Kenapa sih dengan mereka semua ini? Tidak ibuku, tidak Romo Adiwijaya, mereka aku suruh untuk tidak menutup telepon dulu dan tidak pergi dulu tapi tetap saja pergi. Sekarang aku harus gimana dia sudah menutup teleponnya?
Ketakutan Aida di dalam hatinya.
"Sudah selesai, taruh sana teleponnya."
Kalau Aida tidak disapa oleh Reiko mungkin saja dia masih tetap terhanyut dalam pikirannya.
Nah sekarang dia harus bagaimana?
"Pak apa Bapak nggak punya baju tidur? Dan kenapa juga Bapa
"Saya biasa bangun jam segini emang Pak. Nah Bapak ngapain?""Aku jugabiasa bangun jam segini ngurus kerjaanku." Reiko bicara sambil menunjuk berkas-berkas dan laptop yang kemarin dirinya bawa dari ruang kerjanya lalu tangannya kini bergerak menyalakan lampu.Lupa aku dia polosan.Aida tentu saja langsung melengos, dia tidak mau melihat seseorang yang tadi ditatapnya saat kamar terang benderang.Tadinya hanya lampu Aida yang menyala, sehingga hanya remang-remang.Apalagi dia berdiri mau pake handuk sepertinya kan?Sial sih, untung cepet aku selametin mataku.
"Aku gak salah denger kan?”Reiko berbisik karena memang dia seperti mendengar ada suara tangisan. Ini juga yang membuat dirinya menggerakkan layar monitornya yang memang saat ini dalam kondisi gelap mengarah ke tempat tidur. Dia tidak membalikan badan sama sekali dan seseorang yang ada di tempat tidur itu juga tidak memperhatikan pergerakannya.Aku melihat dia terlarut dengan doa-doanya, mungkin?bisikReiko yang hanya menduga. Dia membiarkan Aida dengan urusannya sendiri sedangkan sekarang seperti biasa, Reiko mengurus pekerjaannya tak mau ikut campur ataupun bertanya kenapa tangisan itu terjadi.“Heuheuheuheuheu.”
“Cih.” Reiko membuang wajahnya sambil geleng-geleng kepala membuat Aida mencebik.“Ya emang dia ganteng Pak. Makanya si Sofyan aja bingung terus dia nanya kamu siapa? Soalnya dia ngerasa nggak kenal dan emang bener-bener ganteng.”“Sudah selesai ceritanya? Aku masih banyak kerjaan, belum bikin makan kamu.”“Eh apanya selesai? Belum lah. Terus itu cowok ganteng langsung jawab kalau dia itu adalah Muhammad bin Abdullah, dia itu Rasulullah.”“Heish, jadi kamu Cuma pengen bilang kalau dia itu mimpi gitu?”
"Aish, aku pikir kamu mau bilang apa." Reiko tetap maju."Tapi Pak.""Diam. Jangan buang waktuku. Aku masih banyak urusan nih."Jelas saja ucapan Aida itu tidak dipedulikan oleh orang yang kini mengangkat tubuhnya."Sudah cepat lakukan.""Tapi siapa yang bisa keluar kalau diliatin kayak gini langsung, diplototin juga.""Ah, aku dulu sama Brigita sering jalan-jalan pagi, banyak tuh pemilik binatang peliharaan yang keluar-keluar…."&nbs
Jangan bodoh Aida. Tidak mungkin dia memikirkan tentang dirimu. Yang ada di benaknya hanyalah bagaimana kalau dia ke Bali, dokter Silvy datang ke sini. Aida mencoba untuk berpikir jernih.Di saat yang bersamaan:Brigita: Jadi kamu tidak mau datang menjemputku ke sini? Sibuk sekali, kah?Reiko: Jangan mancing-mancing lagi, My Queen.Cih. Mancing-mancing? Pasti mereka ingin membicarakan sesuatu yang manis-manis begitu kan? Kenapa juga harus mengotori telingaku kalau mereka ingin melakukan itu? Ish.Mana Aida tahu apa yang dimaksud Reik
"Sssh."Antara gemas dan pening setelah Brigita menutup teleponnya perasaan Reiko jadi tidak karuan."Ada lagi tidak yang kamu butuhkan?"Tapi meskipun hatinya sedang tidak jelas, Reiko masih berusaha fokus pada apa yang ada di hadapannya, tak mengumpat, tak menunjukkan sikap apapun yang membuat Aida berekspektasi negatif."Tidak ada, Pak. Aku enggak butuh apa-apa termasuk ke kamar mandi. Aku hanya ingin tidur.""Jadi tidur yang kamu lakukan setiap pagi makanya kamu nggak pernah keluar dari kamar pagi hari?"
Aida: Assalamualaikum kakek. Lagi apa kakek? Aku lagi senggang ini. karena aku sendirian di sini....(Aida diam sejenak sambil menunjukkan lingkungan di sekitarnya dengan kamera belakang)Aida: Tuh nggak ada siapa-siapa kakek lihat kan? Cuman ditemani sama apel aja.(Aida menunjukkan apelnya)Aida: Aku nggak ada kerja. Tadinya aku mau telepon Lingga tapi kan dia sekolah. Ini masih hari Kamis kan? Jadi jam segini ndak ada orang. Lestari sama Arum juga sama, mereka sekolah. Kalau aku telepon ibu, nanti ibu pikir aku kenapa-napa. Telepon temenku, ndak enak mereka lagi sibuk buat persipaan kuliah. Makanya aku telepon kakek. Kakek sibuk ngga
Aida: Kakek serius kan? Atau, kakek cuma mau nyenengin aku doang?Adiwijaya: Masa kakekmu ini pura-pura!Aida: Jadi kakek serius mau nolongin aku?Senang bukan kepalang Aida ketika mendengar ini bahkan dia kini menghapus air matanya dan tersenyum bahagia.Dia nggak akan tahu kalau aku nangis gara-gara ini. Aku akan bilang kalau aku kangen saja sama adikku. Ya, kalau dia ngelihat di CCTV. Dia nggak akan dengar kan apa yang aku katakan? bisik hati Aida yang memang tidak bisa menutupi kebahagiaannya dengan campur aduk perasaannya.Adiwijaya: Iya. Kake