Beranda / Romansa / JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN! / Nyaris Salah, tapi Masih Berakhir Benar

Share

Nyaris Salah, tapi Masih Berakhir Benar

Penulis: aisakurachan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-03 17:00:54

Kyoko kurang memperkirakan bagaimana kekuatan Ueda saat mabuk, atau tidak semabuk yang diinginkannya. Ueda masih kuat sekali.

Kyoko tentu saja berniat membuat Ueda minum sampai lemas sebelum bisa terjadi pemaksaan seperti sekarang. Ueda saat ini masih bisa bergerak dengan ketepatan yang sangat bagus, sementara Kyoko mulai mengambang di antara sadar dan tidak. Kyoko masih mendorong Ueda untuk melepaskan dirinya, tapi kekuatannya mungkin hanya separuh dari yang biasa.

Lebih buruk lagi, Kyoko masih separuh sadar. Jadi masih bisa merasakan ketakutan setiap kali Ueda menyentuhnya. Tidak mampu melawan saat sadar dirinya dalam ambang batas dilecehkan oleh Ueda adalah berkali lipat lebih buruk.

“Lepaskan aku, Babi!” Kyoko berteriak sekuat tenaga, saat tak mampu melepaskan kuncian tangan Ueda di samping tubuhnya.

“Ken

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Nama Benar yang Penting

    “Kau tidak membunuhnya bukan?” Ryu bertanya pada Yui yang ada di kursi belakang membereskan katananya.“Tidak. Posisinya tidak pas. Aku tidak ingin dia menyerang saat tanganku lelah.”Yui bergerak meremas dan menggenggam udara untuk melemaskan otot tangannya. Tangannya benar-benar lelah hanya karena berperang urat dengan Ueda. Keinginannya untuk melepaskan diri memaksa Yui mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mempertahankan posisi menyandera“Dia gila. Aku tidak yakin akan menang darinya jika menghadapi dengan normal." Ryu langsung melirik ke arah kakaknya dari spion. Ia jarang mendengar kakaknya mengakui kekuatan orang lain dengan amat jujur seperti itu. Yui bahkan sering menghina Hide meski jelas mereka seimbang.“Dia sehebat itu?” tanya Ryu.“Ya! Dia hebat sekali! T

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Sasaran Benar tapi Berbeda

    “Maaf, apa di sini ada sanggar untuk kelas ikebana?”Seorang wanita sambil membawa stroller bertanya setelah mendekati area resepsionis.“Oh, apa Anda peserta baru ingin mendaftar?” Wanita yang menjaga meja depan itu, terlihat gembira.“Benar, tapi saya benar-benar amatir.”“Tidak masalah. Akan ada kelas bagi pemula, dan semua yang ahli juga pernah menjadi amatir dulu pastinya.” Resepsionis itu tetap tersenyum lalu menyerahkan formulir untuk di isi.“Tapi maaf sebelumnya, apa tidak masalah jika saya membawa bayi? Saya tidak ingin meninggalkannya di rumah sendiri.” Pendaftar itu bertanya dengan ragu sambil menunjuk stroller.“Oh, tentu tidak masalah. Akan ada penitipan anak bagi semua peserta. Kami memang sudah menyiapkannya karena hampir se

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Tindakan yang Terlihat Benar

    “Memang tidak tampak bengkak, tapi karena Anda kesakitan, lebih baik berhati-hati saat melangkah.”Dokter yang menjelaskan menatap kaki Karin dengan kebingungan. Ia tidak melihat tanda terkilir atau bengkak pada mata kakinya, tapi Karin terus meyakinkan kalau kakinya sakit.Ia tetap membalutnya dengan perban plester sesuai prosedur dan memberi nasehat, walau tidak bisa mendeteksi dari mana sumber rasa sakit itu.“Anda datang lagi saja jika masih sakit saat malam nanti.” Dokter itu memberinya tongkat agar Karin bisa berjalan, saat ia keluar dari klinik itu.Karin tentu tidak lupa membungkuk berterima kasih, sedikit tergesa keluar agar dokter itu tidak semakin curiga ia berpura-pura.“Ken!” Karin mengulurkan tangan pada Ken yang ada dalam gendongan salah satu bodyguard Tanaka.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Lawan yang Benar

    Begitu mendengar Ryu menyebut kakak, Abe melepaskan kepala Yui.“Ishida hanya punya satu anak.” Abe mengernyit memandang Ryu.“Jangan katakan kau masih percaya dengan omong kosong itu. Astaga!” Hide tertawa mengejek.“Istrimu, dia Ishida. Kau…”“Siapa yang kau sebut istri? Siapa yang mau menikah dengan Batu Hitam itu? Jijik!” Yui menyahut, memotong kalimat Abe sambil menyeringai. Setelah tidak perlu lagi berpura-pura menjadi Ayu, ia tidak ingin mendengar ada yang menyebutnya sebagai istri Hide. Terlalu menjijikkan menurutnya.Hide tampak ingin membalas, tapi Ryu menyenggol pinggangnya. Ini bukan saatnya mereka bertengkar.“Dia bukan istriku, jadi jelas bukan Ishida. Kau salah sama sekali.” Hide menjelaskan agar Abe lebih mudah mencerna. Me

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Rumah Benar dan Aman

    “MINGGIR!”Hide berseru pada satu orang yang nekat menghadang—satu-satunya anak buah Abe yang tersisa, menghalanginya keluar dari bangunan terbengkalai itu. Tapi pria itu nekat, maka Hide memberi apa yang diinginkannya.Sekali ayunan, Hide menangkis serangan pria itu, kedua kali Hide menebas, luka besar melintang dari bagian bahu kiri, terus sampai ke perut. Darah menyembur dan ia langsung terkapar.Bukan halangan besar, tapi Hide menjadi lebih lambat. Ryu melewatinya dan berlari lebih dulu keluar. Target pengejaran mereka, kini sudah hampir mencapai mobil.“Jangan kabur!” Ryu berseru panik, karena terlihat Abe sudah memasuki mobilnya. Tapi Abe tidak langsung mencoba untuk kabur. Begitu duduk di belakang kemudi, ia tampak mengambil sesuatu lalu menjulurkan tangannya.Mata Ryu melebar sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Waktu yang Benar

    Ayu awalnya tidak ingin menyusul keluar karena malas bergerak, tapi setelah beberapa menit menunggu tanpa hasil, ia akhirnya berdiri dan berjalan keluar.Terdengar percakapan ribut dari arah luar. Tapi Ayu hanya melihat Kyoko dan Shibata yang berdiri menatap ke arah mobil yang baru datang.Ayu mengenali mobil itu, dan senyum cerah merekah. Ayu bergerak maju dan melihat Hide berdiri di samping mobil.Ayu ingin memanggil, tap urung saat melihat wajahnya terlihat canggung dan jelas tengah memaksakan diri untuk tersenyum. Ayu langsung tersenyum geli, karena langsung tahu siapa yang ada di hadapannya. Miura, sedang bicara padanya.Masih sambil menahan tawa, Ayu menghampiri, karena tahu kemungkinan besar Hide memerlukan bantuan untuk menghadapi Miura yang mengomel.Selama dua bulan ini, Hide beberapa kali datang ke rumah

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Kisah yang Benar

    “Ishida? Siapa Ishida? Siapa Abe?”Ayu mengernyit mendengar beberapa nama asing yang keluar dari mulut Hide.“Ishida… Sebentar.” Keraguan kembali menerpa Hide. Terutama saat ingatan bagaimana Ayu begitu kesakitan setiap kali membicarakan tentang orang tuanya.“Bagaimana?” Ayu yang tidak sabar berusaha duduk, tapi Hide menahan bahunya dengan pelukan dan mengelus kepalanya.“Terus begini saja. Aku memerlukan kau berada dekat denganku,” kata Hide. Ia sedang ingin berpikir sejernih mungkin.“Kau itu ingin bicara tentang apa? Menceritakan apa?” Ayu tidak jadi bergerak, tapi tetap penasaran dengan nama-nama asing itu.“Semua nama itu adalah bagian dari janjiku. Aku telah berjanji untuk menceritakan padamu apa yang terjadi sebenarnya—

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Asal Tujuannya Benar

    “Karin ini. berarti bibiku bukan? Keluarga dari ibuku?” Ayu sampai mengulang, karena sulit membayangkan saudara dari ibunya akan membenci seperti yang dikatakan oleh Hide.“Ya. Dia adik dari ibumu.”“Tapi kenapa dia membenciku?”“Aku tidak tahu. Aku tidak pernah bertanya. Yang jelas dia jahat, kau tidak perlu lagi menemuinya maupun mencarinya.”Setelah ini, sudah pasti Hide akan mengurusnya memastikan Ayu tidak akan menemukannya. Hide berencana mengirimnya ke tempat yang jauh, lebih jauh dari Abe.“Jahat kenapa? Dia bibiku. Kami keluarga.”Menurut bayangan Ayu, keluarga harus saling menyayangi. Ia tidak mau memikirkan kemungkinan dimana akan ada keluarga yang saling membenci. Terutama saat mereka tidak punya lagi anggota keluarga yang lain—

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05

Bab terbaru

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 19 - Keluarga Kita yang Benar

    “Himawari! Natsu!”Terdengar bocah berumur sekitar sepuluh tahun menegur dengan keras, saat menemukan dua bocah yang lain bersembunyi di balik semak yang ada di bawah pohon.“Kenzo–aniki!”Natsu kaget melihat Kenzo yang tiba-tiba muncul lalu menarik anak perempuan—Himawari yang ada di sampingnya untuk berdiri, akan mengajaknya berlari, tapi tentu saja dicegah oleh Kenzo.“Tidak boleh! Kau membuat Okaa-san khawatir. Kau harus kembali.” Kenzo meraih lengan Natsu.“Tapi Himawari takut. Ia tidak suka sekolah.” Natsu menunjuk Himawari yang kini terisak.“Hima–chan.” Kenzo berlutut, lalu mengelus kepala Himawari yang menunduk.“Sekolah tidak menyeramkan. Kau akan bertemu banyak orang baru, dan teman-teman baru.” Kenzo membujuk lembut, sampai Himawari mendongak menatap mata Kenzo.“Tapi… tapi… aku ingin bersama Natsu. Aku tidak mau sekolah…”“Tapi…” Kenzo mengusap wajahnya. Himawari tentu akan ada di sekolah yang berbeda dengan Natsu. Himawari baru akan masuk taman kanak-kanak hari ini, bukan

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 16 - Rumah Benar Untuknya

    “Tempat ini tidak buruk.” Hide tidak menolak secara langsung, tapi keberatan itu terlihat.“Memang, aku akan memastikan tempat ini tidak akan pernah buruk untuk anak-anak itu. Tapi Kenzo berbeda dengan anak-anak itu. Mereka anak-anak yang benar-benar tidak punya keluarga, terpaksa tinggal di sini. Kenzo punya aku. Aku keluarganya. Aku satu-satunya yang dimiliki oleh Kenzo.”Ayu tidak ingin mengakui hal itu ketika mengingat perbuatan ibunya, tapi Kenzo tetap adalah anak dari adik ibunya—keluarganya. Satu-satunnya keluarga kandung yang pantas dimilikinya saat ini, tidak ada yang lain.“Aku tidak bisa melupakan fakta itu, dan berpura-pura kalau Kenzo adalah orang lain. Hal ini akan menghantuiku saat tidur.” Ayu kembali membujuk.Hide memainkan kunci mobil yang di bawahnya sambil menatap bagian belakang kepala Kenzo yang kini kembali mencoba untuk menggambar sesuatu dengan krayon di kertas yang baru.“Aku tahu kau membenci ibunya—aku juga sama. tapi kau tidak harus membenci Kenzo. Anak it

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 17 - Lingkungan yang Benar

    “Aku masih tidak ingin melakukannya.” Hide menggerutu.“Aku tahu, tapi aku yakin kau juga tahu kalau ini yang paling benar.” Ayu menatap suaminya yang kini sedang melepaskan sabuk pengamannya. Sudah sekitar dua menit lalu mereka sampai, tapi belum ada yang mencoba turun.Keputusan yang mereka—Ayu ambil, memang sangat besar. Ayu perlu menenangkan diri. Dan Hide sudah menyerahkan pilihan pada Ayu, tapi tetap menjalaninya dengan setengah hati.“Sudah, ayo.” Ayu akhirnya membuka pintu dan turun.Anak-anak yang tadi bermain di halaman, berhamburan mendekat saat melihatnya.“Tanaka–san! Apa yang kau bawa hari ini? Gula-gula? Buku cerita?”Aneka suara bersahutan menyambut Ayu. Ia memang sudah sering mengunjungi panti asuhan itu dengan membawa hadiah, tentu mereka berharap Ayu akan membawa sesuatu.“Aku membawa sesuatu di mobil untuk kalian, tapi rahasia. Kalian bisa…”Ayu tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena rombongan anak yang megerubunginya langsung berlarian meninggalkannya menuju

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 16 - Tangan yang Benar

    “Aku tidak ingin tidur denganmu.” Ryu mengulang pertanyaan itu sebagai bentuk ketidakpercayaan, karena terlalu absurd. Ia lalu menggelengkan kepala sambil mengusap wajahnya.“Aku rasa kemampuanmu untuk menyimpulkan sesuatu sedang tidak amat tajam saat ini,” kata Ryu.“Tidak!” Kyoko tersinggung tentunya. Meski tidak langsung, Ryu kurang lebih menyebutnya bodoh.“Jangan marah, aku maklum malah. Aku akan kecewa kalau keadaan pikiranmu amat tenang saat ini.” Ryu tersenyum puas.“Aku bukan tidak tenang!” Kyoko menyanggah.“Kau baru saja bertanya tentang keinginanku tidur denganmu. Aku rasa hal itu termasuk gangguan yang membuatmu tidak tenang.” Ryu meninggalkan koper, dan mendekati Kyoko, yang mendadak panik, mundur menjauh.“Jangan mengingkari. Kau tidak akan berhasil membuatku berpikir sebaliknya.” Ryu terkekeh pelan melihat kepanikan itu.“Aku tidak…” Kyoko menggigit bibir, tidak punya balasan pintar karena tentu paham juga kalau sikap Ryu yang menjauh memang mengganggu untuknya.“Kemar

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 15 - Mendengar Nasehat yang Benar

    “Jangan membukanya sekarang. Kau akan basah.” Ryu menaikkan hoodie jas hujan yang dipakai Kyoko pada saat yang tepat, karena detik berikutnya, air dalam jumlah banyak, menghambur ke arah tempat mereka duduk. Seperti ada yang menyiramkan ember raksasa ke arah mereka. Ini karena pertunjukkan yang mereka lihat, melibatkan paus orca yang melompat keluar dari air. Tentu saat terjatuh akan menghempaskan air dalam jumlah banyak ke arah penonton. Ryu bertepuk tangan seperti yang lain, menghargai kerja keras mamalia raksasa itu, tapi Kyoko tidak bertepuk tangan sekalipun—bahkan sampai pertunjukan itu selesai. “Apa kau tidak menyukainya?” Ryu bertanya saat mereka berjalan keluar dan melepaskan jas hujan yang telah basah kuyup. Ryu meraih handuk kecil yang dibagikan petugas, lalu memakainya untuk mengeringkan rambut dan leher Kyoko. Meski Ryu menutup hoodie pada saat yang tepat, tapi masih ada bagian rambut dan leher Kyoko yang basah. “Kau tidak suka akuarium. Aku akan mencatatnya.” Ryu ters

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 14 - Kebutuhan yang Benar

    “Aku ingin pulang.”Kyoko menyahut dengan tiba-tiba, saat Ayu baru saja mengoleskan lipstik berwarna pink di bibirnya.“Hah? Kenapa? Apa ada yang tertinggal?” Ayu menegakkan tubuhnya dengan kebingungan. Ayu sejenak memandang perlengkapan kimono yang akan dipakai Kyoko.Seharusnya tidak ada, karena memang kimono Kyoko lebih sederhana—tidak banyak pernik kecuali hiasan rambut. Tidak seperti yang dipakai Ayu saat menikah di Utoro.Rencana Ryu, mereka akan melakukan pernikahan yang sama seperti Ayu, tapi mau berkompromi, dan menjadi lebih sederhana, yaitu menikah di balai kota. Ryu tidak mungkin berani memaksa, karena tahu benar bagaimana sejarah Kyoko dengan bangunan kuil. Lagi pula pestanya akan tetap ada, hanya upacaranya saja yang berubah.Keputusan itu tentu saja tidak ada yang memperm

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 13 - Keinginanmu yang Paling Benar

    “Kau pasti gila!” Kyoko berdiri dan berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Sementara kepalanya mengingat-ingat apakah ada sedikit saja tanda Ryu tidak serius.Tapi semuanya serius. Ryu bahkan mengirim foto contoh kimono yang akan dipakainya pada hari pernikahan. Saat melihatnya, Kyoko mengira Ryu gila karena kebohongan mereka akan menjadi sangat sangat extra kalau sampai menyebut soal corak kimono.Namun, pada akhirnya Kyoko memilih, karena ingin mengakhiri pembahasan tidak penting itu. Pembahasan itu penting ternyata.“Apa kau akan diam saja?!” Kyoko membentak marah, melihat Ryu yang malah dengan santai menyesap bir dan memakan kacang yang juga dibawanya tadi.“Kau ingin aku melakukan apa?” Ryu mengernyit.“Ya batalkan itu semua! Hubungi mereka semua! Batalkan!” Kyoko duduk kembali di samping Ryu kemudian menyerangnya. Meraba pinggang Ryu.“Eh, tunggu! Jangan tiba-tiba menjadi agresif begini.” Ryu tentu saja kaget.“Agresif apa?! Ini! Hubungi mereka!" Kyoko hanya mengambil ponsel Ry

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 12 - Misi yang Benar

    Ryu menggelengkan kepala saat kembali dengan mudahnya bisa membuka pintu apartemen Kyoko setelah memasukkan tanggal ulang tahunnya—dan akan datang lusa.Ryu sudah berpuluh kali mengingatkan Kyoko untuk pengganti password yang terlalu mudah ditebak itu. Bukan hanya sekali—saat dulu ia berhasil masuk untuk mencari alat penyadap, tapi beberapa kali setelahnya juga sama.Saat ini Kyoko sudah tidak lagi tinggal di Tokyo. Ia pindah ke Osaka karena memang pekerjaannya lebih banyak di daerah Osaka, setelah benar-benar aktif menjadi bagian dari Kuryugumi yang membantu Hide dan Ryu.Hanya Kyoko belum rajin bekerja setelah kunjungan ke rumah orang tuanya, dan tidak ada yang memaksa juga. Hide tidak menyuruh apapun, tergantung Ryu.Keamanan apartemen itu benar-benar lemah, terutama karena masih tidak ada suara apapun meski Ryu sudah berjalan memasuki ruangan selama beberapa saat. Sudah jelas Kyoko tertidur karena memang hari sudah cukup malam. Ryu memang langsung pergi ke apartemen itu setelah kem

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 11 - Permintaan yang Benar

    Ayu mematut dirinya di cermin, menatap kimono baru yang akan dipakainya lusa. Kimoni itu dipesan khusus untuknya, jadi tentu semua pas. Tapi Ayu ingin melihat apakah warnanya cocok sesuai bayangan. Dan memang semua cocok. Jatuh dengan pas di tubuhnya, tidak berat dan panas. Itu yang penting, karena saat ini masih musim panas. Kimono modern dengan warna dasar putih itu, dihiasi oleh bunga sakura pink. Ayu bahkan menyiapkan hiasan rambut yang juga penuh dengan hiasan bunga sakura juga untuk melengkapinya. Ayu tidak memakai hiasan bunga itu sekarang, tapi saat mencoba untuk menempelkannya di kepala, warna pink itu juga cocok dengan rambut hitamnya. Semua beres kalau begitu. Ia sudah menyiapkan baju untuk Natsu, juga Hide. BRAK! Ayu tersentak dan menjatuhkan hiasan rambut di tangannya. Suara keras pintu geser yang tertutup itu, tentu membuatnya kaget. Untung saja Natsu ada di kamar sebelah, jadi tidak akan terganggu. Tidak terdengar suara tangis, bahkan saat suara langkah Hide saat m

DMCA.com Protection Status