“Ugh … alhamdulillah.”Arfi sangat senang bisa menikmati makan siang bersama dengan Mimi. Kali ini dia menikmatinya karena Mimi menceritakan semua hal yang tadi dilewatinya di salon kecantikan milik temannya itu.“Habis ini ke mana kita?” tanya Mimi.“Aku mau mampir ke rumah. Kamu temani aku pulang, ya?”“Nggak apa apa memangnya?” “Nggak lah, emangnya kenapa? Ibuku sangat baik dan nggak mudah untuk bertemu dengan orang baru. Kamu pasti akan senang bertemu dengan Ibuku.”Mau tidak mau Mimi diajak Arfi ke rumah orangtuanya. Ada rasa canggung awalnya. Namun, dia meyakinkan bahwa dia diajak oleh Arfi karena memang dia sedang menemani bisnis.“Mampir butik bentar ya?” ajak Arfi.“Butik? Mau apa?”“Ganti baju. Ibuku memang baik, tapi kadang mbahku yang suka cerewet komentarin penampilan orang. Meski mbah baik, cuma antisipasi aja kesan pertama. Siapa tahu pertemuan selanjutnya, kamu langsung cocok dengan keluargaku.”Mimi merasa tak enak. Tentu dia merasa minder setelah Arfi mengatakan kel
“Mama hobi banget menistakan anaknya sendiri.”“Emang kamu bodo, Fi. Kamu ini selalu saja pergi lama kalau marah. Udah gitu, pulang pulang bawa cewek. Udah kayak anak badung aja kamu. Kamu lamar dia kalau memang sudah jelas bibit bobot dan bebetnya. Kamu mau menikah dengan Arfi, Nak?” tanya Oma.“Oma, apaan sih? Mimi baru saja main, udah ditanya begituan.” Arfi mencoba membuat Mimi nyaman dengan keadaannya.“Nggak apa, Mas. Aku maklum kok, santai aja,” jawab Mimi.Ucapan orang tua seperti Oma memang tidak bisa terlalu dipikirkan. Selain otaknya sudah tua, orang yang sudah lanjut cenderung mempunyai tingkat emosional yang tidak menentu. Terlebih jika menyangkut masa lalu. Orang manula cenderung sensitif dan lebih memilih menasehati daripada dinasehati.“Iya, nih, Oma. Dateng dateng langsung diajak nikah. Kalau Mimi takut gimana? Lebih baik kita ngobrolin yang lain di taman aja. Di sini oma resek,” ajak Tiara.“Lah, bocah jaman sekarang. Dikasih tahu ngeyel. Oma ikut…”Arfi tersenyum sa
“Nggak ada. Hanya bahas mengenai Mas Arfi dulu pas masih kecil.”“Pasti dia dinista kan ibunya sendiri, kan?” kekeh Alvin.“Mama emang gitu ama anaknya yang ganteng ini. Eh, Vin. Jadi ini deal ya ganti posisi si Mimi?” tanya Arfi.“Bukan ganti, tapi double. Siap nggak kamunya, Mi?” tanya Alvin.“Jadi model plus marketer, bisa nggak tuh?” tanya Santi memastikan.“Dicoba dulu kali ya? Aku nggak tahu bisa apa nggak kalau belum dicoba. Rasanya penasaran aja kalau gitu ‘kan? Lagian aku tuh di sini kerja. Apapun yang kalian perintahkan akan aku lakukan. Asal aku mampu dan bisa bantu.”"Yakin nih? Ikhlas kan kerja double?" tanya Santi."Siap lahir batin, Mbakayu," kekeh Mimi.“Ya sudah kalau gitu, kita coba tapi nggak usah kasih tahu Mona dulu. Kita coba satu bulan ini dengan ambil Mona jadi tambahan modal kita. Selepas itu kita akan putuskan apa kita akan lanjut dengan Mona atau pilih dengan Mimi setelah dia bisa nanti.” Alvin mengambil keputusan.Mimi hanya tersenyum dan selalu setuju de
“Kenapa dia, Bu? Aneh amat buru buru gitu perginya,” tanya Mimi pada ibunya.“Mana Ibu tahu. Dia tadi bilang mau pulang karena dah gelap ‘kan? Ya udah, ndak usah mikir macam macam. Kamu mandi sana, sholat habis itu makan. Ibu udah masak lalapan. Habis makan kamu tidur, besok mau pergi katanya.”“Mas Arfi udah iizin ya?”Irah tersenyum dan mengangguk. DIa tak akan mengatakan sekarang menangani apa yang Arfi katakan dan dia sarankan tadi. Keadaan Mimi masih lelah dan belum bisa untuk langsung Irah nasehati.“Ya sudah, Mimi ke kamar dulu.”Mimi langsung ke kamar mengajak Laela, menemani anak nya mencari mukena untuk ke mushola bersama dengan teman teman dan neneknya.“Mah, besok kerja?” tanya Laila saat dia sudah dipakaikan kerudung oleh Mimi.“Iya. Kenapa memangnya?”“Pulangnya jangan malam malam. Laela takut Mama capek.”“Nggak kok. Semua Mama lakukan ini semua biar Laela bisa sekolah. Laila belajar yang giat, biar lelahnya mama terbayarkan dengan kamu yang berprestasi dan bisa Mama ba
"Ibu berangkat dulu. Kamu hati hati di jalan dan jangan lupa pesan ibu. Jaga diri dan ingat untuk selalu terlihat baik dalam setiap langkah kamu," ucap Irah."Iya, Bu. Laila, sekolah yang pintar dan rajin ya. Biar bisa bahagiakan Mama sama nenek nanti.”“Siap, Ma.”Laila salim dengan Mimi, juga Mimi yang bersalaman dengan Irah. Keduanya berangkat lebih dulu karena Arfi akan menjemputnya jam 9 nanti.[Udah siap dijemput?] Arfi mengirimkan pesan saat dia baru saja siap untuk berhias. [Udah di jalan memangnya?] balas Mimi.[Nggak, lagi di rumah. Mungkin sebentar lagi sampai.][Gak mungkin. Dari rumah ke sini itu setengah jam lebih. Mana mungkin langsung ada di depan rumah.][Yakin? Coba kamu buka pintu rumah kamu.]Mimi tersenyum dan langsung membuka pintu. Dia melihat Arab yang sudah berdiri di depan rumahnya."Katanya masih di rumah. Tahu-tahu udah sampai aja.""Iya emang. Rumah, rumah kamu maksudnya.""Dasar ih! Mobilmu nggak kedengeran suaranya. Di parkir di mana?""Depan sana, so
Pekerjaan kali ini tentu bukan pekerjaan mudah. Begitu sampai Mimi langsung dihadapkan dengan pekerjaan luar biasa yang belum pernah dia kerjakan sebelumnya. Hanya lulusan SMP dan tidak mempunyai bakat apapun selain hanya berjualan, membuat Mimi merasa minder saat berdiri berdampingan dengan ARfi yang tangkas dan cerdas dalam melakukan pekerjaannya.“Silahkan kalau kamu mau menambahkan penjelasan, Mbak Mimi” ucap Arfi.Mimi tersenyum dan mengangguk. Waktu seperti inilah di mana adrenalinnya terpacu dan harus berjuang melumpuhkan rasa minder dan tremor menghadapi banyak orang. Dia memperkenalkan diri lalu mulai melakukan presentasi.“Terimakasih atas kesempatannya, Pak Arfi. Saya merasa bangga dengan produk yang satu ini. Selain simple dan mudah mengaplikasikan di wajah, harganya pun murah di kantong. Bisa Ibu lihat bagaimana penampilan saya dulu dan sekarang. Bukan lantaran pake sekali langsung glowing ya, karena sejatinya skincare itu untuk merawat wajah agar sehat dan bersih. Pemaka
Keduanya akan segera tiba di rumah pengusaha ternama yang akan diajak kerjasama. Pengusaha yang menjadi tujuan mereka jauh-jauh datang dari Cilacap."Kamu kenal baik sama orangnya, Mas?" tanya Mimi."Tidak mengenal baik tapi kenal. Semoga ada kesepakatan yang terjadi dan ada titik kebahagiaan yang bisa kita dapatkan. Kita harus bersikap tenang dan harus bisa mengikuti arus bagaimana nanti dia akan mempertanyakan banyak hal tentang kita. Kamu jawab aja Jika kamu adalah orang terdekatku. Jangan sampai kamu bilang kalau kita hanya partner," ucap Arfi."Kenapa?" Arfi diam. Sebenarnya dia ingin mengatakan jika orang yang akan ditemuinya kini adalah Ayah dari wanita yang pernah hendak dia nikahi. Namun, kekecewaannya terlalu berat terhadap gagalnya pernikahan itu."Ada alasan yang tidak bisa aku ceritakan kepadamu. Intinya, lelaki itu pasti akan menanyakan apa hubungan kita dan kamu jawab saja jika kita memang dekat dan akan menjalin hubungan serius.""Tapi aku nggak bisa berbohong untuk h
"Jika perusahaan Pak Aryo Taher menolak, saya permisi." Arfi beranjak hendak meninggalkan ruang tamu keluarga Dayana. Namun, suara Mimi yang menyetujui meninggalkan Arfi membuat Arfi menengok."Saya akan meninggalkan Mas Arfi seperti yang Pak Aryo dan Mbak Dayana inginkan. Bukan saya tidak menyukainya dia, tetapi ini lebih ke profesionalitas saya sebagai karyawan yang diminta untuk memberikan apresiasi pada perusahaan. Saya memutuskan untuk menjauhi Mas Arfi, semoga keputusan kesepakatan ini bisa dilanjutkan."Mimi membuat negosiasi yang mengejutkan Arfi. Di samping dia yang tidak mau berurusan dengan Dayana, dia juga enggan kembali menjalin asmara dengan wanita yang sudah tak bisa dia cintai. Luka itu masih ada dan akhirnya kembali terkenang saat diam diam Dayana justru membuat semuanya menjadi sulit."Mas Arfi, jangan pulang dulu. Berikan kesepakatan ini atau kita tak akan bisa kembali," ucap Mimi."Wah, diminta kembali, Mas Arfi. Ini calon istri kamu? Benar benar jauh dari impian k
"Om, pacarnya udah berapa?" Tanya Laila sambil terkekeh."Ee ee, nggak bahaya tah tanya-tanya tentang pacar? Ayahmu dengar bisa dinikahkan muda kamu," kekeh Adrian."Kan Laila hanya tanya saja kenapa harus sewot begitu? Dari tampang-tampangnya sih kayaknya udah mau nikah. Kapan Om? Laila udah nggak sabar pengen jadi Domas."Adrian mencubit hidung bangir Lela dan dia menatap ke arah langit sambil bergumam sendiri."Seandainya Om tidak dilahirkan lebih dulu pasti Om akan menunggu kamu sebagai calon istri Om tetapi Karena berhubung kamu masih kecil jadi Om akan nikah duluan bulan ini.""Bulan ini?"Adrian mengangguk. Dia memang akan berniat menikah bulan ini karena usianya sudah cukup matang. Dia sudah mendapatkan wanita yang cocok dan dia pun tinggal menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan keluarganya."Ayah, Mama, Om Adrian mau nikah nih bulan ini katanya? Mama sama Ayah udah tahu belum?" Laila langsung berlari dan Adrian pun mengejar bocah yang ternyata sudah membocorkan renc
"Ma, papa kok nggak pernah datang lagi ke sini ya?" tanya Laila."Papa sibuk, Nak."Laila merengut. Sudah setahun lamanya Adnan pergi dari kota Cilacap dan meninggalkan kenangan dengan sang anak. Sengaja dia tidak memberikan kabar apapun agar Laila terbiasa tanpa dirinya. Sebenarnya Mimi sudah memberitahu bahwa sebaiknya menghubungi setidaknya seminggu sekali atau sebulan sekali untuk memberikan kabar kepada Laila agar tidak dikhawatirkan oleh anak yaitu, tetapi Adnan memilih untuk tidak menghubunginya karena dia tidak enak dengan Arfi. Sebagai lelaki yang memiliki banyak salah tentunya dia merasa malu jika selalu mengganggu hubungan keluarga mereka yang sudah cukup baik dan Adnan juga sedang mencoba untuk menata hidupnya agar menjadi lebih baik setelah menikah dan menerima sebagai istrinya yang sekarang.Santi dan Alvin datang berkunjung ke rumah Mimi dan mereka membawa anak mereka yang kini sudah pandai berceloteh ria. Kelahiran dengan jarak yang hampir sama dengan kedua anak Mimi
"Sudah pulang rupanya anaknya itu, kau antarkan jam berapa?" Tanya Melly saat dia bangun dan melihat Laila sudah tidak ada di kamarnya."Barusan.""Tumben kamu peka?" "Bukankah itu yang kamu inginkan? Kamu memang bukan sosok ibu tiri yang baik untuk anakku. Makanya aku pikir lebih baik aku mengembalikan saja kepada ibunya yang jelas-jelas lebih peduli kepadanya. Apalah arti Ayah ini jika dibawa ke sini hanya membawa dia terluka dan sedih mendengar kata-kata ibu tirinya," jawab Adnan yang tidak mau berdebat apapun dengan Melly."Baguslah kalau dia sadar diri. Sebagai anak memang dia harus tahu posisi kalau ayahnya ini tidak sekaya ibu nya yang menikahi bujang kaya."Jika dilanjutkan maka perdebatan ini akan kemana-mana dan bahkan membahas tentang nafkah yang tidak sesuai dengan permintaan Melly. Hal itulah yang membuat Adnan memilih untuk diam dan tidak banyak mendapat apapun tentang hal yang Melly ucapkan.Adnan pergi bekerja seperti biasanya Dan Dia mencoba untuk ikhlas menjalani ke
Laila menutup telinganya saat dia mendengar suara melengking dari luar kamarnya. Dia berpura-pura memejamkan mata saat Adnan sedang membacakan dongeng untuknya tadi. Dia tahu ayahnya itu sangat sayang kepadanya saat ini tetapi melihat kedatangannya ke rumah sang ayah kandung, Mely marah besar. dia tidak begitu disenangi oleh ibu tirinya membuat Laila merasa sendiri bahwa ayahnya sengaja mengajaknya untuk tidur lebih awal agar bisa menjelaskan alasan kedatangannya ke rumah ini."Kenapa kamu nggak minta izin sama aku buat ngajak anakmu itu tinggal di rumah ini? Kamu kan tahu sendiri kalau aku tidak suka anak kamu itu tinggal di rumah ini. Kamu saja masih numpang dan belum bisa memberikan aku nafkah yang baik dan juga menyenangkan anak-anakku. Sok-sokan Mau mengajak anggota keluarga baru dalam keluarga kita. Besok kamu harus antarkan dia dan biarkan saja Mimi yang merawatnya karena dia sekarang sudah lebih kaya karena menggaet laki-laki kaya. Kamu ini mikir nggak sih Mas? Untuk mencukupi
"Aku rasa Laila Sudah cukup tahu bagaimana cara untuk menepati janjinya. Dia bilang akan jalan-jalan bersama Adnan dan akan tetap kembali ke rumah ini. Dia hanya membutuhkan waktu untuk sang Papa bermain dengannya dan tidak akan menyakiti perasaan ibunya ini jika tidak kembali ke rumah ini. Dia sendiri yang menginginkan itu dan aku tidak berhak untuk melarangnya karena Adnan juga ayah kandung Laila."Mimi merasa sedih mendengarnya dan dia merasa gagal menjadi seorang ibu yang bisa berbuat adil kepada anaknya. Dia tahu pasti Laila sedih karena kasih sayangnya harus terbagi dengan adik-adik barunya tetapi dia juga tidak bisa menyalahkan keputusan Arfi yang membiarkan kepergian Layla karena keputusan itu pasti sudah dia pikirkan dengan baik."Kamu tidak usah terlalu sedih memikirkan anakmu karena aku yakin dia pasti bisa menyenangkan hati orang tuanya. Kita lihat saja Apakah anakmu itu akan kembali malam ini atau akan menginap di rumah Adnan. Jika memang Laila itu akan menginap di sana p
"Laila nggak pengen tinggal sama papa?"Ardan mengulangi pertanyaannya dan dia mengusap kepala Laila pelan untuk menyalurkan kasih sayang dan rasa rindunya kepada sang anak."Untuk apa kamu mengajukan pertanyaan yang tidak bisa Laila jawab di usianya yang sekarang? Seharusnya kamu sebagai seorang ayah tahu bagaimana cara untuk memposisikan diri sebagai ayah kandung di saat dia tinggal bersama dengan ayah tirinya," sahut Arfi.Arfi tentu saja kaget mendengar Ardan datang ke rumahnya dan ingin mengajak Laila untuk pergi bersamanya tinggal. Tentu saja tidak akan dengan mudah dia mengizinkan karena selama ini lelaki itu selalu saja membuat masalah dan tidak bisa dipercaya untuk mengasuh anaknya. Apalagi kedatangannya hanya untuk mengajak Laila pergi, dia tak akan mengizinkannya."Dia anakku dan aku berhak untuk mengajaknya tinggal kapanpun aku mau. Aku tahu kalau perasaan dia pasti sangat sedih ketika melihat kedua adik-adik itu lahir dan kalian mengabaikan kasih sayang yang dibutuhkan ol
Anak-anak Mimi sudah boleh dibawa pulang setelah 1 minggu menjalani perawatan di NICU. Mimi sudah mulai menyusui sejak 3 hari dirawat dan setelah 1 minggu dia sudah diperbolehkan untuk pulang. "Akhirnya baby Army sama Alma bisa pulang ke rumah. Senangnya cucu Oma sama Uti bisa menempati kamar yang baru," ucap Tiara saat dia menggendong salah satu anak Mimi dan Arfi."Rasanya tidak menyangka langsung diberikan cucu 2, jadinya bisa satu-satu menggendongnya.""Tuhan tahu kalau kita Mungkin saja akan berebut untuk menggendongnya jika hanya satu saja," kekeh Tiara.Alma dan Army digendong oleh Tiara dan Irah sedangkan Laila digandeng oleh Arfi untuk masuk ke dalam rumah."Anak Papa mau makan apa sore ini? Apa mau pesan makanan enak di restoran buat syukuran kepulangan kita," tanya Arfi."Papa mau beli?""Iya. Laila mau makan apa?""Hm, gak deh. Laila pengen ikut aja beli makanan sama papa.""Baiklah. Sekarang mandi dulu lalu Nanti Papa panggil buat ikut sama Om Adrian.""Yeew….."Laila sa
Siang hari keluarga Arfi dari Banyumas datang menjenguk dan mereka kaget karena mendengar bahwa Mimi melahirkan di usia kandungan 7 bulan saja. Mereka berkunjung saat Arfi tidak berada di tempat sehingga keluarga dari Arfi yang ada di Banyumas itu hanya bertemu dengan keluarga Hakim yang di Jakarta."Menantu mu lahiran sesar, Ra?" Tanya Syarifah."Caesar ataupun normal sama saja.""Iya jelas beda dong. Melahirkan normal itu sangatlah penuh perjuangan dan benar-benar berjihad yang sebenarnya, kalau melahirkan sesar kan tidak terasa dan tahu-tahu anaknya sudah di luar," cibir Syarifah."Melahirkan itu, baik Caesar maupun normal tetap saja sakit dan seharusnya kamu sebagai wanita pun tahu bagaimana perjuangan seorang ibu melahirkan anak-anaknya," sahut Tiara yang tidak ingin membuat anak menantunya sedih mendengar ucapan dari saudaranya itu. Mimi baru saja siuman, dia tidak ingin menantunya itu sedih jika mendengar ucapan Syarifah yang memang kadang suka berbicara asal."Bukan seperti it
"Sepertinya memang Laila sedikit cemburu dengan kelahiran kedua adik-adiknya. Kamu sebagai Ayah sambungnya harus bisa membuat anak sambung itu nyaman dan bahagia bersama dengan kalian. Resiko menikahi janda adalah harus menerima anak yang dibawa olehnya meskipun nanti kamu gunakan rasa berat dengan pengasuhan anakmu. Oma selalu mendukung keputusan kamu dan selalu akan berbahagia atas apapun yang kamu putuskan tentang hidupmu. Namun, Oma berpesan kepadamu jangan sampai kamu main tangan kepada istrimu dan jangan sampai keluarkan kata-kata yang bernada tinggi di depan anakku. Hal itu bisa membuat kamu merasa dibenci dan tidak akan dihargai oleh keluarga terlebih istri dan anak. Menikahi seorang janda itu berat tetapi pahalanya luar biasa karena bukan hanya menafkahi anak sendiri tetapi juga anak orang lain yang dibawa oleh istri. Pokoknya jangan sampai Oma mendengar kamu melakukan hal buruk kepada istri dan anaknya," ucap Ayu menasehati Arfi saat mereka sedang berjalan menuju ke ruang