Setelah Hans selesai berbicara, dia meraih leher Cart lagi dengan wajah garang."Tetua Cart, nanti tolong ikut dengan kami, ya."Saat ini Hans hanya peduli dengan Pedang Asura. Dia akan melakukan apa pun demi mendapatkan pedang itu dan semua orang bisa mati, kecuali dia.Cart sama sekali tidak terkejut. Dia menatap semua orang dan berkata dengan tenang, "Semuanya, tindakan kalian akan menjerumuskan Istana Dewa Klan Dewa ke dalam bencana abadi.""Aku nggak bisa membujuk Kepala Istana ataupun menghentikan kalian.""Tapi tanyakan pada diri kalian sendiri, berapa lama Klan Dewa bisa bertahan di bawah serangan kuat Istana Nirila?""Dalam menghadapi kekuatan mutlak, kalian dan Kepala Istana hampir pasti bisa mendapatkan Pedang Asura.""Kalaupun dapat, bagaimana kalian akan menggunakannya?""Jangan menatapku seperti itu. Aku tahu apa yang kalian pikirkan.""Aku nggak takut untuk memberi tahu kalian kalau aku juga ingin mendapatkan dan memiliki Pedang Asura!""Aku ingin menjadi pendekar yang t
Akan tetapi, saat ini Yunas juga sangat tenang, sangat bersemangat dan gembira. Sama halnya dengan para pendekar dari Istana Nirila.Seketika seluruh kota terguncang, para pendekar dari Klan Dewa dan Istana Nirila hampir menjungkirbalikkan seluruh kota.Bisa dikatakan mereka telh mencari ke seluruh tempat, tetapi Dirga seolah telah menghilang dari dunia. Dua hari telah berlalu dan sama sekali tidak ada kabar.Akhirnya pertempuran sengit terjadi antara Yunas dan Hans. Para pendekar dari Klan Dewa menderita kerugian besar dalam menghadapi kekuatan mutlak Istana Nirila.Selama pendekar yang muncul hampir terbunuh, Hans melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya.Saat ini seluruh Klan Dewa bisa dikatakan tinggal nama saja. Setelah kelompok kedua pendekar dari Istana Nirila tiba, Yunas langsung memerintahkan pembantaian seluruh Klan Dewa.Seketika kota dipenuhi dengan darah dan mayat menumpuk seperti gunung.Yunas tidak akan pernah membiarkan pasukan mana pun bersaing dengan Istana Nirila
Sekarang tidak ada cara yang lebih baik selain membunuh mereka."Ikut aku bertarung."Dirga memegang Pedang Asura dan menebasnya. Ratusan orang di depannya ditebas menjadi kabut darah.Akan tetapi, semakin banyak yang terbunuh, semakin banyak yang datang. Tidak lama kemudian, Yunas dan Hans pun menyusul mereka."Ayo berpencar dan bertemu di tempat yang sama."Setelah mengatakan ini kepada Alika, Dirga segera melarikan diri. Saat ini dia memuntahkan darah.Selain Hans dan Yunas, Dirga menemukan ada banyak Pendekar Super yang bersembunyi.Akan tetapi, mereka semua memilih untuk menunggu dan melihat. Dirga tahu betul mereka ingin membiarkan yang lain melakukan pekerjaan mereka dan diam-diam mengawasi dari belakang.Kini Dirga hanya bisa melarikan diri dan mencari tempat aman untuk memulihkan luka-lukanya.Tidak lama, semua orang kehilangan jejak Dirga."Sial, bocah ini kabur lagi. Kok dia benar-benar pintar dalam melarikan diri?""Pedang Asura memang menakutkan, itu memang artefak super!"
Pria itu melanjutkan, "Kalau ada di antara kita yang menghadapi Dirga sendirian, takutnya nggak ada di antara kita yang akan menjadi tandingannya.""Selain itu, semua orang pasti tahu ada seseorang di belakang Dirga. Kalau orang itu muncul pada saat kritis, takutnya kita nggak akan bisa melawan orang itu meskipun kita semua bergabung.""Jadi kali ini kuharap semua orang nggak akan menyembunyikan apa pun, apa lagi membuat rencana licik diam-diam setelah kita bergabung."Ucapan orang ini disetujui oleh semua orang, tetapi nyatanya semua orang mengetahui rencana licik satu sama lain.Sayangnya semua ini harus ditunda sampai mereka merebut Pedang Asura dari Dirga. Selama mereka mendapatkan Pedang Asura, selanjutnya akan bergantung pada kemampuan masing-masing."Oke, karena semua orang nggak keberatan, sekarang kita bisa bergabung secara resmi.""Kurasa setiap keluarga kita harus mengirimkan sejumlah petarung untuk terus mencari Dirga.""Pada saat yang sama, kita harus mengatur orang untuk
Tempat itu langsung berubah menjadi neraka di bumi.Menghadapi begitu banyak pendekar yang tiba-tiba muncul, wajah Biksu Kerlin dan Yunas tiba-tiba seolah baru dicekik.Sejelek apa pun wajah mereka, masih banyak di antara Pendekar Super yang belum pernah mereka lihat dan sama sekali tidak mengenal mereka.Akan tetapi, kekuatan mereka tidak lebih buruk dari mereka berdua dan saat ini Pedang Asura belum jatuh ke tangan mereka berdua."Sial, siapa kalian?""Sial, kenapa kalian nggak menyerang saat kami mengejar Dirga sebelumnya?""Sekarang Pedang Asura sudah mudah didapatkan dan kalian malah muncul?""Yang datang pertama yang akan dilayani, mengerti?"Yunas memuntahkan seteguk darah. Tadi saat dia bertarung melawan Biksu Kerlin, keduanya mencoba yang terbaik untuk menggunakan serangan membunuh mereka sendiri.Akan tetapi, tidak ada yang bisa menang dari siapa pun. Yunas terluka dan Biksu Kerlin juga terluka yang lebih parah dari dirinya.Akan tetapi, saat ini kekuatan tempur keduanya ters
Siapa yang memberi kalian nyali untuk menindas muridku!?Saat suara itu terdengar, sebuah sosok muncul di langit.Orang itu tidak lain adalah Rafan.Sebenarnya dia sudah lama berada di sini, tetapi dia memperhatikan kekuatan dan bantuan dari semua pihak.Itu sebabnya dia tidak pernah turun tangan. Dia juga ingin mengambil kesempatan ini untuk membuat Dirga menderita.Bagaimanapun, ini adalah saat yang paling memalukan bagi Dirga selama bertahun-tahun.Yang terpenting adalah belum semua pendekar dari pasukan tersembunyi keluar.Sekarang Rafan telah mengetahui rinciannya.Kemunculan Rafan yang tiba-tiba membuat Yunas dan yang lainnya takut hingga mundur. Ini adalah hal yang tidak pernah mereka duga.Bagaimanapun, nama Dua Penatua Gelap Terang tidak terlalu bagus di dunia ini. Yang lebih menakutkan adalah kekuatan yang tidak terduga dari keduanya.Meskipun Rafan datang sendirian, tidak ada yang berani meremehkannya, terutama Yunas.Dia pernah bertarung melawan Pak Krisna sebelumnya dan ta
Yang lain terus mendesak.Pendekar dari Istana Nirila dan Yunas saling menatap dan keduanya langsung mengambil keputusan.Cabut pedangnya!"Senior, kuharap kamu akan menepati janjimu. Aku pasti akan mencabut Pedang Asura."Meski kekuatan pendekar dari Istana Nirila ini lebih rendah dari Yunas, perbedaannya tidak begitu besar.Yunas terluka parah dan kekuatan tempurnya belum mencapai puncaknya.Sebaliknya, pendekar ini tidak terluka. Kekuatan tempurnya berada pada puncaknya dan dia sangat yakin bisa mengeluarkan Pedang Asura.Dia berdiri, kemudian memegang gagang Pedang Asura dengan kedua tangan dan mulai bernapas sambil mengalirkan semua energi ke tangannya.Setelah membiarkan dirinya berada di puncaknya, dia berteriak dan mulai menarik pedangnya.Aura yang menakutkan membuat seluruh tanah berguncang hingga Pedang Asura meraung.Melihat adegan ini, raut wajah Biksu Kerlin dan yang lainnya terlihat jelek. Mereka mengira Pedang Asura akan segera dicabut.Saat ini pendekar dari Istana Nir
Akan tetapi, mereka tidak mau melepaskan Pedang Asura.Jadi pendekar dari pasukan lain menyarankan, "Senior Rafan, ini benar-benar nggak adil bagi kami.""Kalau tebakan kita benar, Pedang Asura telah mengenali Dirga si bocah ini sebagai pemilik, 'kan?""Buat Pedang Asura tak berpemilik dan kami akan mencabut pedang itu dan kami akan mencabutnya lagi dengan cara yang adil."Saat Rafan mendengar ini, dia menatap semua orang seolah sedang melihat orang bodoh dan berkata, "Aku telah memberi kalian kesempatan, tapi nggak ada di antara kalian yang bisa mencabut Pedang Asura.""Pedang Asura memang mengakui muridku sebagai pemiliknya. Kalian semua tahu ini.""Terus kenapa nggak mengungkitnya dari awal?""Sekarang kalian nggak bisa mencabutnya, untuk apa memberiku alasan ini?""Mana muka kalian? Masih punya malu nggak?""Sudah kubilang, hari ini kalian bisa mencabut Pedang Asura atau mati.""Kesabaranku terbatas. Sekelompok orang tua yang sudah mendekati ajal berani menindas muridku.""Di dunia