Lelaki jangkung berkaca mata hitam itu sebenarnya bukan orang lain.Dia adalah Lucas, pengawal pribadi Leon yang secara rahasia ditugaskan untuk melindungi seluruh anggota Keluarga Desplazado. Pengawal papan atas itu berada di Negara Vicinus karena tiga hari yang lalu dia mendapat perintah rahasia untuk mencari dan membawa Edward kembali ke Negara Pecunia.Setelah mencari selama dua hari dua malam tanpa henti, Lucas akhirnya berhasil menemukan Edward. Pengawal bertubuh jangkung itu tak pernah menyangka sedikit pun bahwa putra tertua Victoria Desplazado ternyata sedang menjalani kehidupan yang amat terhina dan memprihatinkan sebagai menantu sampah di Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus.Beruntung, hari ini Edward berlari meninggalkan lokasi rapat pemegang saham Sanus Pharmacy sehingga Lucas memperoleh kesempatan untuk membawanya pergi tanpa diketahui siapa pun.“Mohon maafkan kelancangan dan kekasaran kami tadi, Tuan Edward. Demi keamanan semua pihak, kami terpaksa menemui Tuan dengan
Martin mengatur segala sesuatunya dengan cermat.Setelah Lucas meninggalkan ruangan, dia memanggil beberapa orang secara rahasia lalu memerintahkan mereka untuk melakukan tindakan atau persiapan tertentu. Terakhir, lelaki gagah berlengan tunggal itu mengambil ponselnya dan menghubungi sebuah nomor rahasia yang belum pernah dia hubungi sama sekali.Samar-samar terdengar suaranya berbicara dengan nada gusar, “Jenderal, apakah kamu bermaksud melanggar perjanjian? Saat ini, ada 12 orang anggotamu yang sedang dalam perjalanan menuju Granda Peko. Aku tidak tahu apakah mereka bergerak atas izinmu atau perintah orang lain, tetapi aku pastikan tidak seorang pun akan pulang jika mereka berani melintasi perbatasan. Masih ada sedikit waktu sebelum kami menjadikan persoalan ini sebagai alasan untuk mengumumkan perang.”Pembicaraan tingkat tinggi melalui sambungan rahasia itu berlangsung tak sampai satu menit, tetapi dampaknya langsung terasa ke mana-mana.Rombongan Grace dan Gerald Wijaya yang sed
Mobil yang ditumpangi Grace terus melaju. Melalui sebuah alat komunikasi canggih yang terdapat pada jam tangan yang dipakainya, Mathias Sungkono, pengawal keluarga Sanjaya yang menyamar sebagai sopir Grace – terus melaporkan situasi dan rencananya kepada Lucas. “Kita akan segera tiba, Nyonya. Ada baiknya jika nanti Nyonya berkeliling sebentar dan menegur beberapa orang pelayan atau pengawal secara terbuka, supaya nanti mereka dapat menjadi saksi kepulangan Nyonya. Saya khawatir Tuan Muda Gerald telah mengatur beberapa orang pelayan dan pengawal untuk mengawasi Nyonya,” ucap Mathias seolah sedang berbicara pada Grace, padahal sesungguhnya dia sedang melaporkan rencananya pada Lucas yang tengah mendengarkan melalui alat pengeras suara – bersama Martin. “Kapan kita akan berangkat?” tanya Grace pelan, tetapi tetap dapat terdengar jelas oleh Lucas dan Martin yang sedang menguping. “Nanti malam. Saya akan menunggu Nyonya di gerbang samping,” jawab Mathias mantap. Selanjutnya, dia menghe
Mathias dan Jonathan berunding sebentar.Tak lama berselang, Mathias terlihat melesat meninggalkan ruang tahanan.Saat bayangan Mathias telah lenyap dari pandangan, Jonathan tiba-tiba membenturkan kepalanya sendiri ke dinding batu – lalu roboh tak sadarkan diri dengan sebuah benjolan sebesar telur berwarna merah kebiruan menghiasi keningnya.Setengah jam kemudian, kehebohan pun melanda kediaman Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus.Seorang tahanan berhasil melarikan diri dari ruang tahanan bawah tanah. Selain itu, dua orang yang bertugas menjaga tahanan tersebut justru ditemukan terkapar tak berdaya. Salah satunya bahkan meninggal dunia!Tentu saja, Grace menjadi orang pertama yang dicurigai.Adapun yang pertama menaruh curiga padanya adalah – Gerald!Bagaimanapun, Gerald sudah mengetahui bahwa Grace berencana pergi secara diam-diam ke Granda Peko bersama Mathias pada malam ini.Selain itu, dia juga tahu persis bahwa adik perempuannya yang mulai suka membangkang itu adalah seorang ahli
Hari itu, Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus kalah total.Selain gagal menyusupkan 12 orang tentara pasukan khusus Negara Vicinus ke Negara Pecunia, dua orang pengawal terbaik mereka juga harus tewas mengenaskan. Bukan hanya itu, Gerald Wijaya bahkan bahkan harus bersiap-siap menjadi orang cacat – karena lengannya yang sebelah kanan hampir dapat dipastikan tak akan mungkin dapat pulih kembali seperti sedia kala.“Ini semua karena Grace! Dia harus diseret ke pengadilan keluarga,” geram Gerald, seolah lupa bahwa Grace adalah adik perempuannya sendiri.Dia tidak tahu bahwa di saat yang sama, Grace juga sedang mengutuknya habis-habisan.Bagaimanapun, Gerald telah memaksanya untuk membawa dan menjadi penjamin 12 orang anggota pasukan khusus Negara Pecunia yang akan disusupkan oleh Duta Besar Bernard Wijaya ke Negara Pecunia. Lebih dari itu, kakak lelakinya itu bahkan memaksanya membatalkan perjalanan menjemput suaminya ke Granda Peko – ketika para tentara tersebut akhirnya dipaksa kembali
Winston terdiam selama beberapa saat, tak pernah menyangka bahwa persoalan antara Gerald dan Grace ternyata berkaitan dengan Duta Besar Bernard Wijaya. Tak ingin menanggung risiko yang tak perlu, dia pun meminta semua orang yang tidak berkepentingan agar meninggalkan aula pengadilan. Setelah itu, dia memerintahkan para pengawal untuk segera menutup semua pintu – dan berjaga di luar.Kini, tak ada orang lain di ruang sidang kecuali Winston dan Gerald serta Grace.Winston kemudian berkata pelan penuh tekanan, “Gerald, kamu tidak boleh sembarangan membawa-bawa nama Duta Besar Bernard Wijaya!”“Aku tidak sembarangan, Kek. Aku memang mendapat perintah khusus dari Paman Bernard,” sahut Gerald lirih, terdengar menyesal – karena terbawa emosi sehingga menyebut-nyebut nama Duta Besar Bernard Wijaya.“Ceritakanlah!” pinta Winston pelan, sangat berhati-hati.Gerald tak membantah lalu mulai bercerita, “Aku diperintah oleh Paman Bernard untuk membantu beberapa orang tentara anggota pasukan khusus
Grace tidak membuang waktu.Malam itu juga, dia pergi menjemput suaminya. Dia berangkat ke Granda Peko dengan mengendarai sebuah SUV berwarna cokelat terang. Seolah lupa bahwa punggungnya masih memar dan penuh luka akibat pukulan tongkat kayu petugas penegak aturan pengadilan, dia bahkan mengemudikan sendiri mobil besar yang sebenarnya tidak dirancang untuk kaum wanita itu.Amarah di hati dan rasa sakit di punggung membuat Grace mengemudi seperti orang gila.Sendirian, dia menyusuri gelapnya jalanan menuju perbatasan Negara Vicinus dan Negara Pecunia dengan kecepatan maksimal – tanpa membawa teman atau pengawal seorang pun.Grace memang pergi sendirian.Namun, sebenarnya – dia tidak benar-benar sendirian.Ada dua buah mobil SUV standar militer yang membuntutinya sejak dia meninggalkan area kediaman Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus. Mobil pertama berisi enam orang pengawal suruhan Gerald, sedangkan mobil yang lain hanya berisi dua orang – Mathias dan Jonathan!Walaupun sama-sama men
Gerald benar-benar murka dan hampir tak dapat mengendalikan diri ketika mendapat laporan bahwa empat dari enam pengawal yang dia tugaskan untuk membuntuti Grace ternyata telah tewas di tangan Mathias dan Jonathan.Tanpa peduli bahwa malam telah hampir tiba di puncaknya, dia nekat menghubungi salah satu koneksinya di kalangan militer Negara Vicinus – seorang perwira senior bernama Mayor James Dirja.“Mayor James, maafkan aku karena meneleponmu tengah malam begini. Aku butuh bantuan, beberapa orangku telah diserang dan dihabisi saat melakukan perjalanan menuju perbatasan. Pelakunya dua orang, Mathias Sungkono dan Jonathan Sudhiro. Aku curiga bahwa kedua orang itu bekerja untuk adik perempuanku Grace Wijaya yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju Granda Peko. Kemungkinan besar, saat ini mereka sudah mendekati perbatasan. Tolong kerahkan pasukan, tangkap ketiga orang itu sebelum melintasi perbatasan!” pinta Gerald setengah memaksa.Mayor James terdengar mendengus kasar lalu menjawab