Masri tersenyum kecil, dua buah mobil premium jenis sport sudah nangkring di garasi apartemen mewahnya, mobilnya ini baru datang dari Jakarta.Mobil-mobil ini miliknya yang selama ini jarang di pakai, karena dia tugas di daerah. Tapi setelah pindah ke Makasar ia minta sopir keluarganya kirimkan 2 mobil berharga puluhan miliar ini.Layaknya anak muda, di malam minggu ini dengan hanya kenakan jeans di padu kaos hingga otot tubuhnya terlhat jelas, terutama di bagian dada dan lengan. Masri bermaksud jemput Tasya jalan-jalan.Tasya pun sama dengan Samirah, sampai saat ini masih anggap Masri hanyalah polisi biasa, bukan seorang crazy rich.Masuk ke halaman rumah Tasya, remaja jelita ini bengong melihat mobil mewah ini nangkring di depan terasnya.Makin melongo lagi, saat keluar seorang pemuda tampan yang penampilannya bak selebriti.“Astaga, aku kira artis ibukota mana yang datang ngapelin aku malam ini,” seru Tasya sambil menyongsong kedatangan Masri dan tak ragu lagi memeluknya.Tanpa bua
Masri menatap foto Andi Sousa yang kini jadi DPO kepolisian, perbuatannya yang membunuh Samirah serta mencuri semua buku tabungan istrinya itu penyebabnya.Masri lalu lihat bahunya yang kini baru saja kembali nambah balok yang ke 3 kalinya, kini pangkat sudah naik lagi jadi Komisaris Polisi (Kompol).Dia kembali jadi Kapolsek, kali ini masih di sekitaran kota Makasar yang padat penduduknya. Tentu saja misi utamanya adalah menangkap Andi Sousa, mantan suami mendiang Samirah. Kantornya jauh lebih baik dari Mapolsek di kota kecamatan dulu, Masri tak perlu keluar biaya merehabnya, anak buahnya juga banyak, ada 35 orang anggota polisi di Mapolsek ini. “Lapor ndan, buronan yang bernama Andi Sousa kabar terakhir sudah tak berada di Makasar lagi, tapi sembunyi ke kota kabupaten,” anak buahnya di bagian reskrim beri laporan.“Terus lacak di mana, tembak saja di tempat kalau melawan,” perintah tegas Kompol Masri berikan, anak buahnya langsung bilang siap.Masri yang berbaju preman hari ini be
Masri tertawa kecil dia langsung menggandeng lengan Tasya dan mengajaknya naik lift, menuju ke apartemennya di lantai 7.Inilah untuk pertama kalinya Tasya masuk ke apartemen Masri, tentu saja dia sangat kagum melihat kemewahan apartemen ini.“Ini minum cantik, jangan terlalu melihat-lihat se isi apartemen ini!” canda Masri, sambil menyodorkan sebotol minuman dingin. Lalu mengecup bibir Tasya, sesaat keduanya saling melumat.Hubungan keduanya sebenarnya bak kakak adik. Tasya obat kangen Masri, yang kadang teringat adiknya Syifa, yang seumuran dengan dengan Tasya dan masih tinggal bersama Gibran dan istrinya Celica. Hubungan keduanya ‘teman’ tapi mesra.“Makasih, eh bang tau nggak, papa lagi pusing lohh?”“Pusing kenapa Tasya?”“Adik papa yang bernama Andi Sousa jadi buronan polisi, karena membunuh istrinya!”Deg…kagetlah Masri, tak dia duga, orang yang sedang dia cari-cari justru paman gadis remaja ini.“Oh yaa…kok aku baru tahu?” Masri tentu saja benar-benar tak menyangka, buronan
“Biar aku yang bayar, tapi aku tak bawa uang cash, apakah bapak punya rekening bank?” Masri langsung mendekat.“Ada-ada pak?” pria ini buka ponselnya dan tak banyak cincong di catat Masri dan tak lama kemudian, pria ini sumringah, di hape nya ada laporan bangking 65 juta masuk ke rekeningnya.“Waah Rara, nasib kamu baik, eh dia siapa?” pria ini rupanya baru nyadar dengan keberadaan Masri.“Aku kerabat jauh Rara, sepupunya istri kakakku,” sahut Masri, sekaligus menghindari gosip jelek pada Rara.Rara langsung kaget, tapi karena hatinya gembira dia diam saja, si pria setengah tua ini pun permisi setelah menyerahkan surat tanda lunas dan merobek kwitansi gadai.“Eh bang, apa hubungan kamu dengan orang yang bernama Gibran?” Rara yang penasaran langsung bertanya setelah si bapak tadi pergi.Sekaligus tak pernah menyangka, kalau Masri dengan ringan hati bantu melunasi rumahnya yang tergad
Asti dengan semangat menyala tanpa curiga sedikitpun terus menuju ke Hotel Bone Indah. Bayangan 2 bebat dolar dan pemuda tampan yang sempat membakar hasratnya siang tadi membuatnya tak sadar, kalau dia tengah di buntuti Andi Sousa hingga ke hotel ini.Alangkah marahnya Andi Sousa saat melihat Asti tengah disambut seorang pria yang dia tak kenal siapa, karena orang itu membelakangi arah tempatnya memantau.“Bangsat, ternyata wanita sundal ini diam-diam punya kekasih selain aku,” sungut Andi Sousa marah tak terkira.Andi Sousa yang terbakar emosi lalu mengambil sebuah badik dari dasboard mobilnya dan menyimpannya di dalam bajunya.Tentu saja inilah akal Masri, yang tahu kalau bukan Andi Sousa, pasti Asti ini akan di pantau orang-orangnya.Jiwa intelejen Masri sudah terasan dengan baik, dia sudah waspada sejak berani ‘main api’ dengan mantan LC ini.Dari laporan yang dia peroleh, Andi Sousa sebenarnya belum keluar dari K
Terjangan Masri mengenai lengan Andi Sousa, tapi juga menyelamatkan Asti yang terlempar ke lantai lorong hotel ini. Sedapat mungkin dia menutupi tubuh telanjangnya.Untung saja tadi para tamu hotel tak ada yang berani mendekat, dan semuanya kabur melihat Andi Sousa menjadikan Asti sandera.Sehingga Asti tak harus menderita malu yang luar biasa, dengan kondisinya begitu. Walaupun pastinya aksi penyanderaan yang mendebarkan ini terlihat jelas via CCTV hotel mewah ini.Masri tak mau bertindak setengah-setengah, melihat Andi Sousa tergeletak di lantai, diapun kembali melakukan pukulan dan tendangan yang membuat pria ini terkulai dan semaput.Tendangan dan pukulan keras Masri membuat pria ini pingsan seketika, Asti sampai menutup wajahnya, ngeri melihat wajah Andi Sousa berlumuran darah.Hampir saja leher Andi Sousa ingin dia patahkan, untuk kirim Andi Sousa ke akhirat, tapi Masri saat itu baru nyadar, aksinya terekam kamera CCTV hotel, hingga dia
Tak sampai 2 jam, puluhan mobil patroli dan juga mobil BPK berdatangan ke TKP. Ternyata mereka dapat laporan dari sopir truk sayur itu, yang bilang ada mobil terjun ke jurang saat dia melewati di sebuah pos polisi.Polisi yang menerima laporan pun gercep langsung kontak markas mereka, sekaligus mobil BPK, untuk menuju ke lokasi. Karena dikatakan ada ledakan setelah mobil itu terjungkal ke jurang.Tim SAR bergegas turun ke dasar jurang, butuh waktu hingga 3 jam lebih, barulah Tim SAR mencapai mobil yang kini tinggal puing-puing yang sudah hangus terbakar.Dari nopol yang mereka temukan, terperanjat lah Tim SAR ini, saat tahu ini mobil AKP Masri Harnady. Gegerlah sampai ke Mapolda Sulawesi Selatan, karena korban kecelakaan ini seorang perwira aktif.Tim Inafis dan Tim SAR pun bergegas mencari ‘jasad’ Masri, namun mereka tak menemukan apa-apa, ada 25 orang Tim SAR lalu menyebar mencari.Mereka pikir tubuh Masri pasti terlempar saat mobil i
Masri terbangun saat mencium bau harum nasi panas dan ikan di goreng, tubuhnya agak berkurang sakitnya, Masri pun berusaha bangkit.“Ahh syukurlah tuan Masri sudah bangun, ayo makan dulu, isi perut, baru nanti kita ngobrol,” Daeng Lopa datang dan membantu Masri bangkit.Sambil duduk lesehan, Masri makan dengan sangat lahap dengan lauk sederhana, Daeng Lopa kenalkan istri dan anaknya, yang kemarin ikut membopong tubuh Masri.Kini menikmati kopi panas yang bagi Masri nikmat sekali. Masri pun bercerita kenapa dia sampai hanyut dan akhirnya tertolong Daeng Lopa.“Aku akan cari penabrak mobilku kelak, setelah badanku sehat,” gumam Masri sambil mengingat-ingat jenis mobil penabraknya.Daeng Lopa hanya mengangguk-angguk kepala. Saat itulah anak Daeng Lopa menunjuk TV yang gunakan antena parabola. Ada breaking news yang memberitakan mobil Masri yang terjungkal ke jurang.Masri hanya senyum pahit melihat kesibukan polisi dan T
Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat
“Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal
Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu
Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,
Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan
Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,
Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi
Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak
Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam