“Pertanyaan macam apa ini Kevin? Kamu membuatku hancur, kau juga membuatku ketakutan selama ini. Lalu kini kau mengajukan pertanyaan yang justru menjebakku.” Felisha tidak kuasa menahan tangis.
“Aku tahu kamu pasti bingung harus menjawab apa. Karena sebenarnya hatimu masih sangat mencintai Clay. It's okay, Felisha. Take your time, pikirkan segalanya baik-baik. Mintalah saran kepada kedua orang tuamu dan datanglah kembali dengan keputusan yang akan kau ambil,” ucap Kevin dengan lembut.
Setelah perbincangan yang cukup alot pada hari itu, Kevin memilih untuk menuju ke mansionnya. Di sana ia memerintahkan beberapa anak buahnya untuk membersihkan area mention utama.
Sementara sesuai dengan sarannya Kevin, Felisha pun keesokan harinya bergegas menuju ke rumah keluarganya. Ia datang tanpa janji, dengan kedua mata yang sembab, Felly sama membunyikan bel rumah.
Buru-buru seorang pelayan membuka pintu tersebut. “Nona,
“Kita wanita, tidak boleh egois, pikirkan dan camkan ucapan Mama baik-baik,” tegas Betari lalu meninggalkan keduanya.Hadi pun terpaku dan terdiam, tenggorokannya tercepat, ia menatap Felisha lalu mengusap wajahnya dengan kasar. “Kau tidak perlu terlalu memikirkan apa yang diucapkan oleh mamamu. Percayalah pada hatimu, carilah kebahagiaanmu sendiri, Nak. Papa mendukung hubunganmu dengan Clay.”Mendengar pendapat kedua orang tuanya yang tidak selaras, bahkan sempat terjadi perseteruan di hadapannya. Felisha pun semakin ragu untuk mengambil sebuah keputusan, ia pulang kembali ke penthouse dengan pikiran yang kosong.Ia masih belum menemukan jawaban apapun, ucapan Betari tentang peran seorang wanita terngiang-ngiang di pikirannya.Sedangkan ucapan Hadi tentang bagaimana dirinya yang selama ini selalu berkorban dan menderita serta korban perasaannya pun, terngiang-ngiang.Seolah kedua pendapat itu saling berlawanan satu sama lain. “Apa Mira sudah tidur?” tanya Felisha.Bi Darmi mengganggu
“Apa maksudmu? Aku, tidak mengerti,” tanya Sesil.Clay tersenyum lebar. “Kembalilah ke mansion malam ini, kau dan aku adalah pemenangnya. Kevin akan membawa Felisha dan anaknya untuk tinggal di mansion bersama dengan kita. Kau, tahu kan apa itu artinya.”Sesil pun terbelalak, ia tidak percaya dengan keputusannya Kevin yang membawa keluarganya justru masuk ke dalam sarang penyamun.“Apa, kau tidak salah dengan informasi yang baru kau sampaikan kepadaku?” Sesil bertanya ragu pada Clay.Clay kembali tergelak. “Apa, kau tidak percaya denganku? Sejak kapan aku salah memberikan informasi padamu,” ucap Clay penuh dengan percaya diri.Sesil segera beranjak dari ranjangnya. “Baiklah, aku akan berangkat malam ini juga. Tunggu aku di sana, Clay. Ingat, kau dan aku yang bekerja sama. Jangan biarkan aku sendiri menghadapi Kevin, kau tahu kan bagaimana kakakmu itu sangat sulit untuk ditaklukan.” Sesil mendesah lelah.Clay pun tertawa. “Sesilia, untuk mendekati Kevin itu ada caranya. Saranku, mulail
Kevin hanya menatap datar adiknya dan mempersilahkan mereka semua duduk. Yang menjawab Clay juga hanya Sesil saat itu. “Pagi Clay,” sapa Sesil.Clay menoleh ke kiri dan ke kanan, seolah mencari-cari ada yang kurang. “Abang Kevin, di mana kakak iparku?”Tidak lama kemudian, keluarlah Felisha dengan wajah yang gugup. Ia menggendong Mira dan hanya menghampiri meja makan itu tanpa berniat untuk duduk bergabung bersama dengan suami dan para penghuni lainnya.“Aku, akan menyuapi baby Mira di taman belakang, Abang Kevin. Kalian, makanlah lebih dulu. Tidak perlu menunggu aku,” ucap Felisha hanya menatap Kevin, lalu tersenyum kepada Damian dan Sesil.Felisha yang gugup setengah mati, memilih untuk membuang muka dan tidak melihat Clay. Melihat Ttingkah Feli, Clay justru tersenyum. Baginya, semakin Felisha menghindarinya. Semakin, Clay yakin jika Felisha masih mencintainya.Begitu juga dengan Kevin, ia sadar akan sikapnya Felisha. Ia tahu jika istrinya diambang keraguan, dan dirinya pun terlalu
Felisha pun mengerang memanggil nama Clay berkali-kali. Melihat Felisha menikmati percintaan mereka, Clay mengangkat tubuh Feli dan menghentakkan miliknya dengan cepat ke dalam tubuh Feli.Hingga akhirnya Felisha mencapai pada puncaknya dan memeluk erat tubuh Clay dengan erat. “Ceraikan Kevin, agar kita dapat melakukan ini setiap hari, tanpa perlu bersembunyi-sembunyi lagi.”Felisha langsung terbelalak mendengar tuntutan dari Clay. “Aku, aku akan memikirkannya,” lirih Felisha sambil mendesah saat Clay justru mengulum puncak dadanya secara bergantian.“Apakah kau akan menolak kenikmatan yang aku berikan ini? Hanya demi mempertahankan pernikanmu yang terasa hambar? Feli, hanya aku satu-satunya pria yang kau cintai, bukan Kevin!” Clay terus mempengaruhi dan menuntut Felisha.Felisha hanya bisa membenarkan segala yang diucapkan oleh Clay. Kali ini ia terdiam, mengatupkan bibirnya lalu kembali memejamkan matanya dan membiarkan Clay menikmati tubuhnya. Hingga, mencapai pada puncak percintaa
“Sebegitu bencikah, kamu kepada aku? Hingga, harus diterangkan panjang lebar oleh Kevin untuk membuatmu mau pergi bersama denganku?” tanya Damian sambil mendengus kesal menatap Sesil.Sesil juga langsung menoleh dengan tatapan nyalang. Ia melihat rahang Damian mengeras. “Ya, tentu saja!” desis Sesil.“Bagaimana mungkin, aku tidak benci sama manusia pagar makan tanaman seperti kamu,” sambung Sesil dengan emosi.“Kalau aku pagar tanaman. Sebutan apa yang pantas untuk kamu?” tanya Damian dengan suara tegasnya.“Pelakor? Atau apa?” sambung Damian membuat wajah Sesil memerah.“Kau!” bentak Sesil dan Damian saat itu baru saja memarkir mobilnya masuk ke dalam parkiran lokasi proyek.Terilihat di sana ada mobilnya Adiba. Wanita cantik asal Istanbul itu lalu melambaikan tangan ke arah mobil Damian. Sebuah senyuman cantik nan jelita pun membuat dada Sesil memanas, apalagi saat Damian langsung keluar tanpa menghiraukannya dan membalas lambaian tangan Adiba.Tergesa Sesil segera mengikuti Damian
“Apa urusanmu? Aku mengejar seorang wanita single dan itu adalah hak aku. Aku bukan kau, Sesil! Aku bukan orang gila yang mau merusak rumah tangga orang lain!” gantian Damian kali ini yang membentak Sesil.PLAK!“Aku benci kau, Damian!” teriak Sesil bersamaan dengan melayangkan sebuah tamparan yang membuat pipi Damian langsung merah.Damian biasanya akan marah atau dia akan mengajak Sesil kembali berdebat. Tapi kali ini, Damian memilih untuk mengunci bibirnya, ia tidak mau banyak bicara. Tidak lama kemudian terdengarlah suara deru kendaraan dan Damian segera menginjak pedal gas tanpa melihat Sesil sama sekali.Sepanjang jalan Sesil dengan tersiksa dengan suasana hampa di dalam mobil dan tidak ada satu pun yang berniat berbicara. Sesekali Sesil menoleh marah pada Damian, tapi Damian memilih tetap menatap luruh ke depan.Hingga sampailah mereka ke mansion Kevin. Damian turun dan berjalan dengan santai menuju ke dalam diikuti oleh Sesil dengan langkah sedikit berlari. Ia mengejar Damian,
BAB 69. Lupakan Felisha.“Kevin, mari kita bercerai saja,” seru Felisha saat kedapatan baru pulang tengah malam oleh suamianya.Kevin lalu berjalan dan menyalakan lampu kamarnya, ia melihat Felisha yang sudah basah kuyup dan tampak ada beberapa bekas kissmark di leher Feli. Hati Kevin ngilu, tapi dia sudah siap untuk merelakan istrinya.Dia sudah siap untuk menghadapi cemooh banyak orang, terutama Clay yang akan berpikir menang dan cibiran dari mamanya Garini. Tidak banyak bicara, Kevin mengambilkan sebuah jubah mandi dan membungkus tubuh Felisha yang gemetar kedinginan.“Mandilah dengan air hangat, semua berkas pengajuan cerai sudah aku siapkan di ranjang. Aku sudah tanda tangan dan kau tinggal melengkapinya dengan tanda tanganmu.”“Setelahnya, aku akan membawa Mira pergi dari mansion ini, jika kau ingin bebas dariku untuk terus bersama Clay tanpa harus mengendarai kendaraan ke Bandung. Perjalanannya panjang dan berbahaya hanya untuk menghabiskan waktu di atas ranjang,” ucap Kevin me
“Flashdisk? Flashdisk apa ini?” tanya Sesilia. “Lihatlah sendiri,” ucap Kevin lalu mengusap rambut Sesil seperti saat mereka masih kecil dulu.“Putarlah video itu, semoga kau bisa memutuskan sebuah keputusan yang terbaik. Apa yang tampak manis bagimu, jangan langsung kau telan. Tapi, apa yang pahit jangan juga langsung kau buang begitu saja.”“Kau harus belajar untuk dewasa Sesil. Pasangan pernikahan bukanlah sebuah obsesi untuk memilikiseseorang. Pernikahan mengenai hubungan sampai kau mati, bahkan kehidupan setelah kau mati.”“Jangan meniru apa yang sudah aku lakukan pada Felisha. Lihatlah, semua usaha ini jadi sia-sia saja kan? Aku hanya membuat satu korban baru dalam rumah tanggaku. Anakku akan menjadi korban dari kearoganan aku dalam menyikapi sebuah permasalan.”“Kau dan aku memiliki tabiat yang sama. Aku tidak mau kau menyesal di kemudian hari, saudaraku kecilku,” ucap Kevin sambil tersenyum dan mencium puncak kepalanya Sesil.Terhenyak sudah hati Sesil. Apa yang dik
Wanita itu berpikir jika Clay akan memberikan sebuah percintaan gila yang sangat hebat di atas ranjang. Wanita jalang ini, tidak tau kegilaan apa yang akan Clay lakukan. Dengan bodohnya dia justru kembali merayu Clay yang sudah paanas.“Kalau begitu, aku juga mau dihukum olehmu, Clay. Aku suka dihukum, aku suka mendesah dan merintih sambil menangis karena kenikmatan yang akan kau berikan padaku. Oh, aku sangat tidak tahan membayangkannya,” jawab jalang itu dan Clay kembali terbahak.“Kau bisa mati di tanganku, kalau kau memintanya,” tawa Clay, dikira adalah sebuah tawa menggoda bagi wanita tersebut yang akhirnya juga ikut tertawa sambil meraup kasar bibirnya Clay.Keduanya tampak tidak tau malu, dia meraup dan meremas dada wanita itu tersebut di hadapanya Kevin dan Zayn. Dia bahkan masih dengan nafsu gilanya meraba kasar bagian inti wanita tersebut."Aku tidak sabar untuk bertemu istrimu, Clay."
"Kalau begitu, tunjukkan foto orang yang ingin kau cari," ucap Zayn menatap Kevin dengan serius.Kevin dengan perlahan mengambil dompet. Ia buka dan ia pandangi sebuah foto yang membuat matanya menyendu. Sebuah tarikan nafas yang menyesakkan didengar oleh Zayn saat Kevin sedang mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.Tidak ada senyuman, hanya tatapan sendu yang menyimpan segudang kerinduan yang tak terucap dan seribu bahasa kesakitan yang tidak terucap. Dengan senyuman yang tampak sangat memprihatinkan, Kevin mengangkat wajahnya dan memberikan apa yang diminta oleh sahabatnya itu.“Zayn, ini adalah wanita yang aku cari.” Kevin memberikan foto pengantinnya dan Zayn menerimanya dengan sambil menatap prihatin sahabatnya.“Dia, istrimu?” tanya Zayn suara terdengar tercekat di tenggorokkan.“Ibu dari anakku. Dia bukan istri, tapi mantan istri,” ucap Kevin, menghela nafas sejenak.Zayn tidak percaya. “Mantan istrimu, Kevin? Jangan, katakan jika Clay merebutnya darimu?” tampak kebencian tergam
Sesilia tampak tidak main-main untuk ancamannya kali ini. Dia masih sangat dendam dengan Clay, bagaimana cara Clay menghancurkan hubungannya dengan Damian adalah cara paling buruk sepanjang masa dan paling hina baginya.Kevin menyadari kepedulian sepupunya itu, ia tersenyum ramah. “Sesil, aku sangat bahagia mendengar rencana pernikahanmu dengan Damian.”“Alangkah baiknya, kau tetap fokus pada datangnya hari bahagiamu. Aku, kesana bukan untuk mengganggu kehidupannya Fely, Sesil. Aku ingin memastikan kalau ibu dari anakku saat ini baik-baik saja,” terangnya lalu mengelus rambut Sesil.“Tapi, Kev-““Beib! Come on, jangan menghalanginya. Bagaimana pun Mira masih butuh mommy-nya kan? Jika aku menjadi Kevin, aku juga akan melakukan hal yang sama. Kevin, bukannya mau mengemis cinta dan membuat Fely besar kepala, pikiranmu itu terlalu jauh.” Damian tersenyum singkat lalu mencium pipi Sesil untuk menenangkan wanitanya.Wajah Sesil tampak tidak bahagia, tapi isi hati dirinya sudah terbaca oleh
Ia usap wajahnya dengan kasar dan membanting pintu kamarnya. “Aku memang mencintaimu, Fely. Tapi, entah mengapa, pada saat aku mendapatkanmu. Rasanya, justru aku sangat membencimu.'' "Jika kau saja dengan mudahnya dapat meninggalkan Kevin dan anakmu. Maka suatu saat, kau tidak akan ragu meninggalkan aku ketika tau, bahwa aku adalah seorang masokis,” desis Clay lalu keluar meninggalkan apartemennya. Satu bulan sudah berlalu. Sejak Clay membanting ponselnya Felisha dan membuatnya hancur berkeping-keping, Feli sudah tidak diijinkan lagi olehnya memiliki ponsel. Jika Feli merindukan kedua orang tuanya, maka Clay akan mengijinkan Feli untuk menghubungi Hadi dan Betari melalui ponselnya. Dan, semua percakapan di bawah pengawasan Clay. "Clay, kenapa kau melakukan ini padaku? Aku hanya ingin sedikit privasi dengan menghubungi mamaku. Tidak bisakah, kau tinggalkan aku sebentar saat berbicara dengan mamaku?" tanya Feli dengan polosnya dan menahan getaran pada suaranya. Suara tawa sini
Felysha pun kembali menangis dengan bibir yang bergetar. Ia memaksakan diri untuk dapat mengucapkan kalimat yang hendak diucapkannya dengan hati yang sudah remuk berkeping-keping.“Bukankah, kau mengatakan kau mencintaiku?” tangis Felysha dengan manatap kedua manik gelapnya Clay.Spontan Clay segera melepaskan leher Fely. Ia menatap Fely dengan tatapan yang berbeda, seolah sadar akan sesuatu yang telah salah.Mata Clay pun mengembun, ia ingin meminta maaf. Tapi, bibirnya segera terkatup rapat dan Clay memilih untuk segera keluar, meninggalkan Felysha.Pada saat itu juga, pecah sudah tangis Felisha. Ingin mengejar cintanya tapi justru hatinya dihancur sedemikian rupa. Fely langsung memeluk kedua lutut yang dirapatkannya di dadanya.“A-apa yang sudah aku lakukan?! Selama ini, seharusnya aku sudah bersyukur. Oh Tuhan, aku telah salah jalan … maafkan aku, Tuhan,” lirih Felysha dalam hatinya.“Maafkan aku juga
“Itulah maksudku, Fely. Aku hanya merasa puas jika lawan main ku merasa kesakitan dan aku memang menginginkannya.” Clay menatap Fely dengan tajam dan terkesan berwajah bengis.“Apa kau sudah gila?” pekik Fely sembari membelalakkan kedua matanya, tidak percaya mendengar apa yang baru Clay ucapkan.Spontan saja sebuah tamparan mendarat di pipinya Felysha dengan keras, sangat keras hingga membuat Fely menangis. Ia ingin meminta Clay berhenti menyiksanya seperti ini. Tapi, Clay sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk Fely berkata-kata.“Apa kau bilang?” desis Clay kejam.“Kau katakan, aku gila? Hem? Itu yang baru kau katakan?!” tuntut Clay menatap lekat Felysha dan menatap tepat di wajahnya Fely.Namun, Fely sama sekali tidak berani menjawab apapun. Ia justru menangis dan gemetar ketakutan. Lalu Clay seketika berteriak histeris, hingga mmebuat tubuh Fely terjingkat dari tempatnya.“Kau
Ada perasaan yang sangat berat dan sakit, sehingga membawa sensasi ngilu pada dirinya saat itu. “Tuhan, ada apa denganku? Kenapa, aku justru menyesal telah meninggalkan Mira dan Kevin? Apakah, langkahku ini salah?” batinnya berteriak.Saat ternyata ketika ia sudah bersama dengan Clay, sekalipun di dalam sebuah apartemen yang sangat mewah. Hatinya masih terasa sangat hampa. Felisha mengira jika ia pergi ke London bersama dengan Clay, dirinya akan merasa sangat bahagia, bahkan kegirangan sampai melupakan kehidupannya bersama dengan Kevin.Namun, semua itu tidak benar. “Apakah kebahagiaan yang ia dapatkan selama di Indonesia bersama Clay adalah kebahagiaan yang semu? Lantas, mengapa dengan bodohnya ia sampai menyusul Clay ke Bandung hanya untuk menghabiskan malam panas di atas ranjang?” Fely memejamkan kedua matanya.Fely berusaha meyakinkan dirinya, bahwa pilihan saat ini adalah yang terbaik. Bukankah selama ini ia selalu h
“Ah … apa, yang kau lakukan Damian?” desah Sesil sambil menelan salivanya.“Round two,” jawab Damian dengan suara seraknya sambil menyeringai dan kembali mencium bibir Sesil.Keduanya pun menghabiskan hari itu di dalam kantor Damian dengan bercinta sepanjang hari dan tidak memperdulikan dunia luar yang saat ini juga sedang tidak baik-baik saja.Dunia di mana Kevin menghadapi kenyataan, ia akan menjadi seorang ayah tunggal untuk menjaga anaknya. Dunia yang membuat Felysha bertindak bodoh, ia melupakan bahwa ia saat ini tinggal di kehidupan nyata. Bukan di kehidupan dongeng, putri dan pangeran seperti cerita yang ia dengar sebelum tidur di masa kecilnya dulu.Dunia yang tidak pernah menjadi tempat memuaskan dalam diri Clay. Pada saat ia sudah mendapatkan Felysha, keduanya pun memilih tinggal di London.Pikir Clay, ia sudah merasa cukup menang dan merasa puas dengan apa yang ia dapatkan. Tapi, yang terjadi dan ia rasakan
“Aku pun merasakan hal yang sama, Damian. Tidak ada pria yang dapat menggantikanmu di hatiku,” lirih Sesil kembali meneteskan air mata.Melihat hal tersebut, Damian langsung mengecup air mata Sesil di pipi kanan, lalu berpindah ke pipi yang sebelah kiri. Damian kembali mencium bibir Sesil dengan lembut, keduanya larut dalam romansa panas mereka.Kali ini bukan hanya sebuah kecupan singkat belaka. Tapi Damian melumat lembut bibir Sesil, bagian bawah ciumannya terbalaskan. Keduanya saling menyesap, menjelajahi bibir satu sama lain dengan ciuman yang tampak sangat dalam.Perasaan mereka menyeruak hebat, apalagi bagi Sesil, yang terdengar sedikit merinti ketika tangan Damian meremas buah dadanya dengan lembut.Sesil pun lantas mengelus tubuh Damian dan membuka kancing Damian satu persatu. Ia ingin menyentuh dada bidang serta perut yang sudah lama tidak ia sentuh. Kerinduan menuntun keduanya melangkah menuju ke sebuah sofa y