Share

Benar tapi Salah

Penulis: aisakurachan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-03 07:00:06

“Maaf, Anda tidak bisa masuk.”

Penjaga yang ada di lobi langsung berdiri dan mencegah saat ada seorang wanita yang mendekati palang pintu masuk ke area kantor Shingi Fusaya. Wanita yang tampak kebingungan sementara mengelus perutnya yang telah besar. Kandungan berusia tua.

Saat ini pukul sepuluh malam, seharusnya tidak ada pegawai yang masuk lagi. Kalaupun ada, kemungkinan mereka akan keluar dari kantor karena selesai bekerja lembur, bukan masuk.

“Aku memang tidak bisa masuk karena dompet yang berisi name tag milikku tertinggal di dalam. Bisakah tolong kau mengambilnya? Aku juga meninggalkan kartu ATM di dompet itu, padahal aku harus mengambil uang sekarang juga.” Wanita itu mencengkram lengan petugas security yang menghampirinya dengan wajah memelas dan memohon.

“Oh, tertinggal di mana?” Pe

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Aulia Lia
Nasib baik Hide bukn paman ny Ayu... cumn ayu masih lupa ingatan semangat ayu
goodnovel comment avatar
mikaila rustam
karin pasti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Bayangan Buruk yang Menjadi Benar

    Tangan Ayu yang memegang kertas itu, perlahan gemetar.“Siapa… Bagaimana…” Ayu hanya mampu berbisik sementara kepanikan mencekik lehernya.“Aku tidak tahu siapa, tapi kertas seperti ini tertempel hampir di semua lantai. Aku mengambil ini dari lift, tapi aku menemukan banyak yang lain di lantai dua. Di ruangan kita.”Kyoko menjelaskan dengan cepat, sementara Ayu berjalan menuju lift.“Kau tidak perlu masuk. Aku…”“Aku ingin melihat yang lain.” Ayu menepis tangan Kyoko yang berusaha mencegahnya maju, dan berlari menuju lift.“Ayumi! Tidak perlu.” Kyoko mengejar, tapi Ayu berhasil menutup pintu lift, meninggalkan Kyoko di luar.Ayu menatap ke depan dengan pikiran penuh dan riuh oleh segala hal membingungkan. Tapi kemu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Cara Benar tapi Berbahaya

    “Lepaskan kataku!” Hide mengulang dalam bentakan yang tidak terlalu keras, tapi sudah terlambat.Bentakannya yang pertama, sudah menarik perhatian semua orang yang ada di lobi. Bahkan security terlihat datang karena mendengar keributan itu. Tapi mereka hanya memandang.“Kau ingin kehilangan tangan?!” Hide mendesis dan berjalan mendekat.Mori bisa merasakan bahaya, maka perlahan melepaskan tangan Ayu. Tapi matanya terus menatap Hide. Nyalinya cukup lumayan.“Kita pulang,” kata Hide, sambil meraih tangan Ayu.Tapi Mori menghadang dengan tubuhnya. Insting melindungi Mori juga cukup tinggi. Karena itu ia tidak bisa membiarkan Hide membawa Ayu. Tindakan Hide akan semakin memperburuk gosip yang saat ini telah beredar. Kepergian mereka berdua, seolah akan membenarkan gosip itu. Mori deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Janji yang Benar dan Pasti

    Ayu melompat naik ke dalam bus pertama yang berhenti di halte, tanpa melihat ke mana tujuannya. Ayu duduk di dalam bus itu setelah membayar, dan entah untuk berapa lama. Ayu tidak peduli, ia hanya ingin menghilang dan melupakan semuanya.Sejak awal, apa yang diinginkannya adalah kemustahilan. Dan seperti dugaan, semua hanya akan berakhir dengan hinaan yang memang pantas diterimanya.Moralnya memang patut dipertanyakan saat ia memilih untuk mencintai Hide.“Ojōu ̄-san*, maaf. Tapi ini halte terakhir.” Ayu tersentak saat sopir bis yang ditumpanginya menghampiri dan membungkuk meminta maaf karena mengganggu.“Oh, ya. Maaf.” Ayu langsung berdiri dan balik membungkuk meminta maaf, karena tentu kehadirannya membuat sopir itu repot.“Maafkan saya sekali lagi,” kata Ayu, saat sampai di pintu bis, lalu turun.Ia memandang sekitar. Ayu belum pernah mengunjungi tempat dimana ia berada, tapi dengan mudah menemukan pet

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Gejala yang Membenarkan Firasat

    “Aku sudah menemukannya.” Hide baru sempat menghubungi Ryu sesampainya di UGD.Saat di ambulans, Hide sibuk menyebutkan gejala apa saja yang dialami Ayu sebelum ia pingsan. Semua, tidak tertinggal satupun. Mulai muntah dan lebih sering terjatuh.“Syukurlah.” Ryu juga terdengar lega.“Kau akan membawanya ke Tokyo?” tanya Ryu.“Belum. Aku masih di rumah sakit.”“Oh, bagaimana keadaannya?” Ryu lupa apa alasan Hide ingin cepat menemukan Ayu.“Belum tahu, tapi firasatku buruk.” Hide sejak tadi tidak bisa duduk tenang.“Dia mungkin hanya lelah. Jangan terlalu khawatir seperti itu, kau itu selalu tidak masuk akal saat berhubungan dengan Ayumi.” Ryu tentu saja menyalahkan sifat posesif dari hide yang memang ke terkadang amat berlebihan“Lelah? Seharusnya kau tahu beban kerjanya bahkan tidak terlalu banyak akhir-akhir ini.”Hide menyebut hal yang membuat Ryu diam. Apa yang dikatakan Hide sangat benar. Beban kerja Ayu tidak terlalu banyak jika dibandingkan sebulan yang lalu.Sudah lama bagian t

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Firasat Itu Benar

    Ayu dipindahkan ke ruang rawat begitu Hayashi menghubungi rumah sakit itu. Dan karena ia menegaskan Ayumi adalah pasiennya, tidak ada yang berani menyentuh hasil tes Ayu sebelum ia datang.Nama Hayashi sebagai dokter senior, cukup untuk membuat segan, dan dokter yang ada di rumah sakit itu, memilih untuk menunggunya. Karenanya Hide juga tidak menuntut saat ia harus menunggu di ruang rawat selama beberapa lama untuk mendengar hasil diagnosa.Tapi memang kegelisahan membuatnya hampir gila. Dan keadaan itu diperburuk karena ponselnya sejak tadi tidak berhenti bergetar.Hide tidak bisa mematikan ponsel itu karena menunggu kabar dari Ryu. Juga tidak bisa memblokir nomor yang menghubunginya, karena itu adalah Kyoko. Hide tidak menyimpan nomornya, tapi Hide mengenali karena nomor itulah yang menghubunginya untuk menggambarkan keadaan di Shingi Fusaya tadi pagi.Hide bukan takut pada amarah Kyoko, tapi Hide tidak ingin Kyoko melapor pada Ayu. Langkah yang pada akhirnya akan membuat Ayu marah

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Tempat yang Benar

    Mulut Ayu terasa pahit, mungkin karena ketakutan. Ketakutan karena berada di tempat asing.Tapi ketakutan itu hanya sekejap. Seasing apapun tempatnya berada, Ayu tidak lagi mempermasalahkan. Itu karena ada Hide yang sekarang tampak tertidur menelungkup di dekat tangannya. Tangan itu kemungkinan baru saja terlepas dari genggaman Hide, karena dekatnya jarak antara tangan itu. Tempat dimana ada Hide tidak mungkin tidak aman.Namun, senyum di bibir Ayu ikut berubah pahit. Ayu tidak tahu kenapa mereka ada di rumah sakit, tapi Ayu masih ingat kenapa mereka ada di rumah sakit yang sangat asing. Ayu masih mengingat semua apa yang terjadi di Shingi Fusaya.Ayu memejamkan mata. Tentu saja ingin menangis. Tapi Ayu menghela nafas beberapa kali untuk menahan air matanya. Ayu bosan menangis. Dan tidak seharusnya dia menangis atas pilihannya sendiri.Ayu mengangkat tangan, dan menyentuh helai rambut Hide, hanya sentuhan samar, tapi Hide tersentak dan menyambar tangan Ay

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Tidak Akan Benar Tanpamu

    “Rambutku… mereka akan membuatku botak!” Ayu mengeluhkan hal yang dulu paling dibencinya. Menunggu saat rambutnya tumbuh, dan harus memandang kepalanya yang botak setiap kalinya. Menghadiri festival musim panas tanpa rambut adalah mengerikan.“Oh… ha… ha…” Hide mungkin sudah terlalu lama hidup dalam ketegangan, sampai apa yang diucapkan Ayu malah membuatnya tertawa. Hal remeh yang sama sekali tidak terduga.Hide juga sekaligus lega, karena paling tidak kekhawatiran Ayu telah berpindah. Ketakutan akan penampilannya yang akan menjadi jelek tentu saja jauh lebih baik dari pada Ayu yang ketakutan dan putus asa.“Kau menertawakanku?! Kau membayangkan aku botak dan tertawa?!” Ayu mendorong Hide sementara menghapus air matanya dengan jengkel. Kemarahan semacam ini tidak akan membua

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Ancaman yang Menjadi Benar

    Menit demi menit yang dihabiskan Hide di depan ruang operasi itu adalah mimpi buruk, mimpi yang amat buruk. Hide belum pernah merasa putus asa seperti ini. Dan ia harus menjalaninya kurang lebih selama tiga jam.Selain oleh beban segala resiko, Hide kini terpancang pada hasil biopsi nanti. Kemungkinan yang disebutkan oleh Hayashi kemarin.Kemungkinan terburuk dari keadaan Ayu.Hide menghempaskan tubuhnya di kursi, memejamkan mata, sekuat tenaga berusaha mengikuti saran Hayashi untuk tidak memikirkannya terlalu berat.Hayashi bahkan tadi pagi memberikan rencana pengobatan yang sangat terperinci, untuk meyakinkan jika apapun hasilnya bukan berarti jalan buntu, tapi Hide tidak ingin memasukkan kemungkinan itu dalam kepalanya. Pengobatan itu mungkin memiliki kemungkinan untuk sembuh, tapi hanya kemungkinan bukan kepastian. Ketidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05

Bab terbaru

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 19 - Keluarga Kita yang Benar

    “Himawari! Natsu!”Terdengar bocah berumur sekitar sepuluh tahun menegur dengan keras, saat menemukan dua bocah yang lain bersembunyi di balik semak yang ada di bawah pohon.“Kenzo–aniki!”Natsu kaget melihat Kenzo yang tiba-tiba muncul lalu menarik anak perempuan—Himawari yang ada di sampingnya untuk berdiri, akan mengajaknya berlari, tapi tentu saja dicegah oleh Kenzo.“Tidak boleh! Kau membuat Okaa-san khawatir. Kau harus kembali.” Kenzo meraih lengan Natsu.“Tapi Himawari takut. Ia tidak suka sekolah.” Natsu menunjuk Himawari yang kini terisak.“Hima–chan.” Kenzo berlutut, lalu mengelus kepala Himawari yang menunduk.“Sekolah tidak menyeramkan. Kau akan bertemu banyak orang baru, dan teman-teman baru.” Kenzo membujuk lembut, sampai Himawari mendongak menatap mata Kenzo.“Tapi… tapi… aku ingin bersama Natsu. Aku tidak mau sekolah…”“Tapi…” Kenzo mengusap wajahnya. Himawari tentu akan ada di sekolah yang berbeda dengan Natsu. Himawari baru akan masuk taman kanak-kanak hari ini, bukan

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 16 - Rumah Benar Untuknya

    “Tempat ini tidak buruk.” Hide tidak menolak secara langsung, tapi keberatan itu terlihat.“Memang, aku akan memastikan tempat ini tidak akan pernah buruk untuk anak-anak itu. Tapi Kenzo berbeda dengan anak-anak itu. Mereka anak-anak yang benar-benar tidak punya keluarga, terpaksa tinggal di sini. Kenzo punya aku. Aku keluarganya. Aku satu-satunya yang dimiliki oleh Kenzo.”Ayu tidak ingin mengakui hal itu ketika mengingat perbuatan ibunya, tapi Kenzo tetap adalah anak dari adik ibunya—keluarganya. Satu-satunnya keluarga kandung yang pantas dimilikinya saat ini, tidak ada yang lain.“Aku tidak bisa melupakan fakta itu, dan berpura-pura kalau Kenzo adalah orang lain. Hal ini akan menghantuiku saat tidur.” Ayu kembali membujuk.Hide memainkan kunci mobil yang di bawahnya sambil menatap bagian belakang kepala Kenzo yang kini kembali mencoba untuk menggambar sesuatu dengan krayon di kertas yang baru.“Aku tahu kau membenci ibunya—aku juga sama. tapi kau tidak harus membenci Kenzo. Anak it

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 17 - Lingkungan yang Benar

    “Aku masih tidak ingin melakukannya.” Hide menggerutu.“Aku tahu, tapi aku yakin kau juga tahu kalau ini yang paling benar.” Ayu menatap suaminya yang kini sedang melepaskan sabuk pengamannya. Sudah sekitar dua menit lalu mereka sampai, tapi belum ada yang mencoba turun.Keputusan yang mereka—Ayu ambil, memang sangat besar. Ayu perlu menenangkan diri. Dan Hide sudah menyerahkan pilihan pada Ayu, tapi tetap menjalaninya dengan setengah hati.“Sudah, ayo.” Ayu akhirnya membuka pintu dan turun.Anak-anak yang tadi bermain di halaman, berhamburan mendekat saat melihatnya.“Tanaka–san! Apa yang kau bawa hari ini? Gula-gula? Buku cerita?”Aneka suara bersahutan menyambut Ayu. Ia memang sudah sering mengunjungi panti asuhan itu dengan membawa hadiah, tentu mereka berharap Ayu akan membawa sesuatu.“Aku membawa sesuatu di mobil untuk kalian, tapi rahasia. Kalian bisa…”Ayu tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena rombongan anak yang megerubunginya langsung berlarian meninggalkannya menuju

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 16 - Tangan yang Benar

    “Aku tidak ingin tidur denganmu.” Ryu mengulang pertanyaan itu sebagai bentuk ketidakpercayaan, karena terlalu absurd. Ia lalu menggelengkan kepala sambil mengusap wajahnya.“Aku rasa kemampuanmu untuk menyimpulkan sesuatu sedang tidak amat tajam saat ini,” kata Ryu.“Tidak!” Kyoko tersinggung tentunya. Meski tidak langsung, Ryu kurang lebih menyebutnya bodoh.“Jangan marah, aku maklum malah. Aku akan kecewa kalau keadaan pikiranmu amat tenang saat ini.” Ryu tersenyum puas.“Aku bukan tidak tenang!” Kyoko menyanggah.“Kau baru saja bertanya tentang keinginanku tidur denganmu. Aku rasa hal itu termasuk gangguan yang membuatmu tidak tenang.” Ryu meninggalkan koper, dan mendekati Kyoko, yang mendadak panik, mundur menjauh.“Jangan mengingkari. Kau tidak akan berhasil membuatku berpikir sebaliknya.” Ryu terkekeh pelan melihat kepanikan itu.“Aku tidak…” Kyoko menggigit bibir, tidak punya balasan pintar karena tentu paham juga kalau sikap Ryu yang menjauh memang mengganggu untuknya.“Kemar

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 15 - Mendengar Nasehat yang Benar

    “Jangan membukanya sekarang. Kau akan basah.” Ryu menaikkan hoodie jas hujan yang dipakai Kyoko pada saat yang tepat, karena detik berikutnya, air dalam jumlah banyak, menghambur ke arah tempat mereka duduk. Seperti ada yang menyiramkan ember raksasa ke arah mereka. Ini karena pertunjukkan yang mereka lihat, melibatkan paus orca yang melompat keluar dari air. Tentu saat terjatuh akan menghempaskan air dalam jumlah banyak ke arah penonton. Ryu bertepuk tangan seperti yang lain, menghargai kerja keras mamalia raksasa itu, tapi Kyoko tidak bertepuk tangan sekalipun—bahkan sampai pertunjukan itu selesai. “Apa kau tidak menyukainya?” Ryu bertanya saat mereka berjalan keluar dan melepaskan jas hujan yang telah basah kuyup. Ryu meraih handuk kecil yang dibagikan petugas, lalu memakainya untuk mengeringkan rambut dan leher Kyoko. Meski Ryu menutup hoodie pada saat yang tepat, tapi masih ada bagian rambut dan leher Kyoko yang basah. “Kau tidak suka akuarium. Aku akan mencatatnya.” Ryu ters

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 14 - Kebutuhan yang Benar

    “Aku ingin pulang.”Kyoko menyahut dengan tiba-tiba, saat Ayu baru saja mengoleskan lipstik berwarna pink di bibirnya.“Hah? Kenapa? Apa ada yang tertinggal?” Ayu menegakkan tubuhnya dengan kebingungan. Ayu sejenak memandang perlengkapan kimono yang akan dipakai Kyoko.Seharusnya tidak ada, karena memang kimono Kyoko lebih sederhana—tidak banyak pernik kecuali hiasan rambut. Tidak seperti yang dipakai Ayu saat menikah di Utoro.Rencana Ryu, mereka akan melakukan pernikahan yang sama seperti Ayu, tapi mau berkompromi, dan menjadi lebih sederhana, yaitu menikah di balai kota. Ryu tidak mungkin berani memaksa, karena tahu benar bagaimana sejarah Kyoko dengan bangunan kuil. Lagi pula pestanya akan tetap ada, hanya upacaranya saja yang berubah.Keputusan itu tentu saja tidak ada yang memperm

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 13 - Keinginanmu yang Paling Benar

    “Kau pasti gila!” Kyoko berdiri dan berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Sementara kepalanya mengingat-ingat apakah ada sedikit saja tanda Ryu tidak serius.Tapi semuanya serius. Ryu bahkan mengirim foto contoh kimono yang akan dipakainya pada hari pernikahan. Saat melihatnya, Kyoko mengira Ryu gila karena kebohongan mereka akan menjadi sangat sangat extra kalau sampai menyebut soal corak kimono.Namun, pada akhirnya Kyoko memilih, karena ingin mengakhiri pembahasan tidak penting itu. Pembahasan itu penting ternyata.“Apa kau akan diam saja?!” Kyoko membentak marah, melihat Ryu yang malah dengan santai menyesap bir dan memakan kacang yang juga dibawanya tadi.“Kau ingin aku melakukan apa?” Ryu mengernyit.“Ya batalkan itu semua! Hubungi mereka semua! Batalkan!” Kyoko duduk kembali di samping Ryu kemudian menyerangnya. Meraba pinggang Ryu.“Eh, tunggu! Jangan tiba-tiba menjadi agresif begini.” Ryu tentu saja kaget.“Agresif apa?! Ini! Hubungi mereka!" Kyoko hanya mengambil ponsel Ry

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 12 - Misi yang Benar

    Ryu menggelengkan kepala saat kembali dengan mudahnya bisa membuka pintu apartemen Kyoko setelah memasukkan tanggal ulang tahunnya—dan akan datang lusa.Ryu sudah berpuluh kali mengingatkan Kyoko untuk pengganti password yang terlalu mudah ditebak itu. Bukan hanya sekali—saat dulu ia berhasil masuk untuk mencari alat penyadap, tapi beberapa kali setelahnya juga sama.Saat ini Kyoko sudah tidak lagi tinggal di Tokyo. Ia pindah ke Osaka karena memang pekerjaannya lebih banyak di daerah Osaka, setelah benar-benar aktif menjadi bagian dari Kuryugumi yang membantu Hide dan Ryu.Hanya Kyoko belum rajin bekerja setelah kunjungan ke rumah orang tuanya, dan tidak ada yang memaksa juga. Hide tidak menyuruh apapun, tergantung Ryu.Keamanan apartemen itu benar-benar lemah, terutama karena masih tidak ada suara apapun meski Ryu sudah berjalan memasuki ruangan selama beberapa saat. Sudah jelas Kyoko tertidur karena memang hari sudah cukup malam. Ryu memang langsung pergi ke apartemen itu setelah kem

  • JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!   Extra 11 - Permintaan yang Benar

    Ayu mematut dirinya di cermin, menatap kimono baru yang akan dipakainya lusa. Kimoni itu dipesan khusus untuknya, jadi tentu semua pas. Tapi Ayu ingin melihat apakah warnanya cocok sesuai bayangan. Dan memang semua cocok. Jatuh dengan pas di tubuhnya, tidak berat dan panas. Itu yang penting, karena saat ini masih musim panas. Kimono modern dengan warna dasar putih itu, dihiasi oleh bunga sakura pink. Ayu bahkan menyiapkan hiasan rambut yang juga penuh dengan hiasan bunga sakura juga untuk melengkapinya. Ayu tidak memakai hiasan bunga itu sekarang, tapi saat mencoba untuk menempelkannya di kepala, warna pink itu juga cocok dengan rambut hitamnya. Semua beres kalau begitu. Ia sudah menyiapkan baju untuk Natsu, juga Hide. BRAK! Ayu tersentak dan menjatuhkan hiasan rambut di tangannya. Suara keras pintu geser yang tertutup itu, tentu membuatnya kaget. Untung saja Natsu ada di kamar sebelah, jadi tidak akan terganggu. Tidak terdengar suara tangis, bahkan saat suara langkah Hide saat m

DMCA.com Protection Status