Apa yang sedang dua wanita ini lakukan?Dirga membuka pintu dan terkejut melihat apa yang terjadi.Dia melihat Zira dan Naomi mengobrol di tempat tidur hanya dengan mengenakan pakaian dalam yang tipis dan agak transparan."Kamu kok bengong? Bukankah kamu bilang mau mengobati sekaligus memberiku kejutan?""Cepat ke sini, obati aku dulu!""Kak Naomi, aku duluan, ya!"Zira berbaring santai sambil melepas pakaian dalamnya.Naomi menyingkir lalu berpindah berbaring di samping. Hari ini Dirga tidak mengobatinya dengan jarum akupunktur, melainkan dengan pijatan. Pijatan yang dapat melancarkan pembuluh darah di tubuhnya."Kok masih bengong? Bukankah kamu akan menghadapi hal seperti ini di kemudian hari?""Hari ini aku dan Kak Naomi akan memberimu latihan. Jangan gugup!"Zira selalu menunjukkan kepribadiannya yang kuat di situasi yang penting. Dia telah mengungkapkan keinginannya dengan jelas, apa yang bisa Dirga perbuat? Dirga menyingkirkan semua pikiran yang mengganggu, kemudian dia segera na
Zira membuka mata lalu dia mengangguk.Kekuatan alam Zira terhenti di Alam Master Guru Tingkat Puncak selama tiga tahun. Alam Raja Master merupakan level kekuatan baru yang baru dia dapatkan. Dengan level kekuatan yang baru ini, Zira bisa masuk peringkat lima besar di Departemen Perang."Baguslah, Jenderal. Tinggal selangkah lagi, Anda akan menjadi Panglima Perang Neraka. Anda nggak salah menilai orang!"Aisa menangis kegirangan. Dia maju lalu memeluk Zira."Aneh sekali. Ketika aku menembus alam, di sini seharusnya terjadi guncangan yang besar, paling nggak kamar ini menjadi roboh. Kenapa nggak ada yang rusak, bahkan sedikit guncangan pun nggak terasa?"Zira merasa sangat bingung.Mendengar itu, Aisa teringat tadi dia merasakan gelombang aura yang hampir melempar tubuhnya, tetapi situasi mendadak menjadi tenang kembali."Ya, aneh sekali. Seperti ada seorang pendekar yang sangat kuat mengeluarkan sebuah energi untuk menekan aura Anda. Jenderal, mungkinkah Pak Dirga yang melakukannya? Di
"Dirga, Berhenti sekarang juga!""Siapa yang kamu maki gila?"Ferdi sangat marah, dia segera turun dari mobil dan mengejar Dirga untuk menghentikannya. Beberapa orang lainnya juga turun dari mobil lalu mengelilingi Dirga."Kamu sialan, Dirga! Kamu cuma mantan narapidana, Kak Ferdi baik hati mengizinkan kamu naik mobil karena dia menghargaimu. Kalau kamu nggak mau berterima kasih pada Kak Ferdi, itu urusanmu, tapi kamu malah menghina kami sebagai orang gila!""Buat apa kamu berlagak sombong?""Dirga, apa kamu nggak tahu kedudukan Kak Ferdi sekarang? Kuberi tahu, ya, Ayah Kak Ferdi adalah manajer di Departemen Bisnis Grup Sudarsa. Apa kamu tahu Grup Sudarsa?""Huh, mantan narapidana sepertimu pasti nggak tahu. Baiklah, aku akan memberitahumu. Grup Sudarsa adalah perusahaan paling berkembang pesat dan terkenal di Kota Langgara.""Kemarin pemimpin dari berbagai keluarga besar di Kota Langgara, termasuk pemimpin dari keluarga terkaya serta pemimpin dari Kediaman Wali kota, mereka semua perg
Di depan Hotel Richy, kerumunan orang telah memadati area tersebut. Orang-orang yang memiliki undangan masuk bergiliran ke dalam, sementara yang tidak memiliki undangan hanya bisa menunggu di luar.Dirga masuk ke dalam kerumunan, tetapi mendadak ada seseorang memanggilnya."Dirga, berani sekali kamu datang ke sini?""Berengsek, seorang mantan narapidana sepertimu nggak pantas berada di sini!""Tadi aku masih berbaik hati membiarkanmu bersikap sombong. Sekarang kamu harus berlutut di hadapanku sambil meminta maaf. Mengingat ada teman-temanku di sini, aku akan mengizinkanmu makan gratis di dalam. Kalau nggak, kamu keluar dari tempat ini dalam keadaan babak belur!"Pria yang sedang berbicara adalah Ferdi. Sesampainya di Hotel Richy, Ferdi dan teman-temannya langsung mencari keberadaan Dirga. Ferdi menemukan Dirga berada dalam kerumunan.Ini adalah kesempatan bagus untuk balas dendam, Ferdi tidak akan melewatkan kesempatan bagus ini!Mendengar perkataan Ferdi, semua orang yang hadir di san
Komentar Ferdi tersebut membuat Theo merasa kesal."Tutup mulutmu!"Theo berteriak marah, membuat Ferdi tidak berani berkomentar lagi. Theo mengalihkan pandangan matanya ke arah Dirga, dia menatap Dirga dengan tajam.Shinta sekarang menatap Theo sambil berkata, "Mohon maaf, kamu adalah orang pertama dari daftar eksekutif yang ditolak oleh Bu Naomi. Apabila aku masih mendengar kalian berdua menggunakan nama besar Grup Sudarsa untuk menyombongkan diri, hehe, kalian harus menanggung konsekuensinya!"Pernyataan Shinta barusan membuat Theo terdiam dan ekspresinya menjadi muram. Beberapa orang yang mengenal Theo pun membelanya dengan mengatakan bahwa ini tidak adil."Bu Shinta, Theo sudah bekerja di Grup Sudarsa bertahun-tahun, tetapi kalian nggak memberinya penghargaan atas kerja kerasnya selama ini. Sekarang Grup Sudarsa sudah bangkit kembali, kalian jangan menghancurkannya lagi. Aku ingin tahu, saat ini kamu berbicara mewakili dirimu sendiri atau Grup Sudarsa!""Kalau kamu berbicara mewak
Melly merasa sangat puas, dia memandang remeh ke arah Dirga.Kali ini, Theo bertanya, "Pak Romeo, apa yang terjadi dengan kaki Tuan Reno? Apakah Dirga yang menyebabkan kalian sampai begini?""Betul sekali, Pak Theo. Dia yang mematahkan kaki putraku," ucap Romeo dengan jujur. Theo menjadi marah setelah mendengar hal itu."Kurang ajar! Aku nggak akan mempermasalahkan lagi tentang kamu memukul putraku, tapi kamu juga telah mematahkan kaki Tuan Reno. Kamu sudah bosan hidup, ya!""Apakah kamu berani melawan kami karena ada perlindungan dari Shinta?""Hehe, kamu terlalu polos. Aku akan membunuhmu malam ini.""Betul sekali. Pak Romeo, jangan mengampuninya. Dia harus membayar semua yang telah dia perbuat!"Terdengar sekelompok orang mulai ikut memaki Dirga.Dirga menatap mereka satu per satu, kemudian berkata dengan santai, "Menyenangkan rasanya, melihat wajah kalian yang penuh kebencian, tapi nggak mampu menyingkirkanku.""Hei, sudah bosan hidup, ya!"Theo sangat marah, tetapi Dirga berkata,
"Anak ini aneh!"Salah satu petugas keamanan berkata dengan tubuh gemetar. Ketika mereka bertatapan mata dengan Dirga, mereka merasakan aura pembunuh dari sorot matanya.Mereka semua petarung, tetapi mereka tidak menyadari aura petarung dari tubuh Dirga. Mereka saling memandang lalu mengambil kesimpulan bahwa Dirga hanyalah orang biasa."Nggak masuk akal!""Sialan! Tadi kamu pasti melamun. Dasar nggak berguna!""Cepat rebut tongkat listriknya. Kalau sampai Bos tahu, dia pasti akan membunuhmu."Salah satu petugas keamanan memaki petugas keamanan yang tongkat listriknya direbut Dirga."Hei, Nak, tadi aku sedang nggak fokus, jadi kamu berhasil menyerang secara diam-diam.""Sekarang kembalikan tongkat listriku dan biarkan aku menyetrummu. Kalau nggak, aku akan membiarkan Pak Larry memberimu pelajaran!"Petugas keamanan itu kembali bersikap arogan, dia telah lupa dengan sorot mata Dirga yang membuatnya hampir kencing di celana."Bodoh!"Menghadapi orang-orang yang tidak berguna seperti mere
Setelah mengatakan itu, Anton masuk ke hotel.Ibnu saling memandang dengan anak buahnya. Meskipun mereka enggan melakukannya, mereka tetap terpaksa berlutut di hadapan Master Guru.Karena bos mereka, Phoenix Hitam tidak berada di Kota Langgara."Pergilah, jangan ganggu aku lagi!"Setelah Ibnu dan anak buahnya berlutut, Dirga mengusir mereka dengan perasaan kesal."Pak, apa yang harus kita lakukan sekarang, kita akan membiarkan dia lolos begitu saja?""Bagaimana mungkin Dirga adalah tamu kehormatan Keluarga Candra?"Di ruang perjamuan, petugas keamanan mendekati Ibnu yang tampak kesakitan, lalu mulai menanyainya."Nggak masalah. Dia nggak punya kekuatan apa-apa. Dia telah menyinggung banyak orang, bahkan Keluarga Candra nggak akan bisa melindunginya. Kecuali, Keluarga Candra punya dua Seniman Bela Diri Master Guru."Kalian jangan mencari masalah dengannya. Biarkan saja dia masuk sesuai kemauannya, dia akan mati di sini malam ini."Setelah Ibnu mengeluarkan kata-kata yang kejam, dia perg