Sepanjang perjalanan, Ellard dan Edward hanya diam membisu. Edward sesekali melirikkan matanya pada Ell yang tampak sedang sibuk dengan fikirannya.
“Kita langsung ke kantor,” Edward akhirnya membuka suara setelah beberapa menit hanya diam dan fokus menyetir.
“Pulang,” sahutnya singkat.
‘”Jam 11.00 kita ada rapat jika kau lupa,”
“Jika kau tidak mau menghadirinya kau tinggal membatalkannya,” tukas Ellard.
“Kau gila?!” sentak Edward. Pasalnya rapat yang akan mereka hadiri adalah tentang penrjanjian kerja sama dengan perusahaan Arab yang sangat dinantikan oleh Ellard dan sekarang setelah semuanya hanya membutuhkan hadirnya untuk menandatangan perjanjian itu ia menolak untuk hadir. Katakan apakah Edwrad bisa membenturkan kepala pria itu ke aspal. Terkadang Ellard terlihat sangat ambisius dan terkadang ia sama sekali tidak peduli dengan apa pun yang akan menimpa perusahaannya. Oke, baiklah
“Ingin tidur denganku, Emily? Aku menginginkan hakku.” Dengan tatapan tajam dan penuh kebencian Ellard mendekat ke arah Emily dan menarik kasar rambut wanita itu hingga dipaksa mendongak.“Akkhh,” Emily terpekik kaget. Wajahnya juga pucat pasi mendengar apa yang yang baru saja dikatakan oelh Ellard. Bayangan tentang pria itu akan menjamahnya sungguh membuatnya sangat takut. Ia sadar posisinya sebagia seorang istri, ia tahu apa yang diminta oleh Ellard memang adalah benar haknya, namun tetap saja ia tidak bisa memberikannya begitu saja disaat ia tahu betapa pria itu sangat membencinya.Emily rela dan pasrah saat Ellard menghukumnya dengan kekerasan, memakinya dengan umptan. Ia tidak mengeluh sama sekali, ia terima apa adanya, tapi tidak dengan kali ini. Ia tidak ingin kehormatannya juga harus menjadi korban dari kegilaan beberapa orang yang justru sudah sangat merugikannya.Emily menggelengkan kepala dengan kuat, “Ti-tidak..apa maksu
Ellard ke luar dari kamar Emily menyisakan emosi yang belum reda sepenuhnya. Alih-alih ke kamarnya ia justru menuruni anak tangga dan berjalan ke luar rumah. Masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi.Ia tidak tahu ke mana arah tujuannya, yang ia tahu harus ke luar dari rumah sebelum ia benar-benar menyakiti Emily.Satu jam perjalanan akhirnya ia berhenti di sebuah pemakaman. Menarik napas panjang, ia terlihat ragu untuk turun. Bukan karena takut untuk memasuki wilayah pekuburan yang gelap gulita dan sunyi karena memang sudah malam, melainkan ia takut semakin tidak bisa mengendalikan diri jika harus meratap di hadapan makam Naura.Ellard mengembuskan napas panjang lalu menyalakan mobil kembali dan berhenti di halaman rumah sahabatnya Edward. Ia memutuskan untuk menginap di sana.Tanpa membunyikan bel rumah dan tanpa memberi tahu kedatangannya ia melangkah masuk dengan santai. Edward memang tidak menyediakan pelayan di rumahnya, karena
Emily terbangun dari tidurnya, tersentak dan langsung duduk mengambil posisi, meraba tubuhnya dan seketika bernapas lega begitu menyadari ia sudah mengenakan pakaian lengkap. Ellard tidak menyentuhnya sama sekali dan itu kabar baik buatnya.Meraba sisi tempat tidur, kosong. Artinya ia sendiri di kamarnya.Kemana dia? Batin Emily dan kembali membaringkan tubuhnya.Tak berapa lama kemudian ia mendengar gelak tawa renyah. Suara suami dan juga seorang wanita. Emily semakin menajamkan pendengaran tatkala terdengar langkah kaki yang mulai mendekat.“Rumah yang begitu sangat indah, aku tidak percaya aku bisa melihat dan bahkan sekarang masuk ke dalamnya,” Naura merasa takjub dan haru. Rumah impiannya kini berdiri kokoh. Ellard benar-benar mewujudkan keinginannya.“Ini adalah rumahmu, rumah kita.” Tukas Ellard dengan nada lembut selembut tatapannya pada Naura. Wanita itu berda di dalam gendongannya. Sejak memasuki rumah, ia tidak me
Dalam beberapa menit entah sudah berapa kali Ellard dibuat terkejut oleh perubahan sikap Emily yang terlihat menantang. Masih sangat jelas dalam ingatannya beberapa jam yang lalu wanita itu memohon dan menangis agar dikasihani. Ya, Ellard akui tindakannya yang meinta Emily untuk tidur sangat tidak bisa dimaafkan. Ia benar-benar bertindak seperti seorang bajingan kurang ajar.“Heh, siapa yang peduli? Bukankah wanita itu juga sudah membuat kekacauan di dalam hidupku.” Dengan kasar Ellard mengambil satu batang rokok dan mengisapnya dalam, megembuskan asapnya ke udara. Ck!” membuang rokok tersebut dengan geram karena ternyata rokok tersebut pun tak mampu menenangkannya.“Terbiasa dengan sentuhannya? Akh! Kurasa aku sudah mulai gila. Dan apa yang merasuki wanita itu, kenapa ia terlihat begitu berani dalam sekejap?” ellard tidak menemukan jawaban dan berakhir dengan mengacak rambutnya frustasi.“Sepertinya bukan wanita itu yan
Ellard tidak habis fikir dengan perubahan sikap Emily yang drastis dalam satu malam, namun ia juga tidak kalah habis fikir dengan sikpanya yang menggelikan. Ruangan besar yang hanya diisi oleh mereka bertiga itu terasa sesak dan canggung. Kenapa ia harus merasa canggung? Ia terlihat seperti seorang pria yang berpoligami. Naura yang menatapnya dengan tatapan penuh tanya dan terlihat jelas ia sedang cemburu. Satu-satunya yang terlihat tenang dan tidak peduli dengan keadaan yang terjadi adalah Emily, sumber kecanggungan ini berasal. Beruntung wanita itu tidak bisa melihat, andai ia bisa melihat, mungkin Emily sudah menertawakan Ellard yang mendadak tidak bisa berkutik. “Aku selesai,” ucapnya seraya meletakkan gelas kopinya yang sudah kosong. Emily pun segera berdiri membuat Ellard kembali mengerutkan dahi. Apa lagi yang akan dilakukan wanita ini? Tanyanya dalam hati. “Berhati-hatilah saat mengendarai mobil dan semoga kerjasamamu kali ini berjalan dengan la
“Aku merasa kau sangat menikmati peranmu sebagai suami,” ucap Naura memulai pembicaraan. Ellard meliriknya sekilas lalu kembali fokus ke arah jalanan.“Apa kau sedang cemburu?” goda Ellard seraya tersenyum simpul.“Tentu saja,” aku Naura terus terang membuat Ellard semakin tergelak.“Kenapa kau tertawa?” rajuk Naura.“Aku hanya merasa kecemburuanmu sia-sia. Emily tidak berarti dalam hidupku,” tukasnya.“Lidahmu terdengar sangat terbiasa menyebut namanya,” Naura menatapnya kesal. Lagi dan lagi Elllard tertawa.“Aku dan dia tinggal satu atap di rumah yang sama hampir 3 bulan lamanya. Dan dia juga sering menenangkanku,,” Kalimat Ellard menggantung di udara. Ia menoleh dan mendapati Naura yang juga sedang menatapnya dengan tatapan terluka.“Apa kau dan dia?”Ellard menggelengkan kepala dengan cepat, “Tidak seperti yang kau du
“Aku tidak menyangka kau akan membuat pesta penyambutan untukku,” Naura mendongak menatap Ellard yang ada di belakangnya. Ellard hanya tersenyum.Ya, malam ini rumah mewahnya dipenuhi oleh para tamu undangan. Kerlap kerlip lampu serta indahnya sinar bulan dan bintang menambah kesan romantis dan glamor.Ellard memperkenalkan Naura kepada relasi bisnisnya, tidak sedikit yang sudah mengenal Naura. Bahkan mereka terkejut bahwa wanita itu masih hidup.“Wow....pasangan yang sangat serasi, tetapi di mana istrimu? Apakah kau menelantarkannya hanya demi kekasihmu?”Semua menoleh ke arah sumber suara, Peter datang dengan senyum menawan menghiasi , sangat berbanding terbalik dengan sorot matanya yang terlihat mengejek dan meremehkan si tuan rumah.“Aku tidak tau kau akan mengundang Peter.” Naura mendongak untuk menatap wajah Ellard. Pria itu tersenyum sembari mengusap wajahnya.“Kau ingin berterima kasih kepada
“Jika aku mengatakan ya, lalu apa jawabanmu? Apa kau peduli? Kenapa kau diam? Bukankah aku sudah menjawab pertanyaanmu. Atau kau hanya sekedar penasaran? Ya, aku jatuh hati padamu. Katakan bagaimana aku harus mengatasinya. Inikah yang ingin kau dengar. Wanita yang kau siksa ini dengan bodohnya jatuh hati padamu. Wanita yang kau benci ini telah membiarkan hatinya berhasil kau masuki. “ Emily menjeda ucapannya. Menarik napas panjang untuk menetralisir degupan jantung yang kian memompa dengan cepat. Sesungguhnya ia juga tau apakah ia memang sudah jatuh hati kepada pria itu atau tidak.Ia mencemooh dirinya andai ia memang memberikan hatinya pada seorang Ellard yang sudah menyiksanya selama ini hingga ia terpaksa menerima menerima tuduhan dan perlakuan Ellard. Dari kata terpaksa berubah menjadi kata terbiasa.“Kenapa kau diam, bukankah itu yang ingin kau dengar. Lalu bagaimana tanggapanmu? Kau tidak bisa berkata-kata? Jika kau tidak siap menden