"Masih sejam'an lagi filmnya besok mulai masuk kerja nih. Tapi besok hari minggu apa harus masuk juga atau besok offnya duluan? Lihat besok deh! Kalau mager anggap saja off duluan sehari. Ah mikirinnya bikin kram otak. Lagian ada atm berjalan ini." pikirnya, dia mengerlingkan matanya menghisap rokoknya dan itu batang keduanya sembari buang air besar."Lega ... Untung lagi di lobby coba kalau lagi di dalem bioskop apa gak ngepot aku jalannya kalau sampai kecepirit gimana? Kan gak lucu yang ada malu-maluin saja!" gerutunya sambil bercermin, dia mencuci tangannya dengan sabun yang tersedia di wastafel dan mengeringkan tangannya di bawah alat pengering untuk tangan lalu dia mengelus-ngelus perut geleng-gelengkan kepalanya sembari cengangas-cengenges membayangkan jika sampai kecepirit. Usai merokok dan buang air besar dia bergegas berjalan keluar kamar mandi kembali ke dalam bioskop. Dia memperhatikan kedua putrinya nonton dengan kedua mata y
"Pagi nona besar ini susunya.""Pagi juga makasih bi." "Gimana perutnya non?" "Sudah sembuh bi alhamdulillah." "Syukur kalau sudah sembuh alhamdulillah jadi bi Minah gak harus kerikin nona besar." "What (apa)? No-no-no i don't want (tidak-tidak-tidak aku tidak mau)! ( Kaka sudah bisa bedain mana masuk angin mana gak." ia menghabiskan dua roti bakar selai kacangnya. "Siap nona besar." dia tersenyum simpul dan berdiri samping anak majikannya menunggunya sampai selesai sarapan.Usai sarapan putri majikannya yang pertama itu berjalan kembali ke arah kamar tidurnya. Ketika melewati kamar miminya yang pintunya terbuka setengah ia masuk sebentar melihat miminya yang masih tertidur ia berputar balik kembali berjalan ke kamar tidurnya sendiri. Dia menepuk-nepuk pelan perutnya sendiri. "Gak kembung lagi sudah sembuh alhamdulillah." gumamnya, ia duduk di kursi meja riasnya. Dia memperhatikan pipinya yang sedikit tembem alias chuby, ia mengembang kemp
"Astagfirullah!" serunya lantang berulang kali, kedua putrinya langsung mendekati dan memeluknya. "Serem mih atut." celoteh putri kecilnya, dia elus-elus pelan punggung kedua putrinya.Pelukan kedua putrinya semakin erat. Pembantunya menutupi semua gorden-gorden. Dia sambil melantunkan ayat-ayat suci surat-surat pendek seperti surat Al-Ikhlas, Al-Kafirun, Al-Alaq dan lain-lain. Sekalian mengajari kedua putrinya mereka berdua mengikutinya. "Bismillahirrahmannirrahim ...""Qulhuwallahu ahad allahussomad lam yalid walam yuwlad walam yakullahu kufuwan ahad ..." Sampai reda suara petir gluduknya mereka semua berhenti membaca surat-surat pendek Alqur'an kemudian mereka mengusap pelan wajahnya. "Alhamdulillah." ucap mereka semua serempak dan tersenyum tipis. "Harus panggil guru ngaji nih buat mereka berdua atau minta bi Minah saja buat ajarin mereka nanti aku tambahin gajinya aku kalau sudah kerja mana ada waktu hmm ..." dia memandangi kedua putrinya d
Baju sekolah kedua putri majikannya ia simpan di tangan kirinya sambil berjalan ke dapur, mengambil gelas lalu ia pun melanjutkan pekerjaannya kembali."Nona besar, nona kecil, ini jusnya." ia menuangkan jus mangga ke dalam gelas dan meletakkannya di meja sofa. "Makasih bi." ucap mereka berdua serempak dan lanjut menonton kartun.Saking seriusnya nonton kartun, mereka berdua tidak menyadari miminya bolak-balik dari kamar tidur ke kamar mandi. Sampai dia berdiri di belakang sofa sambil menghisap rokoknya. "How your school today baby (bagaimana sekolahmu hari ini sayang)?" kedua putrinya sontak kaget seketika menoleh ke arahnya."Good (baik) mih." sahut Alana, Alena mengangguk dengan wajah yang melongo. "Nice baby (bagus sayang) nanti malam jangan lupa mulai ngaji ya sama bi Minah." sambil mendudukkan badannya di sofa, kedua putrinya menganggukkan kepalanya."Bi, tolong kopi ya." perintahnya, pembantunya mengangg
Diliriknya jam dinding, ia masih sibuk dengan ponselnya membalas pesan dari teman, sahabatnya juga dari pria yang selalu berada dalam hati dan pikirannya."Jam setengah lima." ia memanggil pembantunya. "Bi ... Bi Minah." pembantunya langsung berjalan cepat dari arah dapur."Saya, bu bos." ia berdiri dengan tangan sebelah kanan memegang tangan sebelah kirinya diletakkan depan pahanya, sambil membungkukkan punggungnya sedikit, adat sopan orang Jawa. "Sudah sore, tolong mandikan anak-anak." ia kembali sibuk dengan ponselnya, pembantunya anggukkan kepala.Tanpa a ba ta tsa lagi pembantunya segera membawa kedua putri majikannya ke kamar mandi, mengurus mereka berdua dengan sangat hati-hati dan telaten. Setelah kedua putrinya selesai mandi, ia langsung beranjak dari sofa berjalan menuju kamar tidurnya, ponselnya dicharger lalu memutar badannya ke luar kamar tidur menuju kamar mandi, melakukan ritual mandinya yang super duper lama.
Flower memutar badannya ke kanan kiri di depan cermin merapihkan gaunnya."Oke, sexy! Ulala ..." ia langsung melakukan ritual make up naturalnya. Tapi sebelumnya ia mengirim pesan line kepada orang pintar atau paranormal yang memegang dia jika sedang bekerja agar dapat customer. "Abah, saya kerja ya malem ini." "Oke." Selesai make up Flower dan ke tiga sahabatnya segera berjalan ke lobby, tempat lc berkumpul di sofa-sofa berwarna merah dengan meja marmer putih gading. Sambil menunggu para tamu datang, ia dan sahabat-sahabatnya patungan memesan cemilan gorengan bakwan tahu, tempe mendoan, Thai spingroll dan minuman kaleng dengan harga lc. "Semuanya dua ratus tujuh puluh ribu, lima puluh-lima puluh sini. Kembaliannya buat waitresnya." celetuk Flower ketika akan membayar bill, ketiga sahabatnya mengangguk dan memberikan uangnya."Nih! Sisanya buat tip ya kak, maaci." sembari memberikan kertas bill dan uangnya pada waitres. "Makasih juga kak.
"Flower!" Leny mencolek punggungnya, ia sontak kaget seketika membuka mata dan menoleh ke belakang. Martin melepas pelukannya."Hem! Kenapa Len?" ia memegang tangan Martin. "Bentar ya koh." Martin hanya menganggukkan kepalanya, Leny langsung menarik tangan Flower ke toilet."Mau ngapain tuh bocah dua?" pikir Ani, ia melirik ke arah mereka berdua sampai masuk toileT raut wajahnya penasaran. "Ada apa Lenong? Ganggu saja nih!" ia mengangkat rok dan membuka g-stringnya lalu duduk di toilet."Masih ada gak ineknya?" ia merapihkan baju dan rambutnya. "Ebusyet kirain kenapa, kagak ada!" ia membersihkan area kemaluannya dengan air menyekanya dengan tisu, ngeflush toiletnya memakai g-stringnya dan merapihkan roknya kembali."Mintalah ke tamu yang sama dirimu, dia kan yang ulang tahun pasti bawa banyak." ia mengerlingkan matanya. "Sotoy, minta sendiri gih! Dah ah!" ia langsung keluar dari toilet berjalan kembali ke room dan langsung duduk samping Ma
Flower dan Martin berjalan kembali ke sofa, ia mengajak tos minum Flower. Dia membakar rokok untuk Flower dan untuknya sendiri, wanita berlesung pipi satu di sudut bibir kanannya itu tergugu. Pria berambut panjang sebahu itu meraih tangan dan memberikan rokok ke tangannya, spontan membuatnya terkejut."Eh, kenapa jadi dia yang servis aku? Barang bagus!" ia tersenyum lebar menghisap rokoknya, Martin tersenyum simpul. "Wah, kalau kamu yang servis aku berarti aku dong yang ngetips kamu." candanya, ia melirik ke arah Martin. Martin tertawa terbahak-bahak mendengarnya, membuat semua yang ada di room menoleh ke arahnya dan tersenyum lebar. "Emang gak boleh?" ia menatap dengan mata berbinar-binar, Flower nyengir kuda."Boleh sih, tapi ya mana tahu minta tips juga ya kan ..." ia menaikkan sebelah alis kanannya. "Gak, gak salah lagi maksudnya. Ya gak lah, Ada-ada saja. Gemesin banget sih kamu." ia mencubit pelan hidung mancungnya, mereka berdua pun tersenyum
"Mau mandi, gak bebeb? Kalo mau aku ambilin handuknya, silahkan masuk dan anggap saja rumah sendiri." Flower merapihkan sendal mereka berdua ke lemari sendalnya."Mandi dong aku udah bobo kan tadi di mobil biar pun sebentar jadi bisa mandi, assalamualaikum." Martin masuk ke dalam. "Aku ikut rebaban bentar ya di sofa sayang, lurusin pinggang nih pada sakit pinggang aku tidur di jok mobil.” ijinnya, ia kretegin pinggang, tangan dan lehernya.Kreteg! Kreteg! Kreteg!Flower anggukkan kepalanya tersenyum lebar. "Wa'alaikumsalam, eh iya lupa kan ada kamar tamu rebahan di kamar tamu aja, ntar aku anterin handuknya ke kamar. Aku juga pada sakit nih pinggang, untung joknya kamu ke belakangin punya aku kalo gak leher aku juga pasti sakit." ia pun kretegin badannya seperti yang dilakukan kekasihnya, Martin anggukkan kepalanya.Kreteg! Kreteg! Kreteg!Flower berjalan duluan ke arah kamar tamu yang terletak tidak jauh dari kamarnya dan kamar anak-anaknya, Martin mengikuti di belakangnya. "Aroma h
"Ya ampun, apa-apaan sih Si Andra? Setel musik kenceng banget masih pagi gini, berisik! Bukannya bantuin bini dikit kek, anter anak-anak gitu sekolah ini mah boro-boro malah sibuk sama Si Jablay Flower aja, najis! Gue yakin dia masih suka berhubungan sama Si Jablay, biar pun dua bulan ini dia anteng-anteng aja di rumah!" dumel Sari dalam hati. "Tunggu aja ntar pasti ada apesnya dia ketahuan sama gue chattingannya sama Si Jablay, serapih-rapihnya ditutupin tuh bangke pasti kecium juga. Gue sangat menantikan moment itu, biar pun hati gue sakit dan perih bagai disayat-sayat silet, kita tunggu saja!" ultimatumnya, ia tersenyum sinis melengos ke luar mengantar kedua anaknya sekolah sedangkan yang paling kecil masih terlelap.Kecurigaan dan feeling Puspitasari sebagai istri Andra sangat kuat, dia begitu yakin kalo suaminya masih menjalin hubungan dengan wanita yang berhasil membuat Andra berpaling darinya, Flower. "Bi, mamih belom pulang ya tadi Dede lihat kamar mamih masih kosong?" tanya
Flower menyeka bulir-bulir bening yang membasahi kedua pipinya dengan telapak tangannya, dadanya terasa sangat sesak menahan tangis yang tertahan. Martin terdiam seribu bahasa karena tidak ingin memperbesar masalah mencoba mengalah pada wanitanya walau pun banyak yang ingin dia katakan. "Sayang, mau mampir dulu gak ke Alfamart? Mana tahu ada yang mau kamu beli, untuk kamu dan anak-anak." ucap Martin mencairkan suasana yang tegang membuatnya tidak nyaman. "Gak usah mampir ke Alfamart, masih banyak jajanan anak-anak di kulkas. Aku mau cepet sampe rumah aku mau istirahat, capek!" timpal Flower, suaranya jadi parau dan bergetar."Oh gitu, baiklah nyonya besar. Tapi kenapa suaramu kedengaran serak ya kaya orang habis nangis, aku gak salah denger kan?" tanya Martin, ia menoleh ke arah Flower. "Mana ada, kupingmu salah denger kali!" sahutnya, ia menutup mulutnya dengan sebelah tangannya."Coba nengok sini aku mau lihat, kamu jangan bohongin aku ya aku ini bukan
Martin mulai mengetik pesan untuk Andra, Flower memicingkan matanya ke arahnya. Perasaan Flower udah campur aduk semua jadi satu was-was, watir, marah, bimbang dan pasrah. Jantungnya berdetak kencang!"Apa yang dia ketik ya, serius bener mukanya? Waduh gak tahu deh, bodo amatan ah gak mau pusing! Aku lagi ngambek karena dia belom jawab pertanyaan yang soal serius, eh dia malah nanyain Si Andra bukannya jawab pertanyaan aku, capedeh! Sampe males bahasnya takut ribut malah dia bahas Si Andra, ampun dah!" batinnya, ia mengalihkan pandangannya ke luar kaca di samping kirinya. Huft! Hela nafas Martin berat berulang kali.Flower menoleh ke arahnya, "Apa balesannya bebeb, kenapa kamu sampe tarik nafasnya berat banget seperti orang yang sedang menghadapi masalah besar aja?" tanya Flower, ia begitu penasaran dengan isi chat mereka berdua. Martin menoleh ke arahnya, "Dia gak mau diputusin, dia ngajak ketemu lagi tuh. Aku suruh dia ke apartment aja besok minggu, aku
"Janji yang mana, ya? Kalo aku sebutin takut salah, secara ya kan bukan sama dia aja bikin janji sama Si Andra juga bikin janji. Pucing pala inces, mana masih berasa ini inek. Dah ah gak mau pucing, maunya enak aja ha-ha-ha menggila!" batinnya, ia cengar-cengir merasa lucu sendiri.Martin mengerutkan keningnya, "Kenapa kamu cengar-cengir sendiri, ada yang lucu? Jangan bikin aku watir ya, sayang!" selidik Martin, Flower nyengir kuda. "Gak pp bebeb, aku cuma lagi ketawain diri sendiri aja. Boleh ganti lagunya gak, bebeb?" pintanya, ia melirik ke arah Martin dan vcdnya."Boleh sayang mau ganti lagu apa, ajep-ajep?" goda Martin lagi, Flower mencubit kecil tangannya. "Nakal ya kamu, godain aku terus ih bebeb ..." ucap Flower manja, ia mengerucutkan bibirnya seraya ganti lagunya. "Tapi serius aku nanya, tadi kenapa ketawain diri sendiri?" tanya Martin, ia penasaran. "Oh, jadi selama ini kamu gak serius gitu sama aku?" timpalnya cepat. "Nah ini baru
"Kalo yang lain mungkin udah bilang Si Jhon kepo kali ya soalnya nanyain hal-hal kecil, jaman sekarang banyak nanya dibilangnya kepo sampe kadang jadi males banyak nanya semenjak ada kata KEPO, kan horor beud!" Flower menghisap rokoknya.Setelah beberapa jam dan efek ineknya mulai drop Jhon menghampiri Flower yang sedang berada di toilet. "Beb!" seru Jhon ketika masuk ke toilet seraya membuka pintu, Flower menoleh ke arah nya."Ya, ada apa Jhon?" timpal Flower, ia merapihkan bajunya. "Udah bab-beb bab-beb aja dia, barang bagus!" batin Flower.Jhon memeluk Flower dari belakang, "Masih mau gak, beb?" bisik Jhon. "Mau apaan, inek?" Jhon geleng-geleng. "Terus, apa dong? Flower mengerutkan dahinya. "Ngamar, yuk!" bisik Jhon lagi."Serius, emang bisa?" tanya Flower memastikan, ia merasa tak percaya apa yang didengarnya. "Wah, ngeledek! Bisa lah masa gak bisa, makanya ayo biar tahu!" jawab Jhon dengan sangat percaya diri, semangat 45 mamen."Dih, siapa yang ngeledek orang nanya. Kalo b
Fuih! Fuih!Ayu mengeluarkan tisu dari mulutnya, "Dih, iseng beud kak Flower masa tisu sih duit dong!" dumelnya, Flower tertawa terbahak-bahak. "Ha-ha-ha sorry dek, abis nyerocos aja tuh mulut udah kaya mercon!" Ayu mengerucutkan bibirnya."Nanti bareng ke dalemnya ya, kan aku dandannya abis kakak jadi tungguin ya kak. Tapi Ayu udah direserve nih sama tamu mami Lucky, gimana kalo Ayu duluan yang dandan?" pinta Ayu, ia mulai memakai serangkaian perawatan wajahnya. "Oke!" timpal Flower singkat."Maaci kakak Flower yang cantik dan baik hati, tapi nanti jadi ya barengan ke dalemnya kak tenang ayu tungguin kok." celotehnya sambil cengar-cengir. "Gak usah ditungguin nanti telat, katanya direserve!" tolak Flower."Iya direserve, tamunya datengnya jam sepuluh masih lama!" jelas Ayu, Flower hanya acungkan jempol ke arahnya. "Kocak nih, bocah!" batin Flower.Salon tambah ramai jika ada Si Ayu Chubby Ceriwis yang selalu ada saja bahan obrolannya,
"Akhirnya ketemu juga tuh senyuman manis dari wajah wanitaku yang macan (manis dan cantik), aku di rumah saja tunggu kamu sampai pulang, kabarin aku ya kalau sudah pulang beb." Martin mengedipkan sebelah matanya seraya tersenyum simpul, genit!"Bisa aja Si Bebeb, aku tutup dulu ya udah telat nih kerja. See you soon, baby(sampai jumpa lagi, sayang)." Flower melayangkan ciuman ke arahnya, kissbye(ciuman selamat tinggal). Martin membalasnya. Habis rokok beberapa batang dan secangkir kopi di balkon sambil video call dengan Martin dan chattingan dengan sahabat-sahabatnya, Flower langsung mandi dan jalan ke salon Yudi.Hari-harinya dengan Martin hanya penuh kejutan yang romantis dan canda tawa tanpa rasa was-was sedikit pun, berbeda saat dengan Andra yang penuh dengan canda tawa namun diselimuti rasa bimbang dan gelisah karena cinta terlarangnya dan teror dari istrinya, Puspitasari. "Halo hati apa kabar bagaimana kabarmu, apakah kau masih baik-baik saja? Semoga kau
"Dede juga bosan sarapannya itu lagi itu lagi, roti bakar, sandwich, oatmeal, sereal, nanti kita bilang mimi ganti menu sarapannya kak." Alena memajukan bibir mungilnya, Alana angguk-angguk. "Bi, di sekolah suka ada yang bawa bekal nasi tapi nasinya wangi dede cium, nasi duk ... Duk ..." Alena mengingat-ngingat, matanya lirik kanan kiri. "Nasi uduk, maksudnya nona kecil?" timpal bi Minah."Iya itu, oh nasi uduk namanya, enak gak itu bi? Terus apa itu namanya bi, nasi-nasi yang ada kacang, ada aernya dikit sama kerupuknya?" tanya Alena dengan wajah serius, seperti orang dewasa. "Enak banget non nasi uduk, pasti nona kecil suka. Kalau yang ada kacangnya, bubur nasi atau bubur ayam namanya orang sering bilangnya bubur ayam," bi Minah tersenyum lebar."Kalau enak, kok mimi gak pernah beli nasi uduk? Oh bubur ayam, kok beda bubur ayamnya sama yang kadang dede makan?" Alena mencecar pembantunya dengan banyak pertanyaan. "Bubur ayam yang sering bibi bua