Ting!Mereka semua berhamburan keluar lift langsung melangkahkan kakinya ke loker. Mereka langsung menghitung uang tips yang mereka dapat dengan raut wajah sumringah. Mereka duduk di sofa loker membuka dompet dan langsung menghitung uang tipsnya. "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas, empat belas, lima belas, enam belas, tujuh belas, delapan belas, jadi sejuta delapan ratus alhamdulillah." Flower merapihkan lembaran kertas berwarna merah dan biru itu. "Lumayan dapet sejuta alhamdulillah rejeki anak soleh!" Ani mengipas-ngipaskan lembaran kertas merah ke wajahnya sambil tersenyum lebar, semua yang di loker tersenyum lebar melihat kelakuannya. "Cucok ah! Aku cuma lima ratus tapi ya alhamdulillah sih secara ya kan tamu baru terus tamunya gak pada rese." Murti tersenyum lebar. "Emberan cyin, tamuku juga baik aku dapet lima ratus juga alhamdulillah." Leny tersenyum lebar.
"Mau pada dateng jam sepuluh, kerja dong! Kan sudah direserve kita cong rejeki jangan ditolak ya kan lumayan kan tipsnya gope, duduk manis." timpalnya dengan raut wajah senang dan mata yang berbinar-binar."Emberan cyin, cemungud ya." ia Menggoyang-goyangkan pelan kepalanya sambil bersenandung. "Haus euy!" ia beranjak dari singgasana peraduan dan duduk di kursi, diraihnya botol pocari sweat dituang ke gelas.Glek! Glek! Glek! "Calon gak tidur nih.""Sama lah." "Aku makan setengah saja masih kenceng apalagi satu makanya kusimpan yang setengahnya lagi buat suamiku, dirimu neken satu kan?" Murti melirik ke arah Flower."Ho'oh." Flower mengerucutkan bibir mungilnya. "Untung barangnya bagus coba kalau dapat yang jelek, kelar hidup!" Murti memberi kode gorok leher, mereka berdua cengar-cengir.Jam di ruang tengah berdentang sembilan kali sempat membuat Murti kaget dia celingak-celinguk mencari sumber suara itu dengan raut wajah bingung.
"Makan dikit ah paksain bikin bubur saja." ia meraih bubur instan rasa soto, ia membuatnya sendiri dan duduk di meja makan.Dibukanya tudung saji, "Sepertinya ini makan siang anak-anak, kok masih pada utuh sih?" ia menyicipi air sayur sop ayamnya. "Enak!" ia menutup kembali tudung saji, ia mulai makan perlahan bubur instan soto yang sudah ia tambahkan banyak potongan cabai setan sehingga tercipta rasa pedes yang tiada tara. Dia makan sampai berkeringat dan bibir terasa panas sambil menonton tv."Ah kenyang alhamdulillah gak sanggup aku habisinnya." ia minum air hangat agar rasa pedas cepat hilang, buburnya habis setengah porsi. Flower menyimpan sisa buburnya dengan makan siang anaknya di balik tudung saji ia berjalan kembali ke kamar tidurnya, ia membuka gorden dan meraih bungkus rokok dan membakarnya, ia mulai menghisapnya sambil berdiri memandang ke luar jendela. "Hari ini panas sekali tapi hidupku terasa damai sudah seminggu ini tidak ada chat caci m
"Cantik, hidup mataku kalau pakai softlens warna biru." ia mengedip-mengedipkan genit matanya dan tersenyum tipis. "Dua lagi dek." ia melirik ke arahnya dan fokus make up lagi. "Baiklah, gak pake lama ya kak reserve nih aku jam sepuluh ayo Atta cepetan catokin rambut aku yang cantik seperti biasa." ia duduk di kursi sebrang untuk catok rambutnya, kak Yudi menganggukkan kepalanya. Diliriknya jam di dinding ia membuka ponselnya dan membalas chat dari sahabat-sahabatnya di grup ia buat di line khusus untuk dia dan sahabat-sahabatnya."Jam delapan, keburu lah sampai kerjaan. Kak Yudi dandaninnya cepat tapi hasilnya rapih dan bagus." ia melirik ke arahnya. "Ada apa guys aku sudah di salon kak Yudi nih kalian sudah ada yang di kantor? Tolong absenin aku dong!" balasnya di grup, ia menyisipkan stiker mata memelas."Aku sudah di loker nih lagi dandan nanti aku absenin!" Murti memberi stiker mengedipkan mata. "Aku lagi di jalan nih, nyetir dulu ya!" Ani kembali
Martin dan teman-temannya sudah asyik dengan dunianya sendiri, Flower dan sahabat-sahabatnya masih bernyanyi sampai mereka merasakan tangan kakinya dingin, hal itu tidak memakan waktu lama."Mules." ia berjalan cepat ke kamar mandi. "Yah, ada orang lagi." Flower berjalan cepat ke luar room dan berlari kecil ke lantai atas, lewat tangga langsung ke kamar mandi yang ada di dekat hall lc.Tok! Tok! Tok! Tok! "Siapa di dalam? Cepetan woy!" serunya dengan lantang, ia mondar-mandir dengan wajah meringis."Suara kak Flower tuh!" Nia mengerutkan dahinya. "Nia, bentar kak!" ia segera Menyudahinya dan membuka pintunya."Cepetan dek, mules ih!" ia langsung menerobos masuk dan menutup pintunya. "Etdah si kakak, di room berapa kak reserve ya kak?" ia sontak kaget, tersenyum lebar sambil bercermin merapihkan make up dan bajunya."Ho'
Waktu berjalan sangat cepat malam itu di room untuk sesaat Flower lupa dengan pria berkepala plontos yang menjadi kekasihnya, Andra. Dia terlalu menikmati waktu kebersamaan nya malam itu dengan pria Cina yang berambut panjang sebahu, Martin."Beb mau kuantar pulang?" tanya Martin. "Aku bawa mobil beb aku bisa pulang sendiri." sahut Flower, Martin angguk-angguk dan tersenyum simpul."Tadinya mau ajak jalan!" ucapnya sambil cengangas-cengenges. "Jalan? Mau jalan ke mana pagi-pagi buta begini?" batin Flower, ia mengerutkan dahi dan mengerlingkan matanya."Mau jalan ke mana beb?" Flower penasaran. "Laper gak? cari makan yuk!" ia mengalihkan pembicaraan."Memang bisa makan habis neken?" ia melirik ke arahnya, Martin anggukkan kepalanya. "Gak mungkin langsung kubilang ke hotel, apa-apaan lah aku nih! " batin Martin."Aku masi
"Kacamatanya keren nih beb, aku pakai ya." Flower membuka lalu memakainya sambil ngaca di kaca spion, Martin angguk-angguk."Tahu saja dia barang mahal." Martin tersenyum lebar. "Jangan lupa kirim nomer rekeningnya ya beb, hati-hati nanti nyetirnya ya sayang." ia membuka kunci pintu mobilnya. "Siap beb!" ia mengedipkan sebelah matanya lalu cipika-cipiki, Martin mencium keningnya dan tersenyum manis. Flower keluar dari mobilnya sambil tersenyum manis semanis-manisnya, melambaikan tangannya lalu berjalan ke arah mobil dan menyalakan mesin mobilnya. Martin membunyikan klakson, tersenyum simpul dan berlalu pergi. "Bergaya bentar pake kacamata mahal ah, norak beud ya!" ia mengambil photo selfie dengan gaya alaynya, mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya sambil tersenyum lebar. "Cakep, kacamatanya yang cakep lol." ia menyalakan musik lalu melajuk
Flower melirik ke arah jam dinding, "Nanti berangkat kerja habis magrib saja, baru jam lima kurang. Untung tadi tangan aku gak dipegang sama Si Andra kalau dia pegang bisa ketahuan aku semalam kenceng. Masih dingin gini tangan sama kakiku, gaswat!" batinnya, ia menarik nafas dalam-dalam.Huft! Hela nafasnya berat berulang kali. Usai adzan magrib berkumandang dia berangkat kerja dan kedua putrinya belajar mengaji dengan pembantunya. Malam itu berjalan seperti biasa nya sampai dia pulang kembali ke apartemen di pagi hari nya. Di kamar tidurnya..."Hoam ..." Wanita berwajah oval itu menguap berkali-kali dia menutup mulutnya dengan sebelah tangannya."Edan dong ... Baru berasa capeknya, plus ngantuknya luar biasa." ia mengganti baju nya dengan baju tidur. Direbahkan badan nya yang berbody biola di singgasana peraduannya, ia memutar
"Mau mandi, gak bebeb? Kalo mau aku ambilin handuknya, silahkan masuk dan anggap saja rumah sendiri." Flower merapihkan sendal mereka berdua ke lemari sendalnya."Mandi dong aku udah bobo kan tadi di mobil biar pun sebentar jadi bisa mandi, assalamualaikum." Martin masuk ke dalam. "Aku ikut rebaban bentar ya di sofa sayang, lurusin pinggang nih pada sakit pinggang aku tidur di jok mobil.” ijinnya, ia kretegin pinggang, tangan dan lehernya.Kreteg! Kreteg! Kreteg!Flower anggukkan kepalanya tersenyum lebar. "Wa'alaikumsalam, eh iya lupa kan ada kamar tamu rebahan di kamar tamu aja, ntar aku anterin handuknya ke kamar. Aku juga pada sakit nih pinggang, untung joknya kamu ke belakangin punya aku kalo gak leher aku juga pasti sakit." ia pun kretegin badannya seperti yang dilakukan kekasihnya, Martin anggukkan kepalanya.Kreteg! Kreteg! Kreteg!Flower berjalan duluan ke arah kamar tamu yang terletak tidak jauh dari kamarnya dan kamar anak-anaknya, Martin mengikuti di belakangnya. "Aroma h
"Ya ampun, apa-apaan sih Si Andra? Setel musik kenceng banget masih pagi gini, berisik! Bukannya bantuin bini dikit kek, anter anak-anak gitu sekolah ini mah boro-boro malah sibuk sama Si Jablay Flower aja, najis! Gue yakin dia masih suka berhubungan sama Si Jablay, biar pun dua bulan ini dia anteng-anteng aja di rumah!" dumel Sari dalam hati. "Tunggu aja ntar pasti ada apesnya dia ketahuan sama gue chattingannya sama Si Jablay, serapih-rapihnya ditutupin tuh bangke pasti kecium juga. Gue sangat menantikan moment itu, biar pun hati gue sakit dan perih bagai disayat-sayat silet, kita tunggu saja!" ultimatumnya, ia tersenyum sinis melengos ke luar mengantar kedua anaknya sekolah sedangkan yang paling kecil masih terlelap.Kecurigaan dan feeling Puspitasari sebagai istri Andra sangat kuat, dia begitu yakin kalo suaminya masih menjalin hubungan dengan wanita yang berhasil membuat Andra berpaling darinya, Flower. "Bi, mamih belom pulang ya tadi Dede lihat kamar mamih masih kosong?" tanya
Flower menyeka bulir-bulir bening yang membasahi kedua pipinya dengan telapak tangannya, dadanya terasa sangat sesak menahan tangis yang tertahan. Martin terdiam seribu bahasa karena tidak ingin memperbesar masalah mencoba mengalah pada wanitanya walau pun banyak yang ingin dia katakan. "Sayang, mau mampir dulu gak ke Alfamart? Mana tahu ada yang mau kamu beli, untuk kamu dan anak-anak." ucap Martin mencairkan suasana yang tegang membuatnya tidak nyaman. "Gak usah mampir ke Alfamart, masih banyak jajanan anak-anak di kulkas. Aku mau cepet sampe rumah aku mau istirahat, capek!" timpal Flower, suaranya jadi parau dan bergetar."Oh gitu, baiklah nyonya besar. Tapi kenapa suaramu kedengaran serak ya kaya orang habis nangis, aku gak salah denger kan?" tanya Martin, ia menoleh ke arah Flower. "Mana ada, kupingmu salah denger kali!" sahutnya, ia menutup mulutnya dengan sebelah tangannya."Coba nengok sini aku mau lihat, kamu jangan bohongin aku ya aku ini bukan
Martin mulai mengetik pesan untuk Andra, Flower memicingkan matanya ke arahnya. Perasaan Flower udah campur aduk semua jadi satu was-was, watir, marah, bimbang dan pasrah. Jantungnya berdetak kencang!"Apa yang dia ketik ya, serius bener mukanya? Waduh gak tahu deh, bodo amatan ah gak mau pusing! Aku lagi ngambek karena dia belom jawab pertanyaan yang soal serius, eh dia malah nanyain Si Andra bukannya jawab pertanyaan aku, capedeh! Sampe males bahasnya takut ribut malah dia bahas Si Andra, ampun dah!" batinnya, ia mengalihkan pandangannya ke luar kaca di samping kirinya. Huft! Hela nafas Martin berat berulang kali.Flower menoleh ke arahnya, "Apa balesannya bebeb, kenapa kamu sampe tarik nafasnya berat banget seperti orang yang sedang menghadapi masalah besar aja?" tanya Flower, ia begitu penasaran dengan isi chat mereka berdua. Martin menoleh ke arahnya, "Dia gak mau diputusin, dia ngajak ketemu lagi tuh. Aku suruh dia ke apartment aja besok minggu, aku
"Janji yang mana, ya? Kalo aku sebutin takut salah, secara ya kan bukan sama dia aja bikin janji sama Si Andra juga bikin janji. Pucing pala inces, mana masih berasa ini inek. Dah ah gak mau pucing, maunya enak aja ha-ha-ha menggila!" batinnya, ia cengar-cengir merasa lucu sendiri.Martin mengerutkan keningnya, "Kenapa kamu cengar-cengir sendiri, ada yang lucu? Jangan bikin aku watir ya, sayang!" selidik Martin, Flower nyengir kuda. "Gak pp bebeb, aku cuma lagi ketawain diri sendiri aja. Boleh ganti lagunya gak, bebeb?" pintanya, ia melirik ke arah Martin dan vcdnya."Boleh sayang mau ganti lagu apa, ajep-ajep?" goda Martin lagi, Flower mencubit kecil tangannya. "Nakal ya kamu, godain aku terus ih bebeb ..." ucap Flower manja, ia mengerucutkan bibirnya seraya ganti lagunya. "Tapi serius aku nanya, tadi kenapa ketawain diri sendiri?" tanya Martin, ia penasaran. "Oh, jadi selama ini kamu gak serius gitu sama aku?" timpalnya cepat. "Nah ini baru
"Kalo yang lain mungkin udah bilang Si Jhon kepo kali ya soalnya nanyain hal-hal kecil, jaman sekarang banyak nanya dibilangnya kepo sampe kadang jadi males banyak nanya semenjak ada kata KEPO, kan horor beud!" Flower menghisap rokoknya.Setelah beberapa jam dan efek ineknya mulai drop Jhon menghampiri Flower yang sedang berada di toilet. "Beb!" seru Jhon ketika masuk ke toilet seraya membuka pintu, Flower menoleh ke arah nya."Ya, ada apa Jhon?" timpal Flower, ia merapihkan bajunya. "Udah bab-beb bab-beb aja dia, barang bagus!" batin Flower.Jhon memeluk Flower dari belakang, "Masih mau gak, beb?" bisik Jhon. "Mau apaan, inek?" Jhon geleng-geleng. "Terus, apa dong? Flower mengerutkan dahinya. "Ngamar, yuk!" bisik Jhon lagi."Serius, emang bisa?" tanya Flower memastikan, ia merasa tak percaya apa yang didengarnya. "Wah, ngeledek! Bisa lah masa gak bisa, makanya ayo biar tahu!" jawab Jhon dengan sangat percaya diri, semangat 45 mamen."Dih, siapa yang ngeledek orang nanya. Kalo b
Fuih! Fuih!Ayu mengeluarkan tisu dari mulutnya, "Dih, iseng beud kak Flower masa tisu sih duit dong!" dumelnya, Flower tertawa terbahak-bahak. "Ha-ha-ha sorry dek, abis nyerocos aja tuh mulut udah kaya mercon!" Ayu mengerucutkan bibirnya."Nanti bareng ke dalemnya ya, kan aku dandannya abis kakak jadi tungguin ya kak. Tapi Ayu udah direserve nih sama tamu mami Lucky, gimana kalo Ayu duluan yang dandan?" pinta Ayu, ia mulai memakai serangkaian perawatan wajahnya. "Oke!" timpal Flower singkat."Maaci kakak Flower yang cantik dan baik hati, tapi nanti jadi ya barengan ke dalemnya kak tenang ayu tungguin kok." celotehnya sambil cengar-cengir. "Gak usah ditungguin nanti telat, katanya direserve!" tolak Flower."Iya direserve, tamunya datengnya jam sepuluh masih lama!" jelas Ayu, Flower hanya acungkan jempol ke arahnya. "Kocak nih, bocah!" batin Flower.Salon tambah ramai jika ada Si Ayu Chubby Ceriwis yang selalu ada saja bahan obrolannya,
"Akhirnya ketemu juga tuh senyuman manis dari wajah wanitaku yang macan (manis dan cantik), aku di rumah saja tunggu kamu sampai pulang, kabarin aku ya kalau sudah pulang beb." Martin mengedipkan sebelah matanya seraya tersenyum simpul, genit!"Bisa aja Si Bebeb, aku tutup dulu ya udah telat nih kerja. See you soon, baby(sampai jumpa lagi, sayang)." Flower melayangkan ciuman ke arahnya, kissbye(ciuman selamat tinggal). Martin membalasnya. Habis rokok beberapa batang dan secangkir kopi di balkon sambil video call dengan Martin dan chattingan dengan sahabat-sahabatnya, Flower langsung mandi dan jalan ke salon Yudi.Hari-harinya dengan Martin hanya penuh kejutan yang romantis dan canda tawa tanpa rasa was-was sedikit pun, berbeda saat dengan Andra yang penuh dengan canda tawa namun diselimuti rasa bimbang dan gelisah karena cinta terlarangnya dan teror dari istrinya, Puspitasari. "Halo hati apa kabar bagaimana kabarmu, apakah kau masih baik-baik saja? Semoga kau
"Dede juga bosan sarapannya itu lagi itu lagi, roti bakar, sandwich, oatmeal, sereal, nanti kita bilang mimi ganti menu sarapannya kak." Alena memajukan bibir mungilnya, Alana angguk-angguk. "Bi, di sekolah suka ada yang bawa bekal nasi tapi nasinya wangi dede cium, nasi duk ... Duk ..." Alena mengingat-ngingat, matanya lirik kanan kiri. "Nasi uduk, maksudnya nona kecil?" timpal bi Minah."Iya itu, oh nasi uduk namanya, enak gak itu bi? Terus apa itu namanya bi, nasi-nasi yang ada kacang, ada aernya dikit sama kerupuknya?" tanya Alena dengan wajah serius, seperti orang dewasa. "Enak banget non nasi uduk, pasti nona kecil suka. Kalau yang ada kacangnya, bubur nasi atau bubur ayam namanya orang sering bilangnya bubur ayam," bi Minah tersenyum lebar."Kalau enak, kok mimi gak pernah beli nasi uduk? Oh bubur ayam, kok beda bubur ayamnya sama yang kadang dede makan?" Alena mencecar pembantunya dengan banyak pertanyaan. "Bubur ayam yang sering bibi bua