“Rambutku… mereka akan membuatku botak!” Ayu mengeluhkan hal yang dulu paling dibencinya. Menunggu saat rambutnya tumbuh, dan harus memandang kepalanya yang botak setiap kalinya. Menghadiri festival musim panas tanpa rambut adalah mengerikan.
“Oh… ha… ha…” Hide mungkin sudah terlalu lama hidup dalam ketegangan, sampai apa yang diucapkan Ayu malah membuatnya tertawa. Hal remeh yang sama sekali tidak terduga.
Hide juga sekaligus lega, karena paling tidak kekhawatiran Ayu telah berpindah. Ketakutan akan penampilannya yang akan menjadi jelek tentu saja jauh lebih baik dari pada Ayu yang ketakutan dan putus asa.
“Kau menertawakanku?! Kau membayangkan aku botak dan tertawa?!” Ayu mendorong Hide sementara menghapus air matanya dengan jengkel. Kemarahan semacam ini tidak akan membua
Menit demi menit yang dihabiskan Hide di depan ruang operasi itu adalah mimpi buruk, mimpi yang amat buruk. Hide belum pernah merasa putus asa seperti ini. Dan ia harus menjalaninya kurang lebih selama tiga jam.Selain oleh beban segala resiko, Hide kini terpancang pada hasil biopsi nanti. Kemungkinan yang disebutkan oleh Hayashi kemarin.Kemungkinan terburuk dari keadaan Ayu.Hide menghempaskan tubuhnya di kursi, memejamkan mata, sekuat tenaga berusaha mengikuti saran Hayashi untuk tidak memikirkannya terlalu berat.Hayashi bahkan tadi pagi memberikan rencana pengobatan yang sangat terperinci, untuk meyakinkan jika apapun hasilnya bukan berarti jalan buntu, tapi Hide tidak ingin memasukkan kemungkinan itu dalam kepalanya. Pengobatan itu mungkin memiliki kemungkinan untuk sembuh, tapi hanya kemungkinan bukan kepastian. Ketidak
“Kau benar-benar ingin melakukan pembantaian di tempat terbuka?” Masaki berseru dan Hide akhirnya menurunkan katana di tangannya.Sedikit kecewa tidak ada darah yang tertumpah. Dia boleh membunuh, tapi tidak di depan banyak saksi. Peraturan yang sementara ini dianggap menyebalkan oleh Hide.Hide menunduk saat Masaki didorong mendekatinya, tapi ia sempat melirik wajah baru di belakang Ayahnya. Asing, dan mungkin umurnya tidak jauh berbeda dari Masaki. Tapi memang lebih tegap, dan masih terlihat sehat.Hide sedikit heran. Jika ayahnya ingin mengganti Matsuda, seharusnya dia mengambil pegawai yang lebih muda, bukan malah yang sudah berumur seperti itu. Hide tidak yakin pria itu mampu mengangkat ayahnya, apabila terjadi sesuatu.Tapi sekarang bukan saatnya untuk mempertanyakan keputusan Masaki itu. Pembuluh darah di se
“Kalau begitu menurutlah. Aku telah membiarkanmu selama ini.”Masaki memandang Hide yang bersujud di hadapannya sambil menggelengkan kepala. Ia mengawasi tumbuh kembang Hide, tentu saja tahu Hide hampir tidak pernah memohon pada siapapun.Hide yang bersujud akan selalu membuatnya terkejut. Dan ini kedua kali Masaki melihat Hide bersujud. Untuk hal yang sama—bocah lemah itu.“Saya akan menurut, dan menjalankan perintah—apapun yang Anda inginkan. Tapi tidak dengan Ayumi.” Hide menempelkan keningnya di tanah.Masakin mendesah sambil menggelengkan kepala. Tidak mengerti kenapa Hide begitu keras kepala.“Bangunlah,” kata Masaki. Hide mengangkat tubuhnya, tapi tetap berlutut.“Kau membuatku terlihat seperti orang jahat, padahal aku melakukan ini semua hanya untuk melindungimu, bukan ingin berbuat kejam padamu,” kata Masaki. Menopang kepalanya sambil memandang Hide yang kini menatap rumput
Tapi beban Hide perlahan berkurang, saat melihat senyum perlahan mengembang di bibir Hayashi.“Berhasil. Semua berhasil diambil. Dan keadaan Ayumi sangat stabil.” Hayashi mengangkat jempolnya.Hide menarik napas lega, tapi ia tahu kelegaannya terlalu dini.“Bagaimana…”“Aku sudah meminta agar biopsi dilakukan secepat mungkin, tapi tentu masih akan butuh waktu paling tidak sehari. Kau bersabar dulu. Temani Ayumi saat sadar nanti. Eh, wajahmu kenapa?” Hayashi heran melihat wajah Hide yang lebam dan terluka.“Ada sesuatu, tapi sudah berlalu.” Hide menjelaskan samar. Mungkin setelah ini ia akan mendapat cerita tentang keributan tadi, tapi Hide tidak terlalu khawatir. Kuryugumi biasanya punya tim untuk membereskan keributan di depan publik.Hayashi memandang wajah Hide sambil mengernyit, lalu menepuk bahunya. “Rawat luka itu. Tapi maaf, aku harus pergi dulu. Tenagaku tidak seperti muda
Pikiran Hide memang langsung tertuju padanya. Hanya Karin yang bisa punya rencana selicik itu, dan ingin menyakiti Ayu.Lagipula, siapa lagi yang punya pengetahuan tentang hubungan antara Ayu dan dirinya selain Karin? Hide ragu ayahnya akan memakai cara pengecut semacam itu. Ayahnya sudah menunjukkan caranya kemarin. Serangan dari arah depan, mengambil paksa kalau perlu.“Kita sepertinya salah. Karin bukan mengejar harta Nakamura. Dia melakukan ini untuk menyakiti Ayu. Semua hal yang dilakukannya sejak awal adalah untuk menyakiti Ayu,” kata Hide. Meralat kesimpulannya sendiri yang mengira Karin matrealistis saat menjebaknya dengan Ayu.“Kenapa begitu? Untuk apa dia membenci keponakannya sendiri?” Ryu menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan wajah heran.Jawaban yang tidak perlu dijawab oleh Hide. Selain karena tidak tahu, Hide tidak peduli. Yang jelas Karin telah menyakiti Ayu.Kemarin Hide masih maafkan apapun yang dilak
Mata Ayu mengikuti sorotan senter yang diarahkan oleh Hayashi, ke kiri dan ke kanan dengan mudah. Tidak ada masalah sama sekali.“Apa yang kau rasakan?” tanya Hayashi, sambil tersenyum ramah. Ayu menatapnya. Dokter yang ramah dan terlihat baik hati.“Pusing.” Ayu merasa kepalanya nyeri saat mencoba duduk bersandar tadi, tapi sekarang sudah jauh berkurang. Itu saja keluhannya secara fisik. Untuk pikiran—Ayu tidak bisa menjelaskan.“Tentu saja kau akan pusing. Kau punya luka di kepala.”Ayu menyukai keramahan dokter itu saat ia menerangkan dengan lembut. Ayu lalu meraba perban di kepalanya dengan wajah bingung.“Apa yang terjadi padaku? Apa aku jatuh?” tanya Ayu, berharap penjelasan saat itu juga.Tapi rupanya dokter it
“Apa ini akan permanen?” Hide langsung bertanya hal yang ingin diketahuinya, begitu Hayashi dan dirinya, sampai di luar kamar.Hayashi mengusap rambutnya yang putih dan kerutan di keningnya bertambah.“Jawabannya, aku tidak tahu.” Hayashi menyebut jawaban jujurnya sambil menghela napas panjang.Kalau tidak ingat Hayashi sudah berjasa sangat besar untuk membuat Ayu sembuh, Hide mungkin akan membentaknya dengan kata tidak berguna.Adalah tugasnya untuk membuat diagnosa atas keadaan Ayu, bukan menjadi tidak tahu. Adalah bagian Hide untuk tidak menjadi tidak tahu.“Mungkin jawaban ini tidak akan memuaskanmu.” Hayashi rupanya melihat bagaimana Hide menahan emosinya.“Tapi aku benar-benar tidak bisa memberi jawaban pasti. Dokter syaraf yang dulu bekerja sama denganku me
Ayu menatap Hide yang berjalan masuk, dan kembali harus meletakkan tangan di dadanya. Ayu merasa tidak normal karena jantungnya merespon dengan sangat bersemangat. Atau mungkin sosok pria itu tidak normal. Ayu tidak bisa membayangkan proses bagaimana dia menikah dengan pria yang begitu… tampan.Ayu mengakuinya. Ryu yang tadi bersamanya tampan, manis dengan wajah bersih. Wajah Hide jelas berkebalikan dari itu.Hide tampan, tapi tidak manis dan terlihat kasar oleh cambang yang mungkin berumur beberapa hari. Tapi sisi liar itu jelas membuatnya gila. Ayu merasakan perutnya mendadak hangat saat mata gelap itu memandangnya.Ayu ingin berpaling—tidak sanggup menahan pesona berlebihan itu, tapi memutuskan untuk tetap memandang. Akan sedikit aneh jika dirinya berpaling tiba-tiba. Dan seharusnya mereka suami istri. Ayu ingin cepat mem