Arlan membunuh pendekar Maharaja Master dan Kaisar Master Keluarga Tjohara dengan mudah, kemudian dia berjalan hingga ke hadapan mayat Raditya dan berjongkok."Aku nggak sangka Vania ternyata telah berkembang hingga seperti ini. Raditya mungkin tak pernah mengira kalau dia akan mati di tangan Vania.""Vania akan menjadi orang yang hebat.""Coba kalau dia juga bisa jadi menantuku, aku pasti sangat senang.""Apa aku temui dia saja?"Arlan berjongkok di depan mayat Raditya sambil bergumam. Beberapa menit kemudian, Arlan menggotong mayat Raditya, lalu pergi.Arlan memutuskan untuk tidak menemui Vania.Arlan tidak ingin Keluarga Tjohara dan keluarga lainnya di Kota Damon tahu peristiwa yang telah terjadi di sini.Arlan ingin menunggu waktu yang tepat untuk memberi mereka sebuah hadiah dan juga kejutan.Lagi pula, sekarang Raditya sudah tidak akan bisa kembali sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh Brody dan lainnya. Mereka pasti akan mempermasalahkan hal ini dengan Keluarga Tjohara,
Dirga baru pertama kali mendengar nama tempat itu, sehingga dia sedikit terkejut."Senior Panglima Perang Neraka, kami nggak tahu, kami benar-benar nggak tahu. Kami hanya tahu kalau ada suatu tempat dengan nama seperti itu, tapi kami nggak tahu tempat itu di mana dan bagaimana caranya pergi ke tempat itu.""Bahkan pemimpin kami saja juga nggak bisa pergi ke tempat itu.""Kami dengar dari pemimpin kami bahwa hanya seseorang yang tingkatan alamnya telah mencapai Maha Agung Master yang berhak pergi ke tempat tersebut.""Senior Panglima Perang Neraka, yang kami tahu hanya itu saja.""Kalau kamu melepaskan kami, kami nggak akan pergi ke Kota Damon."Para pendekar Pasar Kuolun terus memohon ampun, mereka saat ini ingin tetap hidup.Dirga berpikir sejenak, kemudian kembali bertanya, "Kalau kalian ingin hidup, beri tahu aku tentang pemimpinmu dengan Sepuluh Keluarga Aristokrat dan juga tiga keluarga bangsawan.""Aku akan membiarkan orang yang bisa menceritakan secara rinci dan membuatku puas t
Setelah Marina dan Tetua Agung Komite pergi, Brody dan yang lainnya tak bisa lagi mengendalikan amarah di dalam hati mereka.Mereka semua mulai memaki.Akan tetapi pada saat ini, mereka belum menyadari kalau dari awal mereka hanyalah pion Presiden saja, mereka masih belum melihat masalah secara menyeluruh."Kalian Keluarga Tjohara!""Kalian telah menghancurkan kita semua!""Kurang ajar! Kakek tua, dasar kamu pengecut! Raditya juga sama saja, keluarga kalian nggak ada yang benar satu pun!""Apa yang kalian takutkan? Kalian pikir Presiden berani melakukan sesuatu terhadap kalian?""Kalau dia berani, dia pasti sudah lama melakukannya. Kenapa dia harus menunggu sampai sekarang baru menyerang kalian?""Aku sudah bilang sejak lama, Sepuluh Keluarga Aristokrat harus bersatu! Bersatu!""Setiap kali ada masalah pasti Keluarga Tjohara yang bermasalah. Kali ini bukan hanya keluarga kalian saja yang berakhir, tapi kami juga akan terseret dalam masalah kalian!"Brody kesal bukan main, dia adalah or
Brody dan yang lainnya tidak percaya sama sekali terhadap ucapan Khairul.Rasa tidak rela dan amarah di dalam hati mereka masih belum dilampiaskan, mereka tidak ingin menyerah begitu saja.Mereka ingin melawan balik!"Sudahlah, Pak Khairul. Jangan buang-buang waktu kita pada hal-hal nggak berguna seperti ini.""Kita sebaiknya diskusikan apa yang akan kita lakukan selanjutnya, apakah kita akan melanjutkan pencarian Bayangan atau nggak?""Hentikan saja, meski saat ini seluruh anggota Bayangan hadir di hadapan kita, dengan kemampuan delapan keluarga yang tersisa tak akan mampu menyingkirkan mereka.""Kita juga nggak boleh lupa kalau Presiden sekarang sudah mulai bergerak. Ini menandakan bahwa dia nggak takut sama sekali dengan sumber daya dan juga wewenang yang kita punya.""Kita dari awal telah dipermainkan olehnya. Aku akan mengulang perkataanku sebelumnya, kita terlalu meremehkan Dirga dari awal, selain itu kita benar-benar mengabaikannya.""Saranku adalah kita harus memusatkan fokus u
Entah sejak kapan Viona telah tertidur di atas pundak Dirga. Dirga menurunkan Viona dari pundaknya, kemudian menggendong Viona ke kamar.Tak lama kemudian, Dirga mendengar suara Viona yang mengorok pelan hingga Dirga merasa kasihan padanya.Meski beberapa hari ini Dirga terus mempunyai kesibukkannya sendiri, dia tetap mengetahui seberapa keras gadis ini berlatih. Beberapa hari ini, Viona terus berlatih hingga sering lupa makan dan hampir tak pernah tidur.Viona terus berlatih dengan keras, banyak sekali kemiripan yang dimiliki Viona dengan Zira.Begitu kedua kakak beradik itu menginginkan sesuatu, mereka pasti terus bertekad dan tak akan pernah menyerah.Selain itu, keduanya sama-sama kejam.Dirga mendadak merasa bersalah, dia tidak ingin melihat Viona berlatih begitu keras dan menderita.Dirga merasa bersalah kepada Zira.Hingga saat ini, Dirga juga tidak tahu siapa yang sebenarnya telah membuka meridian energi utama Viona dan membantunya melepaskan pusat energi.Beberapa hari ini Dir
Zira berjalan ke pinggir, kemudian berbaring di atas tumpukan anyaman rumput. Akan tetapi, Zira tak bisa tidur.Di dalam benak Zira saat ini hanya ada sosok Dirga dan juga adiknya, Viona.Zira juga sudah tahu mengenai Viona yang telah menjadi petarung.Selain itu, Zira tahu bukan Dirga-lah yang telah membuka meridian energi utama dan melepaskan pusat energi adiknya.Saat Zira baru mengetahui hal ini, dia sangat khawatir, tetapi setelah kejadian itu dia merasa lebih tenang.Karena Zira percaya kepada Dirga. Kalau tubuh adik Zira bermasalah, Dirga pasti tidak akan membantu adiknya menjadi seorang petarung.Hal yang membingungkan Zira saat ini adalah siapa orang yang telah membuka meridian energi utama dan melepaskan pusat energi Viona.Zira tahu betul bagaimana adiknya. Viona sama dengan Zira, begitu menginginkan sesuatu pasti tidak akan pernah menyerah.Zira bisa membayangkan beberapa waktu belakangan ini adiknya pasti berusaha keras dan begitu kelelahan.Zira merasa tak pantas menjadi
Zira memandang sosok Rafan. Zira hendak mengatakan sesuatu, tetapi dia mengurungkan niatnya itu.Krisna mengelus kumisnya, kemudian berkata, "Zira, ayo kita pergi!""Kalau ada pertanyaan apa pun, kamu bisa tanyakan langsung padaku. Aku akan menjawab semua yang kutahu.""Baiklah, Kakek Krisna."Zira mengikuti di belakang Krisna, keduanya berjalan ke kerumunan manusia.Zira memusatkan pikirannya kembali, saat ini sudah tak terlihat sosok Rafan lagi.Zira berpikir sejenak, kemudian bertanya, "Kakek Krisna, kenapa aku nggak pernah dengar tentangmu? Padahal Kakek Krisna adalah kakak seperguruan guruku.""Apa guruku juga berasal dari sini?""Lalu, kenapa dia selalu tinggal di Negara Naga?"Krisna kembali mengelus kumisnya, lalu menjawab sambil tertawa, "Adik seperguruanku memang orang sini, selain itu dia adalah anggota Sekte Taichi.""Dia besar di sini, waktu dia berumur lima belas tahun, dia telah mencapai Maharaja Master Tingkat Puncak peringkat sembilan. Setelah itu, dia meninggalkan tem
Chacha merasa sedikit kagum kepada Zira.Zira juga merasakan hal yang sama terhadap Chacha."Hai, namaku Chacha, aku adalah putri suci dari Gerbang Langit Selatan.""Senang berkenalan denganmu, kultivasimu membuatku terkejut."Chacha menjulurkan tangan terlebih dahulu dengan rasa tulus.Zira segera menjulurkan tangan dan berjabat tangan dengan Chacha, kemudian berkata, "Namaku Zira Manggala, aku berasal dari Negara Naga.""Senang berkenalan denganmu. Aku kurang paham tentang tempat ini, tempat ini adalah sebuah dunia baru bagiku.""Mohon bimbingan darimu."Keduanya menyimpan tangan masing-masing, kemudian Chacha berkata sambil tersenyum, "Aku lebih tua darimu, kelak aku panggil kamu Zira saja, ya.""Tenang saja, kalau kamu nggak keberatan, aku akan membawamu keliling tempat ini. Asalkan aku tahu, aku pasti akan memberi tahu semua yang kamu mau tahu dan pelajari.""Pesta lampion sudah dimulai, ayo kita masuk.""Oh ya, kamu lapar nggak? Kalau lapar, aku bawa kamu ke tempat makan dulu.""