Share

6. Kabar Bahagia

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-20 16:10:50

Tidak ada satu orang pun yang tidak sibuk di kediaman Dewangga saat pagi hari. Semua orang yang tinggal di rumah mewah bak istana tersebut sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Terutama pelayan.

Mereka bolak-balik dari dapur ke ruang makan untuk mengambil makanan yang sudah selesai dimasak oleh koki lalu meletakkannya di atas meja makan.

"Apa semuanya sudah siap?" tanya nyonya besar pada salah satu pelayan. Dia Anita—istri Dewangga.

"Sudah, Nyonya," jawab pelayan tersebut.

Anita pun melihat meja makan untuk memastikan apakah makanan yang dia rekomendasikan untuk menu sarapan pagi ini sudah siap dihidangkan. Ternyata koki di rumahnya bekerja dengan sangat baik karena menu yang dia rekomendasikan semalam sudah tersaji di atas meja makan.

Setelah memastikan tidak ada yang kurang, Anita kembali ke kamar untuk membantu Dewangga memakai dasi. Rutinitas itu seolah-olah menjadi pekerjaan wajib bagi Anita setelah menikah dengan Dewangga karena lelaki itu tidak bisa memasang dasi dengan benar.

"Nah, kalau begini kan, rapi."

"Terima kasih banyak, Sayang," ucap Dewangga sambil mengecup bibir Anita sekilas. Dewangga tidak pernah malu mengecup bibir Anita karena itu merupakan salah satu caranya membuat pernikahannya dan Anita tetap langgeng.

"Ibu jadi ke sini?"

Dewangga mengangguk, kemarin malam sang ibu tiba-tiba saja menelepon dan mengatakan jika ingin berkunjung ke rumahnya dengan alasan kangen sama Abi.

"Ibu pasti mau menyuruh Abi agar cepat nikah."

"Mau bagaimana lagi, Sayang. Abi itu cucu kesayangan ibu. Lagi pula umur Abi sudah sangat cukup untuk menikah."

Anita menghela napas panjang. "Tapi Mas tahu sendiri kan, kalau Abi paling tidak suka dipaksa. Kenapa ibu selalu ngotot menyuruh Abi untuk menikah? Ibu bahkan ingin menjodohkan Abi dengan cucu temannya saat berkujung ke rumah terakhir kali. Apa Mas lupa?"

Dewangga tidak mungkin lupa. Dia masih bisa mengingat dengan jelas ibunya yang marah-marah karena Abi menolak dijodohkan dengan cucu temannya. Dewangga hanya bisa diam karena menyadari kekhawatiran yang dirasakan oleh wanita yang sudah melahirkannya itu. Nenek mana yang tidak khawatir melihat cucu kesayangannya tidak kunjung menikah padahal umurnya sudah sangat matang.

Dewangga pikir tidak ada. Karena itu dia memahami betul apa yang dirasakan oleh sang ibu. Akan tetapi di lain sisi dia tidak bisa memaksa Abi untuk menuruti keinginan neneknya.

Ah, semuanya jadi terasa serba salah. Abi pun sepertinya tidak memiliki hasrat untuk menikah setelah putus dengan mantan kekasihnya.

"Bagaimana dengan gadis yang ingin kamu jodohkan dengan Abi itu? Siapa namanya?" Kening Anita berkerut dalam mencoba mengingat-ingat nama gadis yang ingin Dewangga jodohkan dengan putra sulung mereka.

"Maksudmu, Jena?"

"Nah, itu. Apa dia sudah memberi kabar?"

Dewangga menggeleng lesu. Dia pikir Jena akan langsung menghubunginya begitu dia dan Abi sudah tiba di rumah. Akan tetapi sampai sekang Jena belum juga memberi kabar.

"Apa mungkin Jena menolak dijodohkan dengan Abi?"

"Itu tidak mungkin."

"Kenapa Mas yakin sekali?"

"Feeling saja. Mas yakin sekali Jena pasti mau dijodohkan dengan Abi."

Anita memutar bola mata malas. "Terserah Mas saja. Anita cuma ingin yang terbaik buat Abi."

Dewangga tersenyum lantas menggenggam jemari Anita dengan lembut. "Kamu tenang saja. Pilihan mas tidak akan pernah salah."

Tiba-tiba saja pintu kamar Dewangga dan Anita diketuk dari luar, disusul masuknya seorang pelayan ke dalam kamar mereka.

"Maaf kalau saya mengganggu Tuan dan Nyonya. Saya ingin memberi tahu kalau Eyang Putri sudah datang."

***

Semua pelayan menunduk dalam ketika seorang nenek-nenek berusia 70 tahun berjalan angkuh memasuki kediaman Dewangga. Aura yang terpancar dari perempuan tua itu membuat siapa pun yang berada di dekatnya merasa tidak nyaman hingga ketakutan tanpa sebab.

Perempuan yang akrab disapa Eyang Putri itu berjalan mendekati seorang pelayan perempuan yang berdiri paling ujung. Pelayan tersebut tanpa sadar meremas kesepuluh jemari tangannya karena Eyang Putri menatapnya dari atas sampai bawah dengan lekat seolah-olah ingin menguliti tubuhnya.

"Kenapa rokmu pendek sekali? Apa kau ingin menggoda cucuku, hah?" Suara Eyang Putri membuat semua pelayan yang ada di sana semakin takut dan gemetar. Apa lagi pelayan yang sedang berdiri tepat di hadapannya.

Talapak tangan pelayan itu terasa semakin dingin dan basah. Jantungnya pun berdetak tidak nyaman karena tatapan Eyang Putri sangat tajam. "M-maaf, Eyang Put—"

"Maaf-maaf!" Pelayan tersebut terlonjak kaget karena dibentak Eyang Putri.

"Coba kau lihat seragam temanmu. Apa ada yang pendek seperti punyamu?" tanya Eyang Putri sambil menunjuk lutut pelayan tersebut dengan tongkat yang dibawanya.

Anita yang mendengar suara Eyang Putri bergegas ke depan agar ibu mertuanya itu berhenti membuat keributan. "Kenapa Ibu marah-marah?" tanyanya terdengar lembut.

"Coba kamu lihat seragam anak itu?" Eyang Putri menunjuk pelayan yang tadi dimarahinya.

Anita pun mengikuti arah pandang Eyang Putri, menatap seorang pelayan yang berdiri ketakutan tidak jauh darinya.

"Kenapa seragam anak itu lebih pendek dari yang lain. Apa dia ingin menggoda cucuku?"

"Ibu jangan berpikiran buruk seperti itu. Dia pelayan baru di rumah ini. Dia terpaksa memakai seragam bekas karena seragamnya belum jadi," jelas Anita.

"Kalau seragamnya sudah jadi, Anita pasti langsung suruh ganti," imbuhnya sebelum Eyang Putri kembali mencari-cari kesalahan pelayan tersebut untuk dijadikan bahan marah-marah.

"Awasi dia! Jangan sampai muncul di depan Abi sebelum seragamnya yang baru jadi!"

"Iya, Bu," ucap Anita tanpa emosi, padahal dia sudah merasa gereget setengah mati.

Dia pun memerintahkan para pelayan untuk melanjutkan kembali pekerjaannya tanpa sepengetahuan Eyang Putri sebelum ibu mertuanya itu kembali mengomel lagi.

"Selamat datang, Ibu," ucap Dewangga menyambut kedatangan Eyang Putri lalu menyalami tangan wanita yang sudah melahirkannya itu dengan penuh rasa hormat.

"Ini dia si anak durhaka."

"Maksud, Ibu?" Dewangga begitu terkejut mendengar sang ibu menyebutnya anak durhaka, begitu pula dengan Anita.

"Kamu pantas disebut anak durhaka karena tidak pernah datang ke rumah ibu. Apa harus selalu ibu yang datang ke rumahmu?"

"Ibu tahu sendiri kan, kalau Dewangga sangat—"

"Alah, kebanyakan alasan," cibir Eyang Putri. "Bilang saja kalau kamu memang sudah lupa sama ibu."

Dewangga melirik Anita lewat kedua ekor matanya, seolah-olah meminta tolong Anita agar membebaskannya dari omelan sang ibu.

"Anita tadi meminta koki untuk memasak makanan favorit Ibu. Kita makan dulu, yuk! Ibu pasti belum sarapan, kan?" Anita menuntun Eyang Putri ke meja makan, untung saja ibu mertuanya itu mau menuruti ucapannya.

Dewangga sontak mengembuskan napas lega. Dia pun bergegas menyusul istri dan ibunya itu ke ruang makan.

Pelayan di rumah Dewangga biasanya hanya menyajikan nasi goreng, sereal, oatmeal, atau roti bakar untuk menu sarapan. Akan tetapi kali ini mereka juga menyajikan asem-asem ikan bandeng karena Eyang Putri sangat menyukai makanan tersebut.

Anita pun bergegas mengambilkan nasi beserta kepala ikan bandeng untuk Eyang Putri sebelum wanita tua itu kembali mengomel.

"Selamat menikmati, Ibu."

Eyang Putri menatap makanan yang ada di hadapannya dengan lekat selama beberapa detik kemudian meraih sebuah sendok yang sudah Anita sediakan untuknya.

Anita tanpa sadar meremas kesepuluh jemari tangannya melihat Eyang Putri yang bersiap memakan asem-asem bandeng buatan koki di rumahnya. Semoga saja rasa makanan tersebut sesuai dengan selera ibu mertuanya itu.

"Di mana, Abi? Kenapa dia belum turun?" Pertanyaan Eyang Putri yang tiba-tiba itu membuat Anita tergagap.

"Abi masih siap-siap di kamarnya, Bu."

Eyang Putri meletakkan sendoknya dengan kasar hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. "Apa dia tidak ingin bertemu dengan eyang-nya? Suruh dia turun!"

"Baik, Bu." Anita pun cepat-cepat meninggalkan ruang makan, lantas pergi ke kamar Abi yang berada di lantai atas.

"Ibu jangan suka marah-marah, nanti tekanan darah Ibu naik."

Eyang Putri sontak menatap Dewangga yang duduk di kursi berseberangan dengannya. "Bagaimana mungkin ibu tidak marah-marah kalau melihat ada yang tidak benar di rumahmu?"

Dewangga menghela napas panjang dan memilih melanjutkan kembali sarapannya karena sang ibu akan terus mengoceh jika terus ditanggapi.

"Kenapa cucuku turunnya lama sekali? Apa kamar Abi pindah ke planet Mars?"

"Abi di sini, Eyang."

Eyang Putri sontak menoleh, menatap lelaki berkaca mata yang berjalan menghampirinya. "Cucu kesayanganku," ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

Abi pun mendekat lantas masuk ke dalam dekapan neneknya.

"Sudah lama sekali eyang tidak melihatmu. Kamu semakin tampan saja, Bi." Eyang Putri menatap Abi dari atas sampai bawah dengan wajah berbinar. Dia amat sangat menyayangi cucu pertamanya itu.

Abi hanya tersenyum menanggapi ucapan Eyang Putri. "Terima kasih, Eyang."

Anita pun meminta Abi dan Eyang Putri untuk sarapan karena makanan mereka sudah hampir dingin.

"Umurmu tahun ini berapa, Bi?" tanya Eyang Putri di sela-sela makan.

"Dua puluh delapan tahun, Eyang. Memangnya kenapa?"

"Apa kamu sudah mempunyai rencana untuk menikah?"

Pertanyaan itu selalu Eyang Putri tunjukkan pada Abi bila datang ke rumah. Entah kenapa Abi masih sering merasa kesal mendengarnya karena Eyang Putri pasti ujung-ujungnya ingin menjodohkannya dengan cucu temannya yang entah mana lagi.

"Sudah." Bukan Abi yang menjawab pertanyaan tersebut, melainkan Dewangga.

"Abi sudah Dewangga jodohkan dengan anak sahabat baik Dewangga," imbuhnya.

Ucapan Dewangga barusan membuat Abi terkejut pasalnya Jena sampai sekarang belum juga memberi keputusan. Abi tidak tahu gadis itu mau dijodohkan dengannya atau tidak. Namun, ayahnya dengan santainya malah memberi tahu Eyang Putri kalau dia sudah dijodohkan dengan Jena.

"Ayah jangan bicara yang tidak-tidak sama, Eyang. Kita saja belum tahu Jena mau dijodohkan dengan Abi atau tidak," dengkus Abi terdengar kesal.

"Apa gadis itu menolak cucuku?" tanya Eyang Putri sewot.

Tepat saat itu ponsel milik Dewangga berdering. Ada panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Dewangga pun menunjukkan ponselnya pada semua orang yang ada di meja makan dengan senyum bahagia.

"Kamu lihat, Bi. Jena pasti menerima perjodohan ini."

[Bersambung]

Bab terkait

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   7. Perpisahan Termanis

    "Kamu serius mau pergi, Jen?" Ambar kembali menyeka air mata yang jatuh membasahi pipinya karena dia sebentar lagi akan berpisah dengan sahabat baiknya."Padahal kamu kemarin ngotot banget nyuruh aku menerima pinangan mas Abi. Tapi kenapa kamu sekarang malah menangis?""Kamu tuh, nggak akan ngerti, Jen." Ambar berdecak kesal karena Jena tidak memahami kesedihannya."Nggak ngerti gimana?""Sudahlah lupakan," sahut gadis yang rambutnya selalu dikepang dua itu malas.Jena tersenyum tipis sambil mengusap bahu Ambar agar perasaan sahabatnya itu mrnjadi lebih tenang. Jena sebenarnya sangat memahami apa yang saat ini sedang Ambar rasakan. Akan tetapi dia tidak ingin menunjukkan kesedihannya di depan Bik Ijah karena wanit itu pasti akan ikut bersedih.Mengingat Bik Ijah membuat Jena ingin sekali meneteskan air mata karena dia sebentar lagi akan berpisah dengan wanita yang sudah merawat dan menyayanginya seperti anak kandung sendiri. Berat rasa

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-21
  • Istriku yang Tidak Memuaskan   8. Fakta Mengejutkan

    "Om cuma bercanda." Dewangga tidak bisa menahan tawa ketika melihat Jena yang begitu terkejut setelah mendengar ucapannya. Dewangga memang sudah tidak sabar ingin memiliki cucu dari Abi dan Jena hingga tidak sadar menyuruh pelayan membawa koper Jena ke kamar Abi. Lagi pula dia tidak ingin membuat Eyang Putri terkena serangan jantung jika tahu Abi dan Jena sudah tidur dalam satu kamar sebelum menikah. "Mari, ikut om, Jena." Jena mengangguk lantas mengikuti Dewangga masuk ke dalam rumah. Beberapa pelayan sontak berbaris rapi sambil menundukkan kepala menyambut kedatangan mereka. Anita yang mendengar mobil Dewangga memasuki halaman bergegas turun untuk menyambut kedatangan suaminya. Selain itu, dia juga ingin tahu seperti apa wajah calon menantunya. Apakah benar kalau Jena memiliki wajah yang sangat cantik seperti yang selalu Dewangga katakan pada dirinya? "Selamat datang di rumah om, Jena." Mulut Jena menganga lebar mengagumi betapa megahnya kediaman Dewangga. Dindingnya didomin

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-02
  • Istriku yang Tidak Memuaskan   9. Keputusan Abi

    Jena terus berbalik mencari posisi tidur yang nyaman. Entah kenapa kedua matanya sulit sekali untuk dipejamkan padahal sekarang sudah hampir tengah malam. Masih tergambar jelas di ingatan Jena bagaimana ekspresi Abi, Dewangga, dan Anita ketika mengetahui kalau dirinya tidak bisa membaca. Terkejut bukan main.Saat berumur 10 tahun, Jena pernah diculik oleh orang suruhan pamannya yang ingin menguasai harta kedua orang tuanya. Dia disekap di dalam sebuah rumah kosong yang berada di tengah hutan dan dipaksa membaca cerita tentang penculikan dan pembunuhan anak perempuan yang tubuhnya dimutilasi kemudian dijadikan santapan lezat oleh si pembunuh.Perut Jena terasa sangat mual ketika membaca cerita tersebut, tubuhnya pun berkeringat dingin. Dia tidak sanggup lagi untuk meneruskan, tapi mereka malah memaksanya agar membaca cerita tersebut dengan suara lantang.Jena masih ingat dengan jelas orang-orang yang menculiknya tertawa senang melihatnya yang menangis ketakutan. Dia pun memohon-mohon p

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Istriku yang Tidak Memuaskan   10. Kedatangan Putra Kedua

    "Jena, tolong keluarkan puding mangga yang ada di lemari es," pinta Anita. "Iya, Bu." Jena pun segera mengeluarkan puding yang dibuat Anita tadi pagi dari lemari es. Tumben sekali calon mertuanya itu mau repot-repot membuat puding karena Anita biasanya selalu menyuruh pelayan untuk menyiapkan semuanya. "Kalau sudah taruh di meja." Jena pun meletakkan puding mangga itu dengan hati-hati di atas meja makan sesuai perintah Anita. "Makan puding paling enak pakai vla vanila." Jena tanpa sadar menelan ludah melihat Anita yang sedang menuangkan vla vanila di atas puding mangga buatannya, kemudian memotong puding tersebut menjadi beberapa bagian untuk diberikan pada Abi dan Dewangga saat mereka sudah pulang dari kantor. "Ini, untukmu." "Untuk Jena?" tanya Jena sambil menunjuk dirinya sendiri. Anita memutar bola mata karena Jena masih saja bertanya. "Iya, Jena. Puding ini untuk kamu." Jena malah diam menatap sepiring puding yang Anita ulurkan pada dirinya. Padahal dia sudah mengecewakan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • Istriku yang Tidak Memuaskan   11. Lelaki Bermulut Pedas

    "Rangga jaga ucapanmu," ucap Anita dengan nada penuh peringatan agar putra keduanya itu tidak bicara sembarangan pada Jena.Elrangga mendesah panjang. "Coba Ibu pikir. Kak Abi itu sangat pintar dan hebat. Apa Ibu ingin menjodohkan anak kesayangan Ibu dengan gadis seperti ini?"Elrangga memperhatikan Jena dari atas sampai bawah, seolah-olah menilai penampilan gadis itu. "Wajah pas-pasan, dada rata, bokong tidak terlalu padat, pendek ...."Wajah Jena sontak memerah, amarah dan kekesalan tergambar jelas di wajah cantiknya. Jena benar-benar kesal karena Erlangga sudah menghina dirinya. Apa lagi di depan Anita."Elrangga jaga ucap—" Anita tidak melanjutkan kalimatnya karena Jena menyela ucapannya."Mulutmu itu pernah disekolahin nggak, sih?" Jena menatap Elrangga dengan tajam. "Tubuhku tidak terlalu rata. Ada tanjakan juga belokan di sana!" ucapnya tidak terima atas hinaan yang Elrangga tunjukkan pada dirinya."Mana?" Elrangga balas menatap Jena dengan pandangan merendahkan, seolah-olah J

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • Istriku yang Tidak Memuaskan   12. Pesona Gadis Kampung

    "Mas ada meeting mendadak siang ini. Kamu nggak papa kan, kalau pergi sama Rangga?"Jena sebenarnya ingin sekali menjawab tidak karena dia pasti tidak akan bisa memilih baju untuk acara pertunangan mereka dengan tenang jika pergi bersama Elrangga. Namun, dia tak mungkin mengatakan tidak karena Abi diwajibkan hadir di meeting tersebut."Kenapa Kak Abi nyuruh Rangga buat nemenin Jena?" tanya Rangga sewot. Sepertinya dia juga enggan mengantar Jena pergi ke butik."Karena cuma kamu yang bisa kakak andalkan, Rangga. Kakak titip Jena sebentar. Tolong jaga dia baik-baik," pesan Abi sebelum pergi ke kantor.Jena terus menatap mobil Abi sampai menghilang dari pandangannya hingga tidak menyadari jika Elrangga memanggilnya sejak tadi.Tin ....Jena tergagap karena mendengar klakson dari Audy RS7 yang ada di hadapannya."Buruan masuk!" seru Rangga sambil menurunkan kaca mobil bagian kiri agar bisa melihat Jena.Jena pun membuka pintu mobil bagian belakang dan mendudukkan diri di sana."Kenapa kam

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-24
  • Istriku yang Tidak Memuaskan   13. Hampir Hilang Akal

    Elrangga tanpa sadar menggelengkan kepala. Dia tidak mungkin terpesona dengan gadis kampung seperti Jena.Ya, itu tidak mungkin.Namun, Elrangga akui kalau Jena memang terlihat sangat cantik. Andai saja Jena tidak berasal dari kampung, mungkin dia sudah jatuh hati pada gadis itu."Astaga, Rangga sadarlah!" Rangga menampar pipinya sendiri dengan cukup keras agar berhenti memikirkan hal yang tidak-tidak tentang Jena.Vincent tersenyum geli melihat apa yang Elrangga lakukan. "Gimana menurut, yey? Jena cantik, kan?""Biasa saja.""Kalau biasa saja kenapa air liurmu menetes?"Elrangga refleks mengusap sudut bibirnya setelah mendengar pertanyaan Vincent untuk berjaga-jaga apakah air liurnya benar-benar keluar karena melihat penampilan Jena. Namun, telapak tangannya ternyata kering.Sialan!Apa Vincent sedang menggodanya?Tawa Vincent seketika pecah karena Elrangga tidak mau mengaku kalau dirinya terpesona dengan Jena. Selain dingin dan cuek, Elrangga ternyata juga mudah sekali tersinggung.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-25
  • Istriku yang Tidak Memuaskan   14. Trouble

    "Aduh!" Jena terjengkang karena Elrangga mendorongnya lumayan keras. "Kenapa Mas El dorong Jena?" tanyanya sambil mengusap pantatnya yang berdenyut sakit."Sa-salah sendiri! Kenapa kamu deket-deket sama aku." Elrangga menjawab pertanyaan Jena terbata-bata karena sibuk menormalkan detak jantungnya."Siapa yang mau deket sama Mas El, sih? Mas El sendiri kan, yang meluk Jena," sungut Jena kesal karena Elrangga membuat pantatnya sakit."Aku refleks memelukmu karena kamu tadi hampir jatuh Jena.""Tapi kenapa Mas El tiba-tiba dorong Jena?"Elrangga terdiam karena dia tidak mungkin memberi tahu Jena alasan yang membuatnya tiba-tiba mendorong gadis itu."Ujung-ujungnya Jena tetap jatuh, kan?" sungut Jena kesal. "Aduh, pantatku rasanya sakit sekali." Jena mencoba untuk berdiri. Namun, dia tidak bisa berdiri sendiri karena terhalang gaunnya yang panjang."Mas El bantuin." Jena mengulurkan kedua tangannya, tapi Elrangga malah meninggalkannya begitu saja.Lelaki itu ... sangat menyebalkan dan suk

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-26

Bab terbaru

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   Ekstra Part

    Jena mencicipi nasi goreng buatannya yang sebentar lagi matang. Dia segera mematikan kompor setelah memastikan kalau rasa nasi goreng tersebut sudah pas dan siap untuk dihidangkan. Jena biasanya hanya membuat roti bakar atau pancake untuk sarapan. Namun, suami tercinta ingin sarapan nasi goreng Demi menuruti permintaan Elrangga, Jena pun membuat nasi goreng pagi ini. Tidak lupa dia membuat telur dadar untuk pelengkap. Setelah semua siap, Jena bergegas pergi ke lantai atas untuk membangunkan Elrangga. Setelah menikah, Jena dan Elrangga memutuskan untuk tinggal di rumah mereka sendiri. Anita dan Dewangga sebenarnya tidak ingin mereka pindah. Namun, Jena dan Elrangga sudah sepakat kalau mereka akan tinggal di rumah mereka sendiri setelah menikah. Dengan berat hati, Anita dan Dewangga pun menuruti permintaan Jena dan Elrangga dengan syarat mereka harus sering-sering berkunjung ke rumah. Jena menyibak tirai yang menutupi jendela kamarnya. Kamarnya yang semula gelap pun seketika beruba

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   72. Dear Happiness^^

    Dengan tangan gemetar dan napas yang masih tersengal, Jena bergegas menuju ruangan VIP yang ada di rumah sakit Citra Medika. Semua orang yang berada di lorong rumah sakit menatap Jena aneh karena penampilannya mirip sekali dengan orang gila.Rambutnya acak-acakan, bahkan saking paniknya dia sampai lupa memakai sandal.Beberapa jam yang lalu Jena mendapat telepon dari Ardilla. Mantan adik iparnya itu memberi tahu kalau Elrangga mengalami kecelakaan dan kondisinya sekarang sedang kritis.Jantung Jena mencelus melihat Elrangga yang terbaring tidak sadarkan diri dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya. Dia langsung memeluk Elrangga dengan erat, sementara air mata jatuh semakin deras membasahi pipinya. Jena benar-benar takut Elrangga pergi meninggalkannya untuk selamanya."Mas El, sadarlah. Jangan tinggalin Jena dan Arjuna sendirian ...," gumam Jena dengan suara gemetar karena menahan sesak yang menghimpit di dalam dadanya. Dia benar-benar takut kehilangan Elrangga."Jena men

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   71. Mempertahankan Ego

    "Arjuna kangen sekali sama ayah. Kenapa ayah tidak pernah datang, Ibu?"Jena yang sedang menjahit baju milik Arjuna sontak berhenti ketika mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut putra sulungnya itu. Akhir-akhir ini Arjuna memang sering menanyakan Elrangga karena sudah dua bulan lebih lelaki itu tidak datang menemui mereka. Memberi kabar pun tidak.Bukan tanpa alasan kenapa Elrangga tidak pernah datang karena Jena sendiri yang meminta. Jena ingin menjauh dari kehidupan Elrangga agar lelaki itu bisa membuka hatinya untuk Allecia."Ayahmu sedang sibuk bekerja, Arjuna. Makanya ayah tidak sempat mengunjungimu." Jena terpaksa berbohong untuk yang kesekian kalinya. Dia tidak mungkin memberi tahu Arjuna alasan sebenarnya yang membuat Elrangga tidak pernah datang mengunjungi mereka.Wajah Arjuna seketika berubah sendu. Padahal Elrangga selalu menyempatkan diri untuk datang mengunjunginya di sela-sela kesibukannya yang padat. Namun, Elrangga sekarang tidak pernah datang menemuinya. Arjuna

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   70. Melepasmu

    "Di kampung sekarang sedang musim buah apa, Jena?"Jena tidak mendengar pertanyaan Anita dengan jelas karena dia sibuk memperhatikan Elrangga dan Allecia yang sedang berbincang di ruang tamu sejak tiga puluh menit yang lalu. Entah hal apa yang sedang mereka bicarakan karena ekspresi Elrangga terlihat sangat serius.Rasanya Jena ingin sekali pergi ke ruang tamu agar bisa mengetahui apa yang sedang Elrangga dan Allecia bicarakan. Namun, dia tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya."Kamu lihat apa, Jena?" Jena tergagap karena Anita menyentuh punggung tangannya pelan. "Bukan apa-apa, Bu," jawabnya terdengar gugup.Anita pun mengikuti arah pandang Jena. "Kamu sedang melihat Rangga dan Allecia?"Jena menelan ludah susah payah. Dia tidak pernah menyangka Anita tahu kalau dia sedang memperhatikan Elrangga dan Allecia sejak tadi. "Ti-tidak, Bu. Jena tadi sedang melihat jam di ruang tamu," dusta Jena. Semoga saja Anita percaya dengan ucapannya.Anita sebenarnya tidak percaya dengan apa

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   69. Cemburu

    "Nenek!" Arjuna berlari kecil sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar menghampiri Anita.Anita tampak begitu senang karena Arjuna akhirnya datang ke rumahnya. Dia pun meraih tubuh mungil Arjuna ke dalam gendongan lalu menghujani wajah cucu kesayangannya itu dengan ciuman."Aduh, Nenek! Geli!" Arjuna terkikik geli karena Anita terus menciumi wajahnya."Nenek kangen sekali sama Arjuna. Apa Arjuna tidak kangen sama nenek?""Arjuna juga kangen sekali sama Nenek." Arjuna menenggelamkan wajahnya di leher Anita dengan manja. Anak itu pintar sekali mengambil hati neneknya."Apa Arjuna tidak kangen sama kakek?"Arjuna sontak mengangkat wajahnya dari leher Anita, melihat seorang lelaki paruh baya yang berdiri tepat di belakang neneknya."Kakek!" pekiknya sambil mengulurkan kedua tangan ke arah Dewangga, minta digendong.Dewangga pun mengambil alih Arjuna dari gendongan Anita lantas mencium pipi cucu pertama sekaligus pewaris perusahaan Dewangga itu dengan penuh sayang. Sepasang mata abu

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   68. Hidup Baru

    "Ibu, ayo, cepat! Biar ayah nanti tidak menunggu kita terlalu lama.""Iya, Sayang. Awas, jangan lari-lari. Nanti kamu jatuh." "Arjuna udah hati-hati, Ibu. Jangan khawatir."Jena hanya bisa menghela napas melihat tingkah putranya. Siapa yang akan menyangka jika bayi prematur yang dia lahirkan lima tahun lalu itu sekarang tumbuh menjadi anak yang begitu aktif dan cerdas.Padahal kondisi Arjuna sempat menurun karena dia stres memikirkan proses perceraiannya dan Abi. Dia bahkan sudah pasrah jika Tuhan ingin mengambil Arjuna kapan pun darinya karena dia tidak tega melihat putra semata wayangnya itu terus tersiksa.Namun, keajaiban itu tiba-tiba datang. Kondisi Arjuna berangsur-angsur membaik hingga berhasil melewati masa kritis. Tiga bulan kemudian dokter akhirnya mengizinkan Arjuna pulang. Namun, anak laki-lakinya itu harus tetap diperhatikan secara ekstra karena daya tahan tubuhnya lemah.Jena merasa sangat bersyukur Arjuna akhirnya sembuh. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan ter

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   67. Ceraikan Aku, Mas!

    "Mas minta maaf, Jena. Mas sungguh-sungguh minta maaf ...." Abi menangis tersedu-sedu sambil besimpuh di kaki Jena. Penyesalan dan rasa bersalah tergambar jelas di wajahnya. Abi merasa sangat menyesal sudah menyakiti Jena."Percuma saja kau minta maaf. Dasar, Berengsek!" Elrangga ingin melayangkan pukulannya kembali ke wajah Abi. Sepertinya dia belum puas memberi Abi pelajaran padahal kondisi kakak kandungnya itu sudah babak belur."Rangga hentikan! Tahan emosimu!" Dewangga dengan sigap menahan Elrangga agar tidak memukuli Abi lagi meskipun dia sendiri juga merasa sangat kecewa dengan putra pertamanya itu.Wajah Elrangga tampak mengeras, dadanya pun naik turun. Amarah dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya ketika menatap Abi. Elrangga sangat marah sekaligus kecewa karena Abi tega menyakiti Jena berkali-kali."Jena, Mas mohon. Tolong maafin, Mas ...,"Jena hanya diam, tatapan kedua matanya pun terlihat kosong karena kenyataan ini membuatnya sangat terpukul. Padahal dia

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   66. Wanita Gila dan Perempuan yang Tersakiti

    Jena keluar dari rumah sakit sejak tiga hari yang lalu. Padahal dia ingin terus berada di dekat buah hatinya, tapi dokter malah menyuruhnya untuk pulang. Untung saja dokter mengizinkannya untuk melihat keadaan sang buah hati yang masih dirawat di NICU setiap hari.Abi sampai sekarang juga belum mengambil keputusan, memilih untuk kembali bersama Jena atau meninggalkan Dea. Lelaki itu sangat plin-plan dan tidak punya pendirian. Jena sendiri pun bingung menjelaskan hubungannya dengan Abi sekarang. Status mereka memang masih suami istri, tapi Abi tidak bisa bersikap selayaknya seorang suami.Jena harap Abi bisa berubah. Dia akan membuka pintu maafnya lebar-lebar dan memberi Abi kesempatan jika mau meninggalkan Dea dan memilih kembali bersama dirinya. Namun, Abi tidak kunjung mengambil keputusan padahal dia hanya memiliki waktu dua hari lagi.Bagaimana kalau Abi lebih memilih Dea dari pada dirinya? Apakah dia sanggup membesarkan buah hatinya seorang diri tanpa Abi?Jena menggigit bibir bag

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   65. Keputusan Sulit

    Ada tujuh buah inkubator di dalam ruangan berukuran lumayan besar tersebut. Semua bayi yang ada di dalam kotak kaca itu sama-sama berjuang keras agar tetap hidup dengan bantuan alat medis yang berukuran lebih besar dari tubuh mereka.Abi menatap nanar seorang bayi laki-laki yang berada di dalam salah satu inkubator tersebut. Tubuh anaknya terlihat sangat kurus. Dia bahkan bisa melihat jantung anaknya yang sedang berdetak. Kondisi buah hatinya sangat memprihatinkan dan semua ini terjadi karena kesalahannya. Abi merasa sangat menyesal sudah berselingkuh dengan Dea hingga membuat Jena harus melahirkan buah hati mereka lebih cepat. Namun, sebesar apa pun penyesalan yang saat ini sedang dia rasakan, dia tidak mungkin bisa kembali ke masa lalu untuk menghapus semua kesalahannya.Padahal dia dan Jena sudah memiliki rencana untuk membesarkan buah hati mereka bersama-sama hingga maut memisahkan. Dia dan Jena bahkan sudah mempersiapkan nama dan pendidikan terbaik untuk buah hati mereka hingga

DMCA.com Protection Status