“Tuan George?”
Pria yang masih terlihat gagah dan tampan itu memutar tubuh menghadap Michael, wajah tegangnya berubah melembut.“Michael, apa kabar?” George tersenyum lebar saat Michael mendekat.“Mengapa Anda datang ke apartemenku?” tanya Michael dengan mimik heran. Bagaimana tidak, seorang miliarder terkenal sekelas George datang ke apartemen kumuh hanya untuk mencari dirinya. Atau jangan-jangan, pria ini mencari Abigail? Sebenarnya ada hubungan apa antara tuan George dengan ibunya? Mengapa mereka seperti saling mengenal dan memiliki masalah sebelumnya?“Sebenarnya aku mencarimu,” kata George, tangannya terayun menepuk bahu Michael.“Mencariku?” pemuda itu menunjuk hidungnya sendiri. Kepala George terangguk beberapa kali, senyum tak lepas dari bibir tipisnya.“Ada yang bisa kulakukan untukmu, Tuan George?”“Aku menyukai ketulusan dan kepolosanmu, Mich!” puji pria berumur itu tulus, “Itu sebabnya aku ingin kau“Karena dia adalah pemerkosa!” teriak Abigail histeris, “Aku percaya padanya, mengira ia seorang malaikat, aku sama bodoh seperti dirimu, dan sebagai balasannya ia memperkosaku!” Michael ikut gemetar saat merengkuh tubuh ibunya yang merosot ke lantai, menggigil ketakutan. Wanita yang melahirkannya itu terlihat trauma, matanya bergerak-gerak panik. “Ibu, sudahlah!” Michael mengusap rambut Abigail, menenangkannya. “Ketika aku hamil dirimu, bajingan itu melemparkan uang ke pangkuan Ibu dan mengatakan bahwa di antara kami tidak pernah ada apa-apa. Dia tak mengakuimu sebagai darah dagingnya, dia ingin kau digugurkan … dia jahat!” Michael memeluk ibunya, “Sudah, Bu! Aku berjanji tak akan lagi berhubungan dengan manusia rendah itu!” Pemuda itu mengepalkan tangan dan menggertakkan gigi, amarah menggelegak di dalam dirinya. Sungguh tak disangka, orang yang ia percaya sebagai malaikat penolong, miliarder yang berbeda dari yang lain, terny
“Aku tertawa karena aku senang, kekasihku cemburu padaku. Itu pertanda …,” mata Michael bersinar nakal menatap mata biru di depannya lalu turun ke bibirnya yang merekah terbuka, “CINTA!” Rosie menginjak kaki Michael dengan sepatu high heels yang dikenakannya, cara itu berhasil membuat pemuda tampan itu menjauh sambil memegangi kakinya. Rosie tersenyum puas telah membalas sakit hatinya, “Jangan kira kau bisa merayuku lagi!” “Aku tidak sedang merayumu,” Michael meringis sebentar. Ia menyeret kaki ke arah kursi, duduk di sana untuk memeriksa apakah kakinya lecet. Untunglah sepatu kets yang dikenakan cukup tebal hingga injakan itu tak sampai menimbulkan luka. “Kau merayu semua wanita, termasuk Sam-mu itu!” Rosie berkacak pinggang. Entah mengapa melihat Michael selalu mengingatkannya pada gadis bernama Samantha. Bagaimana gadis itu mengklaim dirinya kekasih Michael, sungguh mengesalkan. “Kami hanya teman,” kilah si pemuda namun mana
"Aku sudah memikirkannya," kata Michael datar. "Aku tidak berminat bekerja pada tuan George, jadi tolong sampaikan padanya untuk tidak perlu repot-repot memikirkanku." Jawaban Michael sangatlah mengejutkan, pemuda tampan yang mirip dengan ayah biologisnya itu terlihat antusias saat berdiskusi dengan tuan George. Tetapi kini sikapnya berubah drastis. Kevin mencoba melihat ke dalam mata pemuda itu, yang ia temukan hanyalah kemarahan dan … dendam? Ketika Kevin ingin bertanya alasan penolakannya, Michael memasang wajah masam. “Bisakah kau tinggalkan aku?” Kevin menahan napas memikirkan penyebab yang paling memungkinkan menjadi perubahan sikap Michael, Hanya satu hal, maka ia memberanikan diri bertanya dengan suara tertahan, “Kau sudah mengetahuinya, bukan?” “Mengetahui apa?” tanya Michael pura-pura bodoh. Kini ia sibuk mengatur gelas yang sebenarnya sudah tertata rapi di raknya masing-masing“Kejadian 25 tahun yang lalu, hubungan tuan Ge
Michael menggeser dagunya, memandang George dengan sorot mata mengejek, “Ayah? Anda sama sekali tak pantas disebut ayah oleh siapapun. Anda hanyalah manusia hina yang melampiaskan napsu binatang pada wanita lemah seperti ibuku. Aku malu menjadi anak haram, apalagi dari benih orang hina sepertimu!” “Jaga bicaramu!” bentak Kevin. Ia naik pitam mendengar tuan yang sangat dihormati dan dikagumi, dihina habis-habisan oleh anaknya sendiri. Sejahat-jahatnya George di masa lalu, tak dapat menghapus kenyataan bahwa ia adalah ayah kandung Michael. Menghina seperti apa yang dilakukan oleh pemuda itu, sungguh tak pantas. George meminta Kevin berhenti dengan isyarat tangannya, pria yang selalu mengenakan pakaian serba hitam itu menahan diri dan berbalik memunggungi mereka berdua. “Mich, aku banyak melakukan kesalahan kepada ibumu. Aku minta maaf untuk semuanya!” ucap George parau. Ia merasa sangat bersalah namun tak ada yang bisa mengubah masa lalu.
Richard berdiri di ambang pintu, matanya menyala merah melihat dua insan dalam posisi yang mesra. Rosie dan Michael saling melepaskan pelukan dan bangkit berdiri dengan kaget.“Dasar tak tahu malu!” suara Richard menggelegar. Wajah merah padam dan semua otot-otot lehernya menegang, menunjukkan kemurkaan yang amat sangat.Michael berpikir bahwa akting Richard sungguh amat bagus, mungkin ia perlu dianugerahi piala oscar sebagai pemain watak pria terbaik. Seorang suami yang ingin menyingkirkan istrinya dengan menyewa gigolo, berpura-pura marah ketika memergoki keduanya bermesraan. Ekspresi kemarahan yang ditampilkan sungguh nyata, puji Michael dalam hati. Selagi ia masih mencerna, tiba-tiba sebuah bogem mentah mendarat di pipinya hingga ia terhuyung ke belakang menabrak meja kerja di belakangnya. Ia terkejut bukan main, apakah sandiwara harus separah ini? Matanya berkunang-kunang karena pukulan yang tak pernah disangka-sangka. Belum habis keka
“Mich, berjanjilah kau tak akan meninggalkanku!” isak Rosie. Michael terpaku, bagaimana ia harus menjawab pertanyaan yang paling menakutkan itu? Tapi apakah ada jalan lain dalam menghadapi perjanjian Jebakan Madu yang telah disepakati? “Mengapa tak menjawab?” Michael tergagap ketika Rosie mengguncang lengannya, gusar melihat keraguan yang tersirat di wajah pemuda itu. “Oh, maaf … aku sedang memikirkan hal lain!” elak Michael. Ia tak mungkin berterus-terang pada Rosie karena kekasihnya itu pasti tak akan memaafkannya. Belum lagi Richard, pria itu pasti akan membunuhnya kalau ia membongkar rahasia perjanjian mereka. “Hal lain apa? Memikirkan cara bagaimana meninggalkanku?” bibir Rosie mengerucut. “Tentu saja tidak, begitu sulit mengejar cintamu, mana mungkin kulepaskan!” rayu Michael seraya membelai pipi Rosie. Kekasihnya masih cemberut, ia tersenyum geli melihat ekspresinya. “Aku marah, mengapa malah senyum-senyum?” Rosie m
Keadaan di supermarket hari itu cukup ramai, Abigail memaksakan diri masuk dalam keramaian karena bahan makanan di kediamannya telah habis sama sekali. Mau tidak mau ia harus membelinya di supermarket terdekat. Setelah memilih sesuai kebutuhan, ibu kandung Michael menuju ke kasir. Ia menghembuskan napas kesal melihat antrian panjang yang mengarah ke kounter kasir. Tak ada pilihan, Abigail mengambil posisi di barisan paling belakang. Tidak lama dari dia mengantri, seseorang ikut mengantri di belakangnya. Abigail mengira orang itu pastilah sesama pembeli yang menunggu giliran membayar sama sepertinya. “Nyonya Abby, sungguh kebetulan!” Abigail memutar kepalanya dan terkejut melihat Kevin berdiri di belakangnya. Tubuhnya menegang, pupil matanya bergerak ke kiri kanan mencari-cari kalau orang yang paling dibencinya juga ada di dekatnya. “Tuan George tidak ada di sini, Nyonya!” kata Kevin menjawab kekhawatiran yang sang
“Maafkan aku, perbuatanku memang tidak termaafkan. Izinkan aku menyelamatkan Michael, dengan begitu ia bisa menyelamatkan drimu dan anak bungsumu!” ucap George setengah memohon. Abigail menggigit bibir, “Seandainya saja aku wanita yang kuat, tentu mereka berdua tak akan mengalami masalah seperti ini. Aku seorang ibu yang gagal.” “Tidak!” secara refleks George meraih jemari Abigail namun wanita itu menarik tangannya dengan ketakutan. “Maaf … maaf … aku tidak sengaja!” George mengatupkan kedua telapak tangan ke depan dada, ia benar-benar menyesali kecerobohannya. Abigail menyembunyikan kedua tangannya yang kurus ke bawah meja, di atas pangkuannya. Ia berusaha untuk mengubur dalam-dalam ketakutannya pada pria di depannya, namun tetap saja tak berani menatap mata hijau George. “Aku tidak bisa memaafkanmu, tetapi aku akan melakukan apapun untuk putraku.’ George mengangguk, ia tidak bisa menyembuhkan trauma dan kebencian di hati Abigail. Semua karena kebodohannya di masa lalu. “Aku