Awas saja kalian. Aku akan membuat perhitungan kepada kalian semua. Aku pastikan, semua orang yang berani mengganggu hidupku juga mempermalukan aku akan menanggung akibatnya. Termasuk si Sultan yang sok tampan itu.
"Mari, silahkan masuk!" Ucap salah satu orang petugas sambil membukan pintu mobil untukku."Kalian pikir saya ini gila, hah?! Saya masih waras. Kenapa musti dibawa ke rumah sakit jiwa!" Sentakku seraya menepis tangan lelaki jangkung yang terus saja memegangi."Maaf, Pak. Saya hanya menuruti perintah Pak Atmojo."Lagi-lagi Papa biang keroknya.Mendengkus kesal, berjalan menjauhi mobil ambulance sambil menggerutu. Enak saja dibilang orang gila. Mereka mungkin yang gila. Gila harta. Sebab, semua yang aku miliki mereka ambil. Terlalu serakah Papa mertuaku memang.Lagi dan lagi, aku harus menelan pil kecewa karena perlakuan Papa. Tadi di kantor aku dipermalukan. Dicegat scurity dan tidak diperbolehkan masuk. Sekarang, ketikBerdiri di balkon rumah. Memandangi hamparan langit penuh dengan bintang berpendar-pendar di sana. Aku seperti melihat Luna sedang menari-nari bersama bidadari. Melambaikan tangan kepadaku, seakan memanggilku untuk menghampiri.Kuulurkan tangan mencoba meraih jemarinya, akan tetapi lengan ini terlalu pendek sehingga tidak bisa menjangkau dia. Sambil tersenyum naik ke meja yang ada di balkon, berdiri di pagar pembatas hingga merasa tubuh ini seperti sedang melayang.Beberapa saat kemudian, aku mendengar seperti ada seseorang berteriak memanggil namaku. Tapi itu bukan suara Luna, melainkan suara Mbak Harti, asisten rumah tanggaku yang kebetulan masih berada di rumah ini.Luna terus saja tersenyum, menatap diriku tanpa berkedip. Wajah perempuan bergamis putih itu terlihat cerah ceria, tiada menampakkan kesedihan seperti biasa. Aku terus mengulurkan tangan berusaha meraih dirinya. Tetap tidak bisa. Dia malah memutar badan membelakangiku, berjalan dengan anggun menghampiri seorang lelaki
Deru mesin kendaraan membawaku menjauh dari pekarangan istana tempat tinggalku bersama Reta dulu. Memutar audio mobil, menghilangkan rasa sepi yang selalu mendera hati.Kini sendiri di siniMencarimu tak tahu di manaSemoga tenang kau di sanaSelamanya...Aku selalu mengingatmuDoakanmu setiap malamkuSemoga tenang kau di sana…Mendengar penggalan lagu tersebut justru membuat kian deras air mataku. Aku tak sanggup dan segera mematikan audio mobilku. Biarlah. Biarlah perjalanan ini hanya ditemani suara deru mesin kendaraan saja. Menepikan mobil di depan gerbang pekuburan, membuka pintu perlahan kemudian turun dari kendaraan roda empat tersebut dan lekas berjalan masuk. Kuterobos gelapnya malam di area pemakaman. Berjalan lurus kedepan tanpa menghiraukan suara burung hantu yang saling bersahutan. Ingin kuhabiskan malam ini bersama Luna, mengobati rindu yang kian menggebu di dalam kalbu.Kunyalakan senter pons
Tut...Tut...Suara klakson kereta api terdengar sudah melewati tubuhku. Tapi, kenapa tidak merasakan apa-apa. Mengapa masih bisa menghirup udara. Apa sebenarnya aku sudah terbang ke nirwana dan sebentar lagi Tuhan akan mempertemukan aku dengan Luna?Membuka mata perlahan, menatap gerbong terakhir kereta yang masih terlihat.Sial! Ternyata kereta api yang baru saja lewat melintas di jalur sebelahku berdiri. "Mau bunuh diri ceritanya, Mas?" Tanya seorang laki-laki paruh baya dengan pakaian kumal sambil menatap mencemooh.Aku diam tidak menjawab. Dia malah terkekeh seakan apa yang dia lihat sekarang ini adalah sebuah lelucon."Memangnya sudah siap masuk neraka?" Dia bertanya lagi. Asap rokok dari mulutnya terus saja mengepul membuatku terbatuk."Bukan urusan Bapak!" Ketusku."Memang bukan urusan saya. Tapi saya miris melihat manusia yang terlihat berpendidikan tetapi pikirannya pendek seperti anda. Jangan anda pikir setelah anda mati semua urusan menjadi selesai.Dalam agama saya, bunuh
Beberapa koleksi jam limited edition milikku kini sudah terjual. Kini tinggal mempromosikan rumah, supaya lekas terjual juga dan bisa membuka usaha untuk masa depanku dan si buah hati. Tidak akan lagi tergantung kepada Papa, apalagi sekarang sudah tidak ada Luna.Jadi, jika suatu saat semua rahasiaku terbongkar dan Papa mengambil semua yang aku miliki. Aku masih punya usaha. Bisa mencukupi kebutuhan permata hatiku juga.Sekali lagi, menatap Lani dari kejauhan lalu bergantian memandangi wajah Sultan yang sedang berdiri di sisinya. Mereka tidak serasi. Dan sepertinya tidak akan mungkin bisa bersatu.Mengangkat satu ujung bibir. Berjalan mengikuti kemana arah kaki ini melangkah hingga akhirnya memasuki sebuah toko obat yang lumayan cukup besar, untuk membeli beberapa obat tidur supaya aku tidak selalu terjaga di malam hari. Juga membeli sesuatu untuk kejutan Lani dan Sultan nanti.Bukannya jahat. Tetapi hati kecilku selalu me
Plak!Tanpa dikomando tangan halus Bunda mendarat di pipi putra kandungnya."Kamu memang sudah gila, Fatur. Benar-benar gila. Sudah tidak bisa membedakan mana halusinasi dan mana dunia nyata. Bunda harus bilang apa sama Mas Atmojo. Dia sedang marah karena mendengar kamu sudah menduakan Luna, sekarang kamu malah menghancurkan hidup Lani. Benar-benar kelewatan kamu, Fatur!" Sungut Bunda muntab.Plak! Sekali lagi tangan perempuan berwajah ayu tersebut mendarat di pipi Fatur. Dia teramat kecewa dengan apa yang sudah dilakukan oleh putranya, meskipun belum mengetahui dengan pasti apa maksud perkataan Fatur.Sementara lani. Dia berjalan gontai menuruni undakan rumah yang pernah ditinggali mendiang Luna selama setahun. Membuka pintu gerbang, terus menatap nanar ke depan dengan pandangan kosong. Sebuah mobil taksi menghapiri dan menawarkan Lani untuk mengantar. Tanpa bernegosiasi lagi, wanita berhijab moca
Papa yang sedang duduk bersama Sultan segera berlari menghampiri Mama yang tiba-tiba berteriak. Dia segera membopong tubuh sang putri lalu lekas membawanya ke rumah sakit terdekat."Sebenarnya ada apa, Ma. Kenapa anak kamu bisa pingsan seperti ini?" Tanya Papa ketika mereka sudah berada di dalam mobil yang sedang dikemudikan oleh Sultan."Mama nggak tahu, Pa. Memang sejak tadi kelakuan Lani agak aneh. Dia kelihatan lagi ada masalah besar, tapi mencoba menyembunyikannya dari kita, Pa." Jawab Mama Lani sambil terus menepuk-nepuk pelan pipi putrinya.Sedangkan Sultan. Dia berusaha tetap fokus mengemudi walaupun sebenarnya dalam hati merasa sangat khawatir dengan keadaan si calon istri. Dia takut terjadi sesuatu terhadap Lani, apalagi sebelumnya dia mengatakan ingin membatalkan pernikahan. Hal itu membuat pria dengan garis wajah tersebut semakin yakin kalau Lani sedang memiliki masalah besar yang berusaha dia sembunyikan darinya.Mobil sedan berwarna putih ditepikan tepat di depan gedung
"Aku tidak pantas bersanding dengan Kak Sultan. Aku bukan wanita baik-baik. Aku audah kotor. Aku sudah tidak utuh, Ma!" Racau Lani sambil terus menyusut air mata. "Siapa yang melakukannya, Lani?" Suara Mama terdengar begitu syok."Ma–Mas Fatur!" Bagai mendengar suara petir yang menggelar, hati Sultan terasa sakit serta teriris mendapati kenyataan kalau calon istrinya sudah disentuh oleh laki-laki lain. Dia berjalan gontai menyusuri koridor rumah sakit, terus berpegangan tembok, sebab kakinya sudah terasa lemas tidak mampu menumpu tubuhnya.'Ya Allah, apa yang harus aku lakukan. Lani sudah ternoda. Apa kata keluargaku jika aku menikahi wanita yang sudah tidak lagi perawan. Ummi pasti akan membatalkan pernikahan ini jika mengetahui masalah yang tengah menimpa Lani.' Dia berbicara sendiri dalam hati, meremas dada yang terasa sakit seperti sedang disayat sembilu.Dengan perasaan hancur Sultan menuruni undakan rumah
Melihat ayah mertuanya mengayunkan sebilah pisau, buru-buru Fatur beranjak menjauh. Namun naas, belum sempat dia lari. Atmojo sudah lebih dulu manancapkan ujung pisau di tangannya tepat mengenai betis Fatur.Lelaki berhidung bangir itu mengerang kesakitan, membuat suci yang sedang berdiri di muka pintu segera berlari menghampiri, menangis tergugu melihat anaknya meringis kesakitan dengan kaki bersimbah darah."Mas Atmojo, apa yang sudah Mas lakukan terhadap anak saya. Kenapa Mas kejam sekali?" pekik Suci seraya mencabut pisau yang menancap di kaki sang anak, mengambil kain untuk membalut luka tersebut dan segera menghubungi ambulance."Itu tidak seberapa dengan apa yang sudah dia lakukan terhadap putri saya, Suci. Dia sudah menyakiti hati Luna, sekarang dia malah berani menyentuh putriku hingga dia mengalami trauma. Manusia semacam Fatur itu tidak pantas dikasihani. Bahkan dia pantas mendapatkan lebih dari itu!" berang Atmojo sambil mengatur napas yang sudah tidak beraturan."Saya he
Setelah tamunya pergi, dengan kasar Atmojo membanting badan di atas sofa. Memijat kepala yang terasa berdenyut nyeri, sambil mencoba meredam emosi yang kian meninggi.'Fatur. Semua penyebabnya adalah Fatur. Kalau dia tidak melecehkan Lani, mungkin semua tidak akan seperti ini. Sialan. Kurang ajar memang itu anak!" Atmojo kembali meninju meja, tidak memperdulikan punggung tangannya yang terasa nyeri serta memar.Dengan amarah yang kian membuncah dia keluar dari rumah. Meminta supir pribadinya untuk mengantar dia ke kantor polisi, ingin memberi pelajaran kepada menantunya yang perlahan mulai dia benci.Sepanjang jalan umpatan-umpatan terhadap Fatur terus saja meluncur dari mulut Atmojo. Rasanya hanya dengan mengumpat saja dia belum merasa puas. Ingin memberikan pelajaran lebih kepada suami mendiang anak sulungnya, supaya tidak lagi berulah serta membuat hidupnya menjadi susah.Mobil sedan berwarna putih menepi di parkiran sebuah kantor polisi. Atmoj
Di rumah sakit.Lani masuk ke dalam ruangan khusus didampingi oleh Faizah untuk menjalankan visum.Pertama. Lani menjalani pemeriksaan menyeluruh mulai dari tekanan darah, denyut nadi, bukti adanya tindak kekerasan, penularan penyakit kelamin, hingga pemeriksaan fisik. Setelah prosedur itu dilakukan, seorang dokter perempuan menyuruh Lani berbaring dengan posisi kaki ditekuk, persis seperti orang hendak melahirkan. Wajah Lani terlihat memucat serta ketakutan. Akan tetapi Faizah serta pihak penyidik terus saja meyakinkan dia kalau semuanya akan baik-baik saja. Lani harus menjalani serangkaian pemeriksaan susuai prosedur, supaya bisa menjadi bukti di persidangan nanti.Dokter berhijab putih yang memeriksa Lani mengerutkan dahi saat memeriksa bagian sensitif gadis itu. Sementara Lani, selain merasa takut dan trauma, ia juga merasa sangat malu karena harus memperlihatkan auratnya di depan orang lain."Maaf, Bu. Sepertinya tidak ada tanda-tan
POV AuthorLani duduk terpaku di atas ranjang, dengan mode masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Dia juga akan menjerit histeris jika Faizah atau perawat mengganti pakaiannya.Lani masih trauma. Dalam angan-angan selalu terbayang saat Fatur menjamah tubuhnya, mengambil mahkota paling berharga miliknya ketika dia sedang tidak sadarkan diri."Aku kotor, Ma. Aku sudah kotor!" Hanya kata itu yang selalu terucap dari mulut gadis berusia dua puluh tahun tersebut.Dia begitu terpukul dan syok. Pun dengan Faizah yang sejak kemarin menungguinya di rumah sakit, hingga lupa pulang ataupun sekedar beranjak sebentar dari ruangan itu. Ia tetap saja menunggui anaknya dengan setia, tidak tega meninggalkan Lani sendiri dalam keadaan terpuruk seperti ini.Sultan. Laki-laki yang selalu mengisi hari-hari Lani dengan cinta, memberi warna di bidup perempuan berzodiak Taurus itu, yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi indahnya setiap malam, tidak menampakkan d
Alisku bertaut mendengar jawaban Mbak Harti. Kenapa ada polisi datang ke rumah ini? Apa Papa yang melapor? Atau...Ah, dari pada terus menerka-nerka lebih baik kutemui mereka. Jika memang Papa melapor dan ingin memenjarakan aku, aku akan terima sebab aku memang salah.Dengan langkah hati-hati serta menahan nyeri berjalan menghampiri dua orang polisi itu, ingin tahu ada apa gerangan mereka bertamu tengah hari seperti ini."Selamat siang, Pak. Maaf kami mengganggu istirahat Bapak. Saya membawa surat penangkapan atas nama Bapak Fatur Ardiansyah, karena Pak Fatur terlibat kasus pelecehan seksual terhadap saudari Lani Vanessa Atmojo!" ucap salah satu dari mereka.Dua orang polisi itu langsung menghampiri, mengapit tanganku dan menarikku dengan kasar membawaku masuk ke dalam mobil patroli.Banyak pasang mata menyaksikan, berbisik sumbang karena mereka pikir aku ditangkap atas kasus kekerasan dalam rumah tangga yang kulakukan terhadap Reta.
#Kembali ke POV Fatur"Reta?" Mataku membulat sempurna menatap wanita yang sedang berdiri di muka pintu.Wajah Reta penuh dengan luka lebam seperti habis mengalami kekerasan fisik. Rambutnya yang biasa tergerai indah sudah dicukur habis dengan potongan tidak beraturan. Ada apa dengan wanita yang pernah menanamkan cinta begitu dalam di hatiku ini? Siapa yang telah melakukan kekerasan terhadap dia juga mencukur habis rambutnya yang selalu dia banggakan karena keindahannya. Apakah Rendi yang sudah melakukannya?"Mas!" Reta berjalan menghampiri dan bersimpuh sambil menangis tersedu."Aku minta maaf. Tolong terima aku kembali, Mas. Aku sangat mencintai kamu. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu, Mas. Tolong izinkan aku tinggal di rumah ini lagi. Aku janji tidak akan mengkhianati kamu dan akan menjadi istri yang baik!" pintanya mengiba.Aku mengangkat satu ujung bibir, sebab merasa yakin kalau air tangisannya saat ini hanya sandiwara belaka, supaya aku kasihan dan memberikan ampunan.Enak saja
"Aku tidak akan pernah memberi tahu di mana Fatur sekarang, Mas." Jawab Suci tidak merasa gentar sedikit pun."Suci, tolong beri tahu saya, di mana kamu dan Fatur sekarang ini?!" tekannya sekali lagi.Suci menggeser tombol merah mengakhiri panggilan secara sepihak, menonaktifkan ponselnya sebab dia tahu kalau Atmojo pasti akan melecak keberadaannya sekarang. Bukan niat dia melindungi orang yang salah. Tetapi, Suci begitu takut kalau Atmojo sampai kalap dan menghabisi nyawa putranya.Sambil mengusap air mata Suci melungguh di kursi depan ruang dimana Fatur sedang menjalani tindakan, setelah mengalami penusukkan di kakinya. Dia juga sangat menyayangkan tindakan Fatur yang sudah diluar batas juga tidak bermoral. 'Dengan cara apa aku harus menebus kesalahan Fatur terhadap Lani. Apa lebih baik aku mengajak Mas Atmojo dan Faizah untuk bertabayyun, membicarakan masalah ini secara baik-baik, supaya tida ada seorang tetangga pun yang tahu tentang kasus ini?' Suci berbicara sendiri di dalam ha
Melihat ayah mertuanya mengayunkan sebilah pisau, buru-buru Fatur beranjak menjauh. Namun naas, belum sempat dia lari. Atmojo sudah lebih dulu manancapkan ujung pisau di tangannya tepat mengenai betis Fatur.Lelaki berhidung bangir itu mengerang kesakitan, membuat suci yang sedang berdiri di muka pintu segera berlari menghampiri, menangis tergugu melihat anaknya meringis kesakitan dengan kaki bersimbah darah."Mas Atmojo, apa yang sudah Mas lakukan terhadap anak saya. Kenapa Mas kejam sekali?" pekik Suci seraya mencabut pisau yang menancap di kaki sang anak, mengambil kain untuk membalut luka tersebut dan segera menghubungi ambulance."Itu tidak seberapa dengan apa yang sudah dia lakukan terhadap putri saya, Suci. Dia sudah menyakiti hati Luna, sekarang dia malah berani menyentuh putriku hingga dia mengalami trauma. Manusia semacam Fatur itu tidak pantas dikasihani. Bahkan dia pantas mendapatkan lebih dari itu!" berang Atmojo sambil mengatur napas yang sudah tidak beraturan."Saya he
"Aku tidak pantas bersanding dengan Kak Sultan. Aku bukan wanita baik-baik. Aku audah kotor. Aku sudah tidak utuh, Ma!" Racau Lani sambil terus menyusut air mata. "Siapa yang melakukannya, Lani?" Suara Mama terdengar begitu syok."Ma–Mas Fatur!" Bagai mendengar suara petir yang menggelar, hati Sultan terasa sakit serta teriris mendapati kenyataan kalau calon istrinya sudah disentuh oleh laki-laki lain. Dia berjalan gontai menyusuri koridor rumah sakit, terus berpegangan tembok, sebab kakinya sudah terasa lemas tidak mampu menumpu tubuhnya.'Ya Allah, apa yang harus aku lakukan. Lani sudah ternoda. Apa kata keluargaku jika aku menikahi wanita yang sudah tidak lagi perawan. Ummi pasti akan membatalkan pernikahan ini jika mengetahui masalah yang tengah menimpa Lani.' Dia berbicara sendiri dalam hati, meremas dada yang terasa sakit seperti sedang disayat sembilu.Dengan perasaan hancur Sultan menuruni undakan rumah
Papa yang sedang duduk bersama Sultan segera berlari menghampiri Mama yang tiba-tiba berteriak. Dia segera membopong tubuh sang putri lalu lekas membawanya ke rumah sakit terdekat."Sebenarnya ada apa, Ma. Kenapa anak kamu bisa pingsan seperti ini?" Tanya Papa ketika mereka sudah berada di dalam mobil yang sedang dikemudikan oleh Sultan."Mama nggak tahu, Pa. Memang sejak tadi kelakuan Lani agak aneh. Dia kelihatan lagi ada masalah besar, tapi mencoba menyembunyikannya dari kita, Pa." Jawab Mama Lani sambil terus menepuk-nepuk pelan pipi putrinya.Sedangkan Sultan. Dia berusaha tetap fokus mengemudi walaupun sebenarnya dalam hati merasa sangat khawatir dengan keadaan si calon istri. Dia takut terjadi sesuatu terhadap Lani, apalagi sebelumnya dia mengatakan ingin membatalkan pernikahan. Hal itu membuat pria dengan garis wajah tersebut semakin yakin kalau Lani sedang memiliki masalah besar yang berusaha dia sembunyikan darinya.Mobil sedan berwarna putih ditepikan tepat di depan gedung