Kyoko kurang memperkirakan bagaimana kekuatan Ueda saat mabuk, atau tidak semabuk yang diinginkannya. Ueda masih kuat sekali.
Kyoko tentu saja berniat membuat Ueda minum sampai lemas sebelum bisa terjadi pemaksaan seperti sekarang. Ueda saat ini masih bisa bergerak dengan ketepatan yang sangat bagus, sementara Kyoko mulai mengambang di antara sadar dan tidak. Kyoko masih mendorong Ueda untuk melepaskan dirinya, tapi kekuatannya mungkin hanya separuh dari yang biasa.
Lebih buruk lagi, Kyoko masih separuh sadar. Jadi masih bisa merasakan ketakutan setiap kali Ueda menyentuhnya. Tidak mampu melawan saat sadar dirinya dalam ambang batas dilecehkan oleh Ueda adalah berkali lipat lebih buruk.
“Lepaskan aku, Babi!” Kyoko berteriak sekuat tenaga, saat tak mampu melepaskan kuncian tangan Ueda di samping tubuhnya.
“Ken
“Kau tidak membunuhnya bukan?” Ryu bertanya pada Yui yang ada di kursi belakang membereskan katananya.“Tidak. Posisinya tidak pas. Aku tidak ingin dia menyerang saat tanganku lelah.”Yui bergerak meremas dan menggenggam udara untuk melemaskan otot tangannya. Tangannya benar-benar lelah hanya karena berperang urat dengan Ueda. Keinginannya untuk melepaskan diri memaksa Yui mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mempertahankan posisi menyandera“Dia gila. Aku tidak yakin akan menang darinya jika menghadapi dengan normal." Ryu langsung melirik ke arah kakaknya dari spion. Ia jarang mendengar kakaknya mengakui kekuatan orang lain dengan amat jujur seperti itu. Yui bahkan sering menghina Hide meski jelas mereka seimbang.“Dia sehebat itu?” tanya Ryu.“Ya! Dia hebat sekali! T
“Maaf, apa di sini ada sanggar untuk kelas ikebana?”Seorang wanita sambil membawa stroller bertanya setelah mendekati area resepsionis.“Oh, apa Anda peserta baru ingin mendaftar?” Wanita yang menjaga meja depan itu, terlihat gembira.“Benar, tapi saya benar-benar amatir.”“Tidak masalah. Akan ada kelas bagi pemula, dan semua yang ahli juga pernah menjadi amatir dulu pastinya.” Resepsionis itu tetap tersenyum lalu menyerahkan formulir untuk di isi.“Tapi maaf sebelumnya, apa tidak masalah jika saya membawa bayi? Saya tidak ingin meninggalkannya di rumah sendiri.” Pendaftar itu bertanya dengan ragu sambil menunjuk stroller.“Oh, tentu tidak masalah. Akan ada penitipan anak bagi semua peserta. Kami memang sudah menyiapkannya karena hampir se
“Memang tidak tampak bengkak, tapi karena Anda kesakitan, lebih baik berhati-hati saat melangkah.”Dokter yang menjelaskan menatap kaki Karin dengan kebingungan. Ia tidak melihat tanda terkilir atau bengkak pada mata kakinya, tapi Karin terus meyakinkan kalau kakinya sakit.Ia tetap membalutnya dengan perban plester sesuai prosedur dan memberi nasehat, walau tidak bisa mendeteksi dari mana sumber rasa sakit itu.“Anda datang lagi saja jika masih sakit saat malam nanti.” Dokter itu memberinya tongkat agar Karin bisa berjalan, saat ia keluar dari klinik itu.Karin tentu tidak lupa membungkuk berterima kasih, sedikit tergesa keluar agar dokter itu tidak semakin curiga ia berpura-pura.“Ken!” Karin mengulurkan tangan pada Ken yang ada dalam gendongan salah satu bodyguard Tanaka.
Begitu mendengar Ryu menyebut kakak, Abe melepaskan kepala Yui.“Ishida hanya punya satu anak.” Abe mengernyit memandang Ryu.“Jangan katakan kau masih percaya dengan omong kosong itu. Astaga!” Hide tertawa mengejek.“Istrimu, dia Ishida. Kau…”“Siapa yang kau sebut istri? Siapa yang mau menikah dengan Batu Hitam itu? Jijik!” Yui menyahut, memotong kalimat Abe sambil menyeringai. Setelah tidak perlu lagi berpura-pura menjadi Ayu, ia tidak ingin mendengar ada yang menyebutnya sebagai istri Hide. Terlalu menjijikkan menurutnya.Hide tampak ingin membalas, tapi Ryu menyenggol pinggangnya. Ini bukan saatnya mereka bertengkar.“Dia bukan istriku, jadi jelas bukan Ishida. Kau salah sama sekali.” Hide menjelaskan agar Abe lebih mudah mencerna. Me
“MINGGIR!”Hide berseru pada satu orang yang nekat menghadang—satu-satunya anak buah Abe yang tersisa, menghalanginya keluar dari bangunan terbengkalai itu. Tapi pria itu nekat, maka Hide memberi apa yang diinginkannya.Sekali ayunan, Hide menangkis serangan pria itu, kedua kali Hide menebas, luka besar melintang dari bagian bahu kiri, terus sampai ke perut. Darah menyembur dan ia langsung terkapar.Bukan halangan besar, tapi Hide menjadi lebih lambat. Ryu melewatinya dan berlari lebih dulu keluar. Target pengejaran mereka, kini sudah hampir mencapai mobil.“Jangan kabur!” Ryu berseru panik, karena terlihat Abe sudah memasuki mobilnya. Tapi Abe tidak langsung mencoba untuk kabur. Begitu duduk di belakang kemudi, ia tampak mengambil sesuatu lalu menjulurkan tangannya.Mata Ryu melebar sa
Ayu awalnya tidak ingin menyusul keluar karena malas bergerak, tapi setelah beberapa menit menunggu tanpa hasil, ia akhirnya berdiri dan berjalan keluar.Terdengar percakapan ribut dari arah luar. Tapi Ayu hanya melihat Kyoko dan Shibata yang berdiri menatap ke arah mobil yang baru datang.Ayu mengenali mobil itu, dan senyum cerah merekah. Ayu bergerak maju dan melihat Hide berdiri di samping mobil.Ayu ingin memanggil, tap urung saat melihat wajahnya terlihat canggung dan jelas tengah memaksakan diri untuk tersenyum. Ayu langsung tersenyum geli, karena langsung tahu siapa yang ada di hadapannya. Miura, sedang bicara padanya.Masih sambil menahan tawa, Ayu menghampiri, karena tahu kemungkinan besar Hide memerlukan bantuan untuk menghadapi Miura yang mengomel.Selama dua bulan ini, Hide beberapa kali datang ke rumah
“Ishida? Siapa Ishida? Siapa Abe?”Ayu mengernyit mendengar beberapa nama asing yang keluar dari mulut Hide.“Ishida… Sebentar.” Keraguan kembali menerpa Hide. Terutama saat ingatan bagaimana Ayu begitu kesakitan setiap kali membicarakan tentang orang tuanya.“Bagaimana?” Ayu yang tidak sabar berusaha duduk, tapi Hide menahan bahunya dengan pelukan dan mengelus kepalanya.“Terus begini saja. Aku memerlukan kau berada dekat denganku,” kata Hide. Ia sedang ingin berpikir sejernih mungkin.“Kau itu ingin bicara tentang apa? Menceritakan apa?” Ayu tidak jadi bergerak, tapi tetap penasaran dengan nama-nama asing itu.“Semua nama itu adalah bagian dari janjiku. Aku telah berjanji untuk menceritakan padamu apa yang terjadi sebenarnya—
“Karin ini. berarti bibiku bukan? Keluarga dari ibuku?” Ayu sampai mengulang, karena sulit membayangkan saudara dari ibunya akan membenci seperti yang dikatakan oleh Hide.“Ya. Dia adik dari ibumu.”“Tapi kenapa dia membenciku?”“Aku tidak tahu. Aku tidak pernah bertanya. Yang jelas dia jahat, kau tidak perlu lagi menemuinya maupun mencarinya.”Setelah ini, sudah pasti Hide akan mengurusnya memastikan Ayu tidak akan menemukannya. Hide berencana mengirimnya ke tempat yang jauh, lebih jauh dari Abe.“Jahat kenapa? Dia bibiku. Kami keluarga.”Menurut bayangan Ayu, keluarga harus saling menyayangi. Ia tidak mau memikirkan kemungkinan dimana akan ada keluarga yang saling membenci. Terutama saat mereka tidak punya lagi anggota keluarga yang lain—