Andrew langsung mundur dan melirik Shine minta penjelasan, berusaha mengabaikan tatapan tajam yang rasanya mencabik keberaniannya. "Siapa dia, Shine?" "Aku kekasihnya. Siapapun kau, aku akan mengawasimu!" Zaf menggeram. "Aku peringatkan sekarang sebelum tubuhmu tercabik nantinya." Ancamannya membuat Andrew menelan salivanya. "Ah berlebihan." Shine memukul lengan Zaf lalu menatap Andrew yang terdiam. "Jangan dengarkan dia selama niat di kepalamu itu baik." "Dia—" Andrew menunjuk Zaf. "Mr. Yes?" Zaf menoleh ke Shine. "Mr what?" Shine mengabaikan Zaf dan tersenyum tipis ke Andrew yang langsung paham, mendesah dan mundur ke sisi yang lain seraya bergumam. "Ah,aku kalah telak!" "Apa sih?" Tanya Zaf, bingung. "Mana aku paham," decak Aldrick masa bodo, tapi tatapannya memperhatikan lekat sosok Andrew. "Kau gila!!!" Sembur Shine dan mendapat cubitan gemas di hidungnya. "Aku mau mandi air hangat di kamarku. Drama tadi rasanya sangat melelahkan dan menguras tenaga." "Aku temani," samb
Shine menikmati coklat mahalan yang diberikan Zaf setelah laki-laki itu mengambil barangnya dan berganti baju. Duduk di atas perut Zaf dan tersenyum memperhatikan kerutan samar di dahi Zaf saat memperhatikan cover majalah di tangannya dan nampak sebal sendiri. Shine mengalihkan tatapan ke pemandangan malam kota Hongkong di belakangnya. "Aku tidak percaya ini." Zaf berdecak, mengambil ponselnya yang lain karena ponsel yang satunya basah dan menghubungi seseorang. Shine menelengkan kepala, Zaf memundurkan ponsel menjauhi wajah seperti akan melakukan panggilan video call. "Zafier Gaster—" Shine mendelik mendengar suara yang sangat dikenalnya itu. "Kau sudah bebas?" "Iya begitulah," jawab Zaf. Shine menelan coklatnya, merunduk dan memaksa dirinya masuk melewati bawah ponsel dan Zaf reflek memberi Shine celah untuk tidur di sampingnya agar dia bisa melihat siapa yang Zafier hubungi. "Eonnie?!" "Ya Tuhan, Shine Aurora," Azalea jelas kaget maksimal. "Kalian berdua—" ada jeda sesaat.
"Andrew Frazat Syailendra, anak kedua dari empat bersaudara, menjadi model sejak tiga tahun lalu, tidak ada catatan kejahatan, keluarganya bersih, menjadi partner Shine di berbagai job model hingga membuat mereka dekat, tidak ada hubungannya dengan orang-orang yang kita kenal."Zaf berdiri dengan satu tangan di dalam saku celana mendengarkan semua yang dikatakan Rey seraya memperhatikan gerak-gerik Andrew di kejauhan yang sedang berbicara dengan seseorang. Ballroom hotel sudah ramai karena sebentar lagi acara peluncuran produk new release salah satu perhiasan merek ternama akan segera dimulai."Kita tidak bisa mempercayainya begitu saja. Awasi terus dia dan laporkan padaku kalau ada yang aneh. Aku tidak mau kejadian seperti Putra terulang lagi.""Siap bos," balas Rey. "Orang-orang belum tahu kalau bos kembali terutama yang di Jakarta karena CIA juga tidak ada mengeluarkan pernyataan.""Biarkan saja. Tunggu sampai aku kembali. Good job Rey.""Baik bos. Selamat berlibur dengan nona Shi
Zafier tertegun menatap wajah Shine yang semula pucat berangsur kembali berwarna. Rasa panik di dalam dadanya menyurut perlahan. Disapukannya jemarinya di pipi Shine yang masih terasa dingin dengan hati-hati seakan-akan wajahnya perwujudan sempurna sebuah kristal yang mudah pecah meski pada kenyataannya wanita yang tertidur dengan kepala di pangkuannya itu begitu tangguh.Satu jam yang lalu, dia hampir kehilangan Shine Aurora. Detak jantung wanita itu sempat terhenti sesaat akibat hipotermia yang menyerangnya karena tubuh tropisnya belum bisa menyesuaikan dinginnya udara Alaska padahal dia hanya keluar tidak lebih dari beberapa menit di luar sana.Tapi sekian detik detak jantungnya melemah dan sempat menghilang, dunia Zafier seakan berhenti berputar untuk selamanya."Kate, please, periksa lagi keadaannya." Zafier menoleh ke Kate, kekasih Aldrick beberapa bulan ini yang berprofesi sebagai dokter. "Katakan kalau dia sudah baik-baik saja."Kate yang duduk di pangkuan Aldrick di sisi bagi
"Para wanita ini begitu menyebalkan dan juga cerewet," desah Aldrick membuat Zaf dan Kellan yang ada di masing-masing sisinya mengangguk bersamaan seraya memandangi para wanita yang sibuk tertawa-tawa dan berfoto untuk di upload di sosial media mereka. "Tapi kalau tidak ada mereka, perjalanan ini hanya akan terisi tiga laki-laki yang mungkin dicap gay." "Brengsek!!" ucap Zaf dan Kellan seraya memukul bahu Aldrick di masing-masing sisi. Zaf berdecak, melihat Shine yang berfoto dengan senyum bahagia. "Kita ada di sini untuk membahagiakan mereka. Persetan dengan klub bucin atau apalah itu namanya!!" "Aku sama sekali tidak suka mendengar istilah itu," decak Aldrick. "Mereka memang sangat berbakat membuat kita terlihat mengenaskan." Kellan menepuk bahu Aldrick. "Kau masih belum ada apa-apanya dibandingkan aku dan Zaf jadi jangan menggerutu terus. Pikirkan saja apa yang akan kita dapatkan nanti malam di atas ranjang. Percintaan panas di tengah pegunungan es dengan taburan bintang di ata
"Apa kau masih takut masuk ke dalam air?" Mereka berdua berdiri di pinggir kolam air panas yang berada di antara hamparan salju di balik bukit yang ada di Fairbanks tidak jauh dari Villa Aldrick. "Aku belum begitu yakin." "Siapa dia?" Zaf bergeming mendengar pertanyaan Shine. "Sampai kau mendapatkan trauma seperti ini?" Zaf mengalihkan tatapannya. "Masa laluku. Kemarin saat kau mendorongku ke air, aku masih bisa melihat wujudnya dengan jelas terbayang di mataku hingga menyeretku semakin dalam kalau saja kau tidak datang. Mungkin sekarang pun masih akan tetap sama." "Kau belum benar-benar merelakannya." Zaf kembali menoleh mendengar nada menyindir Shine. "Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi aku melihatmu seperti seorang pengecut. Aku ingat kau langsung pergi setelah aku menyelamatkanmu yang tenggelam saat di Riau. Apa kau langsung menangisinya di kamar?" Zaf mengalihkan tatapannya. Shine berdecak. "Apa kau akan tetap terus seperti ini?" "Percayalah Shine." Zaf menghadapnya. "I
"Shine—" Shine tersenyum meski saat ini matanya dipaksa untuk memejam dan terhalang tangan Zaf yang memeluknya dari belakang. "Aku ingin menunjukkan sesuatu." "Apa? Jangan-jangan kau mau bugil di tengah salju ya—AWWW!" Shine memekik saat Zaf mencubit lengannya karena perkataannya. "Itu kata-kata termesum yang pernah aku dengar darimu," decaknya. "Aku hanya bercanda. Sensitive sekali." Shine manyun. "Aku akan menghajarmu kalau kau tidak bisa membuatku terpana dengan apa yang mau kau tunjukan." "Meremehkan," cibir Zaf. "Aku yakin kau akan bengong." "Berisik!!" desis Shine. "Mana sih lama banget!" "Bisa sabar gak?" Zaf balik nyolot. Saat ini mereka berada di Borealis Basecamp setelah menempuh beberapa jam perjalanan dari Villa Aldrick dan mereka akan menginap semalam. Penginapan berbentuk setengah lingkaran yang bagian atasnya transparan hingga yang ada di dalam bisa melihat langsung ke arah langit. Zaf mengecup kepala Shine lalu berbisik. "Aurora milikku datang bagai keajaiban
Jakarta, Indonesia "Foto-foto ini—" Lelaki yang duduk dibalik meja kerjanya di ruangan Chief Executive Officer salah satu perusahaan Multimedia itu terlihat memperhatikan satu persatu lembaran foto di tangannya dengan tatapan tidak percaya. Dahinya berkerut samar, sesaat setelah melihat satu lembar foto terakhir, dia hempaskan semua tumpukan foto itu di atas meja dengan amarah yang tidak bisa disembunyikan. "Zafier Gaster kembali," ucap Sekretarisnya, seakan mengonfirmasi ulang bukti foto yang terpampang dengan tujuan ingin mengobarkan amarahnya semakin besar. Lelaki itu mengangkat pandangannya. "Kenapa CIA tidak mengeluarkan pernyataan resmi?" "Entahlah. Aku berpikir kalau Zafier Gaster sendirilah yang akan memberikan pernyataan di depan publik nantinya setelah dia pulang dari liburan romant—" BAAAKKK!!! Meja kerjanya bergetar akibat pukulan kepalan tangannya. "Brengsek!! Dia sengaja belum menampakkan diri seperti ini dengan maksud terselubung." "Mereka tidak sengaja bertemu