Home / Romansa / Istriku Tua / Kencan Sial

Share

Kencan Sial

Author: Naffa Aisha
last update Last Updated: 2022-09-11 22:06:35

ISTRIKU TUA

Bab 15 : Kencan Sial

"Kok diam sih, Bebby? Ke Mall sajalah, mau? Aku akan belanjai kamu, apapun boleh kamu beli." Dia menatapku genit.

Hem, kalau belanja, bisa dibunuh Fani kalau pulangnya bawa belanjaan banyak gitu.

"Restoran sajalah, gak usah ke Mall. Gak usah dibelanjain deh, kasih mentahnya saja!" Aku tersenyum.

"Hem, gampanglah." Lagi-lagi Hanum mengedipkan sebelah matanya.

Aku langsung membuang pandangan darinya, agak alergi ama yang genit-genit gini.

Taklama kemudian, Hanum sudah memarkirkan mobilnya di depan restoran Seafood yang letaknya di pinggir pantai. Tempatnya mewah, ini pasti restoran bintang lima. Aku keluar dari mobil dan Hanum menggandengku masuk.

"Suka tempatnya, Beb?" dia mengajakku duduk salah satu pondok kecil yang terletak di atas pantai. Dengan melewati geretak panjang, baru kami bisa sampai di sini. Di bawah, samping kiri dan kanan, pemandangan pantai tampak indah sekali. Hawanya juga adem, aku suka tempat ini.

"Suka," jawabku sambil melihat ke se
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istriku Tua   Diculik

    ISTRIKU TUABab 16 : DiculikPerlahan kubuka mata, walau napas masih terasa sesak. Telinga terasa berdenying dengan kepala berat."Beb, kamu sudah sadar?" dua orang wanita berpakaian sexi mendekatiku. Keduanya duduk di sebelah kanan dan kiri.Pandangan buram, aku mengerjapkan mata berkali-kali dan masih tanpa suara."Apakah aku sudah mati? Bukankah aku tenggelam di laut?" lirihku dalam hati. "Apakah kedua wanita ini, setan pencabut nyawa?""Bebby, kamu kenapa? Kok bengong gitu, sih?" wanita yang hanya mengenakan bra dan celana pendek itu membelai kepalaku."Si-siapa ka-kalian? Aku di mana?" aku berusaha bangkit, tapi kepala mendadak sakit hingga harus kembali jatuh ke bantal."Berbaring saja, Beb! Jangan bangun dulu!" kini wanita yang dengan dres sepaha yang merangkul tubuhku."Aku mau pulang," ujarku sambil memegangi kepala yang ternyata ada luka. Pantas saja terasa sakit.Taklama kemudian, seorang wanita lain masuk lagi ke kamar."Beb, syukurlah kamu sudah sadar," dia langsung memel

    Last Updated : 2022-09-11
  • Istriku Tua   Ternoda

    ISTRIKU TUABab 17 : TernodaHabis sudah harga diri yang kubanggakan selama ini, kini aku layaknya tisu yang habis di sobek-sobek terus di buang dan tertimpa hujan. Lumat tak bersisa. Mungkin dunia menertawai nasibku yang malang dan mengenaskan ini, air mata yang kuteteskan saat ini bukti keterpurukan. Laki-laki juga bisa menangis, jika hatinya sudah terlalu sakit akan azab hidup yang melebihi kapasitas. Penyesalan ini serasa tiada arti, sebab aku terlanjur hancur.Ketiga setan wanita itu telah melemparku ke lembah kenistaan, seperti lintah ... mereka terus memangsaku tanpa henti. Hingga darah mengering dan tak tubuhku kurus kering. Selama berhari-hari, aku menjadi pemuas napsu wanita haus cinta itu. Tanpa belas kasian, mereka terus menyerang raga ini. Oh tuhan, inikah murkamu? Ampuni hamba, ya Alllah ....Malam itu, mereka sudah memangsaku sejak dari sore. Hingga kini ketiganya terkapar karena lelah. Tali pengikat tangan dan kaki, tinggal sidikit lagi akan bisa kulepas. Sebab aku sud

    Last Updated : 2022-09-13
  • Istriku Tua   Mimpi

    ISTRIKU TUABab 18 : MimpiLangkah kaki terhenti di depan sebuah rumah mewah. Kuamati seseorang yang wajahnya tak asing sedang berdiri di teras, ia mengantar suami dan anak-anaknya yang hendak berangkat ke sekolah."Ayah hati-hati ya berangkatnya!" wanita itu mencium punggung tangan si pria. "Kalian yang benar di sekolah! Nanti pulangnya Bunda yang jemput." Kini ia beralih kepada ketiga anak-anaknya. Dua anak perempuan dengan seragam SMA dan SMP, dan satu orang bocah laki-laki dengan seragam SD."Iya, Bunda," jawab ketiganya serempak dan berebutan mencium punggung tangan sang Bunda."Eh, Bun ... Itu ada pemulung lagi ngorek-ngorek tempat sampah kita. Kasian, ya!" ujar anak bocah itu menunjuk kearahku.Busyet, dah! Aku ini bukan pemulung! Hanya kebetulan lewat saja dan tak sengaja melihat dia. Yah, dia! Dia, Faniku! Tak salah lagi! Langsung saja kulemparkan senyuman maut padanya seraya berjalan mendekat kearah mereka."Bun, minta uang lima ribu! Adek mau kasih sama dia, kasian," oceh s

    Last Updated : 2022-09-13
  • Istriku Tua   Jadi Pemulung

    Istriku TuaBab 19 : Jadi Pemulung"Apa gak ada cara lain selain jadi pemulung?" Aku terduduk lesu."Gak ada cara lain, Om. Ya sudah, ayo ... Aku temani Om. Kasian juga, Om kan belum berpengalaman. Hari ini aku training dulu deh." Si anak yang rambut kimbal menarik tanganku.Dengan hati yang menangis, aku mengikuti langkahnya. Sedih campur terharu, tapi terlebih lagi malu. Dengan sambil menunduk, aku membuka karung agar dia dapat memasukan kaleng hasil pungutannya setelah menyusuri jalan dan mengobok-obok tempat sampah."Siapa nama kamu? Biar Om catat kebaikanmu di hati, Om.""Dul, Om," jawabnya sambil memberi komando agar aku memungut kaleng minuman yang terdapat di pinggir selokan."Nah, bagus. Om pinter, yang itu lagi, Om!" dia menunjuk kaleng yang terdapat di dalam selokan.Hem, seenaknya saja dia main perintah. Ogah! Kalau masuk selokan cuma demi satu kaleng."Buruan, Om ... Ambil!""Kamu sajalah, Dul. Om malas masuk ke situ," ujarku dengan kecut.Tiba-tiba saja, sebuah mobil mer

    Last Updated : 2022-09-13
  • Istriku Tua   Dal, Dil, Dul, Del

    Istriku TuaBab 20 : Dal, Dil, Dul, Del"Ya elah, Om Otong ini. Kalau Dul punya duit, Dul gak akan mulung dulu kalau mau makan." Dia melototiku, seperti emak-emak yang memarahi anaknya."Kali aja kamu punya uang simpan, gitu." Aku merengut, mau ngambek kalau yang berbicara begitu adalah Fani. Tapi, sayangnya, hiks ... dia bukan Fani."Gak ada, Om!" bentaknya."Gak ada, ya udah. Gak usah bentak-bentak gitu dong!" ucapku tak kalah nyaring.Nih bocah suka meledak gak jelas, serasa pengen kucabuti rambutnya terus kujadikan sapu."Kalau Om mau pulang, berarti Om harus kerja dulu biar dapat buat ongkos. Kalau duitnya sudah banyak, entar Dul anterin pulang," ujarnya kembali melembut."Kamu sajalah yang kerja, Dul! Om tukang ngumpulin uangnya saja, bagaimana?" mataku membuat menatapnya."Ogah! Emangnya Dul babunya, Om!" dia bangkit dan menatapku garang."Entar Om ganti lima kali lipat," ujarku sembari menunjukan lima jari."Nggak! Dul sudah gak mempan dengan buaian janji manis."Kuhela napas

    Last Updated : 2022-09-13
  • Istriku Tua   Pulang

    ISTRIKU TUABab 21 : PulangLangkahku terhenti dan sekujur tubuh menjadi kaku. Darah berdesir, hati mendadak suram dan nyali menciut. Apa yang harus di lakukan sekarang? Putar balik atau mencoba maju dan berpikir positif?Napas tercekat, ingin memanggil nama Fani tapi lidah serasa kelu. Tiba-tiba, kedua pasang mata yang sedang mengobrol serius itu menatapku bersamaan. Terlihat Fani menyipitkan mata memperhatikan diri ini dari ujung kepala hingga ujung kaki.Kucoba melemparkan senyum termanis yang selama ini selalu membuatnya mabuk kepayang. Fani mendekat dan menghampiriku. Hem, dia pasti akan memeluk tubuh ini. Aku jadi tak sabar."Dek, ini Mas Fahmi," ujarku dengan senyum senang."Mas, ini kamu?" Fani terlihat kaget."Harfani, saya permisi. Lain kali kita sambung lagi," ucap pria berjas hitam, menatap sekilas lalu pergi.Fani mengangguk dan menatap kepergian pria itu. Hati menjadi panas, boro-boro mau di peluk. Ia hanya menampakan wajah kaget tadi, dengan kesal aku langsung nyelonong

    Last Updated : 2022-09-14
  • Istriku Tua   Dicuekin

    ISTRIKU TUABab 22 : DicuekinBeberapa hari berlalu setelah kembalinya aku ke rumah, tapi sikap Fani masih tetap cuek. Dia benar-benar sudah berubah, marahkah? Atau ada sesuatu yang disembunyikan, entahlah. Ia semakin jarang di rumah, palingan cuma satu jam setelah pulang mengajar dari sekolah saja. Itupun cuma makan dan sholat, lalu pergi lagi dan pulangnya malam."Dek, kok sudah mau pergi lagi?" tanyaku ketika melihatnya sudah bersiap untuk pergi lagi, padahal baru setengah jam yang lalu ia pulang dari sekolah."Ada murid les yang minta belajar jam 14.00, Mas. Aku pergi dulu," dia hanya menatapku sekilas kemudian berlalu.Aku hanya melengos sebal, tanpa salim kepadaku, ia pergi begitu saja. Yeah, sepertinya dia sudah mulai melupakan tradisi kami. Jangankan mau cepika-cepiki, berpamitan dengan mencium tanganku pun ia sudah tidak pernah lagi. Sepertinya ia tak menganggap kehadiranku. Sakit sekali rasanya hati ini, hiks.********Malam itu, aku sengaja menunggunya pulang. Tidak bisa se

    Last Updated : 2022-09-14
  • Istriku Tua   Sakit

    ISTRIKU TUABab 23 : SakitPagi ini, aku meringis kesakitan ketika buang air kecil di kamar mandi. Ini tak pernah kualami sebelumnya, sakitnya luar biasa. Antara perih dan panas, apa yang terjadi pada barang mahal satu-satunya itu? Kondisi tubuh juga terasa tidak enak, tenggorokan sakit dan kepala terasa pusing. Kupegang dahi yang terasa panas, yeah ... demam ternyata.Dengan sempoyongan, aku kembali berbaring di tempat tidur. Fani sudah bersiap dengan pakaian kerja."Dek, Mas demam .... " ucapku sambil menyelimuti tubuh.Fani mendekat dan memegang dahiku, kemudian mengambil obat di kotak PPPk."Ini, Mas. Sehabis sarapan, minum obat ini! Aku berangkat kerja dulu," ucapnya tanpa senyum sedikit pun.Padahal aku sudah menatapnya dengan mata berkaca-kaca, tapi ia masih tetap cuek. Tuhan, kembalikan Faniku yang dulu. Fani istriku yang penyayang dan baik hati. Aku tidak mau Fani yang ini, aku yakin ... Fani pasti sedang diguna-guna mantan suaminya agar membenciku. Cih, sungguh licik!Hiks,

    Last Updated : 2022-09-17

Latest chapter

  • Istriku Tua   Tamat

    Istriku TuaBab 35 (Tamat)"Kenapa baru bilang sekarang, Dek?""Aku juga baru tahu, Mas, kalau sudah stadium empat sebab aku tidak pernah mau memeriksakannya pada Dokter.""Kenapa, Dek?" dadaku menjadi sesak, orang yang kucinta, yang sudah lama kucari tapi tak lama lagi ia akan meninggalkanku untuk selamanya."Mungkin ini hukuman dari Allah atas kesalahan dimasa lalu, aku ikhlas menerimanya.""Tapi, Dek .... ""Sudahlah, Mas. Kamu tak perlu bersedih! Mungkin ini azab wanita tukang selingkuh sepertiku, yang suka berzinah hanya demi kepuasan birahi. Aku senang, sebab disaat sakit melanda, aku sudah bertobat. Jadi, kupasrahkan semuanya pada Ilahi," kata Fani sambil menyeka buliran bening yang keluar dari pojokan matanya."Sudah kuputuskan, aku akan rujuk denganmu. Aku akan merawatmu, sayang." Kueratkan pelukan padanya, kami sama-sama menangis."Siapa nama wanita dan anak kecil yang bersamamu tadi, Mas?""Namanya Sandra dan anak kecil itu Stepy.""Setelah aku meninggal nanti, kamu harus m

  • Istriku Tua   Bertemu

    ISTRIKU TUABab 34 : BertemuPagi ini, Stepy menelponku untuk menemani mamanya menghadiri pentas seni di sekolahnya. Ia akan tampil menari di sana, aku di minta hadir. Tak kuasa menolak ajakan calon putriku itu, maka kuiyakan saja.Beberapa saat kemudian, aku sudah duduk berdampingan dengan Sandra. Ia menolehku sekilas, lalu sibuk dengan ponsel. Apa aku yang harus menanyakan tentang kebenaran ucapan Stepy yang melamarku untuk jadi papa sekaligus suami dari sang mama. Tapi kok, Sandra cuek begini? Tidak ada gelagak kalau ia menyukaiku. Disaat sedang mengamati wajahnya, Sandra menoleh padaku. Wah, apakah ia akan melamarku jadi suaminya."Mas .... ""Iya," jawabku sambil menyunggingkan senyum."Itu, Stepy sudah naik ke atas panggung," ujarnya agak grogi.Aku segera menoleh ke arah panggung sambil mengusap wajah, ah ... padahal aku sudah kePDan.Disaat Stepy menari di atas panggung, tiba-tiba tangan Sandra menggenggam jemariku. Aku tersentak kaget dan mengerutkan dahi."Mas, penampilan S

  • Istriku Tua   Nasib Baik

    ISTRIKU TUABab 32 : Nasib BaikTiga hari sudah aku menjadi pengasuh si Fani kecil. Ia selalu kubawa ke mana pun, bahkan ketika memasukkan lamaran kerja. Semoga dia bisa membawa hoki bagi kehidupanku. Naluri kebapakanku begitu menyeruak ke permukaan. Aku mulai menyayanginya dan menganggapnya anak.Kini langkah kami terhenti di depan sebuah Pabrik Kertas."Permisi, Pak. Saya mau melamar pekerjaan, di koran katanya Pabrik kertas ini sedang butuh beberapa karyawan bagian pengolahan," ujarku sambil menunjukkan koran yang kubawa."Iya, betul. Masuk saja, langsung antar lamaran anda ke HRDnya." Satpam itu terlihat ramah. "Tapi, gak boleh bawa anak, maaf.""Oh, ya sudah. Saya titip anak saya sama Bapak, boleh?"Satpam itu mengangguk dan menarik tangan Fani kecilku tapi ia malah menolah dan bersembunyi di belakangku.Satpam itu menatap Fani sampai keningnya terlihat berkerut, "Sepertinya saya pernah melihat anak ini? Apa dia benar anakmu?""Iya, dia anak saya. Ya sudah, saya permisi saja dan

  • Istriku Tua   Merantau

    Istriku TuaBab 31 : MerantauSesampainya di penginapan, segera kubersihkan tubuh. Tampang dekil ini harus kembali berubah rupawan. Kupandang pantulan diri di depan cermin, wajahku sudah kembali mulus. Bekas pukulan waktu di penjara juga sudah menghilang.***Pagi ini aku terduduk bingung dengan apa yang pertama akan kulakukan. Mencari keberadaan Fani atau mencari perkerjaan dulu? Ah, tingkat kecerdasanku memang minim, hanya tingkat kegantengan saja yang tinggi. Begini saja aku bingung, kan ... hanya bermodalkan wajah ganteng tanpa memiliki kecerdasan itu serasa menjadi perhiasan imitasi. Hanya indah tampilan, tapi tak ada gunanya. Sebab gak laku kalau di jual kembali. Aku memukul kepala dan kemudian bangkit menuju pintu.Kudekap beberapa map yang sudah berisi surat lamaran kerja, walau hanya bermodal ijazah SMA. Aku berbohong pada Fani kalau ijazah sudah di makan rayap, sebenarnya ada di simpan sama Ibu. Waktu itu aku sudah merasa enak bersamanya, sebab semua terpenuhi tanpa harus ke

  • Istriku Tua   Bebas

    Istriku TuaBab 30 : BebasHari ini aku sudah bebas dari penjara, tekatku sudah bulat. Setelah ini akan mencari Fani. Dua bulan sudah kami berpisah, waktuku untuk bisa rujuk dengannya hanya tinggal sebulan lebih.Pakaian sudah kumasukkan ke dalam koper, tapi kemudian. Aku terpikir sisa uang, ternyata bukan tiga juta lagi, hanya dua juta lebih saja. Sebab sudah kupakai buat berobat juga tempo hari. Sebaiknya sebelum menemui Fani, aku konsul ke doktet lagi. 'Si otong' harus sembuh, dia adalah mahkota keperkasaanku. Kusimpan kembali koper dan bersiap untuk ke rumah sakit. Demi Fani, sekarang aku sudah tidak takut lagi ke Dokter. Demi dia, aku harus sembuh dan bisa memberinya anak agar hubungan kami tak terpisahkan lagi."Bagaimana, Dokter? Kira-kita kapan saya bisa sembuh?" tanyaku pada Dokter ketika ia sudah selesai memeriksa senjata pamungkas."Hem, gak bisa langsung sembuh, Pak. Penyembuhannya bertahap, saya resepkan obat lagi saya, ya!" jawab sang Dokter sambil menuliskan sebuah rese

  • Istriku Tua   KDRT

    Istriku TuaBab 29 : KDRTMalam berikutnya, lagi-lagi Dinny menuntut hak sebagai istri. Berbagai alasan sudah kulontarkan, tapi ia masih ngotot mengajak berhubungan."Gak nyangka aku, Bang. Ganteng-ganteng kok, malah impoten!" ucapan itu keluar juga dari bibir tipis Dinny. Ia menatapku tajam, tatapan merendahkan.Tanganku langsung terangkat mendengar ucapannya, pukulan mendarat di wajah mulusnya. Hatiku murka."Aaaagghh," jeritnya histeris sambil memegangi wajah."Jaga ucapan, Dinny! Aku ini suamimu, aku pria normal. Hanya saja sekarang aku sedang sakit, kuharap kamu bisa bersabar." Tanganku terkepal dengan masih menahan amarah yang membuat tubuh ini gemetar."Sakit apa, Bang? Sakit Himpoten, kan? Aku menyesal menikah dengan pria sepertimu, aku jijik! Cih!" Dinny meludahi wajahku lalu keluar dari kamar.Setan! Awas saja kamu! Kukejar Dinny hingga ke depan pintu tapi ia sudah keburu keluar. Ah, aku gak mungkin menghajarnya di rumah ini, ini rumah orang tuanya.Seminggu sudah pernikahan

  • Istriku Tua   Pernikahan Kedua

    Istriku TuaBab 28 : Pernikahan KeduaAku masih mengantuk ketika Bapak dan Ibu masuk ke kamar. Ada apa mereka ke sini? Aku menyipitkan mata dan menarik tubuh, tapi masih dengan posisi berbaring."Bangun dulu, Fahmi! Bapak mau bicara," ujar Bapak seraya duduk di sampingku."Woahhh, ada apa sih, Pak?" Aku menutup mulut sambil menguap dan kemudian duduk."Ibu dan Bapak baru saja pulang dari rumah Pak Saiful, mertuamu.""Astaga, jadi ini bukan mimpi? Kejadian penggerebekan itu nyata?" Aku mengusap wajah dan menampar pipi."Awww, sakit!" Aku meringis."Iya, Fahmi. Ini bukan mimpi, sekarang ini kamu suaminya Dinny, putri tunggal Pak Saiful," jawab Ibu sambil menepuk pundakku.Aku tertunduk lemas, "Jadi, Bapak sama Ibu mau bicara apa?"Mendadak semangat hidupku semakin menurun saja, ingin mati namun masih berharap bisa rujuk dengan Fani."Pak Saiful mau meresmikan pernikahan kamu dan Dinny, acaranya satu minggu lagi." Bapak terlihat menarik napas."Ah, buat apa juga?" Aku kembali menarik sel

  • Istriku Tua   Digerebek

    Istriku TuaBab 27 : DigerebekKeesokan harinya, aku gak mau lagi ikut Bapak ke Sawah. Kejadian kemarin bikin trauma saja. Hari ini rencananya akan ke pasar untuk membeli ponsel. Hidup tanpa ponsel membuatku gak update berita-berita di dunia dan menjadi kurang keren. Biarpun tinggal di kampung, tapi gak boleh ketinggalan jaman.Sesampainya di Pasar, kupilih ponsel yang harganya dua jutaan saja. Aku harus berhemat, uang dua puluh juta dari Fani ini harus bisa kugunakan semaksimal mungkin. Beli yang benar-benar penting saja, dan gak boleh boros. Sebab mencari uang itu susah, apalagi mencari kerja. Maka dengan itu, aku harus bisa kembali rujuk dengan Fani. Tapi, syaratnya aku harus bisa berubah jadi dewasa dan memiliki pekerjaan. Aduh, aku harus kerja apa? Oke, sebaiknya mencari kerjaan di medsos saja. Semoga ada lowongan buat jadi Direktur.Hem, ponselku sudah bisa digunakan. Hal pertama yang kulakukan adalah mengambil nomor Fani dari ponsel Ibu dan mencoba menelponnya."Nomor yang anda

  • Istriku Tua   Patah Hati

    Istriku TuaBab 26 : Patah HatiTiga hari sudah aku mengurung diri di kamar, meratapi nasib setelah ditinggal Fani. Hampa, nelangsa, nestafa, rapuh, hancur, putus asa dan hampir mengakhiri hidup. Tanpanya, duniaku seakan berakhir. Aku tidak ada semangat melakukan apapun juga. Inikah rasanya patah hati? Sungguh tega, Fani mematahkan hati seorang suami semuda dan setampan aku."Fahmi, Ibu masuk ya?" Suara Ibu terdengar di depan pintu."Iya, Bu. Masuk saja! Pintunya tidak di kunci."Ibu membuka pintu kamar dan melangkah menghampiriku yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan tangan memeluk lutut."Fahmi, coba ceritakan semuanya pada Ibu! Apa yang terjadi antara kamu sama Fani? Kemaren Ibu telpon dia, tapi nomornya malah gak aktif." Ibu duduk di sampingku.Aku menarik napas, seketika terasa sesak. Sepertinya saluran pernapasan tersumbat angin, hiks. Keringat pun mulai keluar lewat mata. Aku tidak menangis, hanya terasa sakit saja dada ini jika mengingat dia, istriku tersayang."Bu, Fa

DMCA.com Protection Status