Percuma saja Zoya berteriak di dalam hati menolak semua ini, karena pada akhirnya kini dia pun berdiri tepat di hadapan Aland. "Tuan Aland," sapa dokter Kania seraya menundukkan kepalanya memberi hormat."Kenapa kamu bisa ada di sini? Mana sopirku?" tanya Zoya langsung, dia lihat mobil sang supir sudah tidak terparkir di tempat tadi, mendadak hilang entah kemana. "Karena aku datang jadi dia ku minta pulang," jawab Aland dengan santainya, Aland juga langsung menarik Zoya agar sang istri berada di sampingnya, bukan di samping dokter Kania. "Pertemuan kalian sudah selesai?" tanya Aland kemudian, pertanyaan yang ditujukan oleh kedua wanita itu. Zoya ingin menjawab belum tapi ternyata dia kalah cepat dengan dokter Kania, "Sudah Tuan, hari ini aku sudah memiliki janji temu dengan beberapa pasien jadi tidak bisa berlama-lama," ucap Dokter Kania, "Kami akan mengatur jadwal untuk bertemu lagi," timpalnya kemudian.Dan pada akhirnya Zoya hanya mampu membuang nafasnya dengan kasar. Saat itu
Setelah Zoya dan Erile pergi, kini di dalam ruangan itu hanya terasa sepi. Adeline menatap lurus ke arah Aland, coba untuk bicara dari tatapan tersebut, banyak yang ingin Adeline sampaikan tentang isi hatinya, tentang dia yang masih sangat cinta.Tapi Aland justru sebaliknya, pria itu malah menatap dengan biasa, bahkan dengan cepat memutus tatapan mereka. Seolah tidak ada yang spesial di antara keduanya."Duduklah," kata Aland, menawarkan Adeline untuk duduk di sofa sana.Adeline melihat dengan jelas saat pria yang sangat dia cintai itu mengambil gelas minum milik Zoya, lalu dipindahkannya ke atas meja kerja. Sebuah pergerakan kecil tapi sangat melukai hatinya. Perhatian yang selama ini begitu dia rindukan.Adeline hanya bisa merasakan sesak itu sendiri, dengan perlahan dia melangkahkan kakinya dan duduk di sana.Aland juga mengikuti, dia pilih untuk duduk tepat di hadapan Adeline."Kenapa kamu mengingkari janji kita Al? Apa sebegitu tidak berharganya aku bagi kamu?" tanya Adeline Lan
Zoya membuang nafasnya dengan kasar, dia belum mengambil tindakan apapun tentang Adeline, tapi ternyata Aland sudah mengetahui rencananya."Kenapa wajahmu terlihat marah seperti itu? harusnya kamu senang karena sekarang aku merestui kalian kembali," ucap Zoya.Aland tidak menjawabi lagi ucapan Zoya, karena seketika amarah langsung mendidih di dalam kepalanya. Jika dia bersuara hanya akan ada bentakan, jadi Aland pilih diam. Dia terus mengemudi bahkan mulai menambahkan kecepatan mobilnya. Tapi tempat yang dia tuju bukanlah rumah, melainkan apartemen yang sudah mereka tinggalkan beberapa waktu lalu."Kenapa kita datang ke sini?" tanya Zoya bingung."Ada yang ingin aku ambil," jawab Aland, dia menarik Zoya untuk mengikuti langkahnya. Tiba di dalam apartemen itu Aland pun menguncinya dan mendorong Zoya hingga jatuh di sofa.Bugh! Zoya yang terkejut berteriak kecil, dan makin gusar ketika melihat Aland kini menatapnya dengan tatapan tajam.Zoya tau tatapan itu adalah tatapan marah."Apa ya
Sore hari sekitar jam 5 akhirnya Aland dan Zoya pulang ke rumah, pulang dengan kedua tangan yang saling menggenggam erat dan berhasil membuat Oma Emma menatap lebih lekat ke arah keduanya.Biasanya hanya Aland yang nampak menggenggam, tapi kali ini dilihatnya jelas jika Zoya membalas.Ada hawa yang berbeda kali ini, seolah Zoya mulai menerima sang anak. Tapi Oma Emma tidak ingin bertanya lebih, takut justru pertanyaannya kelak membuat Zoya jadi merasa tidak nyaman. Jadi Oma Emma pilih untuk pura-pura tidak tahu. Dia menatap ke arah lain menghindari kedekatan diantara anak dan menantunya tersebut. Tapi percayalah, di dalam hatinya Oma Emma merasa begitu bahagia ketika melihat keduanya Jadi terlihat dekat seperti ini. Bahkan wajah Zoya tak nampak ketus seperti biasanya."Oma, kami akan langsung naik ke atas. Dimana Austin?" tanya Aland, mereka bertemu dengan oma Emma di ruang tengah. "Austin masih mengambil Ice cream di dapur, kalian naiklah. Nanti Oma yang akan mengatakan pada Austi
"Aku mau disuapi," ucap Austin.Oma Emma langsung membuka ice cream yang tadi sudah diambil oleh cucunya tersebut. "Disuapi Oma atau Mama?" tanya Oma Emma pula."Oma saja," sahut Zoya tiba-tiba, meski rasanya canggung sekali untuk bicara tapi dia tetap buka suara. Jika bukan dia yang memulai lebih dulu untuk memperbaiki hubungan ini maka oma Emma akan terus merasa bahwa dia belum memaafkan."Baiklah, kalau begitu biar Oma yang menyuapi cucu tampan Oma ini," jawab Oma Emma dengan antusias, dan Austin pun mengangguk antusias juga.Rasa manis ice cream itu membuat Austin bahagia. Austin juga meminta sang nenek untuk menyuapi mamanya, ingin mama Zoya juga rasakan ice cream yang sangat enak itu.Oma Emma tentu sangat ragu untuk menawarkannya kepada Zoya, tapi kemudian Zoya justru membuka mulutnya minta disuap."A," ucap Zoya.Dan melihat sikap Zoya yang seperti ini justru membuat Oma Emma merasa terharu sendiri. Kedua matanya sampai berkaca-kaca, dia lantas menyuapi ice cream tersebut
"Maafkan aku Zoy, pasti sakit sekali rasanya saat kamu memutuskan untuk operasi plastik," ucap Prisila. kini mereka bertiga sudah saling melepaskan pelukan itu, namun tangan mereka masih saling berparut.Prisila mungkin adalah yang paling tahu bagaimana penderitaan Zoya dulu pasca operasi, karena dia adalah seorang dokter."Sudah ah Kak, jangan dibahas lagi tentang hal itu. Aku juga bersyukur sekarang karena mama dan kak Prisila bersedia menerima aku kembali," jawab Zoya."Selamanya kamu adalah Zara bagi kakak, Zoy. Bagaimanapun kamu sekarang, kamu tetaplah Zara Audienya Aland," balas kak Prisila kemudian.Saking harunya mereka berdua jadi saling memeluk lagi, sementara Oma Emma cukup melihat dengan tangis yang masih mengalir deras.Selalu saja ada rasa penyesalan di dalam hatinya, andai dulu dia dan Prisila langsung menerima Zara seperti ini pasti tak akan ada penderitaan mereka semua selama 7 tahun. Masalahnya memang ada pada Oma dan Prisila sendiri, selalu menganggap bahwa Zara tid
Pagi datang. Hari ini Zoya dan Aland akan ikut kak Prisila untuk menyiapkan tentang pesta pernikahan. Erile nanti juga akan bergabung bersama mereka.Karena hubungan keluarga sudah semakin membaik jadi sekarang semuanya diselesaikan secara bersama-sama. Zoya malah merasa tak enak hati sendiri jika dia tidak ikut turun tangan, tak ingin kak Prisila repot sendirian, padahal pesta ini adalah keinginannya.Mereka semua jadi tidak tahu jika pagi itu, Adeline mendatangi rumah. Wanita cantik tersebut jadi hanya bertemu dengan Oma Emma."Adeline," sapa Oma Emma, dia pun begitu terkejut ketika melihat mantan kekasih sang anak mendatangi rumah tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.Jantung Oma Emma bahkan berdegup lebih cepat daripada biasanya, dia benar-benar gugup, sangat takut jika Zoya sampai marah lagi jika tahu tentang hal ini. Padahal hubungan mereka sudah sangat membaik.Oma Emma belum mempersilahkan tamunya untuk duduk, tapi Adeline sudah lebih dulu mendudukkan dirinya sendiri di sofa ru
"Aku suka yang ini," ucap Zoya dengan malu-malu saat dia memilih cincin pernikahannya dengan Aland. Saking malunya Zoya bahkan mengucapkan kalimat tersebut dengan berbisik-bisik pada sang suami. Jangan sampai ucapannya itu didengar oleh Prisila dan Erile yang sedang menemaninya. Tapi meskipun ucapannya tidak bisa didengar, namun gelagat Zoya sudah sangat diketahui oleh Prisila dan Erile. Prisila mengulum senyum, sementara Erile pilih untuk pura-pura tidak tahu saja. "Aku juga menyukainya," bisik Aland, dia kemudian mengambil salah satu cincin itu dan coba untuk memasangkannya di jari manis sang istri. Cincin yang jadi terlihat begitu indah ketika sudah terpasang. kilaunya mampu membuat hati Zoya jadi berbunga-bunga. Meski sudah sangat terlambat tapi akhirnya Zoya merasa dia bisa mendapatkan pernikahan impiannya. Cincin pernikahannya sudah di dapat, gaun pengantin juga sudah Zoya dan Aland pilih. Mereka juga melakukan fitting baju. Saking sibuknya mereka semua baru bisa kembali ke
Erile benar-benar menepati ucapannya pada Prisila, pagi ini dia datang ke rumah utama keluarga Floyd dan langsung menghadap pada mama Emma, Aland dan juga Zoya. Sementara si kecil Austin sudah pergi ke sekolahnya."Ya Tuhan, jadi kalian memiliki hubungan. Astaga, Mama senang sekali," ucap mama Emma, kedua matanya sampai berkaca-kaca, ingin menangis saling bahagianya. Jika dulu mungkin mama Emma akan menentang hubungan tersebut, apalagi jika mengingat bagaimana latar belakang Erile yang hanya seorang asisten pribadi.Tapi sekarang semuanya telah benar-benar berubah mama Emma lagi melihat kedudukan seseorang untuk jadi pendamping anak-anaknya. Dia telah banyak belajar, bahwa harta bisa dicari, namun kebahagiaan tak bisa dibeli dengan uang. Jadi kini siapapun yang bisa membahagiakan anak-anaknya, maka akan dia dukung dengan sepenuh hati."Umur kalian sudah matang, lebih baik langsung menikah saja," putus wanita paruh baya tersebut.Zoya sudah terkekeh, lucu sendiri melihat sikap ibu mer
"Erile?!""Sstt!!" kata Prisila, buru-buru dia membekap mulut Zoya agar tidak mengeluarkan suara yang lebih tinggi karena keterkejutannya. Sungguh, tentang hubungannya dengan Erile pun hingga kini masih belum dia percaya juga.Semuanya dimulai saat salju pertama turun di kota Servo. Malam itu dingin sekali, tiba-tiba Erile menggenggam tangannya hingga membuat Prisila marah.Dan yang paling membuatnya terkejut adalah Erile menyatakan cinta, lalu bicara takut kehilangan sebab mama Emma sudah berulang kali membicarakan tentang perjodohannya.Sejak saat itu selalu ada saja cara yang membuat mereka bertemu hingga akhirnya kini keduanya sepakat untuk bersama."Aku tidak akan menjelaskan apapun padamu tentang bagaimana aku dan Erile bisa bersama. Tapi sekarang kami memang sedang menjalin hubungan," jelas Prisila, saat mengatakan itu kedua pipinya sontak berubah jadi merah merona.Selama ini Pricilla adalah wanita yang mandiri dan ketika cinta menyentuh hatinya membuatnya jadi malu sendiri."
Akhir-akhir ini Prisila sangat sibuk, entah sudah berapa lama sejak mama Emma meminta bantuan Zoya untuk menanyakan tentang status anaknya itu. Apakah sekarang Prisila sedang dekat dengan pria atau tidak?Merasa memiliki hutang pada sang mama, jadi malam ini Zoya bertekad untuk bertemu dengan kak Prisila. Jam 9 malam dia hendak keluar dari dalam kamar, padahal sudah hampir 30 menit dia berbaring dengan sang suami. "Aku harus bertemu kak Prisila sekarang Al, besok pagi dia pasti buru-buru pergi ke rumah sakit. Alasanya sedang ada pergantian manajemen," ucap Zoya. "Ya ampun sayang, ini kan sudah malam. Besok saja kita ke rumah sakit kak Prisila, aku akan temani," balas Aland yang tak rela ditinggal sang istri. Padahal mereka masih saling memeluk erat, berbagi kehangatan dari dinginnya cuaca di luar. "Aku mohon sayang, izinkan aku pergi sekarang," mohon Zoya, bahkan menatap penuh permohonan. "Oh my God, kenapa istriku terlihat menggemaskan seperti ini. Aku tidak akan sanggup menolak k
Hari pun bergulir.Dari hari berganti jadi minggu. Tidak disadari oleh semua orang kini hubungan Prisila dan Erile nampak canggung. Sepertinya terjadi sesuatu saat mereka pulang bersama ketika salju pertama turun di kota Servo.Memasuki musim dingin, Zoya juga dilarang pergi ke luar rumah. Namun kali ini mama Emma memenuhi semua kebutuhannya bahkan melimpahkan semua kasih sayang yang dia punya."Zoya, mama baru saja membuat sup. Ayo makan agar tubuhmu hangat," ajak mama Emma, dia datang dari dapur dan menghampiri sang menantu yang sedang berada di ruang tengah.Saat ini waktu masih menunjukkan jam 10 pagi, Austin masih sekolah, Aland pergi ke kantor karena ada beberapa urusan, sementara Prisila juga sudah pergi ke rumah sakit. Jadi di rumah hanya ada mama Emma dan Zoya saja."Tapi aku belum lapar, Ma," jawab Zoya, bukan apa-apa, beberapa saat lalu mama Ema sudah memberinya irisan buah."Tidak apa-apa, sedikiiit saja. Mama akan suapi kamu," balas mama Emma, masih kukuh ingin Zoya makan
Tiba di ruangan sang manager, Prisila dan Erile langsung bertemu dengan seorang wanita yang mengaku bahwa cincin berliannya hilang. Wanita itu masih muda, namun sungguh Prisila tak pernah mengingat pernah mengundang wanita itu dalam pernikahan sang adik.'Siapa yang membawa wanita ini masuk ke dalam pesta.' batin Prisila pula, dia datang dengan sorot matanya yang tajam."Akhirnya kamu datang juga, Aku hanya ingin menuntut ganti rugi tapi kenapa penanganannya buruk sekali seperti ini," ucap wanita tersebut, seseorang bernama Hailey."Maaf Nona, tapi dari rekaman CCTV yang tertangkap sejak Anda masuk ke dalam ballroom anda sudah tidak menggunakan cincin.""Mana CCTVnya? sejak tadi aku ingin melihat rekaman itu tapi kamu terus mengela," balas Hailey pula, tak gentar dengan semua kemauannya. dia harus mendapatkan ganti rugi atas kehilangan ini."Saya tidak menunjukkan CCTV lebih awal karena ingin mendengar kejujuran anda, tapi ternyata anda tetap kukuh dalam kebohongan. Saat rekaman CCTV
Zoya tidak tau harus menjawab apa ucapan suaminya tersebut. Dulu mungkin Zoya akan merasa senang tiap kali melihat penyesalan suaminya seperti ini. Tiap sekarang Zoya sudah tidak seperti dulu lagi, karena kini jadi merasa iba pula jika Aland terus diselimuti oleh perasaan bersalah di masa lalu.Sementara yang Zoya inginkan sekarang adalah mereka sama-sama bahagia, tak lagi terbelenggu dengan masa lalu."Terima kasih, karena kamu masih memberiku kesempatan kedua," kata Aland lagi.Zoya tetap tak tau harus menjawab apa, jadi dari semua ucapan suaminya tersebut hanya dia jawab dengan pelukan yang semakin erat. Zoya bahkan langsung mendongak dan mencium lehih dulu bibir suaminya, ciuman yang langsung disambut oleh Aland.Hingga akhirnya mereka berdua saling berpagut dengan mesra, mengirim cinta yang ada di dalam hati melalui ciuman tersebut.Malam pertama setelah menikah meraka hanya tidur saling memeluk, Aland tak ingin sesuatu hal terjadi pada kandungan sanb istri.**Malam pun bergul
"Berikan nomor ponsel Anda," ucap Rama, ketika mobilnya sudah berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah nona Adeline."Untuk apa?" tanya Adeline pula, dia pikir mereka berdua sudah tidak ada urusan lagi. Toh sekarang Adeline telah benar-benar coba merelakan Aland, dia tidak akan mengganggu pernikahan itu.Adeline malas mengakui, tapi semua ucapan Rama memang benar. Saat dia putusnya untuk tetap berusaha menghancurkan pernikahan tersebut yang ada hanya dialah yang akan hancur."Berikan saja, atau saya tidak akan membuka pintu," kata Rama, yang terdengar seperti ancaman di telinga Adeline.Sebuah sikap pemaksa yang tidak cocok jika disandingkan dengan wajahnya yang hangat. Karena malas berdebat dan merasa tenaganya sudah habis jadi Adeline dengan terpaksa mencatat nomornya di ponsel milik pria ini.Rama yang tidak mudah percaya pada Adeline pun memeriksa lebih dulu nomor ponsel tersebut dan untungnya ponsel milik Nona muda ini benar-benar berdering."Apa kamu pikir Aku mencatat nomor
Sudah hampir 2 jam Adeline tertidur di sofa tersebut, tapi belum ada tanda-tanda bahwa wanita itu akan terbangun. Sementara saat ini waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, Rama harusnya sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu."Astaga, wanita itu tidur atau pingsan? Kenapa dia tidak bangun-bangun juga," gumam Rama, lebih terdengar seperti menggerutu. Adeline tertidur seolah selama ini dia tidak pernah tidur nyenyak seperti itu.Dengan sangat terpaksa akhirnya dia berniat untuk membangunkan wanita itu. Rama berjalan mendekati sofa, berdiri di samping Adeline yang tertidur pulas. Rama kemudian menggerakkan tangan kanannya untuk menyentuh pundak wanita itu, lalu menggoyangnya secara perlahan."Nona Adeline! Bangunlah," kata Rama, bicaranya memang terdengar pelan tapi goyangan yang dia ciptakan dari tangannya cukup kuat. Hingga membuat Adeline akhirnya benar-benar terbangun dari tidur.Adeline menguap namun belum sadar saat ini dia berada di mana."Nona Adeline!" kata Rama lagi, dan akhi
Tepat jam 9 pagi akhirnya pengantin dipanggil untuk keluar menuju tempat pengucapan janji suci. Ballroom yang awalnya terasa cukup bising kini seketika jadi hening ketika Zoya dan Aland berjalan bersama melewati taburan kelopak bunga berwarna putih."Mama!" pekik Austin yang duduk di kursi paling depan bersama dengan Elea dan kak Prisila, kebahagiaan bocah itu tidak bisa dikendalikan.Namun Zoya hanya bisa bisa tersenyum ke arah sang anak, senyum tanda bahwa dia pun juga merasa sangat bahagia pada hari ini.Zoya cantik sekali dengan gaun pengantinnya yang menjuntai panjang. Begitu serasi dengan Aland yang berada di sampingnya.Pernikahan itu banyak dihadiri orang-orang, sebagian Zoya mengetahuinya sebab dulu dia pun bekerja di perusahaan Aland. Sebagian lagi dia tidak mengenal dan cukup tau bahwa semuanya adalah kenalan keluarga Floyd.Pernikahan itu pun disiarkan oleh satu stasiun televisi, hingga siapapun bisa melihatnya. Termasuk Sofia yang terduduk di ruang tengah rumah keluarga E