Atas saran dua sahabatnya, Hilman yang kini sudah jadi pengacara muda sekaligus jadi pengacara pribadinya dan Bopak yang sudah berpangkat Mayor, Gibran diminta fokus benahi perusahaannya.“Tak usah terlalu mencari mereka, sementara perusahaan lagi butuh kamu,” tegur Hilman dan Bopak, yang datang saat sahabatnya ini gabut. Bopak saat ini tugas di Bandung dan khusus ke Jakarta setelah di telpon Gibran.“Baiklah…aku fokus saja dulu, lagian masih ada Masri yang juga sedang mencari mereka. Bulan depan dia ku minta pindah lagi tugas ke Jawa atau ke Jakarta,” Gibran pun mengalah.Dan…waktu memang sangat cepat berlalu, tak terasa sudah setahun berlalu…!Kini Gibran sudah bisa tenang, perusahaannya berjalan baik. Semua tikus-tikus sudah dia bersihkan dari perusahaannya.Di usianya yang sudah 30 tahunan, Gibran menjadi menjadi seorang pria dewasa yang komplet segalanya.Hanya pusing kalau ingat pesan Kakek Purnomo, yang selalu mendesaknya segera menikah, apalagi semenjak Oma Reni meninggal duni
“Nihh…ambil semuanya!” Gibran angsurkan dompetnya ke anak kecil ini, tapi anehnya, lengannya yang mungil hanya ambil 1 lembar uang 100 ribu rupiah.Padahal di dompet Gibran ada uang cash 1 juta rupiah, di tambah 3 ribu dolar amerika pecahan 100 dolar.“Bang Ndi, kasih kembaliannya 13 libu!” sahutnya pada kakak lelakinya, kembali Gibran melongo, segitu jenius dan jujurnya ni anak, pikirnya heran sendiri.Dari heran tentu berubah jadi penasaran, sehingga dia ingin berkenalan dengan kedua orang tua anak-anak hebat ini.“Nggak perlu dikembalikan, semua yang ada di dompet ini Om kasihkan ke kalian berdua. Tapi syaratnya, kalian harus ajak aku ketemuan ortu kalian yaah, Om hanya mau kenalan!”Si anak kecil itu dengan mata terbelalak mengangguk juga si cantik jenius ini. Mereka tentu heran, kok enteng banget orang tak di kenal ini memberi mereka uang. Gibran menunggui kedua kakak beradik ini membagi-bagikan kuenya pada semua yang lewat. Adiknya yang cantik ternyata tak mau berpangku tangan
“Jangan takut, Om tak marah kok, kalian mau kemana?” Gibran jongkok di depan Dyani, yang terlihat memegang dua lembar uang 100 ribuan.“Mau belanja ke minimalket itu Om, eh Om jangan malah yaa, uang ini, Dyani ambil di dompet Om lohh!”“Oh yaa…astaga. Iya baru Om ingat, mau nggak ambilin sekarang dompetnya, isinya boleh di ambil semuanya, bilangin ke mama kamu yaah, Om kasih semuanya, tapi dompetnya kembalikan lagi ke Om!”“Om…tunggu di sini, biar Aldi yang balik ke rumah, tolong jagain Dyani ya Om. Dyani, Abang jalan dulu yaa…jangan takut, Om ini temannya mama kita!”Mendengar kalimat inilah Dyani mengangguk, awalnya takut juga, tapi mendengar ucapan Aldi, barulah Dyani percaya kalau Gibran orang baik.“Dyani…Om mau tanya…di mana ayah kamu sayang?” Gibran langsung ada akal bertanya pada gadis kecil ini.“Ayah…? Sejak Dyani lahil hingg
“Ima, kamu jaga Aldi di sini! Aldi, kamu jangan kemana-mana yaa di sini saja dengan tante Ima. Biar Om dan Om Sonu selamatkan mama dan adikmu!”Setelah mendapatkan gambaran di mana kira-kira Celica dan Dyani di bawa, Gibran pun berangkat berdua dengan Sonu.Sepanjang jalan Gibran pun menceritakan siapa sosok Celica dan Dyani itu, hingga Sonu langsung paham.Gibran kontak salah satu temannya di Mabes Polri, yang bertugas di bagian IT dan minta selidiki sebuah mobil yang sebelumnya disebutkan Aldi ciri-cirinya.“Mobil yang bawa Celica dan Dyani ke arah Malang,” perintah Gibran, yang sudah dapat petunjuk dan Sonu pun langsung arahkan mobilnya ke arah kota yang terkenal dengan buah apel nya ini.Melihat kekhawatiran Gibran, Sonu yakin kalau anak Celica itu pasti darah daging si tuan mudanya ini.Di lobby hotel, Ima sekretarisnya Gibran malah sama pikiran kayak Sonu, kalau Sonu mengira Dyani anak Gibran, adalah Ima yang &l
“Tak kusangka, ternyata kamu papanya Celica, lepaskan sekarang juga Celica dan Dyani, atau pistolku ini akan akhiri riwayat kamu…!” bentak Gibran.Sambil todongkan pistolnya ke pria yang tubuhnya tak lagi se tambun dulu, bahkan terlihat sangat tua saat ini.“Bang, tolong jangan sakiti dia, bagaimanapun dia papa kandungku,” terdengar suara Celica mencegah Gibran menyakiti Olly Bantano.“Baik Celica…demi kamu dan anak kita, aku tak akan sakiti dia, tapi bila Dyani kenapa-kenapa dan kamu kembali dia sakiti, aku tak segan mendor kepalanya, biarpun dia papa kandungmu!” dengus Gibran sambil memandang tajam wajah tua Olly Bantano.Olly Bantano terlihat terdiam sejenak, dia lalu memanggil dua anak buahnya dan memerintahkan menjemput Dyani yang di sekap di sebuah ruangan.Dua anak buahnya sampai terkesiap melihat Gibran yang tengah menodongkan pistolnya ke arah bos mereka.“Cepat bawa cucuku ke
Masri hanya bisa menganggukan kepala, saat tahu hubungan Celica dan Olly Bantano tak pernah akur hingga kini dan Celica menolak memanfaatkan Dyan.“Baiklah Bang, semoga kali ini Celica jadi wanita terakhir yang Abang cintai, aku akan terus pantau kemana Olly Bantano bersembunyi,” janji Masri yang kini sudah berpangkat Komisaris Polisi, atau satu melati dipundaknya.Akibat sibuk persiapan nikah, Celica lupa menceritakan ke Gibran kapan kenal Aldi dan kenapa bisa jadi anak angkatnya hingga hampir 3,5 tahunan ini. Atau dimulai saat dia mulai hamil Dyani.Dan semua juga tak sadar…satu hari jelang akad nikah Gibran dan Celica, Aldi menghilang dari rumah mewah ini. Tanpa siapapun yang tahu kemana anak ini perginya.Sehari usai akad nikah dan para tamu sudah pulang, terutama keluarga dekat (saudara-saudara Gibran), barulah Celica kaget, saat mencari-cari Aldi yang tak terlihat batang hidungnya.“Dyani, Abang kamu kemana?” Ce
Agar kisahnya nyambung, kita ikuti petualangan Aldi, semenjak dia pergi meninggalkan ibu kandungnya, Tante Renita. Lalu dia terdampar di Sulawesi dan Surabaya.Tak disangka akhirnya malah jadi anak angkat Norah dan Celica, wanita-wanita yang justru dekat dengan ayah kandungnya sendiri tanpa dia sadari.Setelah ibu kandungnya sakit-sakitan akibat sering menerima KDRT dari suami ketiganya (karena Renita menikah siri dengan Gibran, setelah sebelumnya menikah dengan seorang tentara yang melahirkan Dewi yang kini tinggal di Medan).Sadar nyawanya tak berumur panjang, Renita menitipkan Aldi pada sepasang suami istri yang tak mempunyai anak ini.Pak Jarah dan Bik Mirah istrinya yang merupakan bidan beranak dengan senang hati adopsi Aldi yang saat itu baru berusia 1 tahunan.Setelah Renita wafat, bahkan pa Jarah dan Bik Mirah yang urus pemakamannya, dua bulan kemudian suami istri ini awalnya berniat pergi merantau ke Kalimantan.Namun Bik Mirah beru
Dendam akibat kakek Telo dan Norah di bunuh penjahat, membuat anak ini bertekad ingin membalasnya kelak. Tanpa tahu kalau ketiga pembunuh itu sudah mampus di tangan pamannya sendiri, Masri Harnady.Diam-diam Aldi juga ingin jadi ustaz muda, dan bertekad akan jadi pria baik, bukan pemain wanita.Aldi juga berencana kelak akan mencari ayah kandungnya, juga ingin suatu hari ziarah ke makam ibu kandungnya di Sumatera."Kata bunda Norah dulu, aku juga punya saudara perempuan yang tinggal di Medan, aku akan cari dia sampai bertemu kelak," batin Aldi.Di ponpes ini, hampir separunya mondok di sini, sisanya para santrinya yang berjumlah 500 an orang dari anak-anak warga sekitar Ponpes tersebut.Inilah yang membuat Gibran dan Masri, termasuk Sonu gagal mencari keberadaan Aldi hingga berbulan-bulan.“Kemana anak itu menghilangnya…?” Celica sangat sedih kehilangan Aldi, dia makin sayang dengan anak angkatnya ini, apalagi saat tahu ka
Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat
“Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal
Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu
Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,
Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan
Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,
Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi
Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak
Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam