Share

SRI KAHULUNAN

Penulis: Alexa Ayang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-26 18:45:32

"Aku tidak mengerti dengan apa yang diinginkannya Wiku."Sri Kahulunan berkata sambil terisak-isak, karena kesedihan yang begitu dalam.

"Pangeran Balaputeradewa masih sangat muda, Gusti Ayu. Jiwanya tentu masih bergolak karena haus akan pembuktian diri. Itu hal yang wajar." Kata Wiku Sasodara menghibur permaisuri Maahraja yang sebenarnya masih memiliki hubungan kekerabatan dengannya.

"Wajar bagaimana jika semua perintah Maharaja ditentangnya. Bahkan di dalam parapatan agung saja, dia sudah berani buka suara semacam itu. Saya merasa tidak enak hati dan sungkan kepada Maharaja. Beliau tidak keras kepada dimas Balaputeradewa karena menjaga perasaan saya.'" Lanjut Sri Kahulunan menutup wajah cantiknya dengan sapu tangan sutera supaya air matanya tidak nampak mengalir deras.

"Hhhhmmm!" Wiku Sasodara menghela nafas panjang.

"Saya sudah berkali-kali menasehati beliau juga, begitu juga dengan wiku Wirathu. Tetapi hanya mengangguk dan berkata iya, di depan kami saja. Setelah itu semua perin
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   KEJAHATAN SANG PANGERAN

    Pangeran Balaputradewa sangat murka, karena Jentra mengatakan segalanya di depan kakak perempuannya dan wiku Sasodara. ia merasa Jentra tidak setia kepadanya. Pangeran Balaputradewa merasa bahwa Jentra telah membongkar sebagian rencananya kepada kakak perempuannya dan wiku sasodara. saat mereka berdua keluar dari keputren Pangeran Balaputradewa langsung menghardik Jentra. “ Mengapa kau katakan semua itu di depan kakak perempuanku Jentra? Aku sudah bilang ini semua rahasia.” Kata Pangeran Balaputradewa dengan marah. “ Saya sebenarnya juga tidak ingin mengatakan apapun di depan permaisuri. Namun beliau yang memerintahkannya. Jadi saya tidak berdaya. Saya tidak tahu jika wiku sasodara juga ada di sana.” Jentra mencoba untuk membela dirinya. “Kalau begitu rencana untuk Walaing, harus segera dipercepat. aku takut rencana yang ini pun nantinya akan tercium oleh wiku sasodara dan kakak perempuanku.” Kata Pangeran Balaputeradewa. “Tapi atas kesalahan apa kita menyerang walaing?

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   MAHARAJA RAKAI GARUNG

    "Baginda sudah mendengar tentang beberapa Sanditaraparan yang kembali dari gunung Udarati?" Tanya Mpu Ghek Sang Pati. "Sudah. Namun Balaputeradewa menyembunyikan keberadaannya. Dia pikir aku bodoh. Tetapi aku merasa tidak enak hati jika harus mengambil tindakan terhadapnya karena aku sangat mencintai permaisuri." Kata Maharaja Rakai Garung. " Yah, Pangeran muda itu kelak akan jadi batu sandungan kita, Yang Mulia." Pangeran Aswangga menimpali. "Tidak juga selama kita bisa mengendalikannya." Kata Maharaja sambil menghirup minuman manis yang terbuat dari gula aren dan asam Jawa. "Apakah paduka punya rencana untuk Pangeran Balaputeradewa?"Tanya Pangeran Aswangga "Tidak secara langsung. Namun aku akan menggunakan orang-orang sekitarnya untuk mengendalikannya." Kata Maharaja begitu tenang. Tiba-tiba di tengah obrolan mereka, seorang abdi datang dan berbisik kepada Maharaja. Maharaja tersenyum sambil mengangguk. Mpu Ghek Sang Pati dan Pangeran Aswangga penasaran dengan yang dikatakan ab

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   SRITI

    Sriti kesal sekali karena Jentra tetap begitu keras kepala untuk bisa menikahi Candrakanti. Sementara ia yang rela berkorban apapun untuk Jentra hanya akan dianggap angin lalu dan ditinggalkan. Ia semakin marah saat rumor perkawinan Jantra dan Candrakanti sampai ke telinganya. "Kau sungguh keterlaluan, Kakang Jentra. Apa kurangku dari perempuan itu. Jika alasanmu, perempuan itu memberikan segalanya padamu termasuk keperawanannya, apakah aku tidak?Namun Perempuan itu dan keluarganya bahkan telah menyakitimu. Mengapa masih juga memilihnya."Tanya Sriti. Sriti mondar-mandir di selasar rumah Jentra yang besar. Ia seperti orang yang senewen dan kebingungan karena ia masih ingat kata-kata Jentra yang menyakitinya. "Kau telah menjebakku, Sriti. Namun satu hal yang harus kau tahu adalah bahwa di dalam hidupku tidak ada wanita yang akan selalu kucintai dan kurindukan seperti Candrakanti. Meskipun ia telah menghancurkan hatiku seremuk itu. Dan aku tidak berniat menggantikannya dengan wanita

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   WALAING TANAH PENGENDALI API YANG TENGGELAM

    Kerusuhan yang terjadi di Wanua Song telah memicu berbagai spekulasi politik yang luar biasa keras. Para pejabat Medang berwangsa Sanjaya mulai panik. Karena setelah mendengar laporan bahwa wanua Song dibakar habis oleh pembesar Walaing sendiri untuk menutupi kegagalan mereka melindungi Song dari keganasan perampok, Maharaja Rakai Garung mengambil tindakan dengan mengumumkan perang pada Walaing. Rencana Pangeran Balaputeradewa menguasai Walaing-pun tinggal selangkah lagi. Para Panglima perang termasuk Jentra diperintahkan untuk menenggelamkan Walaing dan menangkap seluruh pejabatnya. Serangan akan dilakukan fajar hari sebelum mereka siap menghadapi tentara Medang. "Kenapa kau begitu gelisah?" Tanya Jentra pada Rukma. "Entahlah, kakang. Aku hanya merasa ini tidak benar." Katanya. "Sudah kukatakan. Jangan menilai apapun dalam sebuah pusaran politik. Kita perajurit. Kita hanya menjalankan tugas." Kata Jentra menghibur Rukma yang terpukul dengan penghancuran wanua Song beberapa malam

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PENGKHIANATAN RUKMA

    Rukma terkejut saat melihat Ganika dan Gaurika begitu mudah dijatuhkan oleh Jentra Kenanga hanya dengan sebuah perkelahian main-main menurut Rukma. Jadi Jentra memang sesakti itu, maka wajar saja jika karirnya begitu cepat menanjak dan membuat iri hati seniornya. "Rukma, biar aku menghadapinya. Kau urus saja wanita-wanita itu supaya tidak diperlakukan tidak senonoh oleh para perajurit." Kata Jentra. "Baik!" Sambut Rukma gembira. "Hei bocah tengik. Jangan coba lari dariku. Tapak geni!" Teriak Mpu Kumbhayoni dengan mengerahkan pukulannya kepada Rukma. Dengan sigap Jentra mendorong Rukma ke samping dan mengibaskan jubahnya sehingga pukulan api itu memantul ketika mengenai jubahnya dan pukulan api yang terlontar hampir mengenai wajah Mpu Kumbhayoni sendiri. "Tameng Sangara!" Teriak Jentra. Jubah itu-pun terlepas dari tubuh Jentra dan mengejar Mpu Kumbhayoni. "Ditya kala dahana." Teriaknya menghalau jubah itu dengan semburan api. Namun jubah itu terus merangsek ke arah tubuh Mpu Ku

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   TAKDIR TAK TERELAKAN

    Ganika sedikit lebih beruntung. Saat terjatuh dari tebing, ia langsung masuk ke dalam kedung Sungai yang dalam sehingga lolos dari kematian. Tubuhnya diseret arus ke tepian dan dengan susah payah ia menggapai kayu pohon besar yang hanyut. “Ke mana Sungai ini akan membawaku?” Tanya Ganika di dalam hati Sungai itu memang mengalir menjauhi pusat perkemahan prajurit Medang di Utara. Sungai itu terus mengalir ke Selatan menuju tempat bernama Randu Gumbala. Ganika sadar bahwa ia belum sepenuhnya lolos dari bahaya karena semua Sungai menuju muara, dimana semua muara Sungai besar pasti berbuaya. “Aku harus segera berenang ke tepian. Supaya darah di tubuhku tidak menarik binatang buas mengejarku.” Kata Ganika. Dugaan Ganika tidak salah. Kecipak air yang dihasilkan Ganika mengundang seekor buaya besar mendekat. Ganika berusaha sekuat tenaga berenang ke tepian. Ia berhasil mencapai daratan, namun buaya itu masih tetap mengejarnya. “Binatang kurang ajar!” teriak Ganika saat buaya itu menerka

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   SEBUAH PERTANYAAN BESAR

    “Aku sama sekali tidak mengerti, ke mana anak itu menghilang? Prilakunya juga aneh sebelum ini.” Kata Jentra. “Wajar saja. Ini adalah pengalaman pertamanya berperang. Namun aku juga tidak mengira ia bisa begitu ceroboh dengan pedati itu.” Kata Amasu. “Seharusnya dengan ilmu yang dimilikinya ia mampu mengatasi jurang di Ngijo. Dia memiliki aji angin-angin dan tapak banyu. Jurang sedalam itu pasti bukan masalah. Apalagi kalua kulihat lagi di bawah ada Sungai. Dia adalah pengendali air yang baik dan juga jago berenang. Saat kutemukan saja, ia mampu melawan arus banjir yang hebat.” Kata Jentra lagi “Kecuali dia memang ingin menghilang.” Kata Amasu “Apa maksudmu?” Jentra mengernyitkan dahinya. Kasihnya yang besar pada Rukma, menolak untuk berpikir yang buruk pada anak itu. Apalagi selama ini bahkan Rukma selalu melindunginya dari banyak hal terutama dari kegenitan Sriti. “Bukankah kau bilang bahwa Rukma sebenarnya gamang dengan peperangan ini. Wiku Sasodara-pun sangat marah mendengar s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   HADIAH BUAT MAHARAJA

    " Jadi ini lontar Anarghya itu?" Tanya Maharaja Rakai Garung. "Benar yang Mulia." Jawab Nagarjuna dan Karuna Sankara, bersamaan. " Dan ini adalah kotak berisi kepala Mpu Pugat Liwung, Rakai Walaing." Nagarjuna menyerahkan sebuah kotak lagi. Rakai Garung membukanya disaksikan hampir semua Mahamentri dan pejabat yang hadir. Wiku Wirathu dan Sasodara menunduk sedih. Dan beberapa pejabat wangsa Sanjaya mulai menitikan air mata. Entah esok giliran siapa dan Rakyan yang mana akan menemui nasib yang sama dengan Mpu Pugat Liwung. "Bagus. Jadi tidak ada lagi duri di dalam daging yang bisa merongrong keamanan Medang. Dan untuk mengisi kekosongan pemerintahan Sima Walaing akan dipegang oleh Mahamentri I Halu, dengan catatan dalam waktu dekat harus sudah ada minimal calon pendampingnya. Karena Seorang Rakyan harus memiliki keturunan." Kata Maharaja Rakai Garung. Bagai disambar petir di siang bolong saat mendengar keputusan Maharaja itu. Namun Pangeran Balaputeradewa langsung berlutut mengha

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30

Bab terbaru

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   SEBUAH HUKUMAN

    Balaputerdewa dihadapkan pada majelis Pamgat yang dipimpin oleh Maharaja sendiri.Jentra, Rukma, Amasu dan Sasodara yang hadir di situ terpekur dengan sedihnya. Sebagai Mahamentri, kedatangan Balaputeradewa dikawal dan dijaga ketat oleh pasukan kawal istana maupun para Sanditaraparan. Namun kehadirannya dalam majelis itu masih diperkenankan memakai pakaian kebesarannya.Wiku Wirathu membuka sidang dengan pembacaan sutera dan segera setelahnya, para Pamgat yang terdiri dari pangeran-pangeran sepuh dan para Wiku duduk baik sebagai penuntut maupun sebagai pembela. Banyak Pangeran sepuh wangsa Syailendra yang berdiri dibelakang Sang Mahamentri I Halu. Tapi yang muda lebih banyak menentangnya karena fanatisme wangsa dianggap sebagai pemahaman kuno yang sudah tidak relevan dengan perkembangan jaman. Sementara hakim yang mengadili adalah Maharaja sendiri di dampingi, Mahamentri I Hino yang dalam hal ini diwakili Rakai Pikatan, Wiku Wirathu dan Wiku Sasodara.Semua tuntutan dibacakan untuk m

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   RUNTUHNYA SANG BALAPUTERADEWA

    Ternyata kekuatan tentara Walaing, benar-benar tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan pasukan Medang. Mereka menggulung kekuatan tentara Walaing seperti badai menelan segala yang dilewatinya, meskipun pesan Sang Rakai adalah tidak membunuh tapi hanya melumpuhkan saja. Welas asih dan dhamma yang diajarkan para Wiku ternyata begitu merasuk dalam hati Sang Pikatan sehingga peperangan yang dilakukan-pun seminimal mungkin membawa korban jiwa.Sementara Jentra menyusup memasuki kedaton Walaing yang telah mulai terbakar api. Rupanya Sang Balaputeradewa-pun telah bertekad untuk melakukan puputan yang artinya bahwa jika ia kalah maka ia akan menghadapi mahapralaya itu dengan kematiannya sendiri. Saat Balaputeradewa melihat pasukan belakangnya telah mencapai ambang kehancuran dan tentara musuh mulai menjejakan kaki ke halaman istananya. Ia telah mulai mencabut pedang dan kerisnya siap menjemput maut sebagai seorang ksatria dan Mahamentri wangsa besar yang dibanggakannya."Berhenti tuanku. Dul

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PUPUTAN

    "Gusti, apa Gusti akan yakin akan melakukan perang Puputan. Sekali lagi hamba mohon Gusti, jangan gegabah memutuskan untuk perang puputan. Gusti harus ingat bahwa di Walaing, bukan hanya peninggalan Walaing saja yang harus tuanku jaga. Tetapi di Walaing ada Abhaya Giri Wihara peninggalan Syailendra Wangsa Tilaka yang lainnya yaitu Sri Maharaja Rakai Panangkaran. Apa Gusti akan membiarkan putera wangsa Sanjaya menghancurkannya hingga rata dengan tanah." Aswin menyembah hingga hidungnya menempel ke tanah."Tetapi ini adalah masalah harga diri dan kehormatan Aswin. Apa kau rela kita akan hidup sebagai orang yang kalah dan dicemoohkan setiap kali? Itu-pun kalau Sri Maharaja Samarattungga tidak menghukum mati kita juga. Jadi apa bedanya Aswin?" Sahut Balaputeradewa saat bersiap untuk kembali ke Walaing."Permohonan saya, Iswari dan Karmika tetap sama Gusti. Lebih baik kita kehilangan harga diri dan kehormatan daripada kita berdosa kepada leluhur wangsa Syailendra. Apalagi putra tuanku masi

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERMATA WANGSA SYAILENDRA

    Pangeran Balaputeradewa menembus kabut tebal dan dinginnya malam untuk menyambut kedua buah hatinya. Bersama Aswin ia berkuda tanpa atribut sebagai seorang Mahamentri. Pengawal yang menyertainya juga hanya enam sampai tujuh orang saja, juga tanpa atribut sebagai perajurit tapi menyamar sebagai warga biasa."Apakah tempat itu sangat jauh Aswin?" Tanya Pangeran Balaputeradewa."Ya tuanku. Tapi dengan berkuda cepat seperti ini saya memperkirakan tengah malam kita akan sampai." Jawab Aswin."Aku tidak bisa meninggalkan Walain terlalu lama, karena kakak iparku Samarattungga pasti sudah tidak sabar untuk memotong kepalaku ini." Jawab pangeran Balaputeradewa."Jangan berpikir yang buruk tuanku. Apalagi di saat tuanku memiliki putra. Anggaplah keduanya hadiah dari Yang Maha Agung sehingga kelak akan menjadi permata wangsa Syailendra. Saya rasa tuanku Samarattungga tidak akan segera menyerang saat fajar menyingsing karena mengerahkan puluhan ribu pasukan bukanlah hal mudah." Aswin mencoba mene

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERLAWANAN TERAKHIR SANG PANGERAN

    Aswin mengikuti Pangeran Balaputeradewa ke bangsal agung Perdikan Walaing. Seluruh pasukan telah dimobilisasi, namun warga asli Walaing memilih untuk menyembunyikan diri di gua-gua yang tersebar di pesisir Walaing. Mereka ketakutan jika peristiwa pembantaian beberapa tahun lalu terjadi lagi."Atreya! Atreya!" Teriak Pangeran Balaputeradewa memanggil orang kepercayaan untuk menghadap. Atreya tergopoh-gopoh datang dan menyembah."Sembah hamba paduka Mahamentri I halu. Tuanku sudah kembali. Apa yang bisa hamba lakukan untuk tuanku?" Tanya Atreya. "Perkuat pertahanan dan tutup semua jalan menuju Walaing. Siagakan semua tentara cadangan, pasukan gajah dan pasukan berkuda." Kata Sang pangeran."Baik paduka. Tapi siapa musuh kita kali ini hingga semua sumber daya dikerahkan?"TanyaAtreya."Apa pedulimu lakukan saja. Kita akan berperang melawan orang-orang Kedu. Orang-orang Samarattungga." Jawab Pangeran Balaputeradewa tanpa rasa hormat.Atreya seketika bersujud di bawah kaki Sang pangeran, b

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   KELAHIRAN KEMBALI

    Rukma memacu kudanya menuju rumah Sriti, namun di dalam perjalanan ia harus berhadapan dengan sisa-sisa pasukan Pangeran Balaputeradewa. Mereka mencegat Rukma dan menghentikan kudanya."Berhenti ki sanak. Kau orang dari Kedu mau melintas ke mana?" tanya salah seorang prajurit."Aku hendak masuk ke dalam kota, apa pedulimu?" Rukma balik bertanya."Apakah kau tidak tahu bahwa kekacauan sedang terjadi sehingga tidak seorang-pun boleh melintas wilayah ini." Kata prajurit yang lain lagi."Istriku hendak melahirkan, jadi kau ijinkan atau tidak kau ijinkan aku akan tetap lewat wilayah ini. Lagipula wilayah ini masih merupakan wilayah Kedu jadi mengapa kau menghalangiku." Kata Rukma sambil menarik tali kekang kudanya sehingga kudanya berdiri dengan dua kaki naik ke atas dan hendak menendang prajurit di hadapannya. Prajurit itu-pun mundur, dan saat ada jalan Rukma langsung menghela kudanya."Dia lari, kejar!" teriak prajurit-prajurit itu, sambil melemparkan tombak ke arah Rukma. Namun Rukma be

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   LUKA SANG PANGLIMA

    Jentra Kenanga dan Kunara Sancaka mulai kewalahan menghadapi ribuan anak panah yang dilepaskan pasukan Mahamentri I Halu. Tembok air yang mereka gunakan untuk menahan panah-panah itu mulai tergerus dan panah-panah mulai menembusi tubuh mereka. Melihat keadaan semakin genting, Rakai pikatan tidak tinggal diam, Ia merapalkan mantra kekuatan pengendalian tanahnya."Rana bantala!" Teriaknya. Seketika tanah di bawah panggung di mana pasukan pemanah Mahamentri I Halu terangkat dan memutar. Pasukan panah itu-pun mulai panik. Namun Mahamentri I Halu memerintahkan untuk terus menghujani mereka dengan panah-panah itu.Rakai Pikatan meningkatkan kapasitas energinya hingga akhirnya tidak hanya tanah tempat pijakan mereka yang bergerak dan memutar, namun batu-batu besar yang terpendam mulai melayang ke permukaan. Batu-batu besar itu mulai menyerang pasukan-pasukan panah itu seperti peluru yang ditembakan. Wiku Sasodara yang ada disitu juga tidak tinggal diam, ia-pun mulai juga bergerak untuk men

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PEMILIK MUSTIKA UDARATI

    Perkawinan Agung antara Rakai Pikatan dengan Mahamentri I Hino benar-benar diselenggarakan dengan meriah. Banyak tamu yang hadir dalam perhelatan yang diselenggarakan selama hampir satu bulan. Rakyat-pun ikut menikmati kemeriahan pesta yang diselenggarakan istana dan mereka bisa menikmati aneka makanan serta jajanan gratis."Aku senang seluruh rakyat dapat menikmati pesta yang menyenangkan ini. Hanya semua pasti ada akhirnya bukan? Tidak selamanya kita akan berpesta. " Kata Andaka pada Kelwang, Munding dan Rukma."Benar. Tapi puncak acara yang sangat ditunggu adalah pemberian berkat bagi pengantin dari para Wiku. Aku jadi penasaran saja apa yang akan menjadi hadiah Wiku Wirathu dan Sasodara nanti bagi kedua mempelai." Rukma memang sedang bertanya-tanya apakah Wiku Sasodara benar-benar akan memberikan mustika Udarati pada kerajaan Medang atau justru menyimpannya untuk Pangeran Balaputeradewa."Kau benar Kakang Rukma. Aku juga sangat penasaran dan jika tidak salah. Puncaknya adalah mala

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERNIKAHAN AGUNG

    Bangunan suci di Bhumi Sambhara telah diresmikan. Semua orang berbahagia terutama para Wiku karena Bhumi Sambhara akan menarik banyak orang untuk datang dan bersembahyang di tempat suci itu. Sehingga persembahyangan itu tidak hanya mendatangkan berkat dari doa-doa mereka yang berziarah namun sekaligus akan menjadi pemicu peningkatan ekonomi Medang dari perdagangan dan wisatanya."Wiku Sasodara sekarang sampailah kita pada pemberian hadiah pada Silpin Agung yang telah menyelesaikan pembangunan Bhumi Sambhara Budura. Aku akan menganugerahkan gelar Rakai dan akan kuberikan wilayah Kailasa kepadanya." Maharaja Samarattungga bertitah. Mendengar berita itu Sang putri Dyah Meitala dan putranya Pikatan langsung berlutut. Warisan ayah mereka akhirnya kembali lagi kepadanya. "Mulai hari ini silpin Agung Medang akan bergelar Rakai, dan akan disebut sebagai Rakai Pikatan Dyah Saladu yang akan menguasai Keilasa dan sekitarnya di wilayah Kewu. Kami semua warga Medang berterima kasih kepadanya atas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status