“Kau.. kau, dengarkan semuanya laki laki ini adalah suami saya yang tidak mau bertanggung jawab pada keluarganya. Dia meninggalkan anak dan istri tanpa memberikan nafkah. Dan sekarang akan menikah lagi dengan wanita lain. Saya tidak akan merestui pernikahan ini!”, teriak Miranti dengan suara lantang. Suasana semakin kacau saat Desy menangis keras seolah mewakili kegalauan perasaan bundanya. “Jangan dengarkan ocehan wanita itu, dia yang sudah meninggalkan aku karena selingkuh dengan pria lain”, jawab Radite sambil tangannya menunjuk wajah Miranti membuat Miranti merah padam menahan marah. “ Ha ha ha kau bisa menipu kami semua tapi kami punya bukti untuk menyeretmu ke kantor polisi”, Timpal Ricard tertawa sinis. “Siapa kau, jangan ikut campur urusan kami!”, hardik Radite dengan tangan mengepal siap memukul. “Kamu tidak perlu tahu siapa aku tanyakan saja pada ibumu apa yang telah kamu lakukan pada beliau dan pada istri juga anakmu”, jawab Ricard santai. Pandangan tamu ya
“Siapa pak?” tanya Miranti penasaran. “Besok kamu akan tahu sendiri, untuk beberapa hari ke depan kau boleh libur kerja sampai kondisimu benar benar sehat”, jawab pak Ricard menjelaskan.Pak Ricard meninggalkan Miranti bersama anaknya di apartemennya sementara dia harus berangkat kerja ke mini market, seperti biasanya.Setelah kepergian Pak Ricard, Miranti masih termenung di atas tempat tidur, dia masih terbayang kejadian kemarin, rasanya bagaikan mimpi.Miranti masih ngga percaya suaminya tega berbuat kejam kepadanya . Membayangkan itu semua air matanya kembali menetes. Di saat dirinya sedang rapuh Miranti kembali terngiang ucapan dan nasihat dari atasannya itu. “Aku harus kuat dan bangkit kembali demi masa depan Desy”, gumamnya lirih. Kemudian mengusap air matanya dengan kasar dan cepat cepat masuk kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum anaknya terbangun.Setelah cukup lama membersihkan diri dia keluar dan sarapan bubur yang di belikan pak Ricard.Tiba tiba ponseln
BAB 20 Pesan Papi Edward Papi Edward menyuruh kami untuk berkumpul bersama entah apa yang akan di sampaikan oleh beliau.Kami duduk bersama dalam satu ruangan, aku mami dan Laura sementara dihadapannya ada Papi dan juga pak Ricard. Desy tertidur lelap di pangkuan mami. “Pi apa yang akan papi sampaikan”, tanya Mami Yuliana. Aku hanya menunduk sambil menggenggam tangan mami erat erat. “Papi sudah tahu apa yang terjadi selama ini, baik dari cerita Ricard maupun dari cerita Laura. Bukan maksud papi membiarkan anak papi hidup menderita tapi ini untuk memberi pelajaran pada Miranti dan juga Radite. Dan ternyata apa yang papi khawatirkan terjadi. Anak sialan itu hanya menginginkan harta kita tanpa mau bertanggung jawab akan kebahagiaan anak dan istrinya, bahkan tega menfitnah menfitnah Miranti dan tidak mengakui anaknya sendiri. Seandainya anak sialan itu ada di sini ingin papi hajar sampai hancur!”, ucap papi penuh emosi. Aku hanya bisa menunduk menyadari kesalahan yang selama i
Miranti menggerutu saat tahu siapa yang menelpon, ternyata Suharti wanita yang akan di nikahi Radit suaminya.Miranti langsung mematikan panggilan juga mematikan ponselnya dan berbaring di sisi anaknya.Dalam pikirannya timbul niat untuk membalas dendam pada ke duanya. Pada wanita pelakor itu juga pada suaminya. Cintanya yang teramat besar pada suaminya dulu kini sedikit demi sedikit terkikis habis bersama penderitaan yang Radit ciptakan untuknya. Yang ada masih terselip di hatinya bukan lagi cinta atau kerinduan pada sang suami tapi rasa sakit hati dan dendam yang membara.Tapi Miranti bingung bagaimana caranya dia membalaskan dendam dan sakit hatinya. “Apa aku manfaatkan saja pak Ricard, feelling ku mengatakan kalau pak Ricard punya perhatian lebih ke padaku sampai sampai membuat cemburu karyawan lainnya dan aku bisa memanfaatkan kesempatan itu”, gumam Miranti tersenyum penuh arti. Dia melirik anaknya yang sudah tertidur lelap kemudian memasang guling di tepi ranjang dan meninggal
“Apa itu?”, tanya Miranti penasaran. Tapi Ricard tidak segera menjawab karena ada panggilan masuk. Dia meraih ponsel yang di letakkan di meja buat merekam tadi dan segera menjawab panggilan. “ Ya aku segera ke sana”, jawab Ricard kemudian mematikan ponselnya. “Besok aku jelaskan sekarang aku mau pulang, jaga diri baik baik”, pesan Ricard sebelum keluar dari apartemen. Miranti hanya mengangguk dan mengantar sampai pintu.Laura yang melihat interaksi keduanya tersenyum simpul, dia hanya bisa berdoa semoga Ricard bisa menjaga Miranti”. Setelah pak Ricard pergi, Miranti menutup pintu dan menguncinya kamudian mengajak Laura ke kamar. “Lau menurutmu bagaimana?, apa yang harus aku lakukan pada wanita itu?” tanya Miranti. Laura menatap Miranti sesaat kemudian menghela napas dalam dalam. “Kalau menurutku mendingan kamu lupakan Radit, dia bukan laki laki yang baik untukmu dan jangan buang buang waktu lagi segera urus perceraian kalian agar kau terbebas dari laki laki pecund**g.
“Pantesan apa sih Mi?, jangan bikin Miranti penasaran dong”, kata Miranti merajuk. Mami tersenyum sambil mengelus rambut anaknya. “Suatu saat kau akan merasakan sendiri nak, oh ya Laura sudah pulang?” tanya Mami mengalihkan pembicaraan. “Sudah tadi setelah sarapan”, jawab Miranti datar, pikirannya masih memikirkan ucapan Maminya. Setelah selesai make up Miranti bergegas keluar sambil menyambar tas yang berada di atas meja,Mami mengikuti dari belakang. “Kalian sudah siap?” tanya pak Edward pada kedua wanita yang disayanginya. “Sudah Pi, maaf pak Ricard kalau saya merepotkan anda, sini Desy aku yang gendong”, Miranti mengambil alih anaknya dari gendongan pak Ricard. Sementara Papi dan Mami saling berpandangan dengan senyum penuh arti. Melihat tingkah mereka layaknya suami istri membuat hati orang tua Miranti adem. Sebagai orang tua mereka berharap siapapun pendamping hidup anaknya, asal anaknya bahagia. Dan Papi melihat ketulusan pada sikap Ricard atasan anaknya itu seb
“Apa?” kata Radit lantang, mendengar ucapan Harti Radite menelan saliva. Sebenarnya dia ingin lebas dari jerat cinta Suharti pemilik warung makan itu, tapi Radite masih membutuhkan bantuannya agar dia bisa keluar dari penjara. Sehingga dia memanfaat kan cinta Suharti agar apa yang dia rencanakan terwujud. “Apa Mas Radite ngga kangen sama saya?” ucap Harti sambil bergelayut manja. Sekilas Radite melirik pada petugas penjara, yang sedang mengawasinya. Dia merasa risih dengan tingkah Suharti. “Oh hmm iya iya, mas juga kangen makanya kamu bujuk bapak agar cepat cepat mengeluarkan mas dari penjara ini mas sudah ngga tahan di sini”, kata Radit sambil menepis rangkulan tangan Suharti. Entah mengapa walau Suharti sedang mengandung benih nya tapi rasa cinta itu belum tumbuh di hatinya. Mungkin karena semula Suharti yang menggodannya. “Mas sabar aja, pasti bapak akan mengusahakan kebebasan mas Radite”. Setelah berbincang selama dua puluh menit, Radite pamit untuk kembali ke dalam sel dan meni
Dalam hati Radit bertanya tanya, siapa lagi yang datang berkunjung?”. Dengan rasa penasaran Radite mengikuti langkah petugas penjara menunju ruang tempat menerima kunjungan. Sampai di sana Radite tak percaya dengan apa yang di lihatnya, sosok wanita yang selama ini merawat dengan penuh kasih sayang berdiri di hadapannya. “Ibu…”, panggil Radite sambil berjalan mendekati bu Ismi dan memeluknya, Air matanya tak bisa lagi di tahan demikian juga dengan perempuan yang semakin tua itu. “Ibu apa kabar?” tanya Radite setelah melepaskan pelukannya. “Ibu baik baik saja, bagaimana dengan kamu nak?” tanya bu Ismi dengan berlinang air mata, tangannya mengelus pipi anak semata wayangnya.Melihat kondisi ibunya membuat Radite trenyuh, namun dia berusaha tetap tegar agar ibu tidak tambah bersedih.Radite mengenggam tangan keriput ibunya untuk memberikan semangat dan ketenangan. “Ibu ngga usah khawatir dengan keadaan Radite, Harti janji sebentar lagi akan memberikan jaminan agar Radite b
“Iya bi, memangnya ada apa kok bi Idah kaget,” tanya suster Lina heran. “Oh ngga, sudah sana di tidurkan dulu non Desy nya nanti kita ngobrol lagi,” kata bi Idah kemudian meneruskan menyapu halaman. Suster Lina bergegas membawa Desy ke kamarnya setelah memastikan keadaan anak majikannya aman suster Lina keluar lagi menemui bi Idah. “Ada apa bi Idah bikin penasaran saja,” tanya suster Lina sambil menepuk bahu bi Idah yang sedang menyapu. Bi Idah tidak menjawab melainkan meneruskan pekerjaannya setelah selesai baru menarik tangan suster Lina menuju bangku di taman samping rumah. “Sini ada yang ingin aku sampaikan,” Suster Lina menurut saja kemudian duduk di samping bi Idah. ‘Cepetan dong bi nanti keburu Desy bangun,” gerutu suster Lina tak sabar. Bi Idah menarik napas dalam dalam kemudian baru memulai ceritanya. “Kata bu Ismi, Desy itu bukan anak pak Ricard, tapi anak dari Radit anaknya bu Ismi. Entah gimana ceritanya saya kurang tahu tapi bu Ismi ingin sekali bi
“Pertanyaan Desy sontak membuat Miranti gelagapan. Ricard juga kaget dengan apa yang ditanyakan anaknya itu.Miranti dan Ricard tidak menyangka Desy akan memberikan pertanyaan yang sangat mengejutkan. “Sayang dari mana kau tahu itu semua. Nenek Desy itu omah Yuli,” jawab Miranti berusaha untuk menyembunyikan permasalahan yang sebenarnya. Belum waktunya anak sekecil Desy tahu kemelut rumah tangga orang tuanya. “Tapi Bun, beliau ngaku neneknya Desy bahkan nunjukin fotonya sama bunda dan dede bayi, kata nenek itu Desy waktu masih bayi. Apa bener Bun Desy yang merawat nenek Ismi,” cerocos Desy. Alih alih menjawab pertanyaan anaknya Miranti langsung muntah muntah lagi.Kepalanya pusing dan napasnya tersengal sengal.Melihat keadaan istrinya Ricard panik dan langsung menghubungi dokter. “Non Desy kita keluar dulu yuk, jalan jalan ke taman, kasihan bunda muntah muntah lagi,” suster Lina menggandeng tangan mungil Desy keluar dari ruangan. Melihat keadaan bundanya Desy diam dan
“Tentang bapakmu?” tebak bu Ismi. “Ya salah satu di antaranya, ada lagi yang ngga kalah penting dari itu bu,” jelas Radit menatap ibunya. “Apa, jangan bikin teka teki Radit, ibu lagi pusing,” Tegas bu Ismi, dirinya kecewa atas sikap Radit yang tidak bisa merayu anaknya untuk bisa lebih dekat dengannya. “Bahrudin tertangkap, dan semua harta miliknya jatuh pada saya, Radit,” ucap Radit bangga sambil membusungkan dada. “Ibu ngga percaya, bukannya kamu selalu bikin kecewa ibu?, sudahlah jangan berhalu,” Ibu beranjak dari tempat duduknya , tapi Radit menarik tangan bu Ismi untuk duduk kembali. “Apalagi ibu memanggilmu ke sini agar bisa bertemu dengan anakmu dan kalian bisa lebih dekat tapi nyatanya apa?, kau hanya diam saja,dan tak berbuat apa apa. Sudah lah Radit ibu masih banyak pekerjaan,”ucap ibu kesal. “Bu dengerin Radit dulu. Aku mau mengajak ibu menemui bapak karena hari ini bapak bebas.” “Benarkah bapak bisa bebas?, alhamdulillah akhirnya kita bis
“Assalamualaikum,” salam yang diucapkan oleh bi Idah saat memasuki gerbang rumah bu Hilda. “Waalaikumsalam, eh Saidah, sama siapa?” tanya bu Ismi yang berjalan tergopoh gopoh membukakan pintu. Desy yang sedang asyik makan es cream cuek saja mendengar sapaan dari bu Ismi.Bu Ismi melihat keberadaan cucu yang di rindukannya di depan mata, beliau tidak menyangka akan di pertemukan kembali. “Desy!.. cucu nenek, apa kabar sayang?” tanya Bu Ismi berjongkok dihadapan cucunya itu. Namun Desy bukannya menyambut sapaan neneknya malah bersembunyi di belakang tubuh bi Idah. “Bi dia siapa,kenapa panggil Desy cucu?, Desy ngga kenal Desy takut bi,” rengek Desy sambil menarik tangan bi Idah minta pulang. “Sebentar kita kan baru sampai lagian Bunda juga ngga ada di rumah, nanti Desy sendirian”.Melihat tamunya ngambek bu Ismi yang tidak lain adalah nenek Desy mengajaknya duduk di sofa. “Dah ajak Desy duduk dulu,” kemudian Bu Ismi masuk ke dalam dan mengambilkan puding coklat dari
Waktu terus berjalan hari pun terus berganti kini sudah dua bulan sejak kepulangan Ricard dan Miranti dari bulan madu. Semua kembali ke aktivitas semula. Ricard pergi ke Mini market dan Miranti pergi ke butik setelah sekian lama di handle oleh orang kepercayaannya. Mami Yuliana juga sudah kembali ke rumahnya setelah lama menemani cucunya juga mendaftarkan cucunya sekolah.Saat ini Desy sudah sekolah di taman kanak kanan. Setiap pagi pergi ke sekolah di antar oleh pengasuhnya.Hari sudah menunjukkan pukul tujuh tapi Miranti belum juga bangun, dia masih meringkuk di bawah selimut. Ricard yang baru pulang olah raga pagi kaget karena ngga biasanya istrinya masih bermalas malasan. “Sayang, kok belum bangun, katanya mau ke butik sana mandi dulu nanti kita sarapan bareng, kasihan Desy sudah nungguin di meja makan,” kata Ricard sambil mengoyang goyangkan tubuh istrinya. “Aku lagi kurang enak badan, kelapa ku pusing dan perutku mual,” jawab Miranti kemudian menarik selimut menutupi s
Pardi menatap Radit tak berkedip, dengan pandangan menyelidik membuat Radit merasa risih. “Benar pak, saya menikah dengan Suharti anak satu satunya pak Bahrudin, karena dia sedang hamil jadi Suharti tidak ikit ke sini,” jawab Radit meyakinkan Pardi. “Begini pak, pak Bahrudin memberikan kunci cadangan pada saya karena setiap hari saya yang di tugaskan untuk merawat dan membersihkan villa ini. Apalagi pak Bahrudin jarang sekali ke sini. “Saat ini bapak ada masih ada di villa kan, bisa antar saya ke dalam villa menemui bapak?,”tanya Radit. Pardi geleng geleng kepala sabil kebingungan. “Lho bukannya bapak dari kemarin berada di villa itu?” tanya Radit dengan dahi mengernyit. “Bapak sudah pergi dengan dua orang anggota polisi yang menangkapnya kemarin,sebelum bapak pergi bapak menitipkan amplop coklat berukuran besar dan tebal.” “Isinya apa pak, dan mana amplop itu?,” berondong Radit penasaran. “Kalau isinya saya tidak tahu, tapi sebentar saya ambilkam amplopn
“Harti, ada apa dia menelpon?” gumam Radit sambil berjalan keluar dari ruang ATM, kemudian menggeser tombol hijau untuk menerima telpon. “Halo dek, ada apa ?” tanya Radit pura pura tidak tahu padahal dia sudah menduga kalau istrinya menanyakan keberadaannya. “Kamu di mana mas, udah sampai?” jawab Harti dengan nada cemas. “Aku belum sampai di kota Tegal, mobil yang ku pakai tiba tiba mogok padahal baru saja aku isi bahan bakar full,” ucap Radit mencari alasan. “Gawat mas, bapak ke tangkap polisi .” kata Harti panik. “Kok bisa lha wong saya saja belum ketemu bapak,ini saya sedang ke Tegal setelah memperbaiki mobil di bengkel,”ujar Radit lagi. “Terus gimana ini, apa mas Radit balik lagi aja lagian percuma kalau di teruskan ke Tegal bapak sudah di bawa ke Jakarta.” Kata Harti nada putus asa. “Ngga dek, mas lanjutkan ke Tegal ke villa, kamu jangan percaya berita itu dulu siapa tahu hoax,sebelum mas tahu kenyataannya di villa,” jawab Radit kemudian mematikan sam
Bapak… ,” Suharti tidak melanjutkan ucapannya dia ragu untuk menyebut di mana keberadaan bapaknya padahal dia tahu persis di mana bapaknya bersembunyi. “Dek, kenapa ragu dan bingung, kalau dek Harti mengatakan di mana keberadaan bapak siapa tahu mas bisa membantu melindungi bapak dari kejaran polisi,” ucap Radit sambil mengelus rambut panjang istrinya. Sejenak Harti menatap suaminya meminta kepastian. “Iya apa kamu ngga percaya sama suamimu sendiri?” ucap Radit untuk meyakinkan istrinya. Padahal dalam hati dia bersorak gembira karena tanpa bersusah payah mencari keberadaan Bahrudin mertuanya ,Suharti sudah menunjukkan persembunyiannya dan Radit tinggal lapor polisi. “Bapak ada di vila di Guci,” jawab Harti tanpa rasa curiga sedikitpun mengatakan yang sejujurnya dia berharap suaminya bisa menolong menyelamatkan bapaknya dari kejaran polisi. “Hah di villa, alamatnya?, biar aku kesana besok.,” Radit menyakinkan kembali pada istrinya. “Villa ASRI mas, itu Vila mili
“Halo apa?...” Radit panik dan langsung berganti baju kemudian mengambil kunci mobil kembali. “Mas mau kemana, katanya mau makan?” tanya Suharti bingung melihat suaminya panik setelah menerima telpon. “Mas makannya nanti saja ada hal urgent yang harus di tangani, Mas pergi dulu ya,” Radit bergegas keluar kemudian membuka mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat. “Ada apa sebenarnya suamiku itu, telepon dari siapa ya?” gumam Suharti penasaran.Setelah menerima telepon dari kepolisian bahwa pak syukur keracunan makanan, Radit langsung meluncur menuju Rumah sakit . Sampai di sana banyak polisi yang berjaga jaga. “Selamat siang pak, bagaimana keadaan bapak saya?” tanya Radite pada polisi yang berjaga. “Bapak anda selamat dan sudah melewati masa kritisnya, sekarang sedang beristirahat dengan penjagaan yang ketat.” Kata polisi yang berjaga di depan pintu. “ Oh ya pak Radit, dari hasil penyelidikan ada orang yang sengaja menitipkan makanan pada pak Syukur dan set