Home / Rumah Tangga / Istri yang Tak Dinafkahi / 81 Jangan Terlalu Irit

Share

81 Jangan Terlalu Irit

Author: Setia_AM
last update Last Updated: 2024-12-30 18:30:28

Santy dan Noval sebenarnya sangat malu, tapi mereka sudah tidak bisa mundur, setidaknya mereka harus memenangkan perseteruan ini agar rasa malu yang sedang mereka alami sedikit terobati.

Alan dan Mita terlihat tidak peduli dengan apapun yang terjadi di sana. Terutama Mita yang sejak tadi memelototi nenek Alan dengan tatapan murka secara intens.

“Nenek juga harus menjaga sopan santun dan menghargai orang lain! Jangan karena Nenek adalah yang paling dituakan jadi bisa semena-mena begini!” ucap Mita penuh ketegasan.

Dalam hidupnya, Mita tidak pernah membayangkan kalau dia akan dihadapkan pada situasi sericuh hari ini.

“Apalagi aku juga sudah menghargai dan menghormati Nenek, jadi jangan bertindak kelewatan, Nek,” kata Mita lagi dengan suara yang lebih pelan setelah dia menyadari kalau tindakannya sudah kelewatan karena membentak orang yang lebih tua.

Alan membelai punggung Mita perlahan karena melihat istrinya masih tampak emosional dalam bicara.

“Memangnya salah kalau Nenek m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri yang Tak Dinafkahi    82 Bulan Madu yang Singkat

    “Yang benar?” Sindy tertawa kecil. “Kamu nggak pantas merayu aku seperti itu, Pak Bos.”“Aku serius.” Zayyan menimpali. “Oke deal, akhir pekan ini aku akan pesan tempat paling nyaman dan privasi untuk kita berdua. Siapa tahu kamu bisa berubah pikiran dan mau mempertimbangkan soal kemungkinan kita membuat bayi selusin.”Sindy seketika melotot tajam.“Aku nggak dengar kalau soal ini,” sahut Sindy sambil nyengir. “Aku nggak dengar apa-apa.”“Kamu cuma pura-pura nggak dengar,” timpal Zayyan gemas. “Kamu tunggu saja malam-malam menyenangkan di hotel dekat pantai nanti.”Sindy menaikkan sebelah alisnya ke arah Zayyan, sementara suaminya itu tetap mengemudi dengan tenang.“Kalian jadi bulan madu?” tanya Keke memastikan saat makan malam.“Iya, Ma. Ikut, yuk?” ajak Sindy sumringah.“Nggak deh, mama sama Sisil di rumah saja. Kalian puas-puaskan liburannya, syukur-syukur pulangnya bawa ekor.”“Ekor apa dulu, Ma?” Zayyan yang menyahut.“Ekor ikan, tentu saja calon bayi lah!”“Doakan sa

    Last Updated : 2024-12-30
  • Istri yang Tak Dinafkahi    83 Tidak Akan Melepaskan Sindy

    “Berani-beraninya kamu menikah tanpa restu dari aku!” kata Clara dengan suara menggelegar karena marah. “Lancang sekali kamu, kamu sudah tidak menganggap aku lagi sebagai mantan istri kamu?”Zayyan tidak menjawab.“Tante yang memberi Zayyan restu untuk menikahi Sindy,” kata Keke tenang. “Anak tante berhak bahagia dengan perempuan pilihannya sendiri. Jadi jangan memakai standar kamu untuk memaksanya rujuk sama kamu.”Clara menoleh dan menatap tajam mantan Ibu mertuanya.“Aku nggak minta Tante bicara, oke. Jelas banget kalau mas Zayyan adalah bukti kegagalan Tante dalam mendidiknya,” kecam Clara dingin.“Mama tidak pernah salah mendidik aku,” tukas Zayyan tidak terima. “Jadi jaga ucapan kamu, Cla. Aku tidak akan segan-segan kasih peringatan ...”“Oh ya? Aku yang lebih berhak menikah lagi sama kamu, Mas. Bukan janda gatal itu!” raung Clara sambil menarik bagian depan kemeja Zayyan sekuat tenaga.“Cukup!” Keke menghardik sambil menempatkan dirinya di antara anak dan mantan menantun

    Last Updated : 2024-12-31
  • Istri yang Tak Dinafkahi    84 Mendapatkan Suntikan Modal

    “Halo, Nek?” “Halo, Alan? Apa nenek ganggu kamu?” Wanita renta yang masih berkharisma itu memulai pembicaraan dengan basa-basi belaka setelah sang cucu menjawab teleponnya. “Tentu saja enggak, Nek.” Alan menyahut. “Tumben Nenek telepon, ada yang bisa aku bantu, Nek?”“Begini, Nenek dengar kamu akhirnya berhasil dapat suntikan modal, ya? Selamat atas keberhasilan kamu, Alan ...” ucap nenek Alan berbasa-basi.“Terima kasih, Nek. Jujur aku juga nggak menyangka,” sahut Alan lagi. “Ini karena kerja keras semua tim dan istri aku juga.”“Begitu ... Oh ya, Nenek mau berkunjung ke kantor besok. Nenek pikir tidak ada salahnya kalau nenek membantu kamu untuk memilih strategi jitu supaya tender yang kamu menangkan bisa berjalan lancar.” Nenek Alan mulai melancarkan niatnya. “Ibarat kata, posisi kamu saat ini belum sepenuhnya aman, Alan. Jadi jangan terlalu senang dulu ...”Alan tidak segera merespons, hingga neneknya harus bicara lagi.“Bagaimana, Lan? Besok nenek akan datang kira-kira sebelum

    Last Updated : 2024-12-31
  • Istri yang Tak Dinafkahi    85 Aku Menginginkan Kamu

    Mita menoleh ke arah Alan dan menggeleng. “Aku sangat yakin dengan kemampuan suami aku,” kata Mita yang sudah memandang Rey lagi. “Aku bahkan berani taruhan sama kamu, Rey. Kalau Mas Alan nggak berhasil memajukan perusahaan ini, maka aku sendiri yang akan memintanya mundur. Namun, kalau Mas Alan berhasil, maka kamu harus minta maaf secara pribadi sama Mas Alan sambil membungkukkan badan kamu.” Rey mengembangkan senyum lebar di wajahnya. “Oke, aku setuju.” Dia mengangguk dengan penuh percaya diri. “Asalkan kamu sama suami kamu itu menepati janji kalau sampai kalian gagal.” Julia memilih untuk tidak berkomentar mengenai perseteruan yang terjadi di depannya. “Sepakat,” sahut Alan, wajahnya menunjukkan keyakinan yang tidak seperti biasanya. “Aku nggak akan ingkar janji.” Julia perlahan berdiri dari duduknya. “Baiklah, Anak-Anak. Nenek pergi dulu,” pamit Julia, sejenak pandangannya jatuh pada Mita yang sedari tadi berada di samping Alan. “Pesan saya buat kamu, lain kali

    Last Updated : 2024-12-31
  • Istri yang Tak Dinafkahi    86 Penutup Malam yang Sempurna

    Tidak butuh waktu lama bagi Sindy dan Zayyan untuk saling menggulung seperti ombak di tengah lautan diiringi debur lembut yang datang menghantam tubuh mereka silih berganti. Sindy selalu membiarkan Zayyan yang sepenuhnya memegang kendali, karena dia memahami dengan baik kapan waktu yang tepat bagi pesawat yang dikemudikannya harus mendarat di landasan.Zayyan mengakhiri penyatuan cinta mereka dengan menebar pasukannya ke kawasan di mana seharusnya mereka berada sebagai penutup malam yang sempurna. Jika beruntung, salah satu pasukan itu akan memberinya jalan untuk menemukan ratunya yang sedang ditawan.“Aku mau setiap hari kita seperti ini,” bisik Zayyan di telinga Sindy saat keduanya selesai menghabiskan malam indah bersama. Kini mereka terkapar dengan bermandikan keringat yang timbul akibat tenaga yang mereka keluarkan begitu maksimal.“Bukan ide yang bagus,” ucap Sindy lelah. “Setidaknya kamu harus membiarkan tim kamu mencari ketuanya. Kalau kebetulan dia sedang masa subur, maka ki

    Last Updated : 2024-12-31
  • Istri yang Tak Dinafkahi    87 Cuma Pencitraan Demi Sindy?

    “Halo, Nek?” sahut Alan ketika hubungan dengan neneknya telah tersambung. “Rey agak mengganggu hari ini, apa dia tidak ada pekerjaan di kantornya?”“Sebentar, mengganggu bagaimana maksud kamu?” tanya Julia. “Perusahaan yang kamu kelola selama ini kan milik nenek, milik keluarga besar kita. Itu artinya siapa saja boleh datang untuk memajukan perusahaan sama-sama.”Butuh beberapa saat bagi Alan untuk mencerna semua kalimat yang diucapkan neneknya.“Jadi Nenek sudah tahu kalau Rey ada di kantor aku?” tanya Alan penuh selidik. “Atau jangan-jangan malah dia datang ke sini atas persetujuan Nenek?”“Kalau iya kenapa, Alan?” tukas Miranti. “Nenek juga punya hak untuk mengizinkan siapa-siapa saja yang boleh berada di kantor.”Alan menarik napas gusar.“Nggak bisa begitu, Nek. Bukankah yang tanda tangan kontrak kerja itu aku, bukan Rey? Jadi dia nggak perlu ikutan sibuk mengurusi pekerjaan aku.” Dia memberanikan diri mendebat Julia karena kelakuan Rey sudah melewati batas. “Kita juga suda

    Last Updated : 2024-12-31
  • Istri yang Tak Dinafkahi    88 Mau Bertemu Sisil

    Zayyan memahami kekesalan Sindy terhadap Ardi yang merupakan ayah kandung Sisil. “Kita masih bisa kok menafkahi Sisil,” hiburnya. “Aku tahu, Mas. Makanya sebelum dia menuntut hak, aku tanya dulu kewajibannya terhadap Sisil selama ini gimana? Sudah bagus tadi aku kasih izin buat ketemuan.” Zayyan tidak ingin banyak berkomentar karena urusan Sisil jauh lebih berwenang jika diurus Sindy, dia tidak ingin dianggap sebagai pihak yang menghalangi Ardi jika akan bertemu anak kandungnya. Hari itu Zayyan sedang mengantar Keke untuk cek kesehatan rutin di klinik, Sindy sibuk membereskan rumah sementara Sisil bermain masak-masakan di depan televisi yang menyala. Saat Sindy baru saja selesai membuang sampah di depan rumah, dia melihat motor Ardi menepi di seberang jalan. “Mau apa kamu ke sini?” tanya Sindy sebagai ucapan selamat datangnya, dia tidak perlu bertanya dari mana Ardi mengetahui alamat tempat tinggal Zayyan. “Aku mau bertemu sama Sisil,” jawab Ardi tenang. “Sekalian aku baw

    Last Updated : 2024-12-31
  • Istri yang Tak Dinafkahi    89 Menampung Mantan Suami

    Seluruh tubuh Ardi dingin seperti es, bahkan wajahnya pun pucat sekali dengan kedua mata terpejam rapat. Rambut cepaknya kini basah membeku setelah terguyur hujan selama berjam-jam.Sindy tidak bisa membiarkannya begitu saja, dia berusaha keras mendudukkan tubuh Ardi dan memaksanya berdiri. Kemudian dia mengalungkan satu lengan Ardi ke bahunya sendiri dengan hati-hati.“Bertahanlah sebentar,” ucap Sindy sambil memapah Ardi masuk ke rumah.“Ibu, itu siapa?” tanya Sisil ingin tahu saat melihat Sindy muncul dengan memapah orang asing ke rumahnya.“Ini ayah kamu,” jawab Sindy terengah. “Sil, ibu minta tolong ambilkan lima handuk besar di lemari Papa Yayan, ya?”“Iya Bu,” angguk Sisil sambil berjalan pergi ke kamar Zayyan.Sementara itu Sindy lebih memilih untuk membawa Ardi ke kamar Sisil dan membaringkannya di sana. Tidak berapa lama kemudian, putri semata wayangnya muncul sambil membawa setumpuk handuk tebal ke kamarnya.Berdua dengan Sisil, Sindy melepas kemeja Ardi kemudian mem

    Last Updated : 2024-12-31

Latest chapter

  • Istri yang Tak Dinafkahi    106

    Satu minggu setelah acara ngunduh mantu, Sindy dan Zayyan kembali ke rutinitas mereka yang biasa. Sindy tidak merasa senang bisa kembali ke dapur resto, sementara Zayyan tetap di ruangannya semula."Ehem!""Aura pengantin baru memang adem, ya?""Sayangnya aku jomlo!""Resto merasa ada bunga-bunganya!"Sindy hanya meringis menanggapi candaan rekan-rekan kerjanya."Mau pada kerja, atau menggosip?" Dia pura-pura memberikan teguran."Ampun, Bu Bos!""Ayo kerja, kerja!"Tomi dan Meta menyingkir pergi ke depan, meninggalkan Sindy dan Roni yang memang bertugas sebagai juru masak di resto Zayyan.Aktivitas hari itu berlangsung normal, para pegawai di depan melayani pengunjung yang datang, sementara Sindy dan Roni sibuk memasak menu. Hingga pada akhirnya muncul pengunjung yang tidak terlalu diharapkan ...."Mita!" desis Nesi sambil menajamkan penglihatannya, buru-buru dia menelepon Zayyan melalui interkom yang ada di meja."Halo?""Pak, di depan ada mantan adik ipar Bu Sindy. Tetap dilayani a

  • Istri yang Tak Dinafkahi    105

    Ekspresi wajah Sindy langsung berubah tegang."Kok cepat amat, Ma?""Tidak apa-apa kalau memang rejeki kalian, kan?""Tapi aku masih mau kerja di resto, Ma. Syukur-syukur nanti bisa berkembang pesat dan buka cabang, sekalian nunggu Sisil agak besar. Mama tidak keberatan kan?"Keke tersenyum."Tidak, kamu benar. Sisil juga masih butuh perhatian dari kalian berdua, atur saja deh.""Terima kasih banyak, Ma. Semoga aku tidak pernah mengecewakan Mama sebagai menantu."Keke mengusap bahu Sindy seraya tersenyum. "Kita saling memahami saja, meski tidak semudah mama ngomong."Sindy mengangguk. "Ingatkan aku kalau ada salah, Ma."Keke balas berbisik. "Sisil biar tidur sama mama, kamu sama Zayyan fokus saja."Sindy merespons dengan semburat merah yang terlihat pada wajahnya."Semoga kamu nyaman di kamar ini," bisik Zayyan saat Sindy sedang sibuk menata pakaian-pakaiannya di dalam lemari. "Kalau ada perabotan yang kamu butuhkan, tinggal bilang saja.""Beres, Pak Bos!"Zayyan mulai gemas setiap ka

  • Istri yang Tak Dinafkahi    104

    Nyawa belum terkumpul sepenuhnya, tapi dia tetap harus melakukan kewajibannya dengan status baru yang kini telah dia sandang."Sisil masih tidur, Bu?" tanya Sindy lirih ketika berpapasan dengan Rita di dapur."Masih, Sisil biar ibu yang urus. Kamu urus suami kamu, bikin dia nyaman selama menginap di sini."Sindy mengangguk dengan wajah mengantuk bercampur lelah. Usai mandi dan merapikan diri, Sindy menyeduh dua cangkir kopi untuknya dan Zayyan.Mereka berdua merasa masih canggung satu sama lain saat berada di satu ruangan seperti ini."Maaf kalau kamar ini agak sempit, tidak seluas kamar di rumah kamu, Mas ...""Memangnya kamu tahu kamar di sana seluas apa?"Sindy menggeleng, lalu meraih cangkir kopinya sendiri. "Cuma nebak saja sih.""Kapan-kapan aku kasih lihat kamar kita.""Jangan buru-buru ya, masih betah di rumah orang tua.""Bukan buru-buru, tapi disegerakan itu lebih baik."Zayyan ikut mengambil cangkir kopinya."Sisil diajak juga kan?" tanya Sindy ragu-ragu."Tentu saja, dia k

  • Istri yang Tak Dinafkahi    103

    Beberapa saat sebelum itu ....Mita terpaksa ikut keluarganya kembali ke rumah."Berhasil rencana kalian?" tanya ayah Ardi yang sedang menikmati secangkir kopi, terlihat begitu damai dan tenteram.Berbanding terbalik dengan anggota keluarganya yang tampak pias karena kegagalan mereka."Berhasil apanya, Yah?" gerutu Sani. "Dapat malu, iya.""Kok bisa?""Tahu tuh Kak Mita, teriak-teriak terus kayak orang gila sampai kita dilihatin banyak orang ..."Mendengar Sani terus menerus menyalahkannya, tentu saja Mita tidak terima."Kamu itu masih bau kencur, San! Kamu mana paham perasaan aku kayak gimana, apa kamu bisa bayangkan saat orang yang kamu sukai bersanding sama perempuan lain?"Sani melengos, dia justru bingung dengan pola pikir Mita. Usia masih begitu muda, tapi kenapa malah jatuh hati sama lelaki yang usianya jauh lebih dewasa di atasnya.Kayak nggak ada laki-laki lain saja, batin Sani."Terus apa saja yang kalian lakukan di sana tadi?" tanya ayah menengahi keributan itu, sementara A

  • Istri yang Tak Dinafkahi    102

    Sindy menantang Ardi lewat sorot matanya yang setajam pisau."Salah kamu sendiri karena nggak bisa jaga omongan di depan anak kecil," desis Sindy dalam bisikan rendah."Lebih nggak tahu malu mana dibandingkan kamu yang malah sayang-sayangan sama lelaki lain di depan Sisil?""Siapa yang sayang-sayangan?"Sindy hampir saja menggebrak meja saking emosinya, tapi Rita buru-buru menengahi."Ehem, sudah mau gelap ini, Di! Apa nggak sebaiknya kamu pulang dulu, dicariin ibu kamu nanti."Ardi mengembuskan napas panjang, seolah baru saja berlari dari tempat yang lumayan menguras energi."Nantinya aku akan sering-sering datang ke sini, Bu. Aku nggak mau Sisil melupakan aku sebagai ayah kandungnya ...""Biarkan saja Sisil lupa, orang kamu juga melupakan kewajiban kamu sebagai ayahnya kok." "Kewajiban apa?""Kasih nafkah buat Sisil!"Menyadari jika nada bicara keduanya semakin lama semakin keras, Rita cepat-cepat mengajak Sisil untuk masuk ke dalam rumah."Oh, itu ...""Itu apa?" tantang Sindy mur

  • Istri yang Tak Dinafkahi    101

    Sindy mengamati layar ponselnya yang sunyi, meski sebenarnya ada beberapa pesan yang masuk dari Ardi, Mita, dan juga Nesi.Namun, pihak yang ditunggu-tunggu malah tidak hadir ke permukaan dan itu cukup membuat hati Sindy gelisah tidak nyaman.Sejak pengakuan di dalam mobil, hingga disepakati niat baik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, bahkan ketika keluarganya selesai berembug mengenai acara resepsi pernikahan, Zayyan jarang sekali menghubunginya. Interaksi mereka di restoran pun terlampau sedikit, sehingga terkadang Sindy merasa ragu dengan kesungguhan Zayyan yang berniat ingin menikahinya.Memangnya apa sih yang aku harapkan, batin Sindy sambil menjatuhkan dirinya ke tempat tidur, lalu memeluk bantal guling dengan erat. Kami sama-sama janda dan duda, masa iya mau mesra-mesraan kayak anak remaja?Saat sedang galau-galaunya melanda, tiba-tiba Sindy mendengar dering singkat dari ponsel miliknya.Dengan ogah-ogahan, dia mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel itu. Dilir

  • Istri yang Tak Dinafkahi    100

    “Kok cemberut begitu?” Keke menyambut kepulangan Zayyan di rumah dengan senyum merekah, tetapi langsung surut ketika melihat wajah masam putranya.“Biasalah, Ma ...” Zayyan lantas menceritakan pembicaraan dengan Sindy tadi, sementara Keke mendengarkan dengan sungguh-sungguh.“Godaan menjelang pernikahan, biasa itu. Yang penting keyakinan kamu sama Sindy nggak goyah sedikitpun, dia sendiri tanggapannya gimana?”“Sindy nggak goyah sih, Ma. Dia bilang kalau mantan suami dan keluarganya nggak usah dipedulikan, mereka seringkali omong kosong tanpa ada bukti.”Keke mengangguk paham. “Lagian seyakin itu mereka meng-klaim kalau kamu adalah jodoh si Mita ... Laris sekali sih anak mama ini!”“Aku bukan dagangan, Ma.”“Tapi banyak yang ngejar. Ada cewek labil, Clara ... Eh iya, ngomong-ngomong soal Clara gimana, Zay?”“Nggak gimana-gimana, Ma.”“Setidaknya kamu harus antisipasi kalau dia tahu dan mencoba melakukan hal-hal yang bisa mengancam keberlangsungan acara kita.” Zayyan merenung

  • Istri yang Tak Dinafkahi    99

    Ratna balas menatap kedua anaknya bergantian. "Ibu usahakan, tapi kamu juga harus bertindak." Wanita berumur itu melirik anak lelakinya. "Dekati Sisil, siapa tahu dia bisa kasih info meski masih kecil." "Apa yang mau diharapkan dari Sisil sih, Bu? Dia ngomong saja belum bener!" tukas Mita meremehkan. "Kamu nggak ngerti kalau ingatan anak kecil itu kuat, Mit! Dari Sisil, Ardi bisa tanya-tanya kapan pemilik resto itu ke rumah, terus mereka ngapain saja ... Minimal Sisil pasti ingat Sindy sudah dikasih apa saja sama laki-laki itu, siapa tahu malah anak itu juga dijanjikan beli baju baru untuk acara ..." Ardi terdiam merenungi ucapan Ratna. Meskipun tidak ingin membayangkannya, tapi dia merasa jika ucapan Ratna lumayan masuk akal. Kalau Ardi ada di posisi Zayyan, tentu dia akan berusaha mendekati Sindy dengan mencari perhatian anaknya. Karena itulah Ardi berencana untuk menemui Sisil dan ngobrol dengannya, tidak peduli Sindy akan memberi izin atau tidak. ** Tidak membutuhkan waktu

  • Istri yang Tak Dinafkahi    98 Sikap Manja Sindy

    “Kamu nggak lemah, kamu tetap kuat seperti yang biasanya aku kenal.” Zayyan menghibur Sindy yang masih terisak-isak di bahunya. “sisil dulu nggak kenal sama aku, kamu sendirian ... makanya dia nggak rewel.”Sindy masih sesenggukan, meskipun tidak sekencang tadi.“Tapi sekarang, adiknya Sisil tahu kalau ibunya nggak sendirian lagi,” sambung Zayyan sembari membelai punggung Sindy. “Ada ayahnya di sini yang setiap saat menemani, kapanpun dibutuhkan.”Zayyan melepas Sindy dan mengusap sisa-sisa air mata di wajahnya.“Kamu sedang hamil,” kata Zayyan mengingatkan. “jadi jangan stres atau berpikir yang macam-macam, kasihan yang ada di dalam.”Dia mengusap perut Sindy yang masih rata.“Maaf ... aku jadi manja begini sama kamu ...” ucap Sindy lirih.“Jangan minta maaf,” tepis Zayyan. “aku justru senang karena ini pertama kalinya aku bisa menemani kamu di masa kehamilan kamu yang berat.”Sindy menganggukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa lagi.Setelah itu sikap manja sindy justru sering menjad

DMCA.com Protection Status