Share

SELAMAT

Author: Sari N
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Zahra sangat terkejut saat dia melihat sosok berjubah hitam yang tidak bisa dia lihat wajahnya itu, mendorong kursi roda Ibu Naya dengan keras.

"Ibu awas!"

Gadis itu berteriak dan berhasil membuat sosok tersebut menoleh ke arahnya. Wajahnya tertutup topeng dan Zahra tidak bisa melihat ataupun menebak siapa dia. Mengetahui aksinya sudah ketahuan, sosok itu dengan cepat mendorong kursi roda Ibu Naya ke arah kolam renang. Wanita tua itu menoleh sambil sesekali berteriak.

"Siapa kamu? Apa yang sedang kamu lakukan? Berhenti! Lepaskan kursi roda saya!" teriak Ibu Naya. Sekuat tenaga dirinya berusaha menghentikan roda kursinya yang berputar akan tetapi tidak berhasil. Dorongan yang kuat dari sosok itu, membuat roda berputar sangat cepat dan tangan keriputnya tidak cukup kuat untuk menghentikan semua itu.

"Ya Tuhan," gumam Ibu Naya saat dia menyadari jika sosok tersebut akan menjatuhkannya ke dalam kolam renang.

Zahra berlari dengan sekuat tenaga untuk menghentikan aksi jahat sosok tersebut.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   KEMBALI BAIK

    "Ampun Tuan. Saya mohon tolong ampuni saya," teriak seorang laki-laki yang terkenal sebagai penjaga taman samping tersebut.Dengan kasar Tama menyeret tubuh laki-laki itu. Semua pelayan yang ada di sana hanya bisa menunduk. Tidak ada satupun yang berani melihat apa yang akan dilakukan oleh bos besarnya itu. Semua pelayan tahu bagaimana tegas dan juga kejamnya Tama. Sebagian besar dari mereka lebih memilih mencari aman dengan tidak ikut campur urusan majikannya. Akan tetapi entah apa yang ada di pikiran penjaga taman itu sehingga dia berani mencari masalah kepada Tama."Berani sekali kamu memiliki niat untuk menyakiti Ibuku!" teriak Tama. Satu pukulan dan satu tendangan, dia layangkan ke wajah penjaga taman tersebut. Laki-laki itu terjengkang dan menabrak dinding di belakangnya dengan sangat keras. Mulutnya memuntahkan darah segar. Pelipis matanya juga tampak sobek."Ampun Tuan. Maafkan saya!" ucap laki-laki itu lagi. Sekuat tenaga laki-laki itu merangkak mendekati kaki Tama lalu men

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   TIDAK BERES

    "Tuan, laki-laki itu tewas," ucap Rey."APA? Bagaimana bisa?" Tama berdiri dari duduknya. Tampak jelas raut marah di wajah laki-laki itu. Dan itu sungguh membuat Zahra bergidik ngeri karena takut. Dia bahkan tidak berani berdiri dan terus berjongkok di samping kursi roda ibu dari Tama itu. Berbeda dengan Zahra, Ibu Naya sudah biasa melihat sang anak seperti itu. Dia hanya melirik sekilas melihat wajah Tama dan juga Rey secara bergantian."Ehm, Tuan…" Rey ragu untuk menjelaskan semuanya karena dia sadar di sana mereka tidak hanya sedang berdua saja. Ada dua wanita memperhatikan apa yang sedang mereka bicarakan.Mengerti dengan apa yang menjadi pikiran sang asisten, Tama pun langsung melangkah pergi diikuti oleh Rey menuju ke ruang kerjanya."Ada apa, Bu?" tanya Zahra dengan nada yang sedikit bergetar dan tubuh yang gemetar."Tidak ada apa-apa. Kamu tenang saja. Semuanya ada di dalam kendali Tama. Jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa," jawab Ibu Naya dengan tenang."Maksud Ibu

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   TASYA KALINGGA

    Tiga tahun yang lalu.Sebuah pagi yang sangat cerah dengan udara yang begitu sejuk. Hembusan angin sepoy-sepoy masuk menerobos sebuah jendela kamar yang sudah terbuka dari subuh hari. Seorang laki-laki dengan pakaian santainya duduk di sebuah sofa yang ada di ruangan tersebut. Matanya terus fokus menatap layar laptop yang terbuka di atas meja. Beberapa kali keningnya mengernyit menandakan jika dirinya menemukan sebuah kejanggalan disana. Lalu tangan kanannya menggerakan mouse dan terdengar bunyi klik beberapa kali. Sesekali laki-laki itu juga melihat ke arah ponselnya yang tergeletak di samping laptop tersebut. Pandangannya terus bolak-balik seolah dirinya sedang memeriksa kedua data dari kedua alat yang berbeda itu.“Banyak sekali masalah yang harus diselesaikan disini. Kenapa semua ini bisa lepas dari pandangan Rey?” gumam Tama. Laki-laki itu terus menatap kedua layar berbeda ukuran tersebut dengan teliti. Saat dirinya sedang mengetik sesuatu, sebuah panggilan di ponselnya terdeng

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   IBU DAN ANAK

    Suara ketukan di pintu kamar, menyadarkan Tama dari lamunan masa lalunya. Laki-laki itu melirik ke arah jam di dinding dan dia tahu siapa yang sudah berdiri di luar kamarnya. Dengan segera Tama mengambil tas berisi laptop dan semua peralatan kerja lainnya yang sudah disatukan di dalam sana."Maaf Tuan, sudah waktunya kita berangkat bekerja," ucap Rey sesaat setelah Tama membuka pintu kamarnya. Laki-laki itu mengangguk lalu berjalan mendahului sang asisten.Mereka berdua pun mulai berjalan menuruni anak tangga. Keduanya masih sama-sama diam. Tama sepertinya tidak begitu bersemangat untuk membahas kembali tentang penghianat itu. Saat mereka baru saja menginjakkan kaki di lantai utama, bertepatan dengan sang ibu yang masuk ke dalam rumah didorong oleh Zahra."Nak!" panggil Ibu Naya. Tama menoleh. Dia tersenyum lalu berjalan mendekati sang ibu. "Iya Bu," jawab Tama. Dia berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan sang ibu.Ibu Naya mengusap rambut sang anak dengan lembut. Dia memang

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   BERDEBAT

    Setelah lelah berkeliling mall dan berbelanja beberapa jenis barang, Zahra pun akhirnya mendorong kursi roda Ibu Naya hendak menuju ke arah parkiran dimana mobil mereka berada. Kedua wanita itu tampak sangat bahagia sekali. Apalagi Zahra, setelah berhari-hari hidupnya terasa gelap karena ulah Tama kepadanya akan tetapi hari ini awan hitam itu seolah musnah. Kasih sayang Ibu Naya bak mentari yang memberikan banyak kehangatan ke dalam kehidupan gadis itu.Ibu Naya dan juga Zahra menunggu di lobi sementara sang sopir pergi ke arah parkiran untuk mengambil mobilnya. Cuaca yang saat itu cukup terik, membuat Ibu Naya lebih memilih untuk menunggu di sana. Tentu saja Zahra akan dengan setia selalu menemaninya. Dia sangat bersyukur karena jalan-jalan kali ini tidak menimbulkan insiden apapun.Sayangnya pemikiran Zahra tersebut salah. Setelah beberapa saat menunggu sang sopir mengambil mobil, suara teriakan seorang wanita membuyarkan Zahra dan juga Ibu Naya dari canda tawanya."Pantas saja sela

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   TIDAK MUNGKIN

    "Dia adalah anakku. Walaupun Zahra bekerja di mansionmu tapi dia adalah anakku. Aku masih memiliki hak penuh atas anakku. Dan kamu, tidak usah ikut campur.""Kami hanya menyuruh Zahra bekerja di mansion Tuan Tama untuk melunasi hutang kami. Ingat Nyonya! Hanya bekerja! Selebihnya Zahra masih menjadi milik orang tuanya. Dan sebagai orang tua sah nya, aku ingin Zahra terus mengirim kami uang setiap minggunya."Ucapan yang dilontarkan oleh Ibu Lita tadi siang nyatanya terus berputar di pikiran Ibu Naya. Hari sudah semakin larut akan tetapi dia masih terus saja memikirkan hal itu. Ibu Naya berpikir jika apa yang dikatakan oleh wanita kecut itu ada benarnya juga. Sebesar apapun dia menyayangi Zahra, gadis itu tetap saja bukan miliknya. Zahra masih milik kedua orang tuanya. Dan dirinya tidak memiliki hak apapun atas diri Zahra.Menyadari akan satu kenyataan tersebut membuat hati Ibu Naya sangat sakit. Selama ini dia selalu merasa nyaman jika sedang bersama dengan Zahra. Bersama gadis itu me

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   KERAS KEPALA

    Pagi itu, Tama sudah bersiap duduk di kursi makannya. Menu sarapan sudah tersaji di piringnya dan Zahra tentu saja sudah berdiri tegak di sampingnya. Sudah lima menit berlalu akan tetapi laki-laki itu belum juga menyentuh makanannya sama sekali."Kenapa dia?" batin Zahra berbicara.Pandangan Tama terus tertuju pada layar ponsel di tangannya dan sesekali melihat ke arah kamar sang Ibu yang masih saja belum terbuka. Selang beberapa saat kemudian, Nufa keluar dari kamar Ibu Naya tapi hanya seorang diri. Wanita paruh baya itu berjalan mendekati sang atasan dengan pandangan yang menunduk."Ada apa? Dimana Ibu?" tanya Tama. "Maaf Tuan. Nyonya bilang kalau beliau tidak mau sarapan. Saya sudah membujuknya tapi beliau bilang katanya Tuan sudah tahu," jelas Nufa masih menunduk. Dia tidak berani menatap wajah Tama yang sudah dipastikan akan sangat marah setelah membawa kabar yang dia bawa ini. Tama mengernyit. Dia sempat berpikir sejenak, apa maksud kalimat terakhir dari sang Ibu? Dengan cepat

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   BERBEDA

    Sepanjang hari dari sejak pagi, Tama terus saja marah-marah. Semua pegawai terkena bentak sekecil apapun kesalahan yang mereka buat. Bahkan mereka yang tidak melakukan kesalahan pun, tetap ada saja yang membuatnya terkena omelan sang CEO.Rey yang setiap saat selalu ada di samping Tama adalah orang yang paling banyak terkena semprotan emosi laki-laki itu. Semua karyawan saling bertanya apa yang sedang terjadi pada orang nomor satu di perusahaan Kalingga tersebut. Karena tidak biasanya Tama bersikap seperti itu. Selalu saja ada masalah yang datang akan tetapi tak ada satupun yang bisa membuat sang CEO menjadi tak bisa mengontrol emosi seperti ini."Ada apa Tuan," tanya Rey saat mereka sudah masuk jam istirahat makan siang akan tetapi Tama masih terus fokus pada layar laptopnya."Kenapa?" tanya Tama tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun."Maaf jika saya terlalu ikut campur tapi hari ini anda terlihat sangat berbeda. Apa ada sesuatu yang sedang anda pikirkan?" tanya Rey lagi."Tidak

Latest chapter

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   AKHIR YANG BAHAGIA

    Tama berdiri di depan sebuah cermin besar di dalam salon tersebut. Rambutnya kini sudah sangat rapi dan juga pendek. Jambang dan kumis yang asalnya tebal, kini berubah menjadi tipis. Tak sadar, laki-laki itu pun tersenyum melihat penampilan barunya tersebut.“Bagaimana? Jadi terlihat segar kan?” tanya Zahra berjalan mendekati sang suami.“Hmm,” jawab laki-laki itu dengan jari tangan yang menyisir tipis rambut barunya.Zahra tersenyum. Dia lalu merangkul lengan sang suami dan menyandarkan kepalanya di sana.“Sekarang kamu tidak malu lagi jalan denganku, kan? Sekarang aku terlihat lebih muda,” ucap Tama memandang wajah sang istri dari balik cermin.Zahra mengangkat kepalanya untuk bisa mendongak melihat laki-laki itu. “Mas, sudah aku katakan, bukan? Aku tidak pernah malu untuk bersama denganmu. Aku tidak peduli dengan anggapan orang lain tentang kita. Karena sedih atau bahagia nya hubungan kita, kita sendiri yang tentukan dan kita sendiri yang rasakan. Bukan mereka.” Nada bicara Zahra

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   PENAMPILAN BARU

    Sebuah restaurant seafood yang sangat terkenal di kota itu menjadi tujuan pertama mereka. Sebuah restaurant yang memiliki tiga lantai itu berukuran sangat luas. Zahra bahkan sampai menganga sesaat ketika dirinya menginjakkan kakinya di tempat tersebut. Berbagai gambar menu yang disajikan menjadi penghias dinding berwarna emas itu. Semuanya benar-benar tampak sangat menarik dan tentu saja menggugah selera.“Ini restaurant, kan?” tanya Zahra dengan mata yang terperanjat. Tama tersenyum lalu menarik tubuh sang istri agar lebih menempel dari sebelumnya.“Iya sayang. Ini restaurant seafood nomor satu di kota ini,” jelas laki-laki itu.“Hmm wajar saja. Penampakkannya sangat mewah layaknya sebuah istana seperti ini. Mungkin hanya masyarakat kalangan atas saja yang bisa datang kemari,” jawab Zahra. Kedua matanya masih menyapu semua ornamen yang melekat di dalam ruangan tersebut.Tama memajukan bibirnya lalu berbisik, “Kamu belum melihat spot paling mahal di restauran ini.”Zahra mengalihkan

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   BULAN MADU

    “Bagaimana dokter?” tanya Tama. Laki-laki itu membantu sang istri duduk di kursi di sampingnya.Pagi itu Tama membawa Zahra untuk memeriksa kondisinya pasca pemukulan yang dilakukan oleh Nufa beberapa minggu yang lalu. Setelah melakukan proses pengecekan panjang, hari ini adalah hari terakhir mereka datang. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Tama memang sedikit berlebihan. Dia bahkan sampai memaksa sang dokter untuk memeriksa seluruh tubuh bagian dalam sang istri dengan berbagai alat.Awalnya dokter keluarga itu merasa bingung karena sesuai dengan apa yang dia ketahui, kecelakaan yang menimpa Zahra tidaklah separah itu. Akan tetapi mau bagaimana lagi. Dia tahu jika yang memintanya itu adalah CEO Kalingga’s Group. Seseorang yang paling tidak suka jika keinginannya dibantah. Apalagi ini menyangkut seseorang yang sangat laki-laki itu cintai.“Semua jenis pemeriksaan yang anda inginkan sudah kami lakukan, Tuan Tama. Dan hasilnya tetaplah sama. Nyonya Zahra baik-baik saja. Bahkan hasil dar

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   SADAR

    Di dalam sebuah kamar yang memiliki ukuran cukup besar. Sinar matahari sudah mulai merambat masuk melewati kaca jendela yang memang sengaja dibuka. Walaupun demikian, wangi aroma terapi yang dipasang di dalam ruangan tersebut tidak memudar. Udara pagi yang sejuk mulai terasa menusuk di pori-pori kulit seseorang yang ada di dalam sana.Seorang gadis yang sejak semalam terbaring di atas kasur, matanya mulai mengerjap. Kelopak mata yang masih tertutup itu mulai menunjukkan sebuah pergerakan halus. Dan beberapa saat kemudian, Zahra membuka matanya dengan sempurna. Penglihatan yang awalnya kabur, perlahan berubah menjadi jelas. Namun demikian, kondisi tubuhnya yang masih sangat lemas, membuat wanita itu tidak bisa bergerak dengan bebas.“Di-dimana ini?” ucap wanita itu lirih. Mencoba untuk berpikir, membuat luka di bagian belakang kepalanya kembali terasa sakit. Membuat Zahra meringis kesakitan.Mendengar ada suara di dalam kamar sang majikan, pelayan yang ditugaskan untuk menjaga istri da

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   MERUBAH BERKAS

    Pengacara Aldi masih diam menunduk. Dia bahkan tidak berani memandang Rey maupun Nufa yang selama ini menjadi atasannya. Sudut matanya hanya bisa melirik Tama yang duduk dengan tegak di sampingnya. Kedua tangannya dilipat di depan dada dengan sorot mata tajam yang langsung menembus jantung sang pengacara.Laki-laki itu menelan salivanya dengan kuat. Dia sadar jika dirinya kini sedang berada di tengah harimau dan singa. Entah mana yang harus dia pilih, yang jelas keduanya benar-benar sangat berbahaya baginya.“Pengacara Aldi,” panggil Rey kembali. Kali ini dengan nada suara yang sedikit naik.“I-iya tuan,” jawab pengacara Aldi terbata. Keringat dingin semakin terlihat jelas berseluncur di dahinya.“Ayo, keluarkan surat-surat itu! Surat yang menyatakan jika seluruh aset dan juga kekayaan Kalingga sudah jatuh ke tanganku,” titah Rey.“Benar pengacara. Ayo cepat tunjukkan pada laki-laki sok berkuasa ini. Cepat katakan jika sekarang dia sudah berubah menjadi tikus got yang tak memiliki apa

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   AYO BUKTIKAN

    “Silahkan dokter?” ucap Tama. Dia langsung membawa Zahra pulang ke mansion dan meminta dokter keluarga untuk memeriksanya.Sang dokter melakukan pemeriksaan secara detail dan juga teliti. Dia tidak mau melakukan sebuah kesalahan apalagi ini menyangkut istri dari seorang CEO besar. Di sampingnya, Tama masih setia berdiri, memperhatikan sang istri yang masih terkulai tak berdaya. Pakaian yang semula berlumuran darah, sudah dia ganti. Tama melakukannya sendiri karena sejak kejadian Nufa, rasa kepercayaannya kepada para pelayan di mansion menjadi berkurang. Dia takut jika masih ada orang suruhan Rey yang tinggal disana. “Bagaimana, dokter?” tanya laki-laki itu saat melihat sang dokter sudah selesai memeriksa. Dokter tampan itu pun tersenyum.“Tidak apa-apa, Tuan Tama. Kondisi istri anda yang belum sadar, bukan karena ada kesalahan tapi memang itu akibat obat yang diberikan oleh dokter yang memeriksa sebelumnya,” jelas sang dokter keluarga. Tama menghela nafas lega.“Jadi, kira-kira kapan

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   SUDAH TAHU

    “Jika kamu berani menembak Rey, maka aku juga berani untuk menghabisi istri tercintamu ini,” ancam Nufa setengah berteriak.Rey dan juga Tama sontak menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat Nufa yang sedang menggenggam sebuah gunting dan bersiap untuk menancapkannya di dada Zahra yang belum juga sadarkan diri. “Coba saja kalau berani, Tama!” ucap Nufa lagi. Tama menatap tajam kedua mata tua sang kepala pelayan. “Dari sejak dulu, aku tidak pernah takut padamu ataupun juga pada Yudha - ayahmu.”Tama sadar jika ancaman Nufa bukan hanya gertakan saja. Dia tahu jika wanita paruh baya itu bisa saja berbuat nekad. Mereka sudah pernah menghabisi sang Ibu secara bersih. Sehingga semua bukti menjelaskan bahwa Naya meninggal karena sakit. Tama tahu jika pasangan bibi dan keponakan ini tidak bisa dianggap remeh.Perlahan laki-laki itu menurunkan senjatanya. Melihat Tama yang sepertinya menyerah, dengan cepat Rey berdiri dan mencuri senjata milik sang CEO. Kini suami istri itu berada di bawah

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   BERKELAHI

    Senja sudah berakhir. Langit terang telah berubah menjadi gelap. Akan tetapi sampai detik ini Tama masih belum juga menemukan kabar keberadaan sang istri. Laki-laki itu mengemudikan kendaraannya dalam keadaan yang frustasi. Sesekali dia memukul kemudi mobil dengan keras dan sesekali dia juga menjambak rambutnya sendiri.Setelah mendapatkan pengakuan dari penjaga mansion, Tama langsung melajukan kendaraannya keluar dari rumah besar tersebut. Beberapa staf kantor pun sempat dia hubungi untuk mencari tahu tentang Rey akan tetapi mereka semua tidak tahu. Yang mereka katakan hanya satu yaitu Rey keluar dari kantor dengan cepat dan terburu-buru.“Aku berjanji padamu Rey, aku berjanji demi mendiang ayah dan juga ibuku, jika sampai kamu menyentuh Zahra sedikit saja, aku akan membunuhmu,” gumam Tama dengan sorot mata yang tajam.Fokus laki-laki itu membuyar saat dia mendengar ponselnya yang berdering. Dengan cepat dia mengangkat panggilan tersebut.“Bagaimana, Alex?” tanya Tama pada orang diba

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   ZAHRA MENGHILANG

    Jam sudah menunjukkan pukul empat sore saat mobil yang dikendarai oleh Tama sampai di halaman parkir mansion. Setelah bertemu dengan Kiran dan menyelesaikan masalahnya dengan pengacara Aldi, laki-laki itu memilih untuk langsung pulang ke rumah saja, tanpa menyempatkan diri ke kantor. Dia sudah tahu apa yang sedang terjadi disana dan Tama akan membiarkan Rey bersenang-senang sesaat sebelum besok dia akan membalikkan keadaan.Seperti biasa para pelayan berjajar di depan pintu untuk menyambut sang CEO. Namun ada yang aneh disana. Di dalam barisan para wanita itu, Tama tidak melihat sosok Nufa dan juga sang istri - Zahra. Kedua mata laki-laki itu seketika melirik ke atas. Menatap pintu kamarnya yang masih tertutup.“Hmm, mungkin dia ketiduran lagi karena lelah,” ucap laki-laki itu dalam hati.Sebuah senyum terukir manis di bibir Tama saat dia membayangkan tubuh mungil sang istri yang sedang terbaring di atas kasur. Entah kenapa tapi semenjak hubungan diantara mereka membaik, membuat Tama

DMCA.com Protection Status