Beranda / Rumah Tangga / Istri yang Tak Dinafkahi / 59 Susahnya Banting Tulang Sendirian

Share

59 Susahnya Banting Tulang Sendirian

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-27 10:07:16

“Kelihatannya enak, Sin.”

Rita berkomentar ketika Sindy memotret hasil masakannya untuk di-posting di beberapa akun media sosial. Tetangga kanan kiri sudah tahu dari mulut ke mulut jika Sindy berjualan masakan jadi, hanya tinggal dia maksimalkan saja jika ingin pendapatan semakin meningkat.

“Aku masak lebih kok, Bu. Karena sistemnya masih pre-order, jadi Ibu sama Ayah bisa nyicip.”

“Kenapa nggak dijual semua saja, Sin? Lumayan kan.”

“Ya kalau Ibu mau, buat apa dijual? Kecuali Ibu mau menu yang lain gitu ...”

“Masakan kamu enak, Ibu juga suka.”

Sindy mengucap syukur, kemudian mulai memposting foto masakan buatannya satu per satu.

[Kasihan yang sudah dipecat!]

Sebuah komentar jahat masuk ke kotak pesan di aplikasi hijau milik Sindy, ternyata dari Mita. Entah dari mana dia tahu kalau dirinya sudah dipecat dari restoran Zayyan, Sindy tidak paham juga.

Yang sangat dia sayangkan adalah karena Ardi sudah tidak lagi memberikan nafkah untuk Sisil sejak permintaannya untuk rujuk ditola
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri yang Tak Dinafkahi    60 Untungnya Kamu Menolak

    Keke terpekur cukup lama setelah Zayyan menceritakan tentang ulah Clara terhadap restoran miliknya.“Mama nggak tahu, Zay ... Mama pikir dia sanggup ...”“Dia memang sanggup, Ma. Sanggup menghancurkan restoran aku,” tegas Zayyan. “Kesalahan yang Clara perbuat sangat fatal, salah satunya adalah membuat Sindy.”“Apa? Sindy dipecat?” Keke terbelalak. “Clara nggak pernah kasih tahu mama sedikitpun, Zay! Setiap mama bertanya, dia selalu bilang kalau restoran aman terkendali.”Zayyan menarik napas panjang. Ingin menyalahkan Keke, tapi dia tidak sampai hati untuk melakukannya. Saat itu pasti pikiran mamanya hanya terfokus pada kecelakaan yang dialami.“Maafkan mama, Zay. Ini juga salah mama, kalau saja mama tidak percaya begitu saja ... Mama salah, maaf ...”Zayyan mengusap punggung tangan ibunya.“Mama nggak salah, aku paham seperti apa perasaan Mama saat lihat aku celaka ... Dan Clara datang di saat yang tepat, berpikir bahwa dia adalah dewi penolong kita. Ternyata apa yang dia perb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Istri yang Tak Dinafkahi    61 Kembali ke Resto

    Sindy diam mendengarkan selama Zayyan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi sejak kasus pemecatan yang Clara lakukan. “Sayang sekali ya, Pak? Padahal selama saya di sana, resto lumayan ramai karena banyak pelanggan.” Sindy berkomentar setelah Sindy selesai bercerita. “Berarti ini sama saja Anda harus berjuang dari awal lagi.” “Kamu benar, beruntung mental saya sedikit kuat. Kalau tidak, mungkin saya sudah tidak sanggup lagi.” “Jadi pengusaha memang berat, Pak. Saya saja pusing, padahal skala saya masih kecil-kecilan begini ...” “Tapi kamu masih bisa berkembang ke depannya.” “Doakan saja, Pak. Saya bikinkan minum dulu, ya? Makan siangnya jadi?” Zayyan mengangguk, karena dia butuh alasan untuk berada di rumah orang tua Sindy lebih lama lagi. “Anak kamu mana?” “Ke warung sama neneknya, biasa jajan.” Zayyan diam sambil mengamati Sindy yang begitu cekatan mengambil nasi dan lauk untuknya. “Ikan bakar legendaris,” ucap Sindy sambil menyajikan menu makan siang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Istri yang Tak Dinafkahi    62 Membuat Restoran Rugi Besar

    “Pak Bos!”“Masuk saja, Mbak. Ini kami baru dari tempatnya Beni,” kata Roni memberi tahu. “Aku yang datangnya kebagian, Mas.”Sindy mundur untuk memberi jalan kepada Zayyan dan juga Roni. Tidak lama setelah itu, muncul Nesi yang langsung memeluk Sindy tiba-tiba.“Aku sudah lama nunggu kamu!”“Kok nggak langsung japri?”“Nggak berani, karena aku nggak punya uang buat bayar gaji kamu—argh!” Nesi meringis ketika mendapatkan jitakan dari Sindy.Beni muncul ketika hari mulai beranjak siang, sedangkan pegawai lain sudah asyik berdiskusi di seberang meja yang tidak terpakai oleh pelanggan.“Bagusnya kita ubah tatanan ruang ini, Pak.”“Hitung-hitung buang sial, gara-gara sempat dipegang sama Bu Clara ...”“Betul, Pak. Cukup tatanan ruang ini saja, kalau cat ulang kan butuh budget yang tidak sedikit.”Zayyan mendengarkan pendapat para pegawainya dengan saksama, setelah itu segera mengambil keputusan.“Kalau begitu kalian bisa lakukan perubahan saat restoran libur, terserah mau kal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Istri yang Tak Dinafkahi    63 Tidak Pernah Menjanjikan Rujuk

    Zayyan menatap Keke. “Mama menjanjikan apa sama Clara?”“Mama nggak pernah menjanjikannya apa-apa, Zay! Niat mama untuk membujuk kamu supaya mau rujuk itu tanpa sepengetahuan dia, jadi spontan saja.”Zayyan menoleh ke arah Clara. “Kamu dengar itu? Mamaku tidak pernah menjanjikan apapun sama kamu, niatnya membujuk aku adalah bentuk spontanitas saja.”“Sama saja itu adalah sebuah janji!” “Beda hukumnya, Cla! Tante bujuk Zayyan karena tante yang merasa utang budi, makanya tante inisiatif ... Tapi Tante tidak pernah menjanjikan kalau Zayyan pasti akan rujuk sama kamu, paham kan?” Keke berusaha meluruskan, tapi bukan Clara namanya jika menyerah begitu saja.“Tante sama Mas Zayyan sungguh zalim, tunggu saja. Karma akan secepatnya mendatangi kalian!” cecar Clara tidak terima, dia mengusap air matanya kemudian pergi begitu saja dari rumah Zayyan.Keke langsung merasakan tungkai kakinya lemas. “Mama!” Zayyan lebih khawatir saat melihat ibunya shock akibat mendengar ucapan Clara.“Kar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Istri yang Tak Dinafkahi    64 Tipis-tipis Rasa Cinta

    “Kami mau makan di sini, Mbak.”“Betul, soalnya warung di rumah Mbak Sindy tutup. Katanya kalau kami kepingin makan masakan dia, suruh mampir ke sini saja.”Nesi mengangguk paham. “Silakan duduk dulu, Ibu-Ibu.”Meta tergopoh-gopoh membawa catatan ketika tahu ada pelanggan yang datang.“Yang masakan Mbak Sindy yang mana saja, nih?”“Kami minta yang masak Mbak Sindy!”Meta melirik ke arah Nesi, karena ini baru pertama kali terjadi. “Biar saya saja yang ke dapur,” kata Zayyan kepada Nesi. “Jangan pernah tinggalkan kasir.”Nesi mengangguk mengerti dan meminta Meta untuk menjelaskan sebisanya.“Oh, kalau menu yang biasa dimasak Mbak Sindy ini ada ikan bakar, Ibu-Ibu! Salah satu menu kesukaan pelanggan,” jelas Meta dengan ramah. “Kalau tidak mau bakar, digoreng juga bisa. Lalapan dan sambalnya juga lengkap, dijamin Ibu-Ibu ketagihan makan di sini lagi!”Sekumpulan Ibu-Ibu itu mengangguk dan sibuk membaca daftar menu.“Sin, kamu bawa pasukan ke sini?”Sindy menoleh ketika Zayyan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Istri yang Tak Dinafkahi    65 Mengakui Hubungan Kita

    Zayyan berdiri mematung mendengar ucapan Keke.“Aku kan cuma duda, Ma.”“Terus kenapa? Sindy malah sudah punya anak, paket lengkap kalau kamu nikah sama dia.”“Mama ini!”Keke tidak bisa menahan senyumnya melihat Zayyan tampak salah tingkah.“Bisa jadi dia pembawa rejeki, Zay. Memang rejeki itu Allah yang atur, tapi kita nggak pernah tahu akan lewat tangan siapa.”Zayyan garuk-garuk kepala.“Andai aku memang mau menikah, itu karena aku benar-benar niat untuk menyayangi dia dan anaknya seutuhnya, Ma. Bukan karena semata-mata ngejar rejeki.”“Lho, bisa menikah saja itu termasuk salah satu rejeki. Suami istri bisa saling menjadi jalan rejeki masing-masing,” ujar Keke. “Mama nggak akan memaksa kamu, sejak dulu begitu kan? Cuma kalau mama lihat, Sindy itu kandidat yang oke.”“Kandidat ... seperti pemilihan saja, Ma.”“Harus kan, memangnya kamu mau dapat uang tipe-tipe seperti Clara?”“Amit-amit, masa dapatnya itu lagi sih Ma?” Keke tertawa kecil. “Makanya, langsung gas saja ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Istri yang Tak Dinafkahi    66 Harus Ikut Skenario Zayyan

    Sindy melirik Zayyan yang berdiri tepat di sampingnya, sementara lelaki berkacamata itu balas memberinya isyarat untuk mengiyakan apa saja yang dia katakan.“Kok Mbak Sindy ... ternyata selama ini kamu sudah nikung aku, Mbak?” Mita histeris, memantik reaksi yang beragam dari teman-temannya.“Jangan nuduh aku, Mit. Harusnya aku yang tanya sama kamu, jangan-jangan kamu punya niat menikung mantan kakak ipar kamu sendiri?” balas Sindy yang tidak mengerti apa-apa, sontak saja ucapan itu membuat teman-teman Mita berbisik satu sama lain.“Sekarang sudah jelas ya semua?” Zayyan menatap Mita dan komplotannya bergantian. “Saya sudah punya calon, jadi tolong jangan sebarkan hoax lagi kecuali mau mengubah di hotel prodeo.”“Jangan, Kak! Itu Mita yang suka gembar-gembor kalau dia punya calon bos resto!”“Betul itu, Kak! Mita yang selama ini meyakinkan kita ...”“Jadi salahkan Mita saja, kami nggak ikut-ikutan!”Mita menatap teman-teman yang sering nongkrong dengannya itu dengan tidak percay

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Istri yang Tak Dinafkahi    67 Masa Lalu Masing-masing

    Perlahan mobil Zayyan berhenti di depan resto, sengaja tidak memasuki halaman parkir khusus pelanggan.“Yang tadi itu ... bukan cuma sekadar skenario saja, Sin. Saya serius,” ucap Zayyan ketika Sindy hendak turun dari mobilnya.“Yang mana, Pak?”“Yang tadi itu ...”Sindy berpikir sebentar.“Yang Anda bilang ke Mita dan teman-temannya kalau Anda sudah punya calon?” tanya Sindy memperjelas. “Itu ternyata bukan skenario belaka?”“Bukan, itu serius.”“Kalau begitu selamat, Pak! Siapa calonnya?”“Kamu,” cetus Zayyan, membuat Sindy terkesiap.“Saya, Pak?” Zayyan mengangguk. “Semoga kamu mempertimbangkannya, Sin.”“Tapi ... saya janda, punya ekor satu.”“Saya juga duda, cuma bedanya saya tidak punya anak dari pernikahan sebelumnya.”Sindy terdiam, terjepit antara bingung dan juga kaget karena semua yang terlalu mendadak untuknya.“Saya rasa kita sudah selesai dengan masa lalu masing-masing, tidak ada salahnya kan?” ujar Zayyan lagi, dia memang tidak pandai merayu dengan kata-k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29

Bab terbaru

  • Istri yang Tak Dinafkahi    109

    "kamu masih menyimpan foto ini, itu artinya kenangan itu sangat penting buat kamu kan?" Tanya Sindy lagi."Memang penting, tadi kan sudah aku jelaskan sama kamu."Sindy menarik napas, tentu saja itu bukan jawaban yang dia harapkan. Tadinya dia pikir Zayyan akan minta maaf dan berjanji untuk membuang benda masa lalu itu sesegera mungkin, tapi ternyata tidak demikian."Ada lagi yang mau kamu tanyakan?" cetus Zayyan ketika melihat Sindy hanya terdiam bisu."Tidak ada ...""Ngambek?""Tidaklah, buat apa ngambek. Kamu mandi saja, ini bajunya." Sindy buru-buru mengulurkan satu setel baju ke tangan Zayyan.Selama Zayyan mandi, sindy lebih memilih untuk berbaring sambil menatap langit-langit kamar. Dia punya firasat jika suaminya masih terikat kuat dengan foto yang ditemukannya itu, terus apa gunanya mereka menikah jika masih kepikiran dengan masa lalu?Tujuan sindy menikah adalah untuk bisa memulai segalanya dari awal, dan foto itu merupakan bukti jika Zayyan memiliki prinsip yang berseberan

  • Istri yang Tak Dinafkahi    108

    Zayyan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah adik kembarnya. Mereka meneruskan obrolan, hingga keduanya memutuskan untuk pergi dari restoran Zayyan karena ingin kembali ke rumah.Mita ternyata masih berada di resto bersama teman-temannya dan ketika si kembar muncul, tatapan matanya tidak bergeser satu senti pun dari mereka berdua.Saat itu Mita terlalu bingung untuk menjatuhkan pilihannya kepada siapa. Dua-duanya punya kharisma dan wajah yang begitu mirip.Andai di negara ini poliandri dilegalkan, pikir Mita mulai ngelantur. "Mit, kamu nggak apa-apa?" tanya salah satu teman ketika melihat kebisuan Mita. "Kesambet mungkin dia ...""Ngaco! Siang-siang begini mana ada kesambet.""Setan mana ada pilih-pilih waktu, sih?"Mita tidak menghiraukan ucapan teman-temannya, dia justru fokus kepada dua laki-laki muda itu sampai mereka masuk mobil dan melaju pergi."Aku jadi bingung pilih mana," ucap Mita saat tiba di rumah, dia menjatuhkan diri di tempat dan berbaring telungkup. "Kakak Bos

  • Istri yang Tak Dinafkahi    107

    Zayyan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah adik kembarnya. Mereka meneruskan obrolan, hingga keduanya memutuskan untuk pergi dari restoran Zayyan karena ingin kembali ke rumah.Saat jam kerja di resto berakhir, Zayyan menunggu kedatangan Sindy di mobil. Betapa herannya dia karena mendapati wajah istrinya tidak seperti biasa."Capek?" Tanya Zayyan basa-basi."Sudah biasa.""Tapi kamu tidak kelihatan semangat, capek ya?""Sudah biasa."Zayyan terdiam. Baru juga masa-masa pengantin baru, tapi kenapa aura asli sindy sudah terlihat secepat itu?"Mungkin kamu mau mampir ke suatu tempat dulu?" Tawar Zayyan seraya mengemudikan mobilnya. "Serius deh, kamu kelihatan capek."Sindy menarik napas panjang."Sudah biasa aku seperti ini."Zayyan mulai menyerah, lebih baik dia ajak ngobrol sindy ketika mereka sudah tiba di rumah nanti.Bisa gawat kalau tiba-tiba berantem di tengah perjalanan, batin Zayyan dalam hati.Setibanya di rumah, sindy langsung turun dan pergi ke kamar Sisil."Ma, biar a

  • Istri yang Tak Dinafkahi    106

    Satu minggu setelah acara ngunduh mantu, Sindy dan Zayyan kembali ke rutinitas mereka yang biasa. Sindy tidak merasa senang bisa kembali ke dapur resto, sementara Zayyan tetap di ruangannya semula."Ehem!""Aura pengantin baru memang adem, ya?""Sayangnya aku jomlo!""Resto merasa ada bunga-bunganya!"Sindy hanya meringis menanggapi candaan rekan-rekan kerjanya."Mau pada kerja, atau menggosip?" Dia pura-pura memberikan teguran."Ampun, Bu Bos!""Ayo kerja, kerja!"Tomi dan Meta menyingkir pergi ke depan, meninggalkan Sindy dan Roni yang memang bertugas sebagai juru masak di resto Zayyan.Aktivitas hari itu berlangsung normal, para pegawai di depan melayani pengunjung yang datang, sementara Sindy dan Roni sibuk memasak menu. Hingga pada akhirnya muncul pengunjung yang tidak terlalu diharapkan ...."Mita!" desis Nesi sambil menajamkan penglihatannya, buru-buru dia menelepon Zayyan melalui interkom yang ada di meja."Halo?""Pak, di depan ada mantan adik ipar Bu Sindy. Tetap dilayani a

  • Istri yang Tak Dinafkahi    105

    Ekspresi wajah Sindy langsung berubah tegang. "Kok cepat amat, Ma?" "Tidak apa-apa kalau memang rejeki kalian, kan?" "Tapi aku masih mau kerja di resto, Ma. Syukur-syukur nanti bisa berkembang pesat dan buka cabang, sekalian nunggu Sisil agak besar. Mama tidak keberatan kan?" Keke tersenyum. "Tidak, kamu benar. Sisil juga masih butuh perhatian dari kalian berdua, atur saja deh." "Terima kasih banyak, Ma. Semoga aku tidak pernah mengecewakan Mama sebagai menantu." Keke mengusap bahu Sindy seraya tersenyum. "Kita saling memahami saja, meski tidak semudah mama ngomong." Sindy mengangguk. "Ingatkan aku kalau ada salah, Ma." Keke balas berbisik. "Sisil biar tidur sama mama, kamu sama Zayyan fokus saja." Sindy merespons dengan semburat merah yang terlihat pada wajahnya. "Semoga kamu nyaman di kamar ini," bisik Zayyan saat Sindy sedang sibuk menata pakaian-pakaiannya di dalam lemari. "Kalau ada perabotan yang kamu butuhkan, tinggal bilang saja." "Beres, Pak Bos!" Zayyan mulai gem

  • Istri yang Tak Dinafkahi    104

    Nyawa belum terkumpul sepenuhnya, tapi dia tetap harus melakukan kewajibannya dengan status baru yang kini telah dia sandang."Sisil masih tidur, Bu?" tanya Sindy lirih ketika berpapasan dengan Rita di dapur."Masih, Sisil biar ibu yang urus. Kamu urus suami kamu, bikin dia nyaman selama menginap di sini."Sindy mengangguk dengan wajah mengantuk bercampur lelah. Usai mandi dan merapikan diri, Sindy menyeduh dua cangkir kopi untuknya dan Zayyan.Mereka berdua merasa masih canggung satu sama lain saat berada di satu ruangan seperti ini."Maaf kalau kamar ini agak sempit, tidak seluas kamar di rumah kamu, Mas ...""Memangnya kamu tahu kamar di sana seluas apa?"Sindy menggeleng, lalu meraih cangkir kopinya sendiri. "Cuma nebak saja sih.""Kapan-kapan aku kasih lihat kamar kita.""Jangan buru-buru ya, masih betah di rumah orang tua.""Bukan buru-buru, tapi disegerakan itu lebih baik."Zayyan ikut mengambil cangkir kopinya."Sisil diajak juga kan?" tanya Sindy ragu-ragu."Tentu saja, dia k

  • Istri yang Tak Dinafkahi    103

    Beberapa saat sebelum itu ....Mita terpaksa ikut keluarganya kembali ke rumah."Berhasil rencana kalian?" tanya ayah Ardi yang sedang menikmati secangkir kopi, terlihat begitu damai dan tenteram.Berbanding terbalik dengan anggota keluarganya yang tampak pias karena kegagalan mereka."Berhasil apanya, Yah?" gerutu Sani. "Dapat malu, iya.""Kok bisa?""Tahu tuh Kak Mita, teriak-teriak terus kayak orang gila sampai kita dilihatin banyak orang ..."Mendengar Sani terus menerus menyalahkannya, tentu saja Mita tidak terima."Kamu itu masih bau kencur, San! Kamu mana paham perasaan aku kayak gimana, apa kamu bisa bayangkan saat orang yang kamu sukai bersanding sama perempuan lain?"Sani melengos, dia justru bingung dengan pola pikir Mita. Usia masih begitu muda, tapi kenapa malah jatuh hati sama lelaki yang usianya jauh lebih dewasa di atasnya.Kayak nggak ada laki-laki lain saja, batin Sani."Terus apa saja yang kalian lakukan di sana tadi?" tanya ayah menengahi keributan itu, sementara A

  • Istri yang Tak Dinafkahi    102

    Sindy menantang Ardi lewat sorot matanya yang setajam pisau."Salah kamu sendiri karena nggak bisa jaga omongan di depan anak kecil," desis Sindy dalam bisikan rendah."Lebih nggak tahu malu mana dibandingkan kamu yang malah sayang-sayangan sama lelaki lain di depan Sisil?""Siapa yang sayang-sayangan?"Sindy hampir saja menggebrak meja saking emosinya, tapi Rita buru-buru menengahi."Ehem, sudah mau gelap ini, Di! Apa nggak sebaiknya kamu pulang dulu, dicariin ibu kamu nanti."Ardi mengembuskan napas panjang, seolah baru saja berlari dari tempat yang lumayan menguras energi."Nantinya aku akan sering-sering datang ke sini, Bu. Aku nggak mau Sisil melupakan aku sebagai ayah kandungnya ...""Biarkan saja Sisil lupa, orang kamu juga melupakan kewajiban kamu sebagai ayahnya kok." "Kewajiban apa?""Kasih nafkah buat Sisil!"Menyadari jika nada bicara keduanya semakin lama semakin keras, Rita cepat-cepat mengajak Sisil untuk masuk ke dalam rumah."Oh, itu ...""Itu apa?" tantang Sindy mur

  • Istri yang Tak Dinafkahi    101

    Sindy mengamati layar ponselnya yang sunyi, meski sebenarnya ada beberapa pesan yang masuk dari Ardi, Mita, dan juga Nesi.Namun, pihak yang ditunggu-tunggu malah tidak hadir ke permukaan dan itu cukup membuat hati Sindy gelisah tidak nyaman.Sejak pengakuan di dalam mobil, hingga disepakati niat baik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, bahkan ketika keluarganya selesai berembug mengenai acara resepsi pernikahan, Zayyan jarang sekali menghubunginya. Interaksi mereka di restoran pun terlampau sedikit, sehingga terkadang Sindy merasa ragu dengan kesungguhan Zayyan yang berniat ingin menikahinya.Memangnya apa sih yang aku harapkan, batin Sindy sambil menjatuhkan dirinya ke tempat tidur, lalu memeluk bantal guling dengan erat. Kami sama-sama janda dan duda, masa iya mau mesra-mesraan kayak anak remaja?Saat sedang galau-galaunya melanda, tiba-tiba Sindy mendengar dering singkat dari ponsel miliknya.Dengan ogah-ogahan, dia mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel itu. Dilir

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status