#Kembali ke POV Fatur"Reta?" Mataku membulat sempurna menatap wanita yang sedang berdiri di muka pintu.Wajah Reta penuh dengan luka lebam seperti habis mengalami kekerasan fisik. Rambutnya yang biasa tergerai indah sudah dicukur habis dengan potongan tidak beraturan. Ada apa dengan wanita yang pernah menanamkan cinta begitu dalam di hatiku ini? Siapa yang telah melakukan kekerasan terhadap dia juga mencukur habis rambutnya yang selalu dia banggakan karena keindahannya. Apakah Rendi yang sudah melakukannya?"Mas!" Reta berjalan menghampiri dan bersimpuh sambil menangis tersedu."Aku minta maaf. Tolong terima aku kembali, Mas. Aku sangat mencintai kamu. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu, Mas. Tolong izinkan aku tinggal di rumah ini lagi. Aku janji tidak akan mengkhianati kamu dan akan menjadi istri yang baik!" pintanya mengiba.Aku mengangkat satu ujung bibir, sebab merasa yakin kalau air tangisannya saat ini hanya sandiwara belaka, supaya aku kasihan dan memberikan ampunan.Enak saja
Alisku bertaut mendengar jawaban Mbak Harti. Kenapa ada polisi datang ke rumah ini? Apa Papa yang melapor? Atau...Ah, dari pada terus menerka-nerka lebih baik kutemui mereka. Jika memang Papa melapor dan ingin memenjarakan aku, aku akan terima sebab aku memang salah.Dengan langkah hati-hati serta menahan nyeri berjalan menghampiri dua orang polisi itu, ingin tahu ada apa gerangan mereka bertamu tengah hari seperti ini."Selamat siang, Pak. Maaf kami mengganggu istirahat Bapak. Saya membawa surat penangkapan atas nama Bapak Fatur Ardiansyah, karena Pak Fatur terlibat kasus pelecehan seksual terhadap saudari Lani Vanessa Atmojo!" ucap salah satu dari mereka.Dua orang polisi itu langsung menghampiri, mengapit tanganku dan menarikku dengan kasar membawaku masuk ke dalam mobil patroli.Banyak pasang mata menyaksikan, berbisik sumbang karena mereka pikir aku ditangkap atas kasus kekerasan dalam rumah tangga yang kulakukan terhadap Reta.
POV AuthorLani duduk terpaku di atas ranjang, dengan mode masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Dia juga akan menjerit histeris jika Faizah atau perawat mengganti pakaiannya.Lani masih trauma. Dalam angan-angan selalu terbayang saat Fatur menjamah tubuhnya, mengambil mahkota paling berharga miliknya ketika dia sedang tidak sadarkan diri."Aku kotor, Ma. Aku sudah kotor!" Hanya kata itu yang selalu terucap dari mulut gadis berusia dua puluh tahun tersebut.Dia begitu terpukul dan syok. Pun dengan Faizah yang sejak kemarin menungguinya di rumah sakit, hingga lupa pulang ataupun sekedar beranjak sebentar dari ruangan itu. Ia tetap saja menunggui anaknya dengan setia, tidak tega meninggalkan Lani sendiri dalam keadaan terpuruk seperti ini.Sultan. Laki-laki yang selalu mengisi hari-hari Lani dengan cinta, memberi warna di bidup perempuan berzodiak Taurus itu, yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi indahnya setiap malam, tidak menampakkan d
Di rumah sakit.Lani masuk ke dalam ruangan khusus didampingi oleh Faizah untuk menjalankan visum.Pertama. Lani menjalani pemeriksaan menyeluruh mulai dari tekanan darah, denyut nadi, bukti adanya tindak kekerasan, penularan penyakit kelamin, hingga pemeriksaan fisik. Setelah prosedur itu dilakukan, seorang dokter perempuan menyuruh Lani berbaring dengan posisi kaki ditekuk, persis seperti orang hendak melahirkan. Wajah Lani terlihat memucat serta ketakutan. Akan tetapi Faizah serta pihak penyidik terus saja meyakinkan dia kalau semuanya akan baik-baik saja. Lani harus menjalani serangkaian pemeriksaan susuai prosedur, supaya bisa menjadi bukti di persidangan nanti.Dokter berhijab putih yang memeriksa Lani mengerutkan dahi saat memeriksa bagian sensitif gadis itu. Sementara Lani, selain merasa takut dan trauma, ia juga merasa sangat malu karena harus memperlihatkan auratnya di depan orang lain."Maaf, Bu. Sepertinya tidak ada tanda-tan
Setelah tamunya pergi, dengan kasar Atmojo membanting badan di atas sofa. Memijat kepala yang terasa berdenyut nyeri, sambil mencoba meredam emosi yang kian meninggi.'Fatur. Semua penyebabnya adalah Fatur. Kalau dia tidak melecehkan Lani, mungkin semua tidak akan seperti ini. Sialan. Kurang ajar memang itu anak!" Atmojo kembali meninju meja, tidak memperdulikan punggung tangannya yang terasa nyeri serta memar.Dengan amarah yang kian membuncah dia keluar dari rumah. Meminta supir pribadinya untuk mengantar dia ke kantor polisi, ingin memberi pelajaran kepada menantunya yang perlahan mulai dia benci.Sepanjang jalan umpatan-umpatan terhadap Fatur terus saja meluncur dari mulut Atmojo. Rasanya hanya dengan mengumpat saja dia belum merasa puas. Ingin memberikan pelajaran lebih kepada suami mendiang anak sulungnya, supaya tidak lagi berulah serta membuat hidupnya menjadi susah.Mobil sedan berwarna putih menepi di parkiran sebuah kantor polisi. Atmoj
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un!" ucapku gemetar, saat mendengar kabar kalau Luna istriku baru saja menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit, hingga tanpa sadar, ponsel yang ada di genggaman jatuh ke lantai."Siapa yang meninggal, Mas?" tanya Reta sambil mengenakan pakaian."Lu–Luna," jawabku tergagap."Baguslah kalau begitu. Jadi sekarang tidak ada lagi penghalang cinta kita." Dia terlihat begitu bahagia mendengar kabar kematian istriku."Kamu mau ke mana?" Dia mencekal lenganku saat beranjak dari tempat tidur."Mau pulang." "Sudah biarkan saja, Mas. Dia kan sudah mati. Bukannya kamu sendiri yang selalu bilang, kalau kamu menginginkan kepergiannya, karena kamu sangat membenci dia!"Aku menghela napas berat. Memang aku menginginkan dia pergi, tapi bukan untuk selamanya. Apalagi keadaan dia sedang mengandung. Bagaimana kabar anakku jika ibunya telah pergi meninggalkan dunia ini.Ya Tuhan...Dengan langkah gontai menuruni tangga, keluar dari rumah Reta–istri keduaku dan leka
Aku menggengam erat kertas tersebut. Mengapa rasanya sesakit ini setelah mengetahui bahwa sebenarnya Luna tahu aku telah mengkhianati pernikahan kami? Tapi. Kenapa dia selalu diam. Terbuat dari apa hatinya sehingga bisa kuat menghadapi kenyataan kalau sang suami telah mendua. Dia tidak marah ataupun menegur. Dia tetap membisu. Menikmati lukanya sendiri tanpa ada satu orang pun yang tahu. Ting!Melirik gawai, mendengar sebuah notifikasi pesan whatsapp masuk. Sepertinya dari Reta. Ada apa? Apa dia akan memintaku untuk pulang malam ini?[Mas. Acting kamu tadi bagus banget. Aku suka.] Aku tidak sedang bersandiwara, Reta. Tetapi benar-benar menangis karena merasa kehilangan Luna. [Kamu pulang gak? Kalau nggak pulang transfer aku dua puluh juta ya. Mau jalan-jalan sama temen.] Menghela napas panjang, membaca pesan kedua Reta. Dia memang selalu meminta uang dalam jumlah banyak, dan entah kemana uang yang selama ini aku berikan. Di kartu ATMnya tidak pernah ada saldo yang tersisa. Dia se
Menggengam handle pintu, memutarnya perlahan dan ternyata pintu dikunci dari dalam. Suara-suara aneh itu makin terdengar nyaring membuat diri ini semakin penasaran dibuatnya. Kugerak-gerakkan gagang pintu dengan sekuat tenaga, hingga akhirnya suara riuh di dalam sana mereda."Lagi ngapain, Mas?" Berjingkat kaget ketika tiba-tiba Reta sudah berdiri di belakangku."Tadi ada suara aneh di dalam. Seperti orang sedang bercinta. Tapi pintunya dikunci dari dalam!" jawabku sembari menelisik tubuh reta yang terlihat agak berantakan, juga keringat membasahi sekujur tubuhnya."Mobil siapa di depan, Ta. Apa kamu menerima tamu orang asing ketika aku tidak ada?" Menatap menyelidik."Te–temen, Mas. Dia datang bersama pacarnya ke sini. Mereka ada di dalam kamar. Mungkin tadi suara mereka berdua lagi gitu-gituan." Dia menyahut gelagapan. Seperti ada yang sedang dia sembunyikan dariku."Kamu kenapa keringetan begitu. Memangnya AC kamar kita mati?""Habis olah raga malam, Mas. Tadi nggak bisa tidur kare
Setelah tamunya pergi, dengan kasar Atmojo membanting badan di atas sofa. Memijat kepala yang terasa berdenyut nyeri, sambil mencoba meredam emosi yang kian meninggi.'Fatur. Semua penyebabnya adalah Fatur. Kalau dia tidak melecehkan Lani, mungkin semua tidak akan seperti ini. Sialan. Kurang ajar memang itu anak!" Atmojo kembali meninju meja, tidak memperdulikan punggung tangannya yang terasa nyeri serta memar.Dengan amarah yang kian membuncah dia keluar dari rumah. Meminta supir pribadinya untuk mengantar dia ke kantor polisi, ingin memberi pelajaran kepada menantunya yang perlahan mulai dia benci.Sepanjang jalan umpatan-umpatan terhadap Fatur terus saja meluncur dari mulut Atmojo. Rasanya hanya dengan mengumpat saja dia belum merasa puas. Ingin memberikan pelajaran lebih kepada suami mendiang anak sulungnya, supaya tidak lagi berulah serta membuat hidupnya menjadi susah.Mobil sedan berwarna putih menepi di parkiran sebuah kantor polisi. Atmoj
Di rumah sakit.Lani masuk ke dalam ruangan khusus didampingi oleh Faizah untuk menjalankan visum.Pertama. Lani menjalani pemeriksaan menyeluruh mulai dari tekanan darah, denyut nadi, bukti adanya tindak kekerasan, penularan penyakit kelamin, hingga pemeriksaan fisik. Setelah prosedur itu dilakukan, seorang dokter perempuan menyuruh Lani berbaring dengan posisi kaki ditekuk, persis seperti orang hendak melahirkan. Wajah Lani terlihat memucat serta ketakutan. Akan tetapi Faizah serta pihak penyidik terus saja meyakinkan dia kalau semuanya akan baik-baik saja. Lani harus menjalani serangkaian pemeriksaan susuai prosedur, supaya bisa menjadi bukti di persidangan nanti.Dokter berhijab putih yang memeriksa Lani mengerutkan dahi saat memeriksa bagian sensitif gadis itu. Sementara Lani, selain merasa takut dan trauma, ia juga merasa sangat malu karena harus memperlihatkan auratnya di depan orang lain."Maaf, Bu. Sepertinya tidak ada tanda-tan
POV AuthorLani duduk terpaku di atas ranjang, dengan mode masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Dia juga akan menjerit histeris jika Faizah atau perawat mengganti pakaiannya.Lani masih trauma. Dalam angan-angan selalu terbayang saat Fatur menjamah tubuhnya, mengambil mahkota paling berharga miliknya ketika dia sedang tidak sadarkan diri."Aku kotor, Ma. Aku sudah kotor!" Hanya kata itu yang selalu terucap dari mulut gadis berusia dua puluh tahun tersebut.Dia begitu terpukul dan syok. Pun dengan Faizah yang sejak kemarin menungguinya di rumah sakit, hingga lupa pulang ataupun sekedar beranjak sebentar dari ruangan itu. Ia tetap saja menunggui anaknya dengan setia, tidak tega meninggalkan Lani sendiri dalam keadaan terpuruk seperti ini.Sultan. Laki-laki yang selalu mengisi hari-hari Lani dengan cinta, memberi warna di bidup perempuan berzodiak Taurus itu, yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi indahnya setiap malam, tidak menampakkan d
Alisku bertaut mendengar jawaban Mbak Harti. Kenapa ada polisi datang ke rumah ini? Apa Papa yang melapor? Atau...Ah, dari pada terus menerka-nerka lebih baik kutemui mereka. Jika memang Papa melapor dan ingin memenjarakan aku, aku akan terima sebab aku memang salah.Dengan langkah hati-hati serta menahan nyeri berjalan menghampiri dua orang polisi itu, ingin tahu ada apa gerangan mereka bertamu tengah hari seperti ini."Selamat siang, Pak. Maaf kami mengganggu istirahat Bapak. Saya membawa surat penangkapan atas nama Bapak Fatur Ardiansyah, karena Pak Fatur terlibat kasus pelecehan seksual terhadap saudari Lani Vanessa Atmojo!" ucap salah satu dari mereka.Dua orang polisi itu langsung menghampiri, mengapit tanganku dan menarikku dengan kasar membawaku masuk ke dalam mobil patroli.Banyak pasang mata menyaksikan, berbisik sumbang karena mereka pikir aku ditangkap atas kasus kekerasan dalam rumah tangga yang kulakukan terhadap Reta.
#Kembali ke POV Fatur"Reta?" Mataku membulat sempurna menatap wanita yang sedang berdiri di muka pintu.Wajah Reta penuh dengan luka lebam seperti habis mengalami kekerasan fisik. Rambutnya yang biasa tergerai indah sudah dicukur habis dengan potongan tidak beraturan. Ada apa dengan wanita yang pernah menanamkan cinta begitu dalam di hatiku ini? Siapa yang telah melakukan kekerasan terhadap dia juga mencukur habis rambutnya yang selalu dia banggakan karena keindahannya. Apakah Rendi yang sudah melakukannya?"Mas!" Reta berjalan menghampiri dan bersimpuh sambil menangis tersedu."Aku minta maaf. Tolong terima aku kembali, Mas. Aku sangat mencintai kamu. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu, Mas. Tolong izinkan aku tinggal di rumah ini lagi. Aku janji tidak akan mengkhianati kamu dan akan menjadi istri yang baik!" pintanya mengiba.Aku mengangkat satu ujung bibir, sebab merasa yakin kalau air tangisannya saat ini hanya sandiwara belaka, supaya aku kasihan dan memberikan ampunan.Enak saja
"Aku tidak akan pernah memberi tahu di mana Fatur sekarang, Mas." Jawab Suci tidak merasa gentar sedikit pun."Suci, tolong beri tahu saya, di mana kamu dan Fatur sekarang ini?!" tekannya sekali lagi.Suci menggeser tombol merah mengakhiri panggilan secara sepihak, menonaktifkan ponselnya sebab dia tahu kalau Atmojo pasti akan melecak keberadaannya sekarang. Bukan niat dia melindungi orang yang salah. Tetapi, Suci begitu takut kalau Atmojo sampai kalap dan menghabisi nyawa putranya.Sambil mengusap air mata Suci melungguh di kursi depan ruang dimana Fatur sedang menjalani tindakan, setelah mengalami penusukkan di kakinya. Dia juga sangat menyayangkan tindakan Fatur yang sudah diluar batas juga tidak bermoral. 'Dengan cara apa aku harus menebus kesalahan Fatur terhadap Lani. Apa lebih baik aku mengajak Mas Atmojo dan Faizah untuk bertabayyun, membicarakan masalah ini secara baik-baik, supaya tida ada seorang tetangga pun yang tahu tentang kasus ini?' Suci berbicara sendiri di dalam ha
Melihat ayah mertuanya mengayunkan sebilah pisau, buru-buru Fatur beranjak menjauh. Namun naas, belum sempat dia lari. Atmojo sudah lebih dulu manancapkan ujung pisau di tangannya tepat mengenai betis Fatur.Lelaki berhidung bangir itu mengerang kesakitan, membuat suci yang sedang berdiri di muka pintu segera berlari menghampiri, menangis tergugu melihat anaknya meringis kesakitan dengan kaki bersimbah darah."Mas Atmojo, apa yang sudah Mas lakukan terhadap anak saya. Kenapa Mas kejam sekali?" pekik Suci seraya mencabut pisau yang menancap di kaki sang anak, mengambil kain untuk membalut luka tersebut dan segera menghubungi ambulance."Itu tidak seberapa dengan apa yang sudah dia lakukan terhadap putri saya, Suci. Dia sudah menyakiti hati Luna, sekarang dia malah berani menyentuh putriku hingga dia mengalami trauma. Manusia semacam Fatur itu tidak pantas dikasihani. Bahkan dia pantas mendapatkan lebih dari itu!" berang Atmojo sambil mengatur napas yang sudah tidak beraturan."Saya he
"Aku tidak pantas bersanding dengan Kak Sultan. Aku bukan wanita baik-baik. Aku audah kotor. Aku sudah tidak utuh, Ma!" Racau Lani sambil terus menyusut air mata. "Siapa yang melakukannya, Lani?" Suara Mama terdengar begitu syok."Ma–Mas Fatur!" Bagai mendengar suara petir yang menggelar, hati Sultan terasa sakit serta teriris mendapati kenyataan kalau calon istrinya sudah disentuh oleh laki-laki lain. Dia berjalan gontai menyusuri koridor rumah sakit, terus berpegangan tembok, sebab kakinya sudah terasa lemas tidak mampu menumpu tubuhnya.'Ya Allah, apa yang harus aku lakukan. Lani sudah ternoda. Apa kata keluargaku jika aku menikahi wanita yang sudah tidak lagi perawan. Ummi pasti akan membatalkan pernikahan ini jika mengetahui masalah yang tengah menimpa Lani.' Dia berbicara sendiri dalam hati, meremas dada yang terasa sakit seperti sedang disayat sembilu.Dengan perasaan hancur Sultan menuruni undakan rumah
Papa yang sedang duduk bersama Sultan segera berlari menghampiri Mama yang tiba-tiba berteriak. Dia segera membopong tubuh sang putri lalu lekas membawanya ke rumah sakit terdekat."Sebenarnya ada apa, Ma. Kenapa anak kamu bisa pingsan seperti ini?" Tanya Papa ketika mereka sudah berada di dalam mobil yang sedang dikemudikan oleh Sultan."Mama nggak tahu, Pa. Memang sejak tadi kelakuan Lani agak aneh. Dia kelihatan lagi ada masalah besar, tapi mencoba menyembunyikannya dari kita, Pa." Jawab Mama Lani sambil terus menepuk-nepuk pelan pipi putrinya.Sedangkan Sultan. Dia berusaha tetap fokus mengemudi walaupun sebenarnya dalam hati merasa sangat khawatir dengan keadaan si calon istri. Dia takut terjadi sesuatu terhadap Lani, apalagi sebelumnya dia mengatakan ingin membatalkan pernikahan. Hal itu membuat pria dengan garis wajah tersebut semakin yakin kalau Lani sedang memiliki masalah besar yang berusaha dia sembunyikan darinya.Mobil sedan berwarna putih ditepikan tepat di depan gedung