“Ando, kau tidak hanya memberikan angin surga padaku kan? Jadi, semua yang kau katakana ini apa benar? Aku bisa mendapatkan kembali, Felisha? Apa aku tidak salah dengar?” tanya Clay menahan senyumannya antara percaya dan tidak percaya.
Ando segera mengangguk pelan “Bisa, Tuan. Tapi, dengan syarat yang tadi sudah disebutkan oleh mama anda.”
“Demi kelancaran rencana ini, tolong, jangan lagi melanggar apapun saat ini, Tuan. Bertahanlah menjadi Clay Sanjaya yang bermatabat sampai selamanya, walau itu hanya tampak sebagai topeng dan anda muakdengan diri anda sendiri. Itu, tidak masalah,” desah Ando sadar kalau ajarannya salah.
“Ku mohon, tetaplah menjadi pria yang dapat mengontrol dirinya sendiri, ku mohon Tuan Muda,” ucap Ando serius.
Clay mengangguk dan menyeringai. “Tentu saja, itu pasti. Kalau begitu akan menghubungi Om Hadi sebentar,” ucap Clay dan segera masuk ke dalam kamarnya.
Sesil tampak berpikir saat Clay menyesap kopi panas di cangkir keramiknya. Ia lantas mendongak dan menatap ragu pada Clay, tapi hatinya seperti terdorong untuk turut berpartisipasi dengan rencana kotornya Clay.“Baiklah! Aku ingin mendengar apa rencanamu?” Sesil lalu berbalik dan duduk menghadap pada Clay, ia juga menatap tajam wajah sepupunya itu.Clay pun menyeringai dan menyampaikan rencana kotornya pada Sesil secara garis besarnya saja. Sesil tampak terdiam dan menimbang, resiko yang akan terjadi jika Yudha mengetahui anak bungsunya justru melakukan rencana kotor untuk merebut suami orang lain.“Lalu, bagaimana kalau tidak berhasil?” tanya Sesil tidak ingin menyianyiakan waktunya.“Aku masih memiliki seseorang yang akan membuat mereka berpisah. Aku yakin, kalau kartu terakhir aku keluarkan semuanya pasti akan selesai,” ucap Clay menatap yakin pada Sesil.“Kalau begitu, rencana ini jangan sampai ada yang tau. Cukup kita berdua saja,” ucap Sesil sambil mengulurkan tangan kanannya da
“Kalau memang dia ingin memilih Clay, kali ini aku tidak akan menahannya lagi. Mungkin ada baiknya dia tau siapa Clay sebenarnya,” desah Kevin menatap nanar foto Felisha yang ada di mejanya.“Lantas, bagaimana kalau setelah dia tau kalau Clay adalah seorang masokis gila yang tidak mungkin sembuh? Lalu dia minta kembali padamu? Apa kamu masih mau menerimanya?” tanya Damian serius menatap wajah Kevin yang tampak sedang berpikir.Ia menghela nafas panjang. “Bagaimana pun dia adalah ibu dari anakku. Aku tidak akan menghalanginya untuk membesarkan Mira bersama denganku,” jawab Kevin lalu menatap kembali foto Felisha pada sebuah figura kecil yang berada di meja kantornya.“Kevin, kau tau kalau pertanyaanku bukan itu. Yang aku tanyakan adalah hubunganmu dengannya bukan hubungan kalian dan anak kalian,” ucap Damian seolah menuntut sebuah jawaban yang membuat tenggorokan Kevin seketika tercekat.“Aku, tidak tau Damian. Aku belum memiliki jawaban untuk yang satu itu, aku tau aku mencintainya. T
“Apa kabar?” tanya Damian sambil menatap teduh wajah Sesil yang ini terlihat lebih jarang tersenyum.“Baik,” jawab Sesil lalu berjalan meninggalkan Damian di belakangnya.Dengan langkahnya yang tenang Damian mengikuti Sesil ke mana pun ia pergi. “Berhentilah mengikutiku,” protes Secilia dan menghentikan langkahnya.“Beri aku kesempatan untuk menjelaskan kesalah pahaman yang terjadi tahun lalu,” cegah Damian pada Sesil sambil memegang pergelangan tangannya.“Untuk apa?! Antara kamu dan aku sudah selesai, Damian. Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi,” ucap Sesilia dan segera berjalan kembali menuju ke lift untuk segera pergi dari kantor Sanjaya group.Ia berencana untuk mengunjungi penthousenya Kevin. Tapi, Damian justru ikut masuk ke dalam mobil milik Sesil tanpa ijin dari wanita itu.“Keluarlah, Damian! Aku tidak mau lagi berurusan denganmu,” dengus Sesilia hendak keluar dari mobilnya dan menarik Damian keluar dari mobilnya tersebut.Lagi-lagi, Damian menggagalkan usahanya Sesilia unt
“Sesil, berikan aku waktu satu jam saja untuk menjelakan semuanya,” lirih Damian.“Jangan bermimpi, Damian! Seperti yang sudah aku katakan, tidak ada lagi yang perlu aku dengar darimu dan aku juga tidak mau mendengar apapun!” tegas Sesil. “Benarkah? Kau tidak mau mendengar apapun dariku untuk yang terakhir kalinya?” tanya Damian sambil berjalan dua langkah ke depan dan mengikis jarak di antara mereka.“Tidak, aku tidak mau mendengarnya,” jawab Sesila dengan tegas terdengar tanpa ragu bergetar.“Baiklah, kalau begitu aku tidak akan memohon lagi. Apapun yang kau sanggakakan padaku, semya itu tidak benar. Clay yang bekerja sama dengan Chloe untuk memasukkan obat tidur di dalam minumanku di malam pertunangan kita,”“Dia juga yang mengambil foto seolah aku dan Chloe sedang bercinta, kau tau … kalau aku tidak pernah suka posisi woman on top. Harusnya dengan melihat gambarnya saja, kau bisa menebaknya. Aku tidak mau memperpanjang kata, Sesil. Aku juga memiliki batasan untuk terus berusaha me
“Lalu, apa yang akan kau lakukan?” tanya Adiba ingin mendengar apa yang akan dikatakan oleh Damian, mungkin saja dirinya bisa belajar banyak dari Damian.“Memperjuangkannya dengan cara yang benar, karena aku tau … memiliki seseorang tidaklah sama seperti saat kita memiliki barang yang kita inginkan,” jawab Damian tersenyum dan kembeli melemparkan tatapan sendunya.Adiba kembali terhenyak. “Tapi, bagaimana kalau aku menjadi sangat cinta dengan pria tersebut? Aku ingin memilikinya dan bersedia merawat anaknya dengan baik,” sahut Adiba ingin meminta pandangan dari Damian yang lebih berpengalaman.“Nona Khai, percayalah … itu bukan cinta. Itu adalah obsesi dan ambisi. Jika anda mencintai seseorang, anda tidak akan menghancur untuk kembali membangun. Tapi, anda akan mencari sebuah tempat yang baik, mungkin lahan kosong yang terbengkalai,”“Lalu dibersihkan dan dibangun menjadi se
“Di mana Felisha?” tanya Kevin dan tidak lama kemudian suara Felisha menyahut.“Aku, di sini,” jawab Felisha ternyata lagi masak untuk Kevin.Kevin menatapnya datar dengan hati yang tecabik-cabik. “Kenalkan, ini adalah Pak Hendri Kuswanto. Pengacara yang akan membantumu jika kau akan mengajukan gugatan cerai,” terangnya seraya memperkenalkan pria yang berada di sampingnya.Wajah Felisha pun pias ia terkejut ternyata Kevin memang membawa seorang pengacara ke dalam rumahnya. Ia mengira selama ini jika Kevin hanya berbicara asal saja, mau tidak mau Felisha pun akhirnya mengulurkan tangan dan berkenalan dengan pria yang bernama Pak Hendri Kuswanto tersebut.Bi Darmi yang melihatnya pun menahan kegundahan di hatinya. “Tuan, mari masuk dan duduklah dulu. Saya buatkan minuman. Nyonya, mau minum apa?” tanya Bi Darmi untuk mencairkan suasana.Felisha tidak menjawab, tetapi ia langsung berbalik dan duduk di sofa ruang tamu diikuti oleh Pak Hendri dan suaminy
“Pertanyaan macam apa ini Kevin? Kamu membuatku hancur, kau juga membuatku ketakutan selama ini. Lalu kini kau mengajukan pertanyaan yang justru menjebakku.” Felisha tidak kuasa menahan tangis.“Aku tahu kamu pasti bingung harus menjawab apa. Karena sebenarnya hatimu masih sangat mencintai Clay. It's okay, Felisha. Take your time, pikirkan segalanya baik-baik. Mintalah saran kepada kedua orang tuamu dan datanglah kembali dengan keputusan yang akan kau ambil,” ucap Kevin dengan lembut.Setelah perbincangan yang cukup alot pada hari itu, Kevin memilih untuk menuju ke mansionnya. Di sana ia memerintahkan beberapa anak buahnya untuk membersihkan area mention utama.Sementara sesuai dengan sarannya Kevin, Felisha pun keesokan harinya bergegas menuju ke rumah keluarganya. Ia datang tanpa janji, dengan kedua mata yang sembab, Felly sama membunyikan bel rumah.Buru-buru seorang pelayan membuka pintu tersebut. “Nona,
“Kita wanita, tidak boleh egois, pikirkan dan camkan ucapan Mama baik-baik,” tegas Betari lalu meninggalkan keduanya.Hadi pun terpaku dan terdiam, tenggorokannya tercepat, ia menatap Felisha lalu mengusap wajahnya dengan kasar. “Kau tidak perlu terlalu memikirkan apa yang diucapkan oleh mamamu. Percayalah pada hatimu, carilah kebahagiaanmu sendiri, Nak. Papa mendukung hubunganmu dengan Clay.”Mendengar pendapat kedua orang tuanya yang tidak selaras, bahkan sempat terjadi perseteruan di hadapannya. Felisha pun semakin ragu untuk mengambil sebuah keputusan, ia pulang kembali ke penthouse dengan pikiran yang kosong.Ia masih belum menemukan jawaban apapun, ucapan Betari tentang peran seorang wanita terngiang-ngiang di pikirannya.Sedangkan ucapan Hadi tentang bagaimana dirinya yang selama ini selalu berkorban dan menderita serta korban perasaannya pun, terngiang-ngiang.Seolah kedua pendapat itu saling berlawanan satu sama lain. “Apa Mira sudah tidur?” tanya Felisha.Bi Darmi mengganggu
Wanita itu berpikir jika Clay akan memberikan sebuah percintaan gila yang sangat hebat di atas ranjang. Wanita jalang ini, tidak tau kegilaan apa yang akan Clay lakukan. Dengan bodohnya dia justru kembali merayu Clay yang sudah paanas.“Kalau begitu, aku juga mau dihukum olehmu, Clay. Aku suka dihukum, aku suka mendesah dan merintih sambil menangis karena kenikmatan yang akan kau berikan padaku. Oh, aku sangat tidak tahan membayangkannya,” jawab jalang itu dan Clay kembali terbahak.“Kau bisa mati di tanganku, kalau kau memintanya,” tawa Clay, dikira adalah sebuah tawa menggoda bagi wanita tersebut yang akhirnya juga ikut tertawa sambil meraup kasar bibirnya Clay.Keduanya tampak tidak tau malu, dia meraup dan meremas dada wanita itu tersebut di hadapanya Kevin dan Zayn. Dia bahkan masih dengan nafsu gilanya meraba kasar bagian inti wanita tersebut."Aku tidak sabar untuk bertemu istrimu, Clay."
"Kalau begitu, tunjukkan foto orang yang ingin kau cari," ucap Zayn menatap Kevin dengan serius.Kevin dengan perlahan mengambil dompet. Ia buka dan ia pandangi sebuah foto yang membuat matanya menyendu. Sebuah tarikan nafas yang menyesakkan didengar oleh Zayn saat Kevin sedang mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.Tidak ada senyuman, hanya tatapan sendu yang menyimpan segudang kerinduan yang tak terucap dan seribu bahasa kesakitan yang tidak terucap. Dengan senyuman yang tampak sangat memprihatinkan, Kevin mengangkat wajahnya dan memberikan apa yang diminta oleh sahabatnya itu.“Zayn, ini adalah wanita yang aku cari.” Kevin memberikan foto pengantinnya dan Zayn menerimanya dengan sambil menatap prihatin sahabatnya.“Dia, istrimu?” tanya Zayn suara terdengar tercekat di tenggorokkan.“Ibu dari anakku. Dia bukan istri, tapi mantan istri,” ucap Kevin, menghela nafas sejenak.Zayn tidak percaya. “Mantan istrimu, Kevin? Jangan, katakan jika Clay merebutnya darimu?” tampak kebencian tergam
Sesilia tampak tidak main-main untuk ancamannya kali ini. Dia masih sangat dendam dengan Clay, bagaimana cara Clay menghancurkan hubungannya dengan Damian adalah cara paling buruk sepanjang masa dan paling hina baginya.Kevin menyadari kepedulian sepupunya itu, ia tersenyum ramah. “Sesil, aku sangat bahagia mendengar rencana pernikahanmu dengan Damian.”“Alangkah baiknya, kau tetap fokus pada datangnya hari bahagiamu. Aku, kesana bukan untuk mengganggu kehidupannya Fely, Sesil. Aku ingin memastikan kalau ibu dari anakku saat ini baik-baik saja,” terangnya lalu mengelus rambut Sesil.“Tapi, Kev-““Beib! Come on, jangan menghalanginya. Bagaimana pun Mira masih butuh mommy-nya kan? Jika aku menjadi Kevin, aku juga akan melakukan hal yang sama. Kevin, bukannya mau mengemis cinta dan membuat Fely besar kepala, pikiranmu itu terlalu jauh.” Damian tersenyum singkat lalu mencium pipi Sesil untuk menenangkan wanitanya.Wajah Sesil tampak tidak bahagia, tapi isi hati dirinya sudah terbaca oleh
Ia usap wajahnya dengan kasar dan membanting pintu kamarnya. “Aku memang mencintaimu, Fely. Tapi, entah mengapa, pada saat aku mendapatkanmu. Rasanya, justru aku sangat membencimu.'' "Jika kau saja dengan mudahnya dapat meninggalkan Kevin dan anakmu. Maka suatu saat, kau tidak akan ragu meninggalkan aku ketika tau, bahwa aku adalah seorang masokis,” desis Clay lalu keluar meninggalkan apartemennya. Satu bulan sudah berlalu. Sejak Clay membanting ponselnya Felisha dan membuatnya hancur berkeping-keping, Feli sudah tidak diijinkan lagi olehnya memiliki ponsel. Jika Feli merindukan kedua orang tuanya, maka Clay akan mengijinkan Feli untuk menghubungi Hadi dan Betari melalui ponselnya. Dan, semua percakapan di bawah pengawasan Clay. "Clay, kenapa kau melakukan ini padaku? Aku hanya ingin sedikit privasi dengan menghubungi mamaku. Tidak bisakah, kau tinggalkan aku sebentar saat berbicara dengan mamaku?" tanya Feli dengan polosnya dan menahan getaran pada suaranya. Suara tawa sini
Felysha pun kembali menangis dengan bibir yang bergetar. Ia memaksakan diri untuk dapat mengucapkan kalimat yang hendak diucapkannya dengan hati yang sudah remuk berkeping-keping.“Bukankah, kau mengatakan kau mencintaiku?” tangis Felysha dengan manatap kedua manik gelapnya Clay.Spontan Clay segera melepaskan leher Fely. Ia menatap Fely dengan tatapan yang berbeda, seolah sadar akan sesuatu yang telah salah.Mata Clay pun mengembun, ia ingin meminta maaf. Tapi, bibirnya segera terkatup rapat dan Clay memilih untuk segera keluar, meninggalkan Felysha.Pada saat itu juga, pecah sudah tangis Felisha. Ingin mengejar cintanya tapi justru hatinya dihancur sedemikian rupa. Fely langsung memeluk kedua lutut yang dirapatkannya di dadanya.“A-apa yang sudah aku lakukan?! Selama ini, seharusnya aku sudah bersyukur. Oh Tuhan, aku telah salah jalan … maafkan aku, Tuhan,” lirih Felysha dalam hatinya.“Maafkan aku juga
“Itulah maksudku, Fely. Aku hanya merasa puas jika lawan main ku merasa kesakitan dan aku memang menginginkannya.” Clay menatap Fely dengan tajam dan terkesan berwajah bengis.“Apa kau sudah gila?” pekik Fely sembari membelalakkan kedua matanya, tidak percaya mendengar apa yang baru Clay ucapkan.Spontan saja sebuah tamparan mendarat di pipinya Felysha dengan keras, sangat keras hingga membuat Fely menangis. Ia ingin meminta Clay berhenti menyiksanya seperti ini. Tapi, Clay sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk Fely berkata-kata.“Apa kau bilang?” desis Clay kejam.“Kau katakan, aku gila? Hem? Itu yang baru kau katakan?!” tuntut Clay menatap lekat Felysha dan menatap tepat di wajahnya Fely.Namun, Fely sama sekali tidak berani menjawab apapun. Ia justru menangis dan gemetar ketakutan. Lalu Clay seketika berteriak histeris, hingga mmebuat tubuh Fely terjingkat dari tempatnya.“Kau
Ada perasaan yang sangat berat dan sakit, sehingga membawa sensasi ngilu pada dirinya saat itu. “Tuhan, ada apa denganku? Kenapa, aku justru menyesal telah meninggalkan Mira dan Kevin? Apakah, langkahku ini salah?” batinnya berteriak.Saat ternyata ketika ia sudah bersama dengan Clay, sekalipun di dalam sebuah apartemen yang sangat mewah. Hatinya masih terasa sangat hampa. Felisha mengira jika ia pergi ke London bersama dengan Clay, dirinya akan merasa sangat bahagia, bahkan kegirangan sampai melupakan kehidupannya bersama dengan Kevin.Namun, semua itu tidak benar. “Apakah kebahagiaan yang ia dapatkan selama di Indonesia bersama Clay adalah kebahagiaan yang semu? Lantas, mengapa dengan bodohnya ia sampai menyusul Clay ke Bandung hanya untuk menghabiskan malam panas di atas ranjang?” Fely memejamkan kedua matanya.Fely berusaha meyakinkan dirinya, bahwa pilihan saat ini adalah yang terbaik. Bukankah selama ini ia selalu h
“Ah … apa, yang kau lakukan Damian?” desah Sesil sambil menelan salivanya.“Round two,” jawab Damian dengan suara seraknya sambil menyeringai dan kembali mencium bibir Sesil.Keduanya pun menghabiskan hari itu di dalam kantor Damian dengan bercinta sepanjang hari dan tidak memperdulikan dunia luar yang saat ini juga sedang tidak baik-baik saja.Dunia di mana Kevin menghadapi kenyataan, ia akan menjadi seorang ayah tunggal untuk menjaga anaknya. Dunia yang membuat Felysha bertindak bodoh, ia melupakan bahwa ia saat ini tinggal di kehidupan nyata. Bukan di kehidupan dongeng, putri dan pangeran seperti cerita yang ia dengar sebelum tidur di masa kecilnya dulu.Dunia yang tidak pernah menjadi tempat memuaskan dalam diri Clay. Pada saat ia sudah mendapatkan Felysha, keduanya pun memilih tinggal di London.Pikir Clay, ia sudah merasa cukup menang dan merasa puas dengan apa yang ia dapatkan. Tapi, yang terjadi dan ia rasakan
“Aku pun merasakan hal yang sama, Damian. Tidak ada pria yang dapat menggantikanmu di hatiku,” lirih Sesil kembali meneteskan air mata.Melihat hal tersebut, Damian langsung mengecup air mata Sesil di pipi kanan, lalu berpindah ke pipi yang sebelah kiri. Damian kembali mencium bibir Sesil dengan lembut, keduanya larut dalam romansa panas mereka.Kali ini bukan hanya sebuah kecupan singkat belaka. Tapi Damian melumat lembut bibir Sesil, bagian bawah ciumannya terbalaskan. Keduanya saling menyesap, menjelajahi bibir satu sama lain dengan ciuman yang tampak sangat dalam.Perasaan mereka menyeruak hebat, apalagi bagi Sesil, yang terdengar sedikit merinti ketika tangan Damian meremas buah dadanya dengan lembut.Sesil pun lantas mengelus tubuh Damian dan membuka kancing Damian satu persatu. Ia ingin menyentuh dada bidang serta perut yang sudah lama tidak ia sentuh. Kerinduan menuntun keduanya melangkah menuju ke sebuah sofa y