"Nih, anakmu!" Lirih Ardan, lalu kembali mendekat ke arah Meli yang masih menunggunya di tempat mereka tadi berdiri.Mimi dan Tika melongo. Bisa bisanya Ardan tidak mau mengakui keberadaan anak dan istrinya sendiri dan Justru malah memilih untuk wanita lain. "Mi, itu beneran suami kamu?" Tanya Tika tidak percaya."Iya. Dari tampangnya si suami aku, tapi kelakuannya bukan," jawab Mimi sekenanya. Dia paham situasi bahwa suaminya itu pasti malu melihat dirinya ada di pesta mewah seperti ini. Bahkan, untuk sekedar menyapa saja dia tidak berkenan apalagi mengakui sebagai bagian dari keluarganya sendiri."Fix, kalau suami kamu modelnya seperti ini sih, aku setuju kalau kamu tukar tambah sama suami yang lebih oke. Bisa-bisanya dia tidak mengenal istrinya sendiri dan malah memberikan sikap tak peduli pada anak istrinya. Kampret benar!" sungut Tika.Mimi tersenyum mendengar omelan sahabatnya yang merasa kesal sendiri dengan perilaku Ardan. Mimi memang kesal tapi dia memang sudah tahu hubunga
"Kamu?!""Gantengan Mas kok. Santai aja," ucap Mimi kemudian beranjak meninggalkan Ardan yang masih menatapnya dengan tatapan kesal. Sengaja Mimi segera pergi karena Laila nampak seperti sudah tidak sabar untuk mendapatkan es krim yang diminta untuk ia ambilkan itu. Ia juga enggan membuat keributan di tempat umum seperti ini dan mempermalukan dirinya sendiri jika sampai ada hal yang terjadi di pesta milik orang lain.Ada beberapa orang yang menyaksikan kejadian Mimi yang ditarik oleh Ardan tadi, tetapi Mimi mencoba untuk acuh dan tidak terlalu memikirkan bisik-bisik orang yang menggunjing perbuatan suaminya. Dia bisa sesantai itu karena dia rasa tidak masalah dengan apa yang sudah ia lakukan tadi. Hanya cemburu, itu memang maksud Mimi."Ambil es krim ke planet mana sih? Kok lama banget. Layla sampai ngamuk mau nyusulin kamu," tanya Tika dengan wajah sedikit ditekuk."Biasa. Menangani buaya ngamuk," jawab Mimi lalu memberikan es krim pada Laila yang sudah memasang wajah cemberut."Bua
.."Kenapa aku kirim pesan tetapi tidak kamu balas? Padahal sudah jelas pesan itu terkirim dan conteng 2," sembur Ardan itu mengetahui Mimi sudah pulang bersama dengan Layla yang sudah tertidur digendongnya."Sst, marah-marahnya nanti aja. Aku mau letakkan Layla di kamar dulu," ucap Mimi.Mimi segera pergi ke kamar dan meletakkan Laila dengan pelan agar tidak tertidur.Ardan yang masih kesal dengan kejadian tadi siang di acara hajatan milik sahabat dari Meli, ingin rasanya memberondongi Mimi dengan banyak pertanyaan mengenai kedekatan dengan pemilik hajat yang tadi sama-sama didatangi.Setelah selesai menidurkan Laila, Mimi pun keluar dari kamar dan beralih menuju ke kamarnya sendiri. Ardan membuntutinya karena Mimi tidak menyapa dia sama sekali dan masuk begitu saja."Ada hubungan apa kamu dengan kedua calon mempelai tadi?""Kenapa? Kaget kalau aku punya temen yang kaya raya?" tanya Mimi santai. Dia melepaskan seluruh pakaian yang melekat karena merasa sudah sangat lengket badannya se
"Ck, kenapa tidak? Aku masih muda dan cantik. Lalu apa masalahnya?" tantang Mimi.Mimi sudah belajar banyak dari Santi agar tidak terlalu lemah di depan lelaki. Santi juga sudah tahu banyak mengenai masalah pribadinya dengan Ardan sehingga dia memutuskan untuk mengubah karakternya menjadi wanita yang lebih berani dan tidak dengan mudahnya ditindas."Jika begitu, lakukan saja apa maumu dan aku tidak akan memberikan uang sebesar pun untuk belanja kamu dan keperluan harian kamu. Aku hanya akan memberikan uang dan Jangan harap aku memberikan uang nafkah padamu," ancam Ardan."Silahkan saja. Jika aku sudah punya uang pun aku akan memilih untuk pergi dari rumah ini. Malas jika harus mendampingi lelaki yang hanya modal rayuan, tetapi nggak punya hati dan empati."Pertengkaran antara keduanya memang kerap terjadi, tetapi jarang sekali untuk membicarakan perceraian secara terang-terangan."Dasar wanita sombong!""Dasar lelaki angkuh dan super duper nyebelin, nggak tahu diri dan nggak merasa pa
"Papa!!" Mimi tentu kaget melihat suaminya sedang duduk dengan memangku Melly yang ada di meja kerja. Keduanya nampak mesra, sambil tertawa bersama. Begitu Mimi dan Laila datang, Melly turun dari pangkuan dan berdiri menatap garang pada Mimi dan Laila yang datang tanpa diundang. “sepertinya kita salah datang ke sini, Laila. Papa kamu sudah punya mama baru dan kita lebih baik tidak usah datang karena mata kita akan sangat rugi melihat pemandangan ini. Ayo!"Gegas Mimi menggendong Laila dan membawanya keluar dari tempat Ardan bekerja. Badan yang kepergok melakukan hal yang tidak sebaiknya langsung mengejar Mimi dan Laila."Tunggu, Mi!""Dahlah, Mas. Nggak usah lagi peduliin kita Karena Mas itu sudah sibuk dengan dunia mas sendiri dengan wanita itu. Kemarin saja masih nyalahin Mimi karena sudah berurusan dengan lelaki dan bikin Mas cemburu. Tapi sekarang Justru mas langsung membalasnya dengan hal yang sangat membuat mata aku tidak kuat untuk melihatnya. Mulai hari ini aku putuskan untu
Saat semua baju sudah masuk ke dalam tas yang berukuran besar, suara sepeda motor terdengar berhenti di depan halaman rumah. Mimi yakin itu adalah suaminya yang menyusul pulang karena sudah kepergok olehnya berselingkuh dengan atasannya.Mimi segera menggendong tasnya itu lalu menggendong Layla. Dia tidak ingin dicegah lagi kepergian nya hanya karena alasan khilaf dan lupa."Kita harus bicara dan jangan putuskan sesuatu dalam keadaan emosi," cegah Mimi."Jangan ceramahi aku!" sentak Mimi."Kita harus bicara. Ayolah!" bujuk Ardan dengan wajah memohon.Mimi melirik pada Laila yang langsung ketakutan begitu melihat Ardan datang dan langsung menghadangnya agar tidak pergi. Mimi mungkin harus memikirkan Laila, jika ia harus terbawa arus emosinya maka akan mengguncang mental anaknya lebih dalam."Laila, Mama mau ngomong sama papa. Laila masuk kamar dulu ya?""Nggak mau, Ma. Laila takut," Isak Laila."Nggak apa, Papa hanya mau minta maaf sama kita. Laila main ponsel Mama dulu. Download perma
."A-pa maksud kamu?" Tanya Ardan kaget dan tidak menyangka jika Mimi tahu mengenai semua hal yang sudah dirahasiakan rapat-rapat.“Kaget aku udah tahu? Bahkan sejak dia masuk dalam rumah tangga kita, aku tahu dan aku sudah merasa bahwa wanita ular itu akan menjadi sebab retaknya hubungan rumah tangga kita. Kalau masalah ekonomi saja mungkin aku bisa sabar, tapi kalau untuk hati dan perasaan yang terhianati, maaf. Nggak ada lagi kamus sabar untuk menghadapi seorang pasangan yang memilih wanita lain daripada keluarganya sendiri.”Gegas Mimi kembali ke kamar, dia membanting pintu dengan keras dan menguncinya dari dalam. Percuma dia pergi kalau sampai Adnan menyusulnya ke rumah sang ibu dan membuat keributan di sana. Mimi pun memilih untuk merosot ke lantai dan tergugu di depan anaknya yang nampak bingung dengan tangisannya.“Mama kenapa?” tanya Laila lirih. Mimi tak bisa menjawab. Dia hanya bisa menangis dan mengusap pipi anaknya yang masih sangat polos dan tidak mungkin ia akan menyak
Mimi kira setelah ia bertengkar dan berdebat siang itu, Ardan akan berusaha memperbaiki hidupnya. Namun, yang ada justru Ardan tidak kembali ke rumahnya. Sebagai seorang istri dia seperti dipermainkan oleh suaminya sendiri. Setelah kemarin meminta maaf, sekarang bahkan suaminya tidak pulang dan kembali membuat dia terluka. Mungkin memang benar kata pepatah; jangan memberikan kesempatan bagi seorang yang memang tidak mempunyai itikad baik untuk memperbaiki. Mimi pun memutuskan mendatangi rumah keluarga Adnan. Dia akan meminta doa untuk bisa melepaskan Ardan dengan sebaik-baiknya.“Kita mau ke mana, Bu?” tanya Laila.“Mau ke Banjar,” jawab Mimi sambil membenahi kerudungnya.“Jauh?”“Ke rumahnya Mbah, Sayang. Yang rumahnya ada di bukit itu.”Laila nampak mengingat-ingat, tetapi bocah berumur hampir enam tahun itu tak begitu hafal nama kota yang dia sebutkan karena memang Ardan jarang mengajak keluarganya pulang ke desanya yang beda kabupaten itu.Mereka menaiki angkutan umum menuju ke sa
"Om, pacarnya udah berapa?" Tanya Laila sambil terkekeh."Ee ee, nggak bahaya tah tanya-tanya tentang pacar? Ayahmu dengar bisa dinikahkan muda kamu," kekeh Adrian."Kan Laila hanya tanya saja kenapa harus sewot begitu? Dari tampang-tampangnya sih kayaknya udah mau nikah. Kapan Om? Laila udah nggak sabar pengen jadi Domas."Adrian mencubit hidung bangir Lela dan dia menatap ke arah langit sambil bergumam sendiri."Seandainya Om tidak dilahirkan lebih dulu pasti Om akan menunggu kamu sebagai calon istri Om tetapi Karena berhubung kamu masih kecil jadi Om akan nikah duluan bulan ini.""Bulan ini?"Adrian mengangguk. Dia memang akan berniat menikah bulan ini karena usianya sudah cukup matang. Dia sudah mendapatkan wanita yang cocok dan dia pun tinggal menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan keluarganya."Ayah, Mama, Om Adrian mau nikah nih bulan ini katanya? Mama sama Ayah udah tahu belum?" Laila langsung berlari dan Adrian pun mengejar bocah yang ternyata sudah membocorkan renc
"Ma, papa kok nggak pernah datang lagi ke sini ya?" tanya Laila."Papa sibuk, Nak."Laila merengut. Sudah setahun lamanya Adnan pergi dari kota Cilacap dan meninggalkan kenangan dengan sang anak. Sengaja dia tidak memberikan kabar apapun agar Laila terbiasa tanpa dirinya. Sebenarnya Mimi sudah memberitahu bahwa sebaiknya menghubungi setidaknya seminggu sekali atau sebulan sekali untuk memberikan kabar kepada Laila agar tidak dikhawatirkan oleh anak yaitu, tetapi Adnan memilih untuk tidak menghubunginya karena dia tidak enak dengan Arfi. Sebagai lelaki yang memiliki banyak salah tentunya dia merasa malu jika selalu mengganggu hubungan keluarga mereka yang sudah cukup baik dan Adnan juga sedang mencoba untuk menata hidupnya agar menjadi lebih baik setelah menikah dan menerima sebagai istrinya yang sekarang.Santi dan Alvin datang berkunjung ke rumah Mimi dan mereka membawa anak mereka yang kini sudah pandai berceloteh ria. Kelahiran dengan jarak yang hampir sama dengan kedua anak Mimi
"Sudah pulang rupanya anaknya itu, kau antarkan jam berapa?" Tanya Melly saat dia bangun dan melihat Laila sudah tidak ada di kamarnya."Barusan.""Tumben kamu peka?" "Bukankah itu yang kamu inginkan? Kamu memang bukan sosok ibu tiri yang baik untuk anakku. Makanya aku pikir lebih baik aku mengembalikan saja kepada ibunya yang jelas-jelas lebih peduli kepadanya. Apalah arti Ayah ini jika dibawa ke sini hanya membawa dia terluka dan sedih mendengar kata-kata ibu tirinya," jawab Adnan yang tidak mau berdebat apapun dengan Melly."Baguslah kalau dia sadar diri. Sebagai anak memang dia harus tahu posisi kalau ayahnya ini tidak sekaya ibu nya yang menikahi bujang kaya."Jika dilanjutkan maka perdebatan ini akan kemana-mana dan bahkan membahas tentang nafkah yang tidak sesuai dengan permintaan Melly. Hal itulah yang membuat Adnan memilih untuk diam dan tidak banyak mendapat apapun tentang hal yang Melly ucapkan.Adnan pergi bekerja seperti biasanya Dan Dia mencoba untuk ikhlas menjalani ke
Laila menutup telinganya saat dia mendengar suara melengking dari luar kamarnya. Dia berpura-pura memejamkan mata saat Adnan sedang membacakan dongeng untuknya tadi. Dia tahu ayahnya itu sangat sayang kepadanya saat ini tetapi melihat kedatangannya ke rumah sang ayah kandung, Mely marah besar. dia tidak begitu disenangi oleh ibu tirinya membuat Laila merasa sendiri bahwa ayahnya sengaja mengajaknya untuk tidur lebih awal agar bisa menjelaskan alasan kedatangannya ke rumah ini."Kenapa kamu nggak minta izin sama aku buat ngajak anakmu itu tinggal di rumah ini? Kamu kan tahu sendiri kalau aku tidak suka anak kamu itu tinggal di rumah ini. Kamu saja masih numpang dan belum bisa memberikan aku nafkah yang baik dan juga menyenangkan anak-anakku. Sok-sokan Mau mengajak anggota keluarga baru dalam keluarga kita. Besok kamu harus antarkan dia dan biarkan saja Mimi yang merawatnya karena dia sekarang sudah lebih kaya karena menggaet laki-laki kaya. Kamu ini mikir nggak sih Mas? Untuk mencukupi
"Aku rasa Laila Sudah cukup tahu bagaimana cara untuk menepati janjinya. Dia bilang akan jalan-jalan bersama Adnan dan akan tetap kembali ke rumah ini. Dia hanya membutuhkan waktu untuk sang Papa bermain dengannya dan tidak akan menyakiti perasaan ibunya ini jika tidak kembali ke rumah ini. Dia sendiri yang menginginkan itu dan aku tidak berhak untuk melarangnya karena Adnan juga ayah kandung Laila."Mimi merasa sedih mendengarnya dan dia merasa gagal menjadi seorang ibu yang bisa berbuat adil kepada anaknya. Dia tahu pasti Laila sedih karena kasih sayangnya harus terbagi dengan adik-adik barunya tetapi dia juga tidak bisa menyalahkan keputusan Arfi yang membiarkan kepergian Layla karena keputusan itu pasti sudah dia pikirkan dengan baik."Kamu tidak usah terlalu sedih memikirkan anakmu karena aku yakin dia pasti bisa menyenangkan hati orang tuanya. Kita lihat saja Apakah anakmu itu akan kembali malam ini atau akan menginap di rumah Adnan. Jika memang Laila itu akan menginap di sana p
"Laila nggak pengen tinggal sama papa?"Ardan mengulangi pertanyaannya dan dia mengusap kepala Laila pelan untuk menyalurkan kasih sayang dan rasa rindunya kepada sang anak."Untuk apa kamu mengajukan pertanyaan yang tidak bisa Laila jawab di usianya yang sekarang? Seharusnya kamu sebagai seorang ayah tahu bagaimana cara untuk memposisikan diri sebagai ayah kandung di saat dia tinggal bersama dengan ayah tirinya," sahut Arfi.Arfi tentu saja kaget mendengar Ardan datang ke rumahnya dan ingin mengajak Laila untuk pergi bersamanya tinggal. Tentu saja tidak akan dengan mudah dia mengizinkan karena selama ini lelaki itu selalu saja membuat masalah dan tidak bisa dipercaya untuk mengasuh anaknya. Apalagi kedatangannya hanya untuk mengajak Laila pergi, dia tak akan mengizinkannya."Dia anakku dan aku berhak untuk mengajaknya tinggal kapanpun aku mau. Aku tahu kalau perasaan dia pasti sangat sedih ketika melihat kedua adik-adik itu lahir dan kalian mengabaikan kasih sayang yang dibutuhkan ol
Anak-anak Mimi sudah boleh dibawa pulang setelah 1 minggu menjalani perawatan di NICU. Mimi sudah mulai menyusui sejak 3 hari dirawat dan setelah 1 minggu dia sudah diperbolehkan untuk pulang. "Akhirnya baby Army sama Alma bisa pulang ke rumah. Senangnya cucu Oma sama Uti bisa menempati kamar yang baru," ucap Tiara saat dia menggendong salah satu anak Mimi dan Arfi."Rasanya tidak menyangka langsung diberikan cucu 2, jadinya bisa satu-satu menggendongnya.""Tuhan tahu kalau kita Mungkin saja akan berebut untuk menggendongnya jika hanya satu saja," kekeh Tiara.Alma dan Army digendong oleh Tiara dan Irah sedangkan Laila digandeng oleh Arfi untuk masuk ke dalam rumah."Anak Papa mau makan apa sore ini? Apa mau pesan makanan enak di restoran buat syukuran kepulangan kita," tanya Arfi."Papa mau beli?""Iya. Laila mau makan apa?""Hm, gak deh. Laila pengen ikut aja beli makanan sama papa.""Baiklah. Sekarang mandi dulu lalu Nanti Papa panggil buat ikut sama Om Adrian.""Yeew….."Laila sa
Siang hari keluarga Arfi dari Banyumas datang menjenguk dan mereka kaget karena mendengar bahwa Mimi melahirkan di usia kandungan 7 bulan saja. Mereka berkunjung saat Arfi tidak berada di tempat sehingga keluarga dari Arfi yang ada di Banyumas itu hanya bertemu dengan keluarga Hakim yang di Jakarta."Menantu mu lahiran sesar, Ra?" Tanya Syarifah."Caesar ataupun normal sama saja.""Iya jelas beda dong. Melahirkan normal itu sangatlah penuh perjuangan dan benar-benar berjihad yang sebenarnya, kalau melahirkan sesar kan tidak terasa dan tahu-tahu anaknya sudah di luar," cibir Syarifah."Melahirkan itu, baik Caesar maupun normal tetap saja sakit dan seharusnya kamu sebagai wanita pun tahu bagaimana perjuangan seorang ibu melahirkan anak-anaknya," sahut Tiara yang tidak ingin membuat anak menantunya sedih mendengar ucapan dari saudaranya itu. Mimi baru saja siuman, dia tidak ingin menantunya itu sedih jika mendengar ucapan Syarifah yang memang kadang suka berbicara asal."Bukan seperti it
"Sepertinya memang Laila sedikit cemburu dengan kelahiran kedua adik-adiknya. Kamu sebagai Ayah sambungnya harus bisa membuat anak sambung itu nyaman dan bahagia bersama dengan kalian. Resiko menikahi janda adalah harus menerima anak yang dibawa olehnya meskipun nanti kamu gunakan rasa berat dengan pengasuhan anakmu. Oma selalu mendukung keputusan kamu dan selalu akan berbahagia atas apapun yang kamu putuskan tentang hidupmu. Namun, Oma berpesan kepadamu jangan sampai kamu main tangan kepada istrimu dan jangan sampai keluarkan kata-kata yang bernada tinggi di depan anakku. Hal itu bisa membuat kamu merasa dibenci dan tidak akan dihargai oleh keluarga terlebih istri dan anak. Menikahi seorang janda itu berat tetapi pahalanya luar biasa karena bukan hanya menafkahi anak sendiri tetapi juga anak orang lain yang dibawa oleh istri. Pokoknya jangan sampai Oma mendengar kamu melakukan hal buruk kepada istri dan anaknya," ucap Ayu menasehati Arfi saat mereka sedang berjalan menuju ke ruang