Setelah Erile pergi, Zoya lebih dulu meninggalkan semua orang dan menuju kamarnya. Tadi dia pun melihat Austin yang masih nyaman disuapi irisan buah oleh sang Oma. Sendirian di dalam kamar ini, Zoya menatap kota Servo melalui jendela kaca yang ada di sana. Melihat banyak kendaraan yang lalu lalang disana seolah begitu sibuk. Sementara dia terkurung di sini dalam kebencian. "Ya Tuhan," gumamnya seraya membuang nafas kasar, seperti coba membuang perasaan yang selama ini mengganjal di dada. Cukup lama menenangkan dirinya sendiri akhirnya Zoya putuskan untuk keluar dari dalam kamar tersebut. Dia melihat Aland, Oma Emma dan Austin masih berkumpul di ruang tengah. Aland dan Oma Emma sedang antusias mendengarkan Austin yang bercerita tentang pengalamannya di sekolah hari ini. Zoya lantas ikut duduk di salah satu sofa, "Sekarang aku sudah mendapatkan sahabat pengganti yang sama seperti Elea, Ma," cerita Austin, dia merasa harus menjelaskan cerita itu karena tadi sang Mama belum sempa
Mendadak waktu jadi cepat sekali berlalu, siang tadi dia menandatangani dokumen pemindahan harta, Dan malam ini Zoya sudah berada di rumah utama keluarga Floyd. Rumah yang 6 tahun lalu telah dia tinggalkan namun kini tiba-tiba Zoya seperti kembali ke titik awal."Ayo sayang, ini adalah rumahmu," ucap mama Emma, dia menatap Zoya sendu seraya mempersilahkan sang menantu untuk masuk lebih dulu ke dalam rumah tersebut.Akhirnya hari ini tiba juga, mereka kembali berkumpul di rumah ini dan menjadi keluarga yang sesungguhnya."Selamat datang Austin, Tante memiliki banyak hadiah di dalam untukmu," ucap Prisila.Austin sudah berjingkrak kegirangan dan Aland lantas menarik istrinya itu untuk segera masuk karena melihat Zoya hanya diam saja."Tidak ada yang berubah dari rumah ini, satu-satunya yang hilang hanyalah kamu dan Austin. Aku bersyukur karena pada akhirnya kalian kembali," ucap Aland, seraya memeluk pinggang Zoya dengan erat, memeluk posesif sampai Zoya tak bisa menghindar."Zoya, ayo
Zoya benar-benar seperti kembali ke awal, bukan hanya tentang kembali mendatangi rumah ini untuk dia tinggali, tapi juga tentang pertama kali hubungannya dengan Aland tercipta. Malam itu ulang tahun perusahaan keluarga Floyd, Aland yang mabuk menarik Zoya hingga membuatnya hamil. Dan malam ini Aland kembali menyentuhnya dengan paksa. Bahkan tidak peduli dengan dia yang sudah menangis, Aland tetap melancarkan aksinya hanya demi sebuah kepuasan. "Apa terasa sakit?" tanya Aland setelah dia berhasil menyatukan diri, sedangkan Zoya mana bisa menjawab pertanyaan tersebut, karena yang paling sakit adalah hatinya. Zoya justru memalingkan wajah, engan untuk menatap pria yang telah berhasil menguasainya."Aku akan mulai bergerak," ucap Aland lagi dan setelahnya dia pun menepati ucapannya tersebut, gerakan yang awalnya begitu perlahan dan seterusnya ditambah tempo.Memang malam ini terasa sangat berbeda seperti beberapa tahun yang lalu, dulu Aland menyentuhnya dengan sangat kasar tapi malam i
"Kenapa Daddy keluar sendiri? dimana mama?" tanya Austin ketika melihat sang ayah datang seorang diri ke meja makan, sementara semua keluarga sudah berkumpul di sini, Oma Emma dan Tente Prisila yang selalu mendampingi dia. "Mama masih mandi, sepertinya dia masih butuh waktu yang lama," balas Aland, dia melihat jam belum ada 5 menit istrinya mandi, jadi Aland putuskan untuk ikut duduk di sana dan menyeduh teh hangatnya."Kak, bisa aku minta tolong sesuatu?" tanya Aland."Hem, katakan," balas Prisila, dia juga langsung menatap ke arah sang adik menatap dengan intens."Carikan aku Wo untuk mengurus pesta pernikahan ku dengan Zoya.""Jadi kalian putuskan untuk menikah lagi?""Tentu, Karena sekarang dia punya identitas yang baru.""Itu keputusan yang tepat. kamu tidak perlu mencemaskan apapun aku akan mengurus semuanya dengan Erile," balas Prisila pula. sebuah jawaban yang membuat Oma Emma langsung menatap ke arah anak gadisnya tersebut. sekarang keluarga mereka telah kembali utuh, Oma E
Dengan menggandeng tangan sang keponakan, Prisila pun keluar dari rumah tersebut. Antusias sekali dia hendak mengantarkan Austin ke sekolah."Tante, boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Austin ketika mereka berdua sudah sama-sama duduk di dalam mobil, Prisila juga sudah menghidupkan mesin mobilnya siap untuk melaju. "Tanya apa sayang? katakan lah," jawab Prisila pula, dengan hati-hati dia mulai membawa mobil itu untuk keluar dari halaman rumah utama keluarga Floyd."Daddy dan mama akan menikah lagi? Apa akan ada acara besar-besaran?" tanya Austin."Iya, mama dan Daddy akan menikah lagi, tapi sepertinya tidak terlalu besar-besaran. Yang penting adalah makna dari pernikahan itu tersampaikan pada semua orang," jelas Prisila, sederhana baginya jelas tetap mewah di mata Zoya dan Austin. "Kenapa Austin bertanya seperti itu?" tanya Prisila pula, apalagi saat dilihatnya Austin mendadak sendu, sedikit menundukkan kepalanya. "Aku takut," jawab Austin lirih dan Prisila langsung tahu
"Tidak Kak, tidak perlu melakukan apapun untukku," ucap Zoya dengan suara yang terdengar lirih."Aku matikan teleponnya," ucap Zoya lagi, lalu setelahnya dia benar-benar memutus sambungan telepon tersebut tanpa menunggu tanggapan apapun dari Prisila lebih dulu.Zoya tidak tahu, bahwa untuk menjawab panggilan telepon darinya Prisila sampai lagi-lagi menghentikan mobilnya di tepi jalan. Takut jika ada hal penting yang ingin Zoya katakan.Tapi sekarang balasannya justru hanya sebuah panggilan telepon yang terkesan dingin.Namun kini Prisila tidak merasa tersinggung sedikit pun, mereka memang butuh waktu untuk memperbaiki semuanya. Prisila sangat sadar diri, selama ini dialah yang acuh, dialah yang dingin bahkan dialah yang selalu mencela.Huh! Prisila membuang nafasnya secara perlahan, lalu kembali melajukan mobilnya tersebut menuju rumah sakit.**Di tempat lain, Sofia tentu makin terkejut mendengar ucapan Zoya, kini dia ingin melawan namun langsung sadar bahwa lawannya adalah keluarga
"Al," panggil Adeline dengan suaranya yang terdengar lirih. Ini juga adalah pertemuan pertama mereka setelah waktu berlalu lama, setelah Aland memutuskan untuk mencari anak dan istrinya mereka tidak pernah lagi bertemu.Tapi Adeline selalu berada di tempat yang sama, dia menunggu untuk Aland kembali. Dan kini dia sungguh butuh penjelasan, sayangnya Aland tidak bersedia menemuinya secara pribadi, jadi terpaksa dia menunjukkan diri dengan cara seperti ini.Di tempat itu keadaan cukup ramai tapi bagi Adeline di dunia ini seolah hanya ada dia dan Aland, dari sorot matanya sudah mengabarkan semua yang ada di dalam hati. Tentang rindu dan juga banyak pertanyaan.Dan Zoya yang melihat Adeline ada dihadapannya, dia jadi kembali diselimuti dengan perasaan tidak percaya diri. Baginya selama ini Adeline adalah wanita yang sempurna, satu-satunya wanita yang memang pantas bersanding dengan Aland.Siapalah dia jika dibandingkan dengan Adeline? Tidak ada apa-apanya, kini Zoya bahkan coba melepaskan
Tok tok tok!Suara ketukan pintu itu akhirnya menghentikan perdebatan diantara Aland dan Zoya, keduanya kompak menatap ke arah pintu penasaran siapa yang datang malam-malam begini.Aland bergerak lebih dulu untuk membuka pintu tersebut, sementara Zoya malah langsung pilih untuk duduk di pinggir ranjang."Kak," ucap Aland ketika melihat sang kakak berdiri di depan pintu. Ada beberapa hal yang ingin disampaikan oleh Prisila, karena itulah dia datang kemari."Boleh aku masuk sebentar?" tanya Prisila dan Aland pun langsung membuka pintu lebar-lebar, mempersilahkan sang kakak untuk segera masuk.Aland dan Prisila lantas pilih untuk duduk di sofa yang ada di dalam kamar tersebut, Zoya sebenarnya enggan untuk ikut bergabung tapi Aland justru memanggilnya, hingga kini akhirnya mereka bertiga duduk bersama."Aku dan Erile sudah menemukan WO untuk pernikahan kalian berdua. Mereka juga sudah memberikan beberapa konsep yang bisa kalian pilih, ingin lihat atau kalian punya konsep sendiri?" tanya k
Erile benar-benar menepati ucapannya pada Prisila, pagi ini dia datang ke rumah utama keluarga Floyd dan langsung menghadap pada mama Emma, Aland dan juga Zoya. Sementara si kecil Austin sudah pergi ke sekolahnya."Ya Tuhan, jadi kalian memiliki hubungan. Astaga, Mama senang sekali," ucap mama Emma, kedua matanya sampai berkaca-kaca, ingin menangis saling bahagianya. Jika dulu mungkin mama Emma akan menentang hubungan tersebut, apalagi jika mengingat bagaimana latar belakang Erile yang hanya seorang asisten pribadi.Tapi sekarang semuanya telah benar-benar berubah mama Emma lagi melihat kedudukan seseorang untuk jadi pendamping anak-anaknya. Dia telah banyak belajar, bahwa harta bisa dicari, namun kebahagiaan tak bisa dibeli dengan uang. Jadi kini siapapun yang bisa membahagiakan anak-anaknya, maka akan dia dukung dengan sepenuh hati."Umur kalian sudah matang, lebih baik langsung menikah saja," putus wanita paruh baya tersebut.Zoya sudah terkekeh, lucu sendiri melihat sikap ibu mer
"Erile?!""Sstt!!" kata Prisila, buru-buru dia membekap mulut Zoya agar tidak mengeluarkan suara yang lebih tinggi karena keterkejutannya. Sungguh, tentang hubungannya dengan Erile pun hingga kini masih belum dia percaya juga.Semuanya dimulai saat salju pertama turun di kota Servo. Malam itu dingin sekali, tiba-tiba Erile menggenggam tangannya hingga membuat Prisila marah.Dan yang paling membuatnya terkejut adalah Erile menyatakan cinta, lalu bicara takut kehilangan sebab mama Emma sudah berulang kali membicarakan tentang perjodohannya.Sejak saat itu selalu ada saja cara yang membuat mereka bertemu hingga akhirnya kini keduanya sepakat untuk bersama."Aku tidak akan menjelaskan apapun padamu tentang bagaimana aku dan Erile bisa bersama. Tapi sekarang kami memang sedang menjalin hubungan," jelas Prisila, saat mengatakan itu kedua pipinya sontak berubah jadi merah merona.Selama ini Pricilla adalah wanita yang mandiri dan ketika cinta menyentuh hatinya membuatnya jadi malu sendiri."
Akhir-akhir ini Prisila sangat sibuk, entah sudah berapa lama sejak mama Emma meminta bantuan Zoya untuk menanyakan tentang status anaknya itu. Apakah sekarang Prisila sedang dekat dengan pria atau tidak?Merasa memiliki hutang pada sang mama, jadi malam ini Zoya bertekad untuk bertemu dengan kak Prisila. Jam 9 malam dia hendak keluar dari dalam kamar, padahal sudah hampir 30 menit dia berbaring dengan sang suami. "Aku harus bertemu kak Prisila sekarang Al, besok pagi dia pasti buru-buru pergi ke rumah sakit. Alasanya sedang ada pergantian manajemen," ucap Zoya. "Ya ampun sayang, ini kan sudah malam. Besok saja kita ke rumah sakit kak Prisila, aku akan temani," balas Aland yang tak rela ditinggal sang istri. Padahal mereka masih saling memeluk erat, berbagi kehangatan dari dinginnya cuaca di luar. "Aku mohon sayang, izinkan aku pergi sekarang," mohon Zoya, bahkan menatap penuh permohonan. "Oh my God, kenapa istriku terlihat menggemaskan seperti ini. Aku tidak akan sanggup menolak k
Hari pun bergulir.Dari hari berganti jadi minggu. Tidak disadari oleh semua orang kini hubungan Prisila dan Erile nampak canggung. Sepertinya terjadi sesuatu saat mereka pulang bersama ketika salju pertama turun di kota Servo.Memasuki musim dingin, Zoya juga dilarang pergi ke luar rumah. Namun kali ini mama Emma memenuhi semua kebutuhannya bahkan melimpahkan semua kasih sayang yang dia punya."Zoya, mama baru saja membuat sup. Ayo makan agar tubuhmu hangat," ajak mama Emma, dia datang dari dapur dan menghampiri sang menantu yang sedang berada di ruang tengah.Saat ini waktu masih menunjukkan jam 10 pagi, Austin masih sekolah, Aland pergi ke kantor karena ada beberapa urusan, sementara Prisila juga sudah pergi ke rumah sakit. Jadi di rumah hanya ada mama Emma dan Zoya saja."Tapi aku belum lapar, Ma," jawab Zoya, bukan apa-apa, beberapa saat lalu mama Ema sudah memberinya irisan buah."Tidak apa-apa, sedikiiit saja. Mama akan suapi kamu," balas mama Emma, masih kukuh ingin Zoya makan
Tiba di ruangan sang manager, Prisila dan Erile langsung bertemu dengan seorang wanita yang mengaku bahwa cincin berliannya hilang. Wanita itu masih muda, namun sungguh Prisila tak pernah mengingat pernah mengundang wanita itu dalam pernikahan sang adik.'Siapa yang membawa wanita ini masuk ke dalam pesta.' batin Prisila pula, dia datang dengan sorot matanya yang tajam."Akhirnya kamu datang juga, Aku hanya ingin menuntut ganti rugi tapi kenapa penanganannya buruk sekali seperti ini," ucap wanita tersebut, seseorang bernama Hailey."Maaf Nona, tapi dari rekaman CCTV yang tertangkap sejak Anda masuk ke dalam ballroom anda sudah tidak menggunakan cincin.""Mana CCTVnya? sejak tadi aku ingin melihat rekaman itu tapi kamu terus mengela," balas Hailey pula, tak gentar dengan semua kemauannya. dia harus mendapatkan ganti rugi atas kehilangan ini."Saya tidak menunjukkan CCTV lebih awal karena ingin mendengar kejujuran anda, tapi ternyata anda tetap kukuh dalam kebohongan. Saat rekaman CCTV
Zoya tidak tau harus menjawab apa ucapan suaminya tersebut. Dulu mungkin Zoya akan merasa senang tiap kali melihat penyesalan suaminya seperti ini. Tiap sekarang Zoya sudah tidak seperti dulu lagi, karena kini jadi merasa iba pula jika Aland terus diselimuti oleh perasaan bersalah di masa lalu.Sementara yang Zoya inginkan sekarang adalah mereka sama-sama bahagia, tak lagi terbelenggu dengan masa lalu."Terima kasih, karena kamu masih memberiku kesempatan kedua," kata Aland lagi.Zoya tetap tak tau harus menjawab apa, jadi dari semua ucapan suaminya tersebut hanya dia jawab dengan pelukan yang semakin erat. Zoya bahkan langsung mendongak dan mencium lehih dulu bibir suaminya, ciuman yang langsung disambut oleh Aland.Hingga akhirnya mereka berdua saling berpagut dengan mesra, mengirim cinta yang ada di dalam hati melalui ciuman tersebut.Malam pertama setelah menikah meraka hanya tidur saling memeluk, Aland tak ingin sesuatu hal terjadi pada kandungan sanb istri.**Malam pun bergul
"Berikan nomor ponsel Anda," ucap Rama, ketika mobilnya sudah berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah nona Adeline."Untuk apa?" tanya Adeline pula, dia pikir mereka berdua sudah tidak ada urusan lagi. Toh sekarang Adeline telah benar-benar coba merelakan Aland, dia tidak akan mengganggu pernikahan itu.Adeline malas mengakui, tapi semua ucapan Rama memang benar. Saat dia putusnya untuk tetap berusaha menghancurkan pernikahan tersebut yang ada hanya dialah yang akan hancur."Berikan saja, atau saya tidak akan membuka pintu," kata Rama, yang terdengar seperti ancaman di telinga Adeline.Sebuah sikap pemaksa yang tidak cocok jika disandingkan dengan wajahnya yang hangat. Karena malas berdebat dan merasa tenaganya sudah habis jadi Adeline dengan terpaksa mencatat nomornya di ponsel milik pria ini.Rama yang tidak mudah percaya pada Adeline pun memeriksa lebih dulu nomor ponsel tersebut dan untungnya ponsel milik Nona muda ini benar-benar berdering."Apa kamu pikir Aku mencatat nomor
Sudah hampir 2 jam Adeline tertidur di sofa tersebut, tapi belum ada tanda-tanda bahwa wanita itu akan terbangun. Sementara saat ini waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, Rama harusnya sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu."Astaga, wanita itu tidur atau pingsan? Kenapa dia tidak bangun-bangun juga," gumam Rama, lebih terdengar seperti menggerutu. Adeline tertidur seolah selama ini dia tidak pernah tidur nyenyak seperti itu.Dengan sangat terpaksa akhirnya dia berniat untuk membangunkan wanita itu. Rama berjalan mendekati sofa, berdiri di samping Adeline yang tertidur pulas. Rama kemudian menggerakkan tangan kanannya untuk menyentuh pundak wanita itu, lalu menggoyangnya secara perlahan."Nona Adeline! Bangunlah," kata Rama, bicaranya memang terdengar pelan tapi goyangan yang dia ciptakan dari tangannya cukup kuat. Hingga membuat Adeline akhirnya benar-benar terbangun dari tidur.Adeline menguap namun belum sadar saat ini dia berada di mana."Nona Adeline!" kata Rama lagi, dan akhi
Tepat jam 9 pagi akhirnya pengantin dipanggil untuk keluar menuju tempat pengucapan janji suci. Ballroom yang awalnya terasa cukup bising kini seketika jadi hening ketika Zoya dan Aland berjalan bersama melewati taburan kelopak bunga berwarna putih."Mama!" pekik Austin yang duduk di kursi paling depan bersama dengan Elea dan kak Prisila, kebahagiaan bocah itu tidak bisa dikendalikan.Namun Zoya hanya bisa bisa tersenyum ke arah sang anak, senyum tanda bahwa dia pun juga merasa sangat bahagia pada hari ini.Zoya cantik sekali dengan gaun pengantinnya yang menjuntai panjang. Begitu serasi dengan Aland yang berada di sampingnya.Pernikahan itu banyak dihadiri orang-orang, sebagian Zoya mengetahuinya sebab dulu dia pun bekerja di perusahaan Aland. Sebagian lagi dia tidak mengenal dan cukup tau bahwa semuanya adalah kenalan keluarga Floyd.Pernikahan itu pun disiarkan oleh satu stasiun televisi, hingga siapapun bisa melihatnya. Termasuk Sofia yang terduduk di ruang tengah rumah keluarga E