Smartphone Melody terus berdering, dari nomor yang sama tapi tanpa nama. Dua kali dia mengabaikannya namun ponsel pintar itu kembali berdering. "Aku angkat dulu ya, kayaknya penting." Melody berkata pada Hadiar yang ada di depannya. Pria itu mengangguk. Melody segera menggeser layar ponsel untuk menerima panggilan. "Dengan Ibu Melody," sapa pria di ujung telepon."Iya benar.""Maaf, Bu, mengganggu. Ini Aldo asisten pribadi Pak Erlan. Ibu sedang bersama Bapak, tadi beliau pergi dari kantor tiba-tiba, katanya mau ke kampus. Saya pikir mau menjemput ibu, tapi ini sebentar lagi ada metting penting," papar Aldo panjang lebar, menjelaskan kenapa dia menelepon Melody. "Kenapa tidak menelepon Mas Erlan langsung? Saya belum bertemu dengannya," balas Melody."Ponselnya tidak aktif, Bu.""Penting, Mas?" tanya Melody. "Iya.""Ya sudah, coba saya cari dulu ya.""Terima kasih, Bu."Sambungan telepon diputus, Melody segera kembali menemui Haidar dan berpamitan. Mengatakan ada urusan penting, p
Sesal yang terlambat***"Minum ini, sekarang juga!""Apa itu, Mas?" tanya Melody."Minum dan jangan banyak tanya," geram Erlan dengan pandangan nyalang. Menatap Melody yang berbaring di tempat tidur."Apa yang kamu lakukan, Mas?" tanya melody dengan ketakutan ketika melihat suaminya membuka sebuah botol yang dia tidak ketahui berisi apa dan hendak memaksanya untuk meminumnya.Dari tatapan mata Erlan, dia menduga kalau isi botol itu bukanlah sesuatu yang baik."Melenyapkan anak haram yang ada di dalam perutmu," jawab Erlan tanpa ekspresi.Ketakutan benar-benar semakin menguasai Melody mendengar jawaban dari suaminya. Bagaimanapun juga dia tidak ingin suaminya membunuh darah dagingnya sendiri, dan dia juga tidak rela jika calon anak yang di dalam kandungannya meninggal dengan cara seperti itu.Sepulang dari kampus dengan keadaan muntah-muntah tadi, mertuanya langsung memintanya cek kehamilan saat itu juga dan hasilnya benar-benar positif. Namun sejak dari dokter, Erlan tidak terlihat b
"Nggak apa-apa, kamu masih sangat muda masih bisa hamil lagi." Santika menghibur menantunya yang tergolek lemas di ranjang pasien.Baru saja beberapa hari yang lalu wanita itu begitu bahagia saat mengetahui Melody hamil, lalu tiba-tiba sekarang harus bersedih karena menantunya keguguran.Melodi hanya bisa menggigit bibir menahan kesedihan di hatinya, apa jadinya jika mertuanya itu tahu yang menjadi sebab dirinya keguguran adalah suaminya sendiri. "Ma, pulang dari sini bolehkah aku pergi ke rumah orang tuaku dulu. Aku ingin ada di sana untuk sementara waktu," pinta Melody pada sang mertua."Mama tidak keberatan kamu pulang ke rumah orang tuamu, mungkin kamu ingin menenangkan diri di sana, tapi bagaimana dengan Erlan apakah dia akan memberimu izin.""Mas Erlan pasti akan memberikan izin padaku, Ma. Lagi pula, dari habis menikah aku belum pernah mengunjungi orang tuaku."Erlan belum memberinya ijin untuk pulang ke rumah orang tuanya, dan Melody juga belum memintanya. Melody terus membun
"Aku akan ...." Erlan menaikkan nada bicaranya, namun kemudian kembali menarik nafas dalam-dalam dan menatap pada wanita yang ada di depannya."Aku akan tinggal di sini bersamamu," ucap Erlan melemah. Dahi Melody berkerut, pria itu mau tinggal di sini bersamanya. Di rumah yang fasilitasnya tidak seperti rumah Erlan, mana betah pria itu nantinya. Melody sangat yakin, bahkan pria itu tidak akan tahan sehari di tempat ini. "Oke, jika kamu bisa bertahan di sini selama satu minggu, maka aku akan ikut pulang denganmu. Tapi jika belum satu minggu kamu sudah tidak betah, maka aku akan pulang jika mau mau mengikuti keinginanku." Melody memberi tantangan pada suaminya, ingin tahu seberapa besar keinginan pria itu membawa dirinya kembali ke rumahnya. Benar-benar menginginkan atau hanya basa-basi, atau bahkan karena diminta oleh mamanya. "Oke, aku setuju," balas Erlan. Apa susahnya tinggal di rumah mertua dalam kurun waktu satu minggu, dia pernah melakukannya di rumah Liliana dulu saat penga
JERAT CINTA 12"Apa yang sedang kamu perbuat dengan tangan di atas perutku?" Lagi, Erlan mengulang pertanyaannya karena Melody masih membisu dan tangannya juga tidak kunjung dipindahkan dari atas perut Erlan. "Kamu yang kenapa? Ngapain tidur telanjang seperti itu," sungut Melody. Wanita itu langsung bangun dari tidurnya dan duduk bersila di atas ranjang. "Gerah, kamu pikir aku mau ngapa-ngapain kamu," sahut Erlan.Dia memang bertelan-jang dada karena kegerahan, bukan ingin melakukan sesuatu pada istrinya. "Oh, jadi menurutmu aku tidak menarik? kamu tidak akan tertarik padaku, lalu apa yang terjadi pada malam itu. Kulihat kamu begitu menikmatinya. Harusnya aku foto ekspresimu malam itu!" "Melody, ayolah berhenti bertengkar denganku. Semua yang terjadi memang salahku, aku minta maaf. Mari kita mulai dari awal, kamu bisa berteman dengan anak-anak. Ayo berteman juga denganku." Erlan merendahkan nada bicaranya. Berusaha membujuk istrinya dengan kelembutan. Cara itu dulu sangat ampuh u
"Permisi, apa ada orang di rumah!" Teriakan dari luar rumah menyadarkan keduanya. Melody langsung mendorong tubuh Erlan hingga terpental dari hadapannya. Wanita itu kemudian berlalu begitu saja keluar kamar, ingin melihat siapa yang datang. Erlan langsung memakai kembali bajunya dan pergi menyusul istrinya.Di depan rumah terlihat dua orang yang memakai seragam sebuah perusahaan. "Maaf, apa ini rumah Bu Melody. Kami diminta untuk memasang AC di sini oleh Pak Aldo." Seorang pria dengan rambut ikal berbicara pada Melody. Wanita itu langsung menatap pada suaminya yang sudah berada di sampingnya. "Aku yang minta tadi pagi," ucap Erlan, seakan jawaban dari tatapan mata istrinya. "Mau dipasang di mana, Mas?""Di kamar kamu, lah. Di mana lagi?""Kamu yakin?""Yakin." Melody hanya bisa menggeleng kepala melihat kelakuan suaminya. Tanpa bertanya dulu main pasang alat elektronik baru, dia pikir semua akan semudah di rumahnya yang mewah itu. Erlan langsung memberitahu pada dua orang itu
"Bapak harus keluar kota besok," ucap Aldo sambil menyerahkan map berisi berkas yang harus ditandatangani oleh Erlan."Keluar kota untuk apa?" tanya Erlan"Bapak lupa lusa ada acara pembukaan cabang baru Bank Diamond," jawab Aldo "Oh ya aku lupa."Erlan langsung memikirkan ide untuk mengajak serta istrinya pergi ke acara tersebut, selain mereka bisa jalan-jalan mereka juga bisa pergi dari rumah itu. Erlan merasa membebani mertuanya dengan melakukan hal-hal yang ingin dia lakukan. Di hari pertama sudah masuk angin, lalu memasang pendingin ruangan yang membuat listrik mereka rusak, meskipun pada akhirnya dia bertanggungjawab juga dengan menambah daya yang segera dilakukan keesokan harinya. "Hotel sudah dipesan?" tanya Erlan pada Aldo. "Sudah, Pak,""Request twin bed," perintah Erlan. "Hah?" Nampaknya Aldo bingung dengan permintaan atasannya. Jika memang atasannya ini hendak pergi dengan istrinya, kenapa harus memesan kamar dengan tempat tidur ganda. "Memangnya tidak jelas perminta
Melody keluar dari kamar mandi kemudian berniat untuk membongkar kopernya. Meskipun hanya dua malam berada di tempat ini , dia tetap harus membuka koper dan menyimpan baju-bajunya di lemari agar terlihat rapi."Nggak usah dibongkar," cegah Erlan"Kenapa? tanya Melody dengan keheranan. Apa iya Erlan berpikir untuk tidak perlu membongkar koper karena hanya dua malam saja di tempat ini."Lebih baik kita keliling kota ini dulu," ajak Erlan. "Memangnya kamu nggak capek, Mas? malah mau jalan-jalan bukannya istirahat.""Ya sudah, istirahat kalau gitu.""Kamu istirahat, aku bongkar koper," balas Melody."Nggak usah dibongkar, Melody." Erlan kukuh melarang istrinya membongkar isi koper.Melody makin tidak mengerti dengan jalan pikiran suaminya. Apa benar-benar mereka akan membiarkan baju mereka ada dalam koper selama menginap di hotel ini. "Kenapa tidak boleh sih, Mas. Kan lebih rapi dan gampang jika di simpan di lemari. Terutama baju-baju milikmu yang berada di bagian paling bawah.""Benta
Jerat Cinta Istri Muda 41"Aldo siapkan peralatan flyboard dan juga satu orang profesional yang bisa melakukan hal tersebut. Bawa ke sini semuanya sekarang juga," perintah Erlan pada asisten pribadinya melalui panggilan telepon."Ini sudah malam, untuk apa Bapak memerlukan hal seperti itu?" tanya Aldo."Apakah aku harus memiliki alasan saat menyuruhmu melakukan sesuatu? Lagi pula ini baru jam sembilan malam.""Baik, Pak, akan segera saya siapkan," ucap Aldo.Sebagai seorang asisten pribadi, Aldo memang seringkali mengerjakan hal-hal pribadi yang diperintahkan oleh Erlan. Tak peduli pada waktu dan jam berapa meskipun itu bukan jam kantor. Semua kebutuhan Erlan Aldo harus siap siaga untuk menyediakannya bahkan jika dia harus bekerja dua puluh empat jam. Setelah memberi perintah kepada Aldo Erlan hanya menatap sekilas pada pintu kamar di mana Melody merajuk dan masuk ke sana. Sebenarnya dia ingin membujuk, tapi mengingat hari ini Erlan sudah banyak berbuat salah pada Melody, akhirnya pr
Jerat Cinta Istri Muda 40Semburat warna jingga hampir terlihat di cakrawala, angin bertiup sepoi-sepoi, menerpa wajah Melody. Suasana memang romantis, tapi wanita itu sendirian menikmatinya. Erlan, suaminya yang tiba-tiba mengajaknya pergi ke pulau ini ternyata masih saja sibuk dengan urusan pekerjaannya. Melody tentu saja merasa aneh, Erlan yang kukuh ingin pergi bulan madu tapi setelah sampai tujuan malah sibuk bekerja. "Kamu lihat laut dulu sendirian ya, saya ada pekerjaan mendadak. Tidak kemana-mana, hanya ada meeting online sebentar," ucap Erlan pada Melody, saat waktu menunjukan jam tiga lewat lima puluh menit. "Meeting apa jam segini, bentar lagi orang pulang kerja," protes Melody tak percaya. "Makanya mau pulang jadi meeting dulu, Melody Sayang."Tak mau berdebat dengan suaminya, Melody akhirnya memilih untuk pergi melihat pantai sendirian. Sejak dia datang, Melody memang sangat antusias melihat tempat tersebut. Meskipun awalnya dia harus berdebat dengan Erlan karena tak
JERAT CINTA ISTRI MUDA 39"Adik? Memangnya untuk apa?" Tanya Melody kebingungan. Untuk apa putrinya itu meminta adik di usianya yang sekarang. Dia memang tidak terlalu memikirkan untuk segera memiliki anak. Selain karena khawatir dengan kedua putri sambungnya yang mungkin saja tak akan terima dia juga masih ingin fokus kuliah. Entahlah, untuk saat ini dia tak begitu memikirkan tentang buah hati. Ditambah lagi dia juga menggunakan kontrasepsi. "Adik kok untuk apa sih, Melody," sahut Santika. "Memangnya kamu gak pengen punya anak dari Erlan, kamu gak mau melahirkan keturunan dari kami?""Bu-bukan begitu, Ma. Tapi ini terlalu tiba-tiba." "Tiba-tiba bagaimana, kan udah pernah hamil," cecar Santika. Melody menatap suaminya berharap sang suami membantunya untuk berbicara. Hanya Erlan yang tahu kalau dia memasang alat kontrasepsi saat ini, dan juga dia bingung hendak beralasan apa pada mertuanya."Kamu sudah siap punya adik lagi? Gak malu udah gede masih punya adik bayi?" Tanya Erlan pa
JERAT CINTA ISTRI MUDA 38"Pa, aku mau pindah kuliah ke luar kota," kata Fayanna , saat mereka tengah asyik makan malam bersama. Erlan dan Melody berpandangan, Erlan memang sudah dengan sengaja memerintahkan Haidar ke luar kota. Bekerja di perusahaan cabang, sebenarnya Erlan hanya akan melakukan itu selama beberapa bulan saja. Penasaran dengan apa yang dikatakan Melody, apa iya putrinya benar-benar akan meminta ijin untuk kuliah di luar kota juga seperti perkataan Melody malam itu. "Ngapain sih, Kak, keluar kota segala. Kampus milik keluarga kita juga udah paling bagus di kota ini. Susah-susah amat, aku sendiri di rumah ini kalau gak ada Kakak," protes Kaire."Ada Mama," balas Fayanna. "Mama?" Kaire mengulang perkataan kakaknya. "Kak Melody," terang Fayanna . Pandangan gadis itu beralih dari adiknya ke ibu tirinya. "Iya, ngapain harus ke luar kota. Memangnya apa yang salah dengan kampus di kota ini. Lagi pula kamu masih anak-anak jangan jauh-jauh dari rumah. Udah di sini aja ken
JERAT CINTA ISTRI MUDA 37Suasana sejuk dan nyaman sangat terasa, juga pemandangan indahnya kota yang dihiasi oleh lampu-lampu yang berkelap-kelip terlihat sangat jelas dari tempat duduk Erlan berada sekarang. Pria itu sedang makan malam di restoran yang berada di sebuah atap gedung dengan puluhan lantai. Di depannya, duduk wanita cantik yang sejak tadi tersenyum manis padanya, Ariana."Dalam rangka apa Mas Erlan mengajakku makan malam seperti ini?" Tanya Ariana. "Banyak hal yang ingin aku bicarakan," balas Erlan. Ariana kembali tersenyum manis, hatinya seakan dipenuhi bunga-bunga. Dia merasa akan mendapatkan hati pria yang selama ini dikaguminya. Tidak sia-sia dia sudah melakukan segala cara untuk mendapatkannya."Aku banyak waktu itu itu," timpal Ariana dengan senyuman mengembang.Erlan menghirup nafas dalam-dalam sebelum memulai percakapannya."Ariana, sebagai keluarga, sebagai teman, aku meminta baik-baik padamu kali ini. Jangan menganggu keluargaku, terutama istriku. Seperti h
Erlan mendapatkan kabar dari orang suruhannya, mobil yang membawa Melody terakhir kali tertangkap kamera pengawas di dekat sebuah hotel. "Melody ada di hotel?" tanya Erlan. "Saya tidak yakin, Pak.""Kalau tidak yakin kenapa menghubungi, cari sampai ketemu mobil dan yang mengemudi. Lalu tanyakan di mana istriku berada," bentak Erlan penuh emosi. Bagaimana bisa dia hanya mendapatkan informasi hanya sepotong saja, meskipun memang sejak tadi dia yang terus mencecar sang pencari informasi. Erlan bergegas mengendarai mobil menuju hotel yang dimaksud oleh orang suruhannya, bisa jadi memang Melody ada di sana entah untuk apa. Tapi selama ini dia sudah berjanji pada istrinya akan percaya padanya sepenuhnya. Dan kali inipun dia tidak akan membuat keputusan yang akan merugikannya. Apapun yang dia temui nanti, Erlan akan mengedepankan percaya pada Melody.Ponsel Erlan berdering saat pria itu sedang berkendara, lelaki itu segara menerima panggilan menggunakan earphone yang terpasang di telinga
"Bu, kita sudah sampai," ucap pria yang ada di balik kemudi mobil yang di tumpangi Melody. Melody yang tertidur, segera bangun begitu dibangunkan oleh pria yang mengaku salah satu karyawan Erlan tersebut. "Sudah sampai, Pak?" tanya Melody. "Sudah, Bu.""Hotel," gumam Melody, matanya memindai sekeliling yang memperlihatkan gedung bertingkat. Mereka berhenti tepat di depan pintu masuk. "Pak Erlan meminta saya membawa Ibu ke sini. Ini kartu akses masuknya, nomor kamarnya 439." Pria itu berkata sambil menyerahkan sebuah kartu pada Melody. "Mas Erlan menyuruh saya langsung ke kamar hotelnya?" tanya Melody memastikan. "Betul.""Ngapain sih Mas Erlan pakai acara menyuruhku ke hotel segala, mau ngapain coba," batin Melody. Namun, otaknya sudah dipenuhi dengan berbagai bayangan panas yang akan terjadi jika dia mendatangi suaminya sekarang. Melody segera turun dari mobil setelah menerima key card yang diberikan oleh sang supir. Dengan langkah ringan, wanita itu berjalan memasuki bangunan
Jerat Cinta 34Ariana kesal luar biasa sejak pulang dari rumah Erlan. Tak menyangka jika usahanya untuk membuat wanita itu keluar dari rumah itu gagal. Dia seakan tidak percaya Erlan membela Melody. Tapi satu yang menjadi pertanyaannya, kenapa Erlan melakukan itu. Alasan apa yang mendasarinya. Apakah awalnya Erlan berpikir seperti yang dia pikirkan, menanggap anak itu bukan anak Erlan. Ariana membuka ponselnya lalu tangannya dengan lincah menari di atas layar smartphone yang ada dalam genggamannya, tak lama kemudian dia menghubungi seseorang. "Cari tahu tentang wanita itu sejelas-jelasnya. Mulai dari dia kuliah hingga belum lama ini menikah," perintah Ariana pada seseorang di ujung telepon sana. Ariana menghela nafas panjang, rasanya dia belum ingin menyerah untuk mendapatkan pria idamannya dan menyikirkan wanita kemarin sore yang tidak menurutnya tak memiliki kelebihan sama sekali.***"Faya, apa yang kamu lakukan?" tanya Erlan pada putrinya. "Bawa baju Kak Melody ke kamar tamu.
Jerat Cinta 33Erlan menceritakan bagaimana kronologi dia memaksa Melody meminum cairan penggugur kandungan, bagaimana dia memaksa istrinya meskipun wanita itu menolak dengan sekuat tenaga dan menangis dengan histeris. "Kenapa kamu lakukan itu, Erlan!" teriak Santika dengan murka. Wanita itu tidak menyangka jika putranya bisa melakukan semua itu. Bagaimana bisa, dan kenapa? Itu yang menjadi pertanyaannya sekarang. "Apa karena itu juga Melody memilih pulang pada orang tuanya, masih untung dia mau kembali ke sini. Kenapa kamu sekejam itu pada istri dan calon anakmu." Santika tampak sangat terpukul dengan pengakuan dan apa yang dilakukan oleh putranya."Kenapa kamu melakukan itu," cecar Santika. Erlan terdiam, sampai kapanpun dia tak akan mengatakan alasan sebenarnya. Kalau dia mengatakannya, bisa jadi celah orang lain untuk menyalakan istrinya. Dulu dia terlalu marah dan tergesa-gesa mengambil keputusan. Dia tak menyadari apa yang telah dilakukan pada istrinya hingga wanita itu bisa