengambil kesempatan." Emma memalingkan muka. Entah apa yang membuatnya kikuk dan pipinya merona.Emma juga tidak bisa menjabarkan bagaimana jantungnya berdetak tidak karuan dan sekujut tubuhnya mulai terasa gemetar."Kenapa kamu bilang begitu? Aku punya hak untuk melakukan itu. Kita suami istri. Jadi, apanya yang salah?"Emma tidak menggubris komentar Topan, melainkan beranjak menuju ke kasur, mengambil posisi di sebelah Kia. Topan juga melakukan hal serupa. Sebelumnya, dia mengirim pesan pada Jeremy untuk mengabarinya bila pesawat sudah tiba di bandara.Topan membelai pipi Kia. Dia merasa penat dan beban di bahu luruh ketika jarinya yang kasar dan besar menyentuh kulit Kia yang halus. Lelahnya pun menjadi hilang melihat Kia tidur lelap dengan polosnya."Ceritakan padaku, bagaimana masa kecilmu? Aku ingat kita tidak pernah membahas topik ini sebelumnya," kata Topan memandang Emma."Aku suka bermain layangan. Dulu aku sering bermain di lapangan dekat rumah
"Wahhh … ini indah sekali." Emma terkagum-kagum melihat keindahan Kahlenberg. Salah satu wisata paling populer di Wina. Pengunjung bisa menikmati keindahan kota dan alam Wina dari atas bukit. Topan membawa Emma ke bukit tersebut, sekaligus untuk bersenang-senang di alam terbuka yang lebih bebas. "Kamu suka?" Topan bertanya dengan senyum semringah. Usahanya membawa Emma dan Kia jalan-jalan dan berlibur membuatnya senang. "Tentu saja aku suka. Semuanya sangat indah. Ah, aku tidak bisa mengatakannya seperti apa. Tapi ini benar-benar luar biasa," ujar Emma terkesima memandangi kota dari atas bukit. Topan mengusap kepala Emma ketika angin menerbangkan rambut Emma yang panjang. Dia memindahkan segumpal rambut yang jatuh di wajah Emma dengan tatap terpana. Emma terlihat sangat cantik dan menawan. Entah kenapa. Namun, Topan sulit memindahkan tatap matanya dari Emma. Perempuan itu sedang sangat gembira menikmati pemandangan ditembus angin Kohlenberg. Topan memberi Emma waktu untuk menik
"Dari mana kalian? Aku mencari-cari sejak tadi. Kamu bahkan tidak membawa ponsel," kata Topan ketika melihat Emma dan Kia dari lorong kamar lantai satu. "Aku baru saja bertemu Nyonya Laura." "Apa? Laura? Sedang apa dia di sini?" Kening Topan samar-samar mengerut. "Katanya ada pertemuan bisnis denganmu." Emma berkata tanpa menghentikan langkah. "Ada-ada saja, tidak ada pertemuan di hotel ini. Jeremy harus ikut denganku jika menyangkut bisnis." Topan terkekeh. "Dia menginap di hotel sini juga?" "Dia mengatakan itu padaku. Aku tidak peduli karena aku tidak mengerti bisnis." "Dan kamu percaya?" Topan mengikuti Emma berjalan menuju lift. "Aku tidak peduli kalaupun itu benar. Setahuku bisnis bisa dilakukan di mana saja." Topan menaruh curiga pada kedatangan Laura di hotel itu. Dia mengambil ponsel dan menghubungi Jeremy untuk mencari informasi tentang Laura. "Tunggu!" Topan menahan pintu lift, ketika Emma akan masuk. "Mau ke mana?" "Kembali ke kamar," sahut Emma bermuka datar. Ent
Entah kenapa Topan menanyakan hal itu di situasi bahagia seperti ini. Dia seperti tidak memiliki waktu lain dan kesempatan untuk mengetahui jawaban Emma yang terakhir. Topan ingin mencuci otak Emma untuk tetap bersamanya dan Kia."Tidak, tidak, anggap saja aku tidak pernah bertanya. Lupakan."Emma mengerutkan kening ketika tipan mengatakan hal itu. Dia tidak mengerti apa yang Topan katakan, sebab saat itu terjadi Emma sedang menyesuaikan posisi berdiri Kia. Dia tidak mendengar apa yang Topan katakan. Topan jadi salah tingkah sekarang. Dia menyandarkan kepala sambil menarik napas agar bisa lega. "Kamu bicara sesuatu?" tanya Emma heran melihat Topan seperti maling tertangkap basah. Topan langsung menoleh dan terdiam memandangi Emma. "Tadi kamu ada mengatakan sesuatu atau tidak?" ulang emma melihat Topan tidak juga menjawab pertanyaannya. Bingung Emma semakin bertambah ketika menemukan ekspresi bingung juga muncul di wajah suaminya."E-tidak-tidak, aku hanya bilang jangan terlalu lam