Share

Datang Kembali

Penulis: Poepoe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Perasaan Andreas begitu berkecamuk.

Bagaimana tidak, dia kembali ke tempat dulu dia tinggal. Kenangan demi kenangan menyerbu kepalanya. Rasanya seperti baru kemarin dia pindah ke komplek perumahan ini, bertemu dengan Andini untuk pertama kalinya, dan jatuh cinta dengan wanita itu.

Andreas melintasi rumahnya yang dulu. Setiap sudut di rumah itu menyimpan memori indah dengan Andini yang ikut terbakar gara-gara kejadian tragis itu.

Tapi sekarang, lihatlah. Rumah itu kembali seperti sediakala, hanya saja dia bukan pemiliknya lagi. Andreas memutar mobilnya dan memarkirkannya di dekat rumah Andini.

“Kurasa aku sudah gila,” tukasnya dari balik kemudi, memperhatikan gerbang rumah Andini dengan seksama. “Ini sama saja seperti penguntit.”

Tapi, dia tidak punya pilihan lain. Wanita itu memutus segala kontak darinya. Jadi, ini jalan satu-satunya.

Seketika napas Andreas tertahan, melihat pintu gerbang rumah Andini bergerak. Bagian belakang mobil sedan itu keluar.

“Apa Andini ada di dalamnya?” Gum
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Perpisahan

    Lutut Andini mendadak lemas. Keringat dingin pun mengalir di pelipisnya. ‘Enggak! Enggak mungkin Andreas berpikiran untuk menculik Eva!’ Andini menolak mempercayainya. Tapi kenyataannya pria itu dan anaknya hilang. ‘Ya Tuhan…’Jantungnya berdetak kencang, menghantam rongga dadanya bertubi-tubi. Dengan liar matanya menjelejah ke sekitar. Air mata mendesak keluar dari balik kelopak matanya. Sampai akhirnya bisa bernapas lega dan jantungnya kembali berdebar normal begitu mendapati Andreas berada di taman kecil yang ada di samping cafe–tentu saja bersama Eva dalam dekapannya.“Enggak seharusnya kamu pergi begitu saja, Andreas,” kelegaan terselip di suara Andini yang sontak membuat punggung Andreas berputar.Inilah pemandangan impian Andini, melihat Andreas menggendong putri mereka. Eva nampak nyaman dalam dekapan pria itu. Anaknya bergumam sambil terus menunjuk-nunjuk ke arah tanaman yang menggantung.“Kurasa dia bosan. Jadi, aku ajak saja ke sini.” Andreas menggoyangkan tubuh Eva pelan

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Kepergian Pras

    Pras memasukkan baju-bajunya ke dalam koper dengan kasar.“Dasar wanita brengsek! Wanita sialan! Aku sudah memberimu kesempatan, Ndin! Tapi kamu tega mengkhianatiku lagi dengan pria sialan itu! Seharusnya brondong tolol itu mati dilalap api!”Sedari tadi dia terus merutuki istrinya sendiri. Sulit baginya untuk berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja ketika dia harus video call dengan anak-anaknya di rumah. Begitu dia melihat tampang Andini muncul di layar ponsel, rasanya Pras ingin langsung menghardik wanita itu, mengkonfirmasi langsung soal foto-foto itu.Tapi tidak, dia harus bersabar. Semua ada waktunya.Pras melirik pergelangan tangannya. Tiga jam lagi pesawat akan membawanya kembali ke rumah. “Lihat saja, Ndin. Kamu harus membayar pengkhianatanmu…” Gigi Pras bergemeletuk menahan amarah.Entah apa yang akan dia lakukan pada Andini, mungkin menamparnya keras, mencekik lehernya? Atau dia harus menemukan keberadaan brondong sialan itu dulu? Menghabisinya hingga babak belur?Berba

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Kedatangan Ratih

    Andini ingat betul, hari itu langit mendung. Namun, hujan tidak pernah turun, dan hanya menyisakan hawa yang panas. Semua terasa kelabu. Kedua putranya menangis, mendengar kabar buruk yang mengguncang mereka.Yang lebih menyedihkan tidak ada jasad yang bisa ditangisi maupun dikubur. Jasad Pras tidak pernah ditemukan sampai hari terakhir pencaharian yang dilakukan tim SAR.Selama seminggu, kiriman bunga terus berdatangan, begitu pula dengan para pelayat yang tidak habis-habisnya mengucapkan belasungkawa.“Pras menjalani hidupnya dengan baik.”“Dia atasan yang bertanggung jawab. Kami benar-benar merasa kehilangan.”“Aku turut berduka cita, Andini. Kamu sudah kehilangan sosok suami yang luar biasa.”Rangkaian pujian tentang sosok Pras terus mengalir dari mulut orang-orang. Dan hal itu semakin membuat Andini merasa bersalah karena dia bukanlah istri yang baik.Andini baru menyadarinya kalau selama ini dia cukup beruntung. Mungkin kehidupan ranjangnya memang tidak memuaskan, membuatnya mel

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Pengkhianatan Pras

    Untuk beberapa saat, Andini mengira dia salah dengar. Tapi tidak, perempuan itu mengulangi lagi perkataannya, dengan lebih tegas dan meyakinkan.“Kami pernah menjalin hubungan sebagai suami istri,” Ratih menghela napas panjang, seolah setengah beban di pundaknya kini terangkat.Asumsinya benar. Pras selingkuh darinya. ‘Sialan.’Andini berdecak geli. Selama ini suaminya itu sudah mempermainkan dirinya, menuduhnya sebagai wanita rendahan karena berselingkuh tapi pada kenyataannya suaminya juga berselingkuh.Tapi tunggu, ini mungkin cara Pras untuk balas dendam padanya, pikir Andini lagi. Selingkuh dibalas dengan selingkuh.“Sudah berapa lama perselingkuhan kalian terjadi?” Tanya Andini dingin.“Hampir empat tahun.”“Hah?!” Bola mata Andini melebar. Oke, ini benar-benar di luar dugaannya. “Empat tahun??”“Ya,” Ratih memandangi pinggiran meja.“Tu-tunggu, kamu bilang kalian suami istri? Jadi, kalian sudah menikah?” Kerutan di wajah Andini semakin dalam.Ratih mengangguk pelan. “Dan kami s

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Awal Mula

    Hingar bingar kelab malam membuat Pras nampak jengah. Namun, dia tidak bisa menolak ajakan atasan dan kliennya untuk menghabiskan malam mereka di sini, di sebuah kelab eksklusif yang tidak sembarang orang bisa masuk.Bibir gelas minuman beralkohol itu saling beradu merayakan kesuksesan mereka.Pras terpaksa menenggak alkohol dan pura-pura tersenyum padahal tenggorokannya terasa terbakar dan seketika perutnya mual.Saat pesta akhirnya usai, Pras menjadi satu-satunya orang yang masih sadar. Dia mengurus para atasan dan kliennya yang mabuk, memesan taksi satu per satu untuk mereka.“Hah, menyebalkan,” rutuk Pras setelah berhasil membopong klien terakhirnya yang bertubuh gemuk ke dalam taksi. Bau alkohol yang menguar dari mulut kliennya membuat kepalanya pusing.Kini Pras berdiri sendiri di lobi kelab. Dia memeriksa ponselnya. Sudah pukul tiga dini hari. Namun, Andini bahkan tidak menanyakan keberadaan dirinya.Ada sedikit rasa kecewa di hati Pras. Sebenarnya dia ingin Andini peduli, dia

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Perkenalan

    Jantung Ratih berdegup semakin kencang seiring dengan tubuhnya yang melangkah ke dalam gedung Star TV. Dia memegang dompet hitam kulit itu erat-erat.Dompet ini akan menjadi pembuka jalan baginya untuk berkenalan dengan pria yang sudah menolongnya.Setelah menukar kartu identitas di lobi, Ratih melangkah masuk ke lift.Dirinya semakin gugup. Siapa sangka pria yang menyelamatkannya adalah direktur utama Star TV!Sekilas, Ratih kembali memperhatikan kartu nama yang tersimpan di dompet itu.“Surya Purnama,” gumamnya. Pintu lift menutup perlahan. Namun karena saking gugupnya, Ratih lupa menekan tombol lantai sehingga lift itu hanya diam di tempat.Sampai akhirnya pintu lift kembali membuka. Ratih menengadah dan pupil matanya langsung membulat, melihat kemunculan pria penyelamat dirinya!Pandangan mereka saling beradu.Dahi Pras mengernyit karena dua hal. Satu, dia mendapati ada orang di dalam lift yang tidak bergerak, dan dua, dia seperti pernah melihat wajah perempuan ini.Pras coba mem

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Ciuman Pertama

    Hujan di luar malah semakin lebat. Kilat berkali-kali menggelegar membuat Pras mendesah pelan.“Kalau begini caranya bisa-bisa aku enggak pulang,” gumamnya, duduk di kursi kecil di kamar kosan Ratih yang begitu sederhana. Tapi sebenarnya tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan karena toh Andini tidak peduli.Tiba-tiba ada satu pesan masuk di ponsel Pras. Dari Andini.‘Belum pulang?’‘Terjebak macet.’‘Oh, baiklah.’Pesan selesai. Dia ingin Andini cemas, cemburu atau marah sekalian. Tapi kalau Andini melakukan semua itu, besok pasti turun salju.“Kenapa, Mas?” Ratih muncul. Perempuan itu mengenakan kaos dengan celana pendek, menyajikan semangkuk mi instan di hadapan Pras. Wangi mi yang menggoda langsung membuat perutnya tambah keroncongan.“Bukan apa-apa,” Pras menarik mangkuk mi ke dekatnya. Ratih menarik satu kursi kecil lagi dan duduk di hadapan Pras. “Selamat makan!” Dia berujar riang. Jarang-jarang dia punya teman makan seperti kali ini.“Kamu betah tinggal di sini?” Pras memperha

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Permintaan Maaf

    Kilatan petir membelah malam, memberi penerangan singkat di kamar kosan Ratih yang gelap.Di saat yang bersamaan, kedua pupil mata Pras melebar. Napasnya tertahan dan tubuhnya seolah membeku. Ciuman itu mendarat di bibirnya.Pras bisa merasakan basahnya lidah Ratih yang coba masuk ke dalam mulutnya.‘Astaga, dia sudah gila!’ Pekik Pras dalam hati.“Ratih!” Pras menyentakkan tubuhnya, mendorong Ratih agar menjauh. Terdengar suara gedebum pelan, tapi Pras tidak tahu pasti apa yang terjadi.Cepat-cepat Pras bangkit. Napasnya terengah-engah sambil meraba saku celananya, mengambil ponsel.Sinar dari ponsel itu menerangi Ratih yang terjerembab ke sudut ruangan. “Kamu sudah gila ya?!” ucap Pras lagi.Bibir Ratih bergetar, gurat wajahnya terlihat menahan tangis. Hah, Pras jadi tidak tega. Dia merasa sudah keterlaluan karena mendorong tubuh Ratih dengan keras. Tapi, Pras syok! Perempuan itu mencium dirinya!“Ma-Maafkan aku, Mas Pras…aku…aku…” Kepala Ratih tertunduk. Dia tidak mampu melanjutkan

Bab terbaru

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Rahasia Selamanya (END)

    “Mas Pras?!”“Ratih?!” Pras melonjak kaget ketika melihat sosok Ratih yang muncul dari balik pundaknya. “Se-sedang apa kamu di sini?!”Pandangan Ratih melirik sekilas ke arah Andini serta Andreas yang tertawan di tengah pondok. Matanya terbelalak kaget. Apalagi Ratih bisa mencium bau bensin yang menyengat.“Mas, jangan bertindak gila. Ayo, kita pulang sekarang,” Ratih bergerak mendekat, memandang Pras dengan memohon. Kedua tangan dingin wanita itu meraih tangan Pras.Namun Pras langsung menepisnya. “Pulang? Sudah kubilang, aku akan menghabisi mereka dulu, Tih. Setelah itu, baru kita bisa berbahagia.”“Tidak, Mas,” sergah Ratih cepat, menghalau gerakan tangan Pras yang hendak menyalakan korek. “A-Aku enggak ingin memiliki suami seorang pembunuh. Lagian, kita juga salah.”“Halah, persetan! Jangan ikut campur urusanku atau aku akan membunuhmu juga,” Pras memicingkan matanya yang sontak membuat Ratih bergidik ngeri.“Aku mencintaimu, Mas…sungguh…jadi, tolong jangan lakukan ini. Lepaskan me

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Terperangkap

    Telinga Andreas berdengung begitu keras saat dia kembali mendapatkan kesadarannya. Penglihatannya yang kabur kini berangsur pulih.“A-Andini?” Pria itu menoleh dan mendapati Andini yang tergolek lemah di sampingnya. Andreas berusaha menggerak-gerakkan bagian-bagian tubuhnya yang terikat erat. “Andini?” bisiknya lagi.Kedua kelopak mata wanita itu perlahan membuka. Ada sedikit kelegaan di hati Andreas melihat Andini yang menggeliat pelan.“Andreas!” Wanita itu terkesiap lemah. “Syukurlah…kamu masih hidup. Dia akan membunuh kita…”“Tidak. Kita akan keluar dari sini,” Andreas berusaha meyakinkan Andini, walau dia sendiri sebenarnya sangsi.Mata Andreas menjelajahi pondok tempat mereka disekap. Dari jendela itu, terlihat hari sudah malam. Embusan angin kencang membawa dedaunan yang jatuh menghantam permukaan jendela.Tubuh Andreas terikat erat di kursi kayu. Usahanya melonggarkan ikatan di kaki dan kedua tangannya sepertinya gagal.Di dekatnya tidak ada alat-alat tajam yang bisa dia raih.

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Jebakan Pras

    Andini mengerang pelan. Begitu kedua kelopak matanya membuka, perlahan dia mendapati penglihatannya kembali. Kepalanya terasa begitu sakit, seperti ada ribuan paku yang memukul dari dalam.“Ugh…” Dia coba menggerak-gerakkan tubuhnya yang diikat dengan tali di atas kursi kayu. Namun, sekuat apapun usahanya, ikatan yang melilit di sekujur tubuhnya itu sangat kuat.Napas Andini terengah. Udara dingin masuk melalui celah-celah kayu. Dia memandangi sekitar, begitu senyap dengan perabotan-perabotan usang. Lampu bohlam kuning memendar, mengedarkan cahaya temaram.“Tolong! Tolong!” Andini berusaha berteriak, walau suara yang keluar dari mulutnya terdengar lemah. Seketika pintu dihadapannya berderit terbuka. Napas Andini tertahan. Jantungnya kembali berdebar kencang begitu sosok Pras muncul di depannya.Pras mengendus keras, sambil menyipitkan matanya ke arah Andini. Tawanya berderai, memantul ke setiap sudut ruangan di pondok kayu yang kecil ini.“Andini…” Pras berkacak pinggang, menatap bol

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Calon Pengantin yang Menghilang

    Andreas menyusuri selasar kamar hotel dengan jantung yang berdegup lebih cepat dari biasanya. Wajar pria itu gugup karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan calon istrinya, lalu menuntunnya hingga ke tempat acara dan pada akhirnya hubungan mereka disahkan di mata negara.Membayangkannya saja sudah membuat perut Andreas bergejolak. Dia tidak menyangka hubungannya dengan Andini akan berakhir manis seperti ini.Andreas menekan bel kamar Andini, setelah menghela napas pendek. Sesekali dia membenarkan posisi dasi kupu-kupunya serta jas yang dikenakannya.Namun, Andini belum juga membukakan pintu untuknya. Setelah menekan bel yang terakhir dan pintu tetap bergeming, tangan Andreas menarik turun gagang pintu kamar. Dahinya mengernyit karena ternyata kamar itu tidak terkunci.“Ndin?” Andreas mendorong pintu perlahan. “Sayang?” Andreas mengetuk pintu kamar mandi, tapi tidak ada jawaban.Dia lantas melempar pandangannya ke sekitar kamar. Mata Andreas pun tertuju ke ponsel Andini yang ada di

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Bayang-Bayang Pras

    “Argh…” Andini merintih begitu tubuhnya menghantam lantai kamarnya yang keras dan dingin. Napasnya menderu dengan kencang disertai dengan jantungnya yang berdetak begitu cepat.Andini beringsut, menyandarkan dirinya di pinggiran ranjang. Tangannya langsung meraba lehernya. “Astaga, semuanya terasa begitu nyata…” pikir Andini. Pras hadir dalam mimpinya, berusaha mencekiknya dan menyeretnya ke dalam neraka. Benar-benar mimpi yang buruk.Petir kembali menggelegar di luar sana. Andini bergidik dan seketika lampu kamarnya padam. Mimpi buruk itu belum sirna dari benaknya dan sekarang dia malah dikungkung kegelapan.Seketika, ketakutan merayapi dirinya. “Tidak,” Andini menggeleng. “Tidak mungkin pria itu muncul. Dia sudah mati. Lagian itu cuma mimpi.” Lantas, Andini mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Cepat-cepat dia menyalakan senter lalu bangkit. Dia melangkah sedikit tertatih, mengecek keadaan Eva yang tidur di boks bayi. Bayi itu terlelap dengan damai.Saat Andini menyibakkan t

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Menghitung Hari

    Senja perlahan menelan langit biru, menggantinya dengan semburat jingga yang menyerbak di atas sana. Angin sore yang sepoi-sepoi menyapu dahi Andini, menggerakkan helaian poninya.Sambil mendesah pelan, Andini menatap rumah tingkat dua di hadapannya. Rumah yang sudah ditempatinya selama sepuluh tahun, yang banyak memberinya kenangan indah maupun buruk.Truk pengangkut barang yang terakhir belum lama pergi. Sekarang giliran dirinya serta ketiga anaknya yang akan meninggalkan rumah ini.Pandangan Andini beralih ke spanduk yang terbentang di depan pagar rumahnya. Tulisan ‘Dikontrakan’ terpampang jelas.Akhirnya, Andini memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan mengontrak untuk sementara waktu, sebelum akhirnya pindah ke Bali tahun depan.Andreas tidak ingin menempati rumah yang dibeli oleh Pras, begitupula Andini. Lagi pula, itu adalah rumah anak-anaknya.“Yuk,” Andreas menepuk pundak Andini. “Sudah sore, kita masih harus merapikan barang-barang di rumah baru.”Andini mengangguk, mening

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Ini Bukan Mimpi

    Ratih dihantam syok yang luar biasa sehingga membuat wanita itu pingsan selama beberapa saat.Seketika Ratih mengerang, membuka kedua kelopak matanya. Dadanya masih berdebar begitu melihat Pras yang ada di samping ranjang.“Ma-Mas Pras?” Dirinya masih belum bisa mencerna semua ini. Bagaimana bisa Pras hidup kembali? Jelas-jelas dia dinyatakan tewas dalam kecelakaan pesawat tempo lalu.“Akhirnya kamu sadar juga,” raut wajah Pras terlihat sedikit cemas. “Tenang, Tih. Aku bukan hantu.”Ratih beringsut, menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang. “Ta-tapi, bagaimana bisa? Mas Pras sudah mati…”Pras mendengus. “Kenyataannya aku masih hidup.”Ratih menjulurkan tangannya, meraba lengan Pras yang kini lebih berotot. “Astaga, jadi ini bukan mimpi?”Pras bangkit dari kursinya. Dia berjalan ke arah jendela, memandangi langit biru yang membentang di luar.“Selama ini, aku memalsukan kematianku,” tandas Pras.“Tapi, untuk apa, Mas?” Ratih terdengar penasaran.Kedua tangan Pras tenggelam di saku

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Aku Kembali

    Tubuh Ratih seakan membeku. Degupan jantungnya kini berdebar begitu hebat.‘Tidak. Ini enggak mungkin! Mas Pras sudah tewas dalam kecelakaan pesawat itu!’ Pekik Ratih dalam hati.Namun, sebesar apapun usahanya untuk mengindahkan pikiran itu, tetap saja Pras berdiri di depannya, dengan tubuh yang jauh berbeda seperti sebelumnya.Otot-otot tangan Pras menonjol dengan dada yang lebar.“Hai, Ratih,” Suara itu jelas suara Pras. Dia tidak meragukannya sedikit pun! Mata Ratih mengerjap cepat, berharap semua ini mimpi.Namun, wangi aroma bunga yang menyebar di tokonya terasa begitu nyata. Bayangan Pras yang mendekat pun juga nyata.Tubuh Ratih gemetar hebat dan sentuhan tangan besar di bahunya semakin menekankan bahwa Pras belum mati. Tapi bagaimana mungkin?!“Ma-Mas Pras?” Suara Ratih terdengar parau kali ini. Bola mata Pras menatapnya tajam. “Kenapa kamu terlihat begitu ketakutan, hah? Aku bukan hantu.”“Ta-Tapi…bu-bukanya Mas…”“Tewas dalam kecelakaan pesawat itu?” Pras melanjutkan kalima

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Dari Hati ke Hati

    “Tinggalkan putraku,” ucap Brenda saat mereka duduk berhadapan di ruang tengah.Kedua bola mata Andini langsung membelalak lebar. “A-Apa?” Bibirnya bergetar dengan pernyataan Brenda yang bagai petir di siang bolong itu.Brenda menghela napas pelan, seiring dengan kedua bahunya yang merosot. “Itu mungkin ucapan dari orangtua yang egois,” tukas Brenda lagi. “Tapi aku bukan tipe orangtua yang egois, Andini.”Kedua alis Andini bertautan. Dia masih belum menangkap maksud ucapan Brenda.“Aku enggak mungkin menyuruh Andreas untuk meninggalkanmu. Aku tahu, dari tatapan dia melihat dirimu, Andreas pasti sangat mencintaimu,” pandangan Brenda beralih ke Andini yang masih nampak tegang.Brenda lantas menggeleng. “Tidak, aku enggak akan menyuruhmu untuk meninggalkan putraku. Dan soal perbincangan semalam…”“Maafkan aku,” sela Andini cepat. “Enggak seharusnya aku mencuri dengar percakapan kalian. Aku tahu aku kelewatan, Tante.”Brenda bersedekap. “Semalam kami agak dipengaruhi alkohol. Jadi, perasa

DMCA.com Protection Status