"Bagaimana bisa?" Aku benar-benar tidak mampu berkata-kata, nyaris jatuh dari posisi ku saat mendengar kenyataan yang dilontarkan oleh papa ku."Ayah Kanina adalah suami perempuan yang kamu tabrak lari pada hari wisuda Nadya, Will ." Ucapan papa dalam tatapan yang tidak biasa kepada diriku membuat ku jelas kehilangan kata-kata. Bayangkan bagaimana ekspresi ku saat aku mendengar sebuah kenyataan mengerikan terasa."Kami tidak berharap pernikahan itu menjadi balas budi, tapi ada alasan kami tidak menyetujui kamu menikahi Helena dan kami memilih Kanina untuk mu, Will." Lanjut papa ku lagi.Jujur Aku sama sekali tidak memikirkan tentang pernikahan saat ini, namun kenyataan tentang orang tua Kanina membuat ku seketika terbelalak kaget.Setelah melajukan mobil ku dengan kecepatan penuh menuju ke rumah seseorang, akhirnya aku sampai disebuah rumah dengan halaman luas nya. Jam tidak normal bukan hal yang masuk akal untuk bertamu, tapi aku harus datang untuk mengetahui tentang sesuatu akan men
Kembali ke 2 tahun yang lalu,Beberapa hari sebelum pernikahan William dan Kanina.Gadis cantik itu, Kanina terlihat menatap dalam wajah nya didepan cermin. Kebaya putih menghiasi tubuh indah nya, meskipun tidak tergolong begitu tinggi namun Kanina tidak juga pendek, perpaduan wajah sempurna cantik dengan bibir mungil nya menambah tingkat kecantikan nya tersendiri. Alis terbentuk tapi tanpa kuas-kuas ajaib dengan hidung kecil dan mancung nya menambah kecantikan tersendiri seorang Kanina. Kulit hitam manis nya dengan rambut indah tanpa pernah tersentuh tangan-tangan salon terlihat begitu sempurna. Siapa yang tidak akan memuji kecantikan nya, di era SMA dia menjadi bunga sekolah nya, di desa dia di sukai banyak laki-laki tapi sayang nasib baik tidak berpihak padanya. Keinginan untuk menyelesaikan bangku kuliah dan meniti karir impian kandas ditengah jalan, dia harus bekerja dari pagi hingga malam menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga.Berulang kali dia menghela nafas nya berat,
Kembali ke masa kini,Bandara xxxxxx Pusat kota.Aku memarkir kan mobil ku dengan terburu-buru, melirik kearah jam tangan dalam kegelisahan mendalam. Sumpah demi Allah Kanina memajukan jadwal keberangkatan nya, membohongi ku dalam memberikan waktu."Maaf."Hanya itu balasan pesan yang aku terima saat aku bertanya kau ada dimana, aku ingin bicara 4 mata.Aku mencari nya kemana-mana dan tidak menemukan nya, hingga sepupu nya berkata."Hari ini Kanina pergi ke Prancis, dia memajukan jadwal keberangkatan nya, Will."Sial, sungguh sial.Tanpa persiapan apapun, meninggalkan perusahaan dan pekerjaan dan mengabaikan jutaan panggilan orang-orang disekitar. Bahkan bisa aku lihat nomor Helena mencoba ikut menghubungi ku, meminta bertemu, ingin bicara 4 mata dan ingin meminta maaf pada ku.Aku mengabaikan segalanya dan Helena bukan apa-apa lagi bagi ku. Saat ini Kanina menjadi tujuan ku, dibalik banyak hal yang terjadi dalam pernikahan kami, di balik keterpaksaan aku menikahi nya saat ayah nya m
6 bulan setelah nya.Suara salah satu penceramah kondang terdengar memecah keheningan, terus mengeluarkan petuah nya di balik handphone yang ada di ujung ruangan. Angin sepoi-sepoi terus menerus menggoyang bagian gorden halus yang terletak di kaca jendela di sisi kanan ruangan, bahkan di luar sana dia bergerak menggoyang dedaunan dari pohon rindang dengan nakal hingga membuat berhamburan beberapa daun kemana-mana. Beberapa buku telihat sedikit berantakan, dimana beberapa ekor kucing tampak terlelap di berbagai macam arah di sana. Suasana langit terlihat tidak baik-baik saja, semakin menggelap dan mengeluarkan hawa dingin nya, perkiraan cuaca memprediksi jika hujan deras akan turun sebentar lagi.Di satu sudut, bisa dilihat seseorang berkutat dengan pekerjaan nya, mengabaikan apapun yang ada, membiarkan angin terus menyeruak masuk dan menciptakan dingin didalam ruangan tersebut. Nyatanya sang pemilik rumah mengabaikan rasa dingin yang menerpa padahal cuaca semakin lama semakin tidak b
Paris.Perjalanan panjang yang memakan waktu 16 jam'an Indonesia Paris membuat aku cukup lelah. Selain karena sebelum ini aku harus berkutat dengan kegiatan perusahaan, mengejar banyak ketertinggalan, mengurusi proyek yang tidak bisa ditinggal kan, belum lagi aku kekurangan waktu beristirahat hingga akhir nya aku harus mengejar keadaan untuk mencari apa yang menjadi prioritas utama ku saat ini hingga membuat tubuh ku cukup lelah dengan keadaan tapi aku mengabaikan rasa lelah yang menghantam dan menerjang karena ada yang harus aku kejar setelah ini. Yah aku harus mengejar langkah, bergerak cepat mencari keberadaan Kanina. Julian berkata Kanina ada di Paris, tinggal di satu wilayah yang agak sulit untuk di cari. Aku tahu Kanina pasti sengaja melakukan itu untuk menghindari banyak orang termasuk diri ku.Aku mengejar perjalanan, selain harus mengejar Kanina, aku akan bergerak bertemu dengan seseorang untuk menyepakati kerjasama yang diminta oleh sebuah perusahaan. Menyetujui menginvesta
Museum Louvre,Prancis.Aku membiarkan sosok yang membawa ku menepikan mobil yang aku naiki secara perlahan ke area parkiran museum Louvre Perancis, membiarkan dia menemukan tempat paling pas untuk memarkirkan mobil yang kami naiki. Seorang laki-laki yang merupakan teman lama yang tinggal disana, hapal dengan berbagai macam tempat yang ada di Prancis, bisa aku andalkan dalam banyak kesempatan tiap kali aku berkunjung ke Prancis selama bertahun-tahun ini.Setelah memarkirkan mobil, aku memilih diam, membiarkan tatapan bola mata ku terus tertuju ke depan."Aku yakin kau bisa mengatasi segalanya." Suara teman ku terdengar, dia bicara sembari menoleh ke arah diriku seolah-olah tahu kecemasanku. Aku langsung ikut menoleh ke arah temanku tersebut di manapun membiarkan tatapan bola mataku menatap ke arahnya untuk beberapa waktu. Aku diam, SMS kalau belum menjawab ucapannya dan membiarkan diri untuk berpikir beberapa waktu."Aku hanya takut tidak diberikan kesempatan ke dua." Pada akhirnya
POV Kanina.Pemandangan kota Paris terlalu indah, angin dingin tercium di balik hidung Kanina. Dia duduk di sebuah mobil tepat di samping kemudi, menyandarkan kepalanya sembari membiarkan tatapan nya tertuju menembus kaca spion mobil tersebut.Dia memilih diam sejak awal keluar dari tempat di mana dia tinggal, enggan mengeluarkan suara nya sama sekali. Sesekali gadis itu memejamkan bola mata nya, membiarkan angin kota Paris menerpa pipi mulus dan cantik nya yang tanpa polesan apapun. Kaca mobil sengaja di turunkan, seolah-olah membiarkan gadis itu menikmati semilir angin yang menerpa diri."Etes-vous sûr de vouloir aller directement au musée du Louvre? (Yakin mau langsung ke museum Louvre?)" Suara seseorang memecah keheningan yang tercipta sejak tadi.Kanina yang masih memejamkan bola mata nya terlihat diam, dia mendengar apa yang diucapkan oleh seseorang di bagian belakang tempat duduknya tapi dia sama sekali tidak berniat membuka bola matanya."Tidak ingin mampir ketempat lain lebih
"Maafkan aku." Kalimat pertama keluar dari bibir ku, tatapan mata ku tidak mampu lepas dari Kanina. 6 bulan tidak bertemu dia banyak berubah, Kanina memang terlihat sedikit berisi sekarang, tapi tidak merusak proporsi tubuh nya, justru dia semakin cantik ketimbang saat masih tinggal dengan ku, tubuhnya sedikit lebih kurus.Tiba-tiba ingat dengan kata-kata beberapa orang, proporsi tubuh istri tergantung pada kebaikan dan tindakan suami. Semakin kurus semakin makan hati.Aku malu, ingin sekali menenggelamkan diri ku saat ini. Nyatanya Kanina jauh lebih baik saat tidak bersama ku, kini bahkan dia menggunakan make up tipis, menyapu permukaan kulit indah nya dan memoleskan lipstik tipis di bibir indah nya. Terlalu terlambat untuk aku menyadari jika Kanina memang cantik. Jauh di atas rata-rata, bahkan Helena tidak ada nomornya. Hanya saja rasa benci dan kemarahan atas perjodohan kami membuat aku mengabaikan Kanina, tidak menganggap dirinya dan benci melihat wajahnya tanpa sadar jika ada ber