Share

SEBUAH PERINGATAN

Author: Alexa Ayang
last update Last Updated: 2024-05-09 21:41:07

"Mengapa kau begitu pendiam, Rukma? Apakah kau marah padaku." Tanya Ganika.

"Tidak Gusti Gandhali. Hamba tidak berani." Jawab Rukma.

"Kau berubah sekarang? Mengapa?"Ganika kembali mencecar Rukma dengan pertanyaan.

Rukma hanya diam sambil mengukir sebuah patung kayu. Ia mengukir sosok Dewi Tara yang candinya baru dilihat akhir-akhir ini saat melintasi Kewu. Ia begitu kagum pada sosok Tara yang mengayomi, agung dan tenang. Tara juga merupakan perwujudan dari welas asih dan kehampaan.

"Rukma, apakah sosok dewi yang sedang kau ukir itu jauh lebih penting dari menjawab pertanyaanku?" Ganika meraih tangan Rukma hingga tak sengaja pisau Rukma melukai jari manis Ganika.

"Ah, maafkan saya Gusti. Saya sungguh tidak sengaja." Kata Rukma.

Rukma yang panik dan tidak melihat ada kain di sekitarnya untuk menghentikan pendarahan di jari Ganika, ia segera menghisapnya dengan bibirnya. Ganika tersipu malu meskipun sedikit kesakitan. Sadar yang dilakukannya bisa mengundang pergunjingan, Rukma kemudian
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   LATIHAN YANG MENEGANGKAN

    Wiku Sasodara memerintahkan pada bikku-bikku muda untuk menaruh balok-balok es di dalam bak besar terbuat dari batu andesit. Bukan hal sulit bagi para pengendali air untuk membekukan air menjadi es. Namun bukan berarti para pengendali air tahan dengan suhu yang dingin.Wiku Sasodara lalu memberi tanda agar Amasu dan Rukma memasuki bak air tersebut. Keduanya-pun mulai masuk ke dalam air es yang sangat dingin itu. Jentra dan Candrakanti mengamati dari kejauhan. Candrakanti bahkan sudah menggosok-gosok lengannya membayangkan betapa dinginnya di dalam sana."Apa kau sudah mulai kedinginan sebelum masuk ke dalam sana?" Tanya Jentra."Entahlah....memikirkannya saja aku sudah ngilu. Lihat wajah Rukma mulai membiru dan giginya sudah gemeletuk kedinginan."Jawab Candrakanti"Justru itu, ini adalah latihan permainan rasa. Jangan terlalu dipikirkan dan jangan tergoda untuk menyerah pada kekuatan indra perasa. Lihat Amasu, ia begitu tenang karena ia melepaskan rasa di dalam dirinya. Wajahnya juga

    Last Updated : 2024-05-10
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERNIKAHAN

    Pernikahan Pangeran Balaputeradewa dan Ganika berlangsung sangat meriah tanpa gangguan yang berarti. Semua begitu indah bagi Sang Pangeran. Namun seperti bencana bagi Ganika yang tidak mungkin mengelak lagi. Bagi Mahamentri I Halu pernikahan ini sekaligus akan memantapkannya mengusai tanah Walaing. Maka betapa terkejutnya Ganika ketika ia langsung diboyong Sang Pangeran menuju tanah kelahirannya itu.Rumah-rumah dan pendapa yang sempat diratakan pada saat penyerangan itu, sekarang telah dibangun dengan megah dan indah. Semua mata orang-orang Walaing itupun menatap tandu yang membawa Mahamentri I Halu dan istrinya memasuki perdikan. Beberapa orang bahkan terbelalak tidak percaya melihatnya, terutama Pawana yang masih sering mendatangi Walaing diam-diam."Putri Ganika?Benarkah itu putri Ganika?" Pawana terpana. Gadis yang pernah diinginkannya, saat ini menjadi putri boyongan yang dinikahi musuh mereka."Bukankah itu putri Ganika?" Seru beberapa orang yang berada di tepi-tepi jalan. Se

    Last Updated : 2024-05-11
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   KESEDIHAN SANG PANGERAN

    Air mata Pangeran Balaputeradewa menetes membasahi pipinya. Belum pernah selama hidupnya ia merasa dipermainkan seperti ini. Harga dirinya sebagai laki-laki sungguh terluka meskipun akhirnya ia bisa menguasai Tanah Walaing, namun tanpa lontar yang diinginkannya."Karma itu ada Pangeran. Tak ada waktu untuk menyesalinya. Berbuatlah lebih banyak kebajikan dan mulai tata hati serta pikiran, Paduka." Mpu Wirathu menasehatinya setelah ia mengetahui semua kejadian yang dialami Sang Pangeran.Pangeran Balaputeradewa sendiri akhirnya mengerti apa yang di dalam ajaran Sang Sidharta di sebut sebagai samsara. Cintanya menjadi sumber penderitaannya kini. Sama seperti Ganika yang tidak mampu membunuhnya, maka ia-pun tidak mampu membunuh Ganika. Setiap kali jauh darinya, kerinduan menyiksanya namun setiap kali menatap Ganika, ia tidak melihat cinta yang menyala di mata gadis itu.Balaputeradewa memang tidak menahan Ganika, namun mengurungnya di kamarnya. Hanya seorang dayang yang diperbolehkan masu

    Last Updated : 2024-05-12
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PENYUSUP

    "Aku mendengar suara-suara aneh di atas genting. Seperti orang merayap. Ilmunya cukup tinggi agaknya, karena tak seorangpun menyadari keberadaannya selain diriku." Kata Pangeran Balaputeradewa dalam hati. Pangeran Balaputeradewa melihat wajah istrinya. Ia tertidur dengan nyenyak. Perlahan Sang Pangeran meraih tombak pendek unik miliknya yang tersimpan di bawah tempat tidurnya. Kemudian ia membacakan mantera dari ilmu jaring warih yang ternyata tidak hanya bisa untuk senjata namun juga bisa sebagai perlindungan.Saat mantra selesai di baca, seluruh tempat tidur Ganika dan Ganika terbungkus gelembung air besar seperti dom. Tidak satu senjatapun mampu merobek dom terbuat dari air tersebut. Kemudian Pangeran Balaputeradewa melangkah keluar perlahan. Ia ingin agar penyusup itu tidak masuk ke kamar dan membahayakan Ganika. Jika memang harus bertempur maka Pangeran akan meladeninya di luar.Benar saja. Saat Sang Pangeran keluar, ia melihat ada sosok bertopeng merayap di wuwung rumah atau a

    Last Updated : 2024-05-13
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   SEBUAH AKIBAT

    Kematian Pawana tidak hanya membahana di Walaing saja, namun terdengar hingga pelosok Medang. Hal ini kemudian digunakan oleh Maharaja Rakai Garung untuk memantapkan langkah selanjutnya.Ia mengincar wilayah Panaraban dan Kelasa.Hal ini tentu membuat Wiku Sasodara murka. Ia marah yang semarah-marahnya. Sampai Jentra dan Amasu cukup kebingungan di dalam meredakannya."Dasar bodoh, tolol! Mengapa kubiarkan semua ini terjadi> Anak itu telah membuat berbagai kerusakan karena ego dan nafsunya." Kata Wiku Sasodara.Matanya yang biasanya jernih tiba-tiba terlihat memerah. Dua tangannya bergetar hebat. Tiba-tiba Jentra dan Amasu merasakan bumi yang dipijak ikut bergetar kencang. Angin dari segala penjuru mengepung tubuh bikku yang sedang marah itu."Maruta Alun." bisik Amasu.Sang Bikku-pun mengendalikan energinya dari nafasnya yang teratur. Semakin nafasnya panjang, semakin besar angin yang ditimbulkannya. Tiba-tiba ia menarik udara yang besar itu berkumpul. Sebuah topan dahsyat-pun menuju p

    Last Updated : 2024-05-14
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   KELASA MEMBARA

    Saat Jentra dan kawan-kawannya tiba di sima Panaraban, beberapa persiapan sudah dilakukan. Namun Jentra melihat persiapan itu sama sekali sia-sia karena ia tahu pasukan Medang yang diturunkan akan puluhan ribu jumlahnya."Sandi musuh datang!" Teriak salah seorang prajurit. Mereka langsung mengepung Jentra dan teman-temannya.Rakai Panaraban dan Mpu Kumbhayoni-pun keluar dari dalam benteng pertahanan yang telah disiapkan. Gaurika yang melihat kakaknya Mpu Kumbhayoni, Megarana dan Laturana-pu segera turun dari kuda."Kangmas Kumbhayoni!" Teriaknya tanpa bisa membendung air matanya. Mpu Kumbhayoni-pun memeluk adiknya itu."Tahan!" Teriak Rakai Panaraban setelah mengetahui bahwa yang datang bukanlah musuh, melainkan utusan dari wiku Sasodara. Para perajurit itu-pun menurunkan senjata mereka, namun dengan penuh kewaspadaan tetap menjaga jarak dengan Jentra dan kawan-kawan. Mereka cukup hati-hati dengan pandangan tidak bersahabat. maklum yang datang adalah Panglima Medang yang dikenal sang

    Last Updated : 2024-05-15
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   KESEDIHAN RUKMA DAN SASODARA

    Persis seperti yang diramalkan oleh Sasodara. Panaraban luluh lantak tak berbekas selain puing-puing dan mayat yang bergelimpangan di sana-sini. Amasu, Rukma, Wiku Sasodara yang memeriksa tempat itu hanya bisa mengelus dada dan menyeka air mata setiap waktu.Jenasah Rakai Panaraban dan para Tumenggung-pun ditemukan diantara reruntuhan bangunan dan semua dibersihkan oleh Rukma dan Amasu. Jenasah itu disucikan dan dibungkus dengan kain. Beberapa perajurit Medang yang ditinggalkan mencoba menghalangi mereka. Namun Wiku Sasodara menghardiknya."Apakah kalian tidak mengenaliku? Aku adalah wiku Sasodara, paman dari permaisuri Sri Kahulunan. Aku hanya ingin memperlakukan jenasah orang-orang ini dengan sedikit hormat dan tidak membiarkan burung pemakan bangkai mengoyak mereka." Kata Sang Wiku yang membuat para perajurit itu mundur."Guru, akan kita kemanakan jenasah-jenasah ini. Kita bawa atau sekaligus kita sucikan di sini?"Tanya Amasu."Sebaiknya kita sucikan dan kita kremasi di tempat ini

    Last Updated : 2024-05-17
  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERSIAPAN PENDAKIAN

    Pagi-pagi sekali Jentra telah mengumpulkan perbekalan untuk mendaki Udarati. Ia membagi beban dengan seluruh anggota yang akan ikut mendaki, berdasarkan keterangan Ganandara dan Kawindra mengenai vegetasi dan kondisi pasokan air dan pangan. "Apa saja yang kau bawa Jentra?"Tanya Amasu."Beras, empon-empon (sebangsa kunyit, jahe, cabe jawa, kencur dsb), minyak kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan dan kain tebal. Sisanya kita bisa berburu di hutan. Kata Kawindra banyak babi besar atau kijang yang bisa dipakai menambah perbekalan kita."Jawab Jentra."Tapi akau dan guru tidak makan daging." Amasu mengingatkan Jentra."Jangan kuatir wiku Amasu, saya juga menyiapkan beras ketan dan gula merah. baik dari kelapa maupun aren. Konon makanan manis akan menambah tenaga kita." Jawab Candrakanti"Ah, kau memang selalu bisa diandalkan, Candra sayang." Amasu nampak gembira."Naik gunung juga belum, sudah mengkuatirkan makanan. Dasar guru Amasu." Rukma menimpali sambil tertawa."Itu memang penting Ruk

    Last Updated : 2024-05-19

Latest chapter

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   SEBUAH HUKUMAN

    Balaputerdewa dihadapkan pada majelis Pamgat yang dipimpin oleh Maharaja sendiri.Jentra, Rukma, Amasu dan Sasodara yang hadir di situ terpekur dengan sedihnya. Sebagai Mahamentri, kedatangan Balaputeradewa dikawal dan dijaga ketat oleh pasukan kawal istana maupun para Sanditaraparan. Namun kehadirannya dalam majelis itu masih diperkenankan memakai pakaian kebesarannya.Wiku Wirathu membuka sidang dengan pembacaan sutera dan segera setelahnya, para Pamgat yang terdiri dari pangeran-pangeran sepuh dan para Wiku duduk baik sebagai penuntut maupun sebagai pembela. Banyak Pangeran sepuh wangsa Syailendra yang berdiri dibelakang Sang Mahamentri I Halu. Tapi yang muda lebih banyak menentangnya karena fanatisme wangsa dianggap sebagai pemahaman kuno yang sudah tidak relevan dengan perkembangan jaman. Sementara hakim yang mengadili adalah Maharaja sendiri di dampingi, Mahamentri I Hino yang dalam hal ini diwakili Rakai Pikatan, Wiku Wirathu dan Wiku Sasodara.Semua tuntutan dibacakan untuk m

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   RUNTUHNYA SANG BALAPUTERADEWA

    Ternyata kekuatan tentara Walaing, benar-benar tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan pasukan Medang. Mereka menggulung kekuatan tentara Walaing seperti badai menelan segala yang dilewatinya, meskipun pesan Sang Rakai adalah tidak membunuh tapi hanya melumpuhkan saja. Welas asih dan dhamma yang diajarkan para Wiku ternyata begitu merasuk dalam hati Sang Pikatan sehingga peperangan yang dilakukan-pun seminimal mungkin membawa korban jiwa.Sementara Jentra menyusup memasuki kedaton Walaing yang telah mulai terbakar api. Rupanya Sang Balaputeradewa-pun telah bertekad untuk melakukan puputan yang artinya bahwa jika ia kalah maka ia akan menghadapi mahapralaya itu dengan kematiannya sendiri. Saat Balaputeradewa melihat pasukan belakangnya telah mencapai ambang kehancuran dan tentara musuh mulai menjejakan kaki ke halaman istananya. Ia telah mulai mencabut pedang dan kerisnya siap menjemput maut sebagai seorang ksatria dan Mahamentri wangsa besar yang dibanggakannya."Berhenti tuanku. Dul

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PUPUTAN

    "Gusti, apa Gusti akan yakin akan melakukan perang Puputan. Sekali lagi hamba mohon Gusti, jangan gegabah memutuskan untuk perang puputan. Gusti harus ingat bahwa di Walaing, bukan hanya peninggalan Walaing saja yang harus tuanku jaga. Tetapi di Walaing ada Abhaya Giri Wihara peninggalan Syailendra Wangsa Tilaka yang lainnya yaitu Sri Maharaja Rakai Panangkaran. Apa Gusti akan membiarkan putera wangsa Sanjaya menghancurkannya hingga rata dengan tanah." Aswin menyembah hingga hidungnya menempel ke tanah."Tetapi ini adalah masalah harga diri dan kehormatan Aswin. Apa kau rela kita akan hidup sebagai orang yang kalah dan dicemoohkan setiap kali? Itu-pun kalau Sri Maharaja Samarattungga tidak menghukum mati kita juga. Jadi apa bedanya Aswin?" Sahut Balaputeradewa saat bersiap untuk kembali ke Walaing."Permohonan saya, Iswari dan Karmika tetap sama Gusti. Lebih baik kita kehilangan harga diri dan kehormatan daripada kita berdosa kepada leluhur wangsa Syailendra. Apalagi putra tuanku masi

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERMATA WANGSA SYAILENDRA

    Pangeran Balaputeradewa menembus kabut tebal dan dinginnya malam untuk menyambut kedua buah hatinya. Bersama Aswin ia berkuda tanpa atribut sebagai seorang Mahamentri. Pengawal yang menyertainya juga hanya enam sampai tujuh orang saja, juga tanpa atribut sebagai perajurit tapi menyamar sebagai warga biasa."Apakah tempat itu sangat jauh Aswin?" Tanya Pangeran Balaputeradewa."Ya tuanku. Tapi dengan berkuda cepat seperti ini saya memperkirakan tengah malam kita akan sampai." Jawab Aswin."Aku tidak bisa meninggalkan Walain terlalu lama, karena kakak iparku Samarattungga pasti sudah tidak sabar untuk memotong kepalaku ini." Jawab pangeran Balaputeradewa."Jangan berpikir yang buruk tuanku. Apalagi di saat tuanku memiliki putra. Anggaplah keduanya hadiah dari Yang Maha Agung sehingga kelak akan menjadi permata wangsa Syailendra. Saya rasa tuanku Samarattungga tidak akan segera menyerang saat fajar menyingsing karena mengerahkan puluhan ribu pasukan bukanlah hal mudah." Aswin mencoba mene

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERLAWANAN TERAKHIR SANG PANGERAN

    Aswin mengikuti Pangeran Balaputeradewa ke bangsal agung Perdikan Walaing. Seluruh pasukan telah dimobilisasi, namun warga asli Walaing memilih untuk menyembunyikan diri di gua-gua yang tersebar di pesisir Walaing. Mereka ketakutan jika peristiwa pembantaian beberapa tahun lalu terjadi lagi."Atreya! Atreya!" Teriak Pangeran Balaputeradewa memanggil orang kepercayaan untuk menghadap. Atreya tergopoh-gopoh datang dan menyembah."Sembah hamba paduka Mahamentri I halu. Tuanku sudah kembali. Apa yang bisa hamba lakukan untuk tuanku?" Tanya Atreya. "Perkuat pertahanan dan tutup semua jalan menuju Walaing. Siagakan semua tentara cadangan, pasukan gajah dan pasukan berkuda." Kata Sang pangeran."Baik paduka. Tapi siapa musuh kita kali ini hingga semua sumber daya dikerahkan?"TanyaAtreya."Apa pedulimu lakukan saja. Kita akan berperang melawan orang-orang Kedu. Orang-orang Samarattungga." Jawab Pangeran Balaputeradewa tanpa rasa hormat.Atreya seketika bersujud di bawah kaki Sang pangeran, b

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   KELAHIRAN KEMBALI

    Rukma memacu kudanya menuju rumah Sriti, namun di dalam perjalanan ia harus berhadapan dengan sisa-sisa pasukan Pangeran Balaputeradewa. Mereka mencegat Rukma dan menghentikan kudanya."Berhenti ki sanak. Kau orang dari Kedu mau melintas ke mana?" tanya salah seorang prajurit."Aku hendak masuk ke dalam kota, apa pedulimu?" Rukma balik bertanya."Apakah kau tidak tahu bahwa kekacauan sedang terjadi sehingga tidak seorang-pun boleh melintas wilayah ini." Kata prajurit yang lain lagi."Istriku hendak melahirkan, jadi kau ijinkan atau tidak kau ijinkan aku akan tetap lewat wilayah ini. Lagipula wilayah ini masih merupakan wilayah Kedu jadi mengapa kau menghalangiku." Kata Rukma sambil menarik tali kekang kudanya sehingga kudanya berdiri dengan dua kaki naik ke atas dan hendak menendang prajurit di hadapannya. Prajurit itu-pun mundur, dan saat ada jalan Rukma langsung menghela kudanya."Dia lari, kejar!" teriak prajurit-prajurit itu, sambil melemparkan tombak ke arah Rukma. Namun Rukma be

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   LUKA SANG PANGLIMA

    Jentra Kenanga dan Kunara Sancaka mulai kewalahan menghadapi ribuan anak panah yang dilepaskan pasukan Mahamentri I Halu. Tembok air yang mereka gunakan untuk menahan panah-panah itu mulai tergerus dan panah-panah mulai menembusi tubuh mereka. Melihat keadaan semakin genting, Rakai pikatan tidak tinggal diam, Ia merapalkan mantra kekuatan pengendalian tanahnya."Rana bantala!" Teriaknya. Seketika tanah di bawah panggung di mana pasukan pemanah Mahamentri I Halu terangkat dan memutar. Pasukan panah itu-pun mulai panik. Namun Mahamentri I Halu memerintahkan untuk terus menghujani mereka dengan panah-panah itu.Rakai Pikatan meningkatkan kapasitas energinya hingga akhirnya tidak hanya tanah tempat pijakan mereka yang bergerak dan memutar, namun batu-batu besar yang terpendam mulai melayang ke permukaan. Batu-batu besar itu mulai menyerang pasukan-pasukan panah itu seperti peluru yang ditembakan. Wiku Sasodara yang ada disitu juga tidak tinggal diam, ia-pun mulai juga bergerak untuk men

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PEMILIK MUSTIKA UDARATI

    Perkawinan Agung antara Rakai Pikatan dengan Mahamentri I Hino benar-benar diselenggarakan dengan meriah. Banyak tamu yang hadir dalam perhelatan yang diselenggarakan selama hampir satu bulan. Rakyat-pun ikut menikmati kemeriahan pesta yang diselenggarakan istana dan mereka bisa menikmati aneka makanan serta jajanan gratis."Aku senang seluruh rakyat dapat menikmati pesta yang menyenangkan ini. Hanya semua pasti ada akhirnya bukan? Tidak selamanya kita akan berpesta. " Kata Andaka pada Kelwang, Munding dan Rukma."Benar. Tapi puncak acara yang sangat ditunggu adalah pemberian berkat bagi pengantin dari para Wiku. Aku jadi penasaran saja apa yang akan menjadi hadiah Wiku Wirathu dan Sasodara nanti bagi kedua mempelai." Rukma memang sedang bertanya-tanya apakah Wiku Sasodara benar-benar akan memberikan mustika Udarati pada kerajaan Medang atau justru menyimpannya untuk Pangeran Balaputeradewa."Kau benar Kakang Rukma. Aku juga sangat penasaran dan jika tidak salah. Puncaknya adalah mala

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERNIKAHAN AGUNG

    Bangunan suci di Bhumi Sambhara telah diresmikan. Semua orang berbahagia terutama para Wiku karena Bhumi Sambhara akan menarik banyak orang untuk datang dan bersembahyang di tempat suci itu. Sehingga persembahyangan itu tidak hanya mendatangkan berkat dari doa-doa mereka yang berziarah namun sekaligus akan menjadi pemicu peningkatan ekonomi Medang dari perdagangan dan wisatanya."Wiku Sasodara sekarang sampailah kita pada pemberian hadiah pada Silpin Agung yang telah menyelesaikan pembangunan Bhumi Sambhara Budura. Aku akan menganugerahkan gelar Rakai dan akan kuberikan wilayah Kailasa kepadanya." Maharaja Samarattungga bertitah. Mendengar berita itu Sang putri Dyah Meitala dan putranya Pikatan langsung berlutut. Warisan ayah mereka akhirnya kembali lagi kepadanya. "Mulai hari ini silpin Agung Medang akan bergelar Rakai, dan akan disebut sebagai Rakai Pikatan Dyah Saladu yang akan menguasai Keilasa dan sekitarnya di wilayah Kewu. Kami semua warga Medang berterima kasih kepadanya atas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status