Share

Bab 5

Author: Tie widya
last update Last Updated: 2022-06-23 06:14:05

Aydan menatap lekat wajah Aisyah. Menunggu barang kali ada kalimat yang akan Aisyah ucapkan. Namun sepertinya, semua telah jelas.

"Huh." Aydan menghela nafas panjan. "Jadi, kalau begitu tepatkan bukan kesimpulanku?" Aydan menutup kembali jalan yang diberikan untuk Aisyah.

Aisyah memandang Aydan dari ujung kelopak mata, dengan menyunggingkan senyum"Aku ada hubungan dengan Bapak Haikal tunangan Sintya, iya itu betul. Tapi sebagai atasan dan bawahan, hanya sebatas itu." Aisyah menggeser tubuh Aydan dengan telapak tangannya. Melangkah mantap menuju tempat Haikal dan Sintya berdiri.

Aydan hanya bergeming. Dan minggir seraya tangan Aisyah menyentuh lengan tangannya. Membiarkan Aisyah berjalan sendiri.

"Aku tahu kamu akan melakukan hal ini, meski entah apa yang sebenarnya ada di hatimu," batin Aydan dengan mata yang mengikuti pergerakan Aisyah.

Aisyah terus melangkah meski dengan semua rasa yang berbaur menjadi satu. Rasa sakit hatinya justru dipakai menjadi senjata.

Haikal berjalan mendekati pembawa acara, setelah melihat jam tangannya. Sepertinya dia tak menghiraukan lagi perasaan Sintya dan keluargannya. Menyaki Aisyah adalah satu kesalahan fatal yang harus dibayar.

Perjodohan yang seharusnya tak terjadi. Perjodohan yang benar-benar membuatnya kini dalam masalah besar, mungkin itu yang kini berkecamuk dalam batin Haikal.

Haikal berbisik pada pembawa acara, entah apa yang diucapkannya. Mungkin meminjam mix, karena pembawa acara mengangguk sambil memberikan mix di tangannya.

"Maaf, mohon perhatian untuk semuanya," ucap Haikal setelah menerima mix dari pembawa acara. Sontak semua mata memandang ke arahnya. Namun sebelum kalimat berikutnya ia ucapkan, matanya dibuat terbelalak dengan sosok Aisyah yang berdiri tak begitu jauh dari nya.

Pandangan Aisyah begitu fokus menatapnya, hingga semua kalimat yang telah terancang sempurna hilang dalam benaknya. Aisyah sukses membuat Haikal kelimpungan sekarang.

"Saya hanya ingin mengucapkan banyak terima kasih, untuk semua keluarga dan tamu undangan yang telah menyempatkan waktu serta tenaganya hadir di acara pertunangan saya dan Sintya. Terima kasih untuk doa kalian semua, semoga Tuhan mengijabahnya." Haikal tersenyum untuk menutup kalimatnya. Dia sangat cepat memutar otak merangkai kalimat lain yang jauh dari tujuan awalnya.

Aisyah masih menatapnya lekat, dengan senyum jahat yang tersungging di bibirnya.

"Hay," seseorang menyenggol bahu Aisyah.

Aisyah segera menoleh ke arah orang yang ada di belakangnya. "Hay Sin," jawab Aisyah membalas senyum Sintya.

"Kamu dari mana saja? Cuma kamu yang belum ikut foto." Sintya mengerucutkan bibirnya. "Kamu tak suka ada di sini?"

"Tidak… bukan begitu, aku hanya malu dengan penampilanku," jawab Aisyah sekenanya, sambil memperlihatkan dirinya.

"Apa yang membuatmu malu? Lihat dirimu, kamu sangat cantik, Aisyah." Sintya melihat Aisyah dari atas ke bawah dan kembali lagi ke atas. "Kenapa mesti malu?"

"Kamu tahu, orang-orang memelototiku, seperti melihat hantu," ucap Aisyah sambil menengok ke kanan ke kiri.

"Hem…Aisyah….Aisyah…." Sintya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mereka terpesona melihatmu, bukan karena kamu seperti hantu."

"Kamu sedang memujiku? Atau menyindirku?"

"Terserah kamu sajalah," ucap Sintya sambil melihat Aisyah malas. "Sebentar." Sintya memegang dagu Aisyah sambil memperhatikan lekat wajahnya. "Matamu sembab? Ada sesuatu?"

Aisyah baru ingat dia belum cuci muka setelah menangis tadi. Mungkin bekas sembab masih sedikit nampak.

"Ti-tidak," ucap Aisyah cepat, dengan mengembangkan senyum. "Kamu tahukan, aku tak suka make up, karena kadang bedaknya masuk ke mata. Ini tadi bedaknya sedikit masuk ke mata, iya." Aisyah mencoba meyakinkan Sintya, dengan alasan yang sedikit tidak masuk akal sebenarnya.

Sintya hanya mengangguk, karena ada hal lain yang lebih penting ingin diketahuinya. "Ah, ya. Tadi aku dengar kamu memanggil nama tunanganku? Kamu mengenalnya?" Sintya masih mengingat jelas kalimat yang Aisyah lontarkan tadi meski tak begitu keras tapi ia yakin Aisyah menyebut nama Haikal.

"Dia bawahanku." Haikal muncul tiba-tiba dari sisi samping Aisyah dan Sintya. "Dia karyawan di kantorku," ucap Haikal sambil menatap lekat ke arah Aisyah.

"Oh….begitu," ucap Sintya sambil sedikit tertawa. "Pantas kamu memanggilnya Pak tadi." Sintya sedikit membuka senyumnya.

"Hem… i-iya." Aisyah tersenyum sambil menundukkan pandangannya, karena tatapan Haikal selalu berhasil menghipnotisnya. Tatapan dingin yang entah kenapa justru menarik perhatiannya.

"Mulai sekarang jangan panggil dia Pak dech. Berasa tua banget tunanganku." Sintya menggandeng lengan tangan Haikal, membuat Haikal sedikit terperanjat dengan aksi Sintya. "Bagaimana kalau panggil Mas aja?"

"Ha?" Aisyah membolakan matanya. "Apa katamu tadi? Mas? Itu tidak sopan namanya, masa iya panggil atasan Mas?"

Aisyah mencoba mengajak hatinya bersahabat kali ini. Ia mencoba terlihat tetap ceria di depan Sintya.

"Eh siapa bilang? Kamu panggil Mas kalau sedang di luar kantor."

"Tapi sepertinya aku lebih nyaman panggil, Pak." Aisyah menatap Haikal yang dari tadi menatap fokus ke depan. "Iya, kan Pak Haikal."

"Terserah kamu saja," jawab Haikal dingin. Dalam lubuk hatinya, ia ingin Aisyah mengiyakan perintah Sintya, namun dia tak bisa berkutik sekarang. Mengiyakan ucapan Aisyah mungkin menjadi alternatif terbaik kali ini.

"Ih…, pokoknya jangan panggil Pak. Masih muda ganteng gini di panggil Pak. Pokoknya aku gak rela Sayang, kalau kamu dipanggil Pak sama Aisyah." Sintya merengek sambil terus bergelayut pada lengan Haikal.

"Baik, baik. Apapun keinginanmu," jawab Aisyah terpaksa mengiyakan keinginan Sintya. Dengan senyum yang dipaksakan mengembang di bibirnya.

Melihat Sintya bermanja di lengan Haikal, memanggilnya sayang, membuatnya hatinya tercabik-cabik sebenarnya. Tapi apa daya bendera perang yang Haikal kibarkan dia terima. Mau tidak mau dia harus siap dengan semua resiko, bahkan meski hatinya mungkin akan hancur berkeping-keping.

"Oh ya, Aisyah kapan kamu akan mengenalkanku dengan pria yang pernah kamu ceritakan pada ku? Pemuda tampan,yang sudah mapan, mandiri, terkesan angkuh tapi sebenarnya rendah hati."

Spontan Haikal memandang Aisyah. "Siapa pria yang kamu ceritakan? Apakah aku? Tapi kenapa kamu tak mau memperjuangkannya?" batin Haikal bertanya-tanya.

Aisyah hanya melihat Haikal dari ekor matanya. Sorot mata Haikal terlihat jelas mengharap jawaban dari Aisyah.

"Jangan buat aku semakin penasaran Aisyah, jawablah." Sintya kembali merengek. "Ayolah, kenalkan sama kita. Iya kan sayang?" Sintya memandang Haikal dengan senyum penuh kebahagiaan.

Haikal mengangguk, dan membalas senyum Sintya. "Siapakah lelaki itu sebenarnya? Aku pun ingin tahu," batin Haikal bergumam.

Aisyah hanya tersenyum, membuat Sintya dan terutama Haikal semakin penasaran.

"Entahlah, mungkin suatu saat nanti akan ku kenalkan." Aisyah mengedikkan bahu.

"Jika memang ada yang akan ku kenalkan," batin Aisyah. Kalimat yang tak mungkin diucapkannya. Melihat Sintya yang begitu bahagia tak tega Aisyah merusaknya begitu saja, tapi sampai kapan hatinya mampu untuk bertahan. Entahlah.

"Permisi nona, anda Aisyah?" Seorang pelayan yang Pak Adam sewa berdiri tepat di samping Aisyah, sambil, membawa buket bunga.

"Iya, benar."

"Ini ada, titipan untuk anda dan ini juga ada surat."

"Oh ya, terima kasih," ucap Aisyah sambil menerima buket bunga lily dan sepucuk surat.

"Ehem, jadi kapan nih. Mau dikenalin nya." Sintya mengulang kalimatnya sambil memandang buket dt tangan Aisyah.

Aisyah hanya tersenyum menanggapi kalimat Sintya. Sedang Haikal mungkin masih mencoba mendamaikan amarah yang meluap di hatinya.

"Apa mungkin Aydan menyiapkan semua ini?" Aisyah membatin sambil mencari sosok Aydan.

Related chapters

  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 6

    Aisyah pergi meninggalkan Haikal dan Sintya, untuk membaca surat yang ia terima, entah dari siapa. Dan mencari sosok Aydan yang tak tiba-tiba tak tampak batang hidungnya. "Ada perlu apa kamu di sini?" Seseorang tiba-tiba berdiri di samping Aisyah berucap dengan nada rendah, dan terdengar menghakiminya. Aisyah menoleh ke arah laki-laki setengah baya, kedua tangan yang dimasukkan dalam saku celana."Pak Wijaya?!" Aisyah sedikit terkejut mendapati Ayah Haikal yang berdiri di sampingnya. Pergi meninggalkan satu masalah, tapi justru sepertinya ia akan dapat masalah baru, dengan bertemu Pak Wijaya."Perempuan tak tahu diri. Bukan aku sudah memperingatkanmu untuk menjauhi anak ku!" Pak Wijaya fokus menatap ke arah depan. Sepertinya enggan melihat Aisyah. Nada bicaranya lirih namun penuh penekanan. "Apa kamu yakin untuk kehilangan pekerjaanmu?"Entah angin apa yang tiba-tiba membawa Pak Wijaya beberapa bulan mengajak Aisyah bertemu dengan menitipkan surat pada teman sekantor Aisyah. Padah

    Last Updated : 2022-07-04
  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 7

    Ketegangan terlihat di wajah semua anggota keluarga ketika melihat Haikal menggandeng lengan Aisyah. Dengan buket bunga yang sebenarnya entah dari siapa."Aisyah? Ada hubungan apa dia dengan Haikal. Dan genggaman tangan itu?" Sintya bertanya dalam hati, sambil mengamati keduanya. Ada sedikit rasa curiga dalam hatinya.Sedang Pak Wijaya memendam amarah yang luar biasa, telapak tangannya mengepal. Mungkin jika tidak di depan calon besan, beliau akan datang menghampiri keduanya dan menampar Aisyah. Atau meninju Haikal, mungkin."Ada apa ini, Nak Haikal?" Ibu Laila yang dalam kebingungan berjalan mendekati Aisyah dan merengkuh tubuhnya. Haikal spontan melepaskan genggaman tangannya. "Ada apa dengan anak ku?"Haikal melempar senyum ke arah Ibu Laila. "Ah… tak ada apa-apa, Tante." Entah sejak kapan panggilan itu tiba-tiba berubah. Biasanya Haikal memanggil Ibu Laila dengan kata Ibu, tapi entah kenapa mulutnya kini memanggilnya tante. "Aku hanya ingin mengenalkan Aisyah. Bukankah dia juga ke

    Last Updated : 2022-07-04
  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 8

    Aisyah bermalam di villa. Pak Adam tak mengijinkannya untuk pulang karena sudah terlalu malam.Aisyah masuk ke kamar yang sudah disiapkan untuk ibu dan dirinya. Aisyah duduk di tepian tempat tidur, dan meletakkan buket bunganya di atas nakas.Rasa penasarannya pada pengirim buket bunga, justru beralih pada Pak Wijaya. Entah kenapa pertanyaan tadi mengganggu dalam benaknya. "Apa mungkin benar Pak Wijaya mengenal ayah, atau mereka pernah bertemu sebelumnya? Kenapa Beliau seolah begitu perlu mendengar pengakuanku?" benak Aisyah terus berkecamuk dengan semua pertanyaan tentang hubungan ayahnya dan Pak Wijaya."Ada apa, Sayang?" Ibu Laila menutup pintu kamar, mendekati Aisyah dan duduk di sampingnya. "Ada yang sedang kamu pikirkan?"Aisyah menoleh ke arah ibunya dengan menyunggingkan senyum. "Tidak, Bu. Semua baik-baik saja," jawab Aisyah.Ibu Laila merengkuh tubuh Aisyah, dan spontan Aisyah menyandarkan kepalanya dalam dekapan Ibu Laila, sambil memeluk erat tubuh ibunya. Malam ini meman

    Last Updated : 2022-07-04
  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 9

    Aisyah tak menjawab pertanyaan ibunya. Dia masih memandang lekat cincin dalam genggamannya. Cincin yang beberapa hari lalu ia pilih. Saat mengantar Haikal mencari hadiah untuk ulang tahun ibunya."Ada yang kamu suka?""Meski ada yang aku suka, itu pun gak hari ini aku beli, Mas. Masih banyak yang lebih penting daripada perhiasan disini." "Aku hanya ingin, tahu seperti apa seleramu.""Ini." Aisyah menunjuk sebuah cincin yang dibalut dengan rose gold dan memiliki satu berlian di bagian tengahnya, yang didesain layaknya mahkota bunga."Aisyah, kamu yakin ini dari Haikal." Ibu Laila menyentuh pundak Aisyah, dan membuatnya terperanjat dari lamunannya.Aisyah mengangguk. "Ini cincin yang pernah aku pilih beberapa hari lalu. Saat itu Haikal bertanya desain cincin yang aku suka. Dia hanya menanyakan itu, itu yang aku ingat. Dia hanya membeli satu cincin sebagai hadiah untuk ibunya. Hanya itu yang aku ingat, Bu.""Simpan baik-baik, sebelum ada orang yang tahu. Tanyakan padanya apa maksud nya

    Last Updated : 2022-07-04
  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 10

    Aisyah segera memarkirkan mobilnya di pelataran sebuah cafe. Celingukan ke kanan kiri. Memastikan ia berkunjung di tempat yang tepat.Masih sangat sepi, apa mungkin ia datang terlalu awal. Aisyah mengambil handphone dan menyalakannya. Men scroll layarnya perlahan.Tempatnya benar, sesuai dengan alamat yang Haikal bagi. Tapi kemana semua orang, kenapa masih begitu sepi, pikir Aisyah bingung."Apa yang sedang kamu lakukan?" Haikal yang baru datang menegur Aisyah. "Ayo masuk.""Iya, Pak," jawab Aisyah malas. "Bapak aja, baru sampai," gerutu Aisyah."Kamu bilang apa?" ucap Haikal sambil menutup pintu mobilnya, menenteng tas laptop di tangannya. "Bisa kamu ulangi.""Em, tidak. Tidak ada apa-apa." Aisyah menjawab cepat sambil merapikan diri.Aisyah mengekor di belakang Haikal yang sudah terlebih dahulu melangkah, masuk ke dalam cafe."Ini bukan akal-akalan, Bapak saja kan?""Akal-akalan untuk?""Untuk bertemu denganku?" jawab Aisyah lugu.Haikal menghentikan langkahnya. Memutar badannya dan

    Last Updated : 2022-07-07
  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 11

    Haikal menatap Aisyah bingung. Entah apa yang sebenarnya dicarinya. Dan sepenting itukah.Aisyah menghentikan aksinya, merapikan semua barang yang telah ia bongkar dari dalam tasnya.Aisyah menenteng tasnya, dan memutar badannya. Meninggalkan Haikal begitu saja."Ada apa dengannya?" batin Haikal sambil menggelengkan kepala. Masih bingung dengan tingkah Aisyah.Aisyah menghentikan langkahnya. "Terima kasih untuk bunganya." Aisyah tak menoleh, hanya sedikit mengencangkan suaranya. Haikal sedikit tersentak, "Hanya itukah? Apa mungkin dia memang belum menemukan cincin yang aku letakkan di dalam bunga?" tanya Haikal dalam hati.Buket bunga dan cincin yang Haikal siapkan untuk melamar Aisyah nyatanya, tak berjalan sesuai harapannya. Semua kandas dengan pertunangan yang tiba-tiba terjadi, tanpa ada persetujuan darinya. Bahkan ayahnya memberi kabar pas jam pulang kerja. Tak ada waktu untuk memberikannya secara langsung pada Aisyah. Karena, Aisyah telah dulu pergi sebelum Haikal sempat menem

    Last Updated : 2022-07-21
  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 12

    Haikal melangkahkan kakinya dengan santai. Mulai meninggalkan Aisyah yang masih termenung di belakangnya.Haikal menghitung dalam hati, dengan degup jantung yang semakin tak beraturan. Berharap Aisyah akan kembali seperti sebelum pertunangannya yang tiba-tiba terjadi. Skenario kehidupan yang sangat tak pernah Haikal inginkan terjadi.Aisyah masih berdebat dengan dirinya sendiri. Logika dan hati yang sedikit tidak sinkron. "Dia masih diam," bisik Haikal dalam hati. Dirinya terus berusaha bersikap tenang."Tunggu, Mas."Haikal berhenti seketika, senyuman mengembang di bibirnya. Ada kebahagiaan yang tak bisa terucap.Haikal memutar badannya, dengan wajah yang dibuat tetap tenang. Menutupi semua kebahagiaan yang tengah meluap-luap. "Kamu, memanggilku?" tanya Haikal dengan nada datar.Aisyah mendekati Haikal, perlahan. "Ya, kamu menang kali ini, Mas," ucap Aisyah dengan binar mata menantang.Haikal tersenyum senang. "Tak sulitkan?" Haikal memegang kedua bahu Aisyah. "Biarkan semua berjal

    Last Updated : 2022-07-22
  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 13

    Haikal melangkah menuju pintu keluar cafe. Tangannya menggenggam erat pergelangan Aisyah. Tak ingin melepasnya, ya mungkin itu yang kini tengah Haikal rasa.Sedang Aisyah hanya pasrah, mengekor di belakang Haikal. Detak jantungnya terasa berdegup kencang. Perasaannya tak mampu berbohong. Meski mulutnya terus berucap tak mencintai Haikal. Mencintai bukan berarti harus memiliki, itu yang kini Aisyah pupuk dalam hati. Mengubur dalam apa yang pernah tercipta, itu yang kini menjadi fokus Aisyah.Sesekali Haikal melihat Aisyah dari ekor matanya. Pandangan yang sebenarnya enggan untuknya berpaling. Namun mempertahankan perasaan dan impiannya, tidak akan mudah. Semua akan membutuhkan proses dan menguras sedikit pikirannya."Masuklah." Haikal membukakan pintu mobil, sambil menatap wajah manis Aisyah.Aisyah mengangguk, dan segera mengikuti apa yang Haikal perintahkan. Pintu mobil segera Haikal tutup sesaat setelah Aisyah duduk di kursi depan penumpang. Haikal meninggalkan sekejap mobilnya. M

    Last Updated : 2022-09-10

Latest chapter

  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 17

    Aisyah menutup pintu kamarnya, meletakkan tas nya di nakas dan membaringkan badan di kasur. Aisyah menghela sedikit nafas panjang, menghilangkan sedikit penat dirinya yang setengah hari ini benar-benar menguras kewarasannya.Tok…tok…tok….Terdengar pintu kamarnya di ketuk, di iringi suara ibunya dari balik pintu. "Boleh ibu masuk?"Aisyah terperanjat dari tidurnya, "Masuklah, Bu." Aisyah menjawab antusias. Pintu kamar segera terbuka. Aisyah mengembangkan senyum di bibirnya menyambut ibunya yang telah nampak di celah pintu yang terbuka.Ibu Laila segera masuk membiarkan pintu kamar tetap terbuka, melangkah mendekati Aisyah dan duduk di sampingnya. Mendekap tubuh putrinya yang begitu beliau sayang. "Ibu harap kamu tak sakit hati dengan perkataan ibu tadi," ucap Ibu Laila sambil mengusap lengan Aisyah. "Ibu hanya tak ingin melihat kamu terpuruk. Hanya itu."Aisyah memandang wajah teduh ibu nya. "Perkataan, Ibu? Perkataan ibu yang mana yang Ibu maksud?" Aisyah benar-benar tak paham deng

  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 16

    "Aku rasa itu tidak terlalu penting untuk aku jawab," ucap Aisyah sambil menyunggingkan senyum di bibir nya, setelah merenung sejenak.Masalah pribadinya tak perlu orang lain tahu. Mungkin itu yang ada dalam pikiran Aisyah sekarang. Meski sebenarnya dia butuh tempat curhat sekarang. Tapi mungkin Aydan bukan orang yang tepat menurutnya."Baiklah," kata Aydan cepat. "Meski sebenarnya aku sangat membutuhkan jawaban yang pasti darimu!" Aydan meletakkan sendok di dalam mangkuknya, menggeser mangkok yang sudah tak bertuan lagi."Dan aku tahu kamu akan memaksaku untuk cerita meski aku tak mau." Aisyah memandang kesal ke arah Aydan, yang mendapat balasan senyuman manis. "Sudah aku duga!" gumam Aisyah pelan.Aydan terkekeh. "Setidaknya, aku tahu apa yang harus aku lakukan dengan hatiku!""Maksudnya?""Ya setidaknya aku tahu apa aku harus membiarkan rasa ini terus tumbuh, atau membiarkannya hingga perlahan mati," jelas Aydan sambil menatap Aisyah dalam.Aisyah segera memalingkan mukanya. "Dan i

  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 15

    Aisyah bergegas meninggalkan Haikal setelah mengatakan hal yang entah bagaimana tiba-tiba keluar dari mulutnya dengan begitu lancar. Mengendarai sepeda motornya dan pergi dari komplek pemakaman. Dalam perjalanan pulang ke rumah Aisyah terus merenungkan semua ucapan bodoh nya tadi. "Haikal tak akan begitu saja percaya dengan semua perkataanku bukan," ucap Aisyah dalam hati, sambil mengendarai sepeda motornya. "Betapa bodohnya aku ini!" Aisyah menggelengkan-gelengkan kepalanya.Aisyah terus memikirkan apa yang akan dilakukannya nanti. Rencana yang harus disusun sebelum Haikal akan membuatnya terpojok karena ucapannya sendiri.Tin…..Seseorang tiba-tiba mengklakson Aisyah dengan keras. Dan menghentikan mobilnya tepat di depan Aisyah, membuatnya mengerem tiba-tiba. Mematikan sepeda motor dan memasang kuda-kuda. Siap berdebat. Mungkin itu yang ada dalam benaknya kini.Aisyah turun dari sepeda motornya dan segera mendekat ke kaca mobil bagian pengemudi. Diketuk dengan keras kaca mobil yan

  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 14

    Haikal terus melangkah, melewati beberapa nisan di kanan kiri nya. Aisyah mengikuti seperti orang bodoh yang tak tahu apa yang sedang dia lakukan sekarang. Padahal pergi meninggalkan Haikal sangat bisa dilakukannya sekarang. Tanpa harus memikrkan sepeda motornya. Lagian sudah tentu Haikal akan mengembalikan sepeda motornya, namun entah kenapa dirinya tak ingin meninggalkan Haikal begitu saja. Haikal bak magnet yang tengah menarik tubuhnya."Sebenarnya kemana Haikal akan membawa ku?" gumam Aisyah dalam hati. Tiba-tiba Aisyah teringat ucapan Sari. "Pak Haikal itu sulit untuk dekat dengan wanita lain karena dia pernah di tinggal pergi sama mantannya. Awalnya mereka ribut dan siapa sangaka tak berselang lama si cewek meninggal karena tertabrak mobil. Dan itu terjadi di depan mata kepala Pak Haikal. Dan dari kejadian itu dia selalu merasa bersalah dan sulit untuk membuka hati." Ucapan Sari teman kerja nya terdengar jelas di telingannya."Apa mungkin dia mau membawa ku ke pusara mantannya du

  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 13

    Haikal melangkah menuju pintu keluar cafe. Tangannya menggenggam erat pergelangan Aisyah. Tak ingin melepasnya, ya mungkin itu yang kini tengah Haikal rasa.Sedang Aisyah hanya pasrah, mengekor di belakang Haikal. Detak jantungnya terasa berdegup kencang. Perasaannya tak mampu berbohong. Meski mulutnya terus berucap tak mencintai Haikal. Mencintai bukan berarti harus memiliki, itu yang kini Aisyah pupuk dalam hati. Mengubur dalam apa yang pernah tercipta, itu yang kini menjadi fokus Aisyah.Sesekali Haikal melihat Aisyah dari ekor matanya. Pandangan yang sebenarnya enggan untuknya berpaling. Namun mempertahankan perasaan dan impiannya, tidak akan mudah. Semua akan membutuhkan proses dan menguras sedikit pikirannya."Masuklah." Haikal membukakan pintu mobil, sambil menatap wajah manis Aisyah.Aisyah mengangguk, dan segera mengikuti apa yang Haikal perintahkan. Pintu mobil segera Haikal tutup sesaat setelah Aisyah duduk di kursi depan penumpang. Haikal meninggalkan sekejap mobilnya. M

  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 12

    Haikal melangkahkan kakinya dengan santai. Mulai meninggalkan Aisyah yang masih termenung di belakangnya.Haikal menghitung dalam hati, dengan degup jantung yang semakin tak beraturan. Berharap Aisyah akan kembali seperti sebelum pertunangannya yang tiba-tiba terjadi. Skenario kehidupan yang sangat tak pernah Haikal inginkan terjadi.Aisyah masih berdebat dengan dirinya sendiri. Logika dan hati yang sedikit tidak sinkron. "Dia masih diam," bisik Haikal dalam hati. Dirinya terus berusaha bersikap tenang."Tunggu, Mas."Haikal berhenti seketika, senyuman mengembang di bibirnya. Ada kebahagiaan yang tak bisa terucap.Haikal memutar badannya, dengan wajah yang dibuat tetap tenang. Menutupi semua kebahagiaan yang tengah meluap-luap. "Kamu, memanggilku?" tanya Haikal dengan nada datar.Aisyah mendekati Haikal, perlahan. "Ya, kamu menang kali ini, Mas," ucap Aisyah dengan binar mata menantang.Haikal tersenyum senang. "Tak sulitkan?" Haikal memegang kedua bahu Aisyah. "Biarkan semua berjal

  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 11

    Haikal menatap Aisyah bingung. Entah apa yang sebenarnya dicarinya. Dan sepenting itukah.Aisyah menghentikan aksinya, merapikan semua barang yang telah ia bongkar dari dalam tasnya.Aisyah menenteng tasnya, dan memutar badannya. Meninggalkan Haikal begitu saja."Ada apa dengannya?" batin Haikal sambil menggelengkan kepala. Masih bingung dengan tingkah Aisyah.Aisyah menghentikan langkahnya. "Terima kasih untuk bunganya." Aisyah tak menoleh, hanya sedikit mengencangkan suaranya. Haikal sedikit tersentak, "Hanya itukah? Apa mungkin dia memang belum menemukan cincin yang aku letakkan di dalam bunga?" tanya Haikal dalam hati.Buket bunga dan cincin yang Haikal siapkan untuk melamar Aisyah nyatanya, tak berjalan sesuai harapannya. Semua kandas dengan pertunangan yang tiba-tiba terjadi, tanpa ada persetujuan darinya. Bahkan ayahnya memberi kabar pas jam pulang kerja. Tak ada waktu untuk memberikannya secara langsung pada Aisyah. Karena, Aisyah telah dulu pergi sebelum Haikal sempat menem

  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 10

    Aisyah segera memarkirkan mobilnya di pelataran sebuah cafe. Celingukan ke kanan kiri. Memastikan ia berkunjung di tempat yang tepat.Masih sangat sepi, apa mungkin ia datang terlalu awal. Aisyah mengambil handphone dan menyalakannya. Men scroll layarnya perlahan.Tempatnya benar, sesuai dengan alamat yang Haikal bagi. Tapi kemana semua orang, kenapa masih begitu sepi, pikir Aisyah bingung."Apa yang sedang kamu lakukan?" Haikal yang baru datang menegur Aisyah. "Ayo masuk.""Iya, Pak," jawab Aisyah malas. "Bapak aja, baru sampai," gerutu Aisyah."Kamu bilang apa?" ucap Haikal sambil menutup pintu mobilnya, menenteng tas laptop di tangannya. "Bisa kamu ulangi.""Em, tidak. Tidak ada apa-apa." Aisyah menjawab cepat sambil merapikan diri.Aisyah mengekor di belakang Haikal yang sudah terlebih dahulu melangkah, masuk ke dalam cafe."Ini bukan akal-akalan, Bapak saja kan?""Akal-akalan untuk?""Untuk bertemu denganku?" jawab Aisyah lugu.Haikal menghentikan langkahnya. Memutar badannya dan

  • Izinkan Aku Menghalalkanmu   Bab 9

    Aisyah tak menjawab pertanyaan ibunya. Dia masih memandang lekat cincin dalam genggamannya. Cincin yang beberapa hari lalu ia pilih. Saat mengantar Haikal mencari hadiah untuk ulang tahun ibunya."Ada yang kamu suka?""Meski ada yang aku suka, itu pun gak hari ini aku beli, Mas. Masih banyak yang lebih penting daripada perhiasan disini." "Aku hanya ingin, tahu seperti apa seleramu.""Ini." Aisyah menunjuk sebuah cincin yang dibalut dengan rose gold dan memiliki satu berlian di bagian tengahnya, yang didesain layaknya mahkota bunga."Aisyah, kamu yakin ini dari Haikal." Ibu Laila menyentuh pundak Aisyah, dan membuatnya terperanjat dari lamunannya.Aisyah mengangguk. "Ini cincin yang pernah aku pilih beberapa hari lalu. Saat itu Haikal bertanya desain cincin yang aku suka. Dia hanya menanyakan itu, itu yang aku ingat. Dia hanya membeli satu cincin sebagai hadiah untuk ibunya. Hanya itu yang aku ingat, Bu.""Simpan baik-baik, sebelum ada orang yang tahu. Tanyakan padanya apa maksud nya

DMCA.com Protection Status