Dunia orang tua Ravael seolah menjadi berputar lebih lambat dan bahkan nyaris berhenti berputar. Kedua mata mereka langsung mengenali Melati. Alasan tersebut pula yang membuat keduanya refleks berdiri, meninggalkan kursi yang awalnya mereka duduki.Hati pak Bagyo maupun sang istri seketika teriris pedih. Terlebih, perubahan Melati justru dibarengi dengan mantan menantunya itu yang mau-mau saja digandeng mesra oleh Dimas. Iya, Dimas, sahabat Ravael—anak mereka. Padahal, baik ibu Irma maupun pak Bagyo pikir, Melati akan memperbaiki pernikahan dengan Ravael. Namun kini, wanita yang tengah mereka nantikan kabarnya itu justru menjadi bagian dari Dimas. Padahal, mereka berpikir bahwa wanita yang Dimas gandeng, merupakan wanita paling beruntung. Mereka sungguh baru memuji-muji, dan sampai memanjatkan doa terbaik.Kedua orang tua Ravael merasa sangat kecewa kepada Melati. Fitnah perselingkuhan yang sebelumnya sempat Ravael sampaikan kepada keduanya, seketika menjadi keyakinan di pikiran mere
“Aku benar-benar minta maaf, Mel! Selama ini aku enggak tahu wujud kamu—”“Bagaimana mungkin Mas bisa tahu, kalau melihatku saja, Mas jijik?” Melati berucap tegas. Ia melongok dari balik punggung calon suaminya hanya untuk menatap mantan suaminya. Di hadapannya dan masih memohon kepadanya, Ravael juga tetap berlutut. “Iya, ... aku tak memungkirinya. Bahwa aku sudah berulang kali menegaskan kepadamu, bahwa aku jijik kepadamu,” ucap Ravael.“Aku jijik kepadamu yang mau-mau saja dijodohkan denganku. Padahal selain kamu baru lulus SMA, kita sama sekali tidak saling mengenal. Kita bahkan belum pernah bertemu.”“Hingga karena itu juga, aku yakin, hanya wanita murahan, dan juga menjijikan yang mau-maunya dijodohkan dengan orang asing. Tentu karena kamu mau, ... kamu juga masuk ke dalam golongan yang aku maksud!”Ravael masih menatap saksama kedua mata mantan istrinya. Di balik punggung Dimas, Melati balas menatapnya.“Namun perlu kamu tahu, ... aku sudah langsung jatuh cinta kepadamu, sejak
Dimas terus saja dibanding-bandingkan dengan Ravael, mantan Melati dan bagi semuanya, jauh lebih good looking ketimbang Dimas. Setelah tetangga tak segan mengatakan, bahwa Melati yang masih muda sekaligus sangat cantik, bisa mendapatkan yang lebih dari Dimas. Pak Sulaiman juga terang-terangan meminta Dimas untuk segera menceraikan Melati, setelah keduanya resmi menikah. Hal tersebut harus Dimas lakukan agar Ravael bisa kembali menikahi Melati.Niat baik Dimas dan nyonya Filma, berikut bawaan keduanya yang sangat banyak, tak mampu menyentuh hati pak Sulaiman. Sebagai anak, Melati jadi malu sendiri.“Aku benar-benar minta maaf, Mas. Ma.” Melati bahkan terlalu bingung harus memulai dari mana.Melati berdiri di samping meja kayu berbentuk persegi panjang yang menghiasi ruang tamu. Di ruangan yang juga merangkap menjadi ruang keluarga tersebut, obrolan berlangsung. Bawaan dari Dimas dan jumlahnya banyak, memenuhi lantai keramik putih di sana.“Aku ... aku bahkan terlalu bingung harus mula
Melati dan Dimas akhirnya resmi menikah secara agama. Sementara untuk urusan pernikahan secara hukum, juga langsung diurus. Iya, Dimas tak hanya menikahi Melati secara agama, layaknya pernikahan yang sebelumnya Melati dapatkan dari Ravael.Beres ijab kabul, Dimas langsung meminta bantuan pak RT untuk mengurusnya. Karena pernikahan beda wilayah bahkan sekadar beda kecamatan, tetap harus diurus khususnya perihal domisili KK hasil pernikahan akan dibuat. Terlebih nantinya, baik Melati maupun pak Sulaiman akan diboyong ke Jakarta.Berbeda dari pernikahan lain, pernikahan Melati dan Dimas justru terus diwarnai gunjingan. Padahal, keduanya bukan pasangan selingkuh, atau pasangan yang terpaksa dinikahkan. Hanya karena usia Melati yang masih muda, tetapi sudah menikah dua kali padahal belum lama menjadi janda. Juga, kenyataan Dimas yang tak lebih tampan dari Ravael. Tetangga terus saja menggunjing sekaligus menertawakan keduanya.“Ya Allah ... jalan ke dapur, tahu-tahu tetangga yang masih di
Dimas tidak bisa untuk tidak terkejut. Di malam pertamanya dan Melati, ia mendapatkan fakta yang amat sangat mencengangkan. Ia jadi tak hentinya merinding. Selain, Dimas yang jadi sangat bingung. Otak Dimas mendadak tidak bisa bekerja. Bagaimana mungkin, Melati yang sebelumnya pernah menikah dengan Ravael, dan statusnya merupakan janda dari sahabatnya. Yang mana, pernikahan Melati dan Ravael berlangsung lebih dari tiga tahun, justru masih suci?Sungguh, Dimas menjadi orang pertama ‘yang melakukannya’ kepada Melati. Di bawahnya, Melati masih sesenggukan tanpa keluhan berarti. Tadi, saat awal-awal Dimas nyaris menerobos ‘kesucian' Melati, Melati memang sempat merintih kesakitan. Namun setelahnya, Melati buru-buru menggunakan kedua tangannya untuk membekap wajahnya erat. Selain isak tangis lirih Melati tak lagi terdengar, Dimas juga tak lagi bisa melihat wajah kesakitan Melati dan sempat Dimas pergoki berlinang air mata.“Jika kondisinya begini ... harusnya aku bahagia, tetapi aku just
“Coba Sayang dekati Ravael, bilangin dia jangan begitu. A—aku ... aku beneran bingung, Sayang!” ucap Dimas kepada Melati yang ia harapkan bisa memberi Ravael arahan.Bagi Dimas, sudah selayaknya dirinya yang diberi kemudahan dalam segala hal, merangkul sesama bahkan itu sahabatnya, untuk menjadi sosok yang lebih baik. Dimas percaya, hal semacam itu mampu membuat hidupnya jauh lebih berguna. Yang mana setiap hal yang ia lakukan, juga akan berdampak pada orang-orang di sekitarnya, tanpa terkecuali, orang-orang yang ia sayangi.“Dim, ... si Ravael cinta banget ke Melati. Mama bahkan yakin, alasan Ravael terpuruk begitu karena penyesalan yang amat sangat dalam, setelah dia menyia-nyiakan dan berakhir kehilangan Melati. Lah kok, ... kamu justru minta istrimu menemui Ravael? Berasa sengaja nyerahin istri ke kandang buaya. Ya ... ya pokoknya itu, lah. Kamu sudah menciptakan kesempatan buat Ravael mendekati Melati!” nyonya Filma berucap lirih dan merasa sangat geregetan kepada putranya. Bisa-
“Aku lupa nama buahnya—” Melati menatap putus asa wajah suaminya. Bibirnya mengerucut manja atas kesedihan yang tengah ia rasa. Kepada Dimas, Melati memang sangat bebas. Marah, manja, cemburu, bersedih, Melati tuangkan tanpa ada yang ditutup-tutupi. Di hadapannya, Dimas yang berlutut jadi tertawa pasrah.“Aduh Sayang, ... suamimu enggak bisa baca pikiran kamu. Buah apa, ya? Sayang pengin buah apa? Coba dikatakan ciri-cirinya, nanti aku usahakan. Mana tahu, setelah makan buah itu, si Adik lahir,” lembut Dimas masih menyikapi istrinya penuh senyuman.Dimas sama sekali tidak marah pada serangkaian drama mengidam dari Melati. Di pangkuan Melati, kedua tangan mereka masih saling genggam. Sementara tatapan Dimas kepada Melati, amat sengat perhatian. Tatapan sekaligus perlakuan yang amat sangat membuat Melati nyaman. Hingga bersama Dimas, Melati juga merasa sangat bebas dalam berekspresi.Kebersamaan Dimas dan Melati berlangsung di halaman rumah Dimas. Keduanya sedang berjemur, memanfaatkan
Sebelum dikonsumsi, semua buah gowok sudah langsung Dimas cuci bersih. Bagi Dimas yang belum mencicipinya, dari aroma buah berwarna ungu cenderung gelap tersebut, tak hanya terbilang wangi. Sebab rasa kecut juga terbilang kuat. Alasan tersebut pula yang membuat Dimas tak berani memakannya bahkan untuk sekadar sedikit mencicipi. Sebab hanya menghirup aroma sekaligus menyaksikan istrinya makan saja, ia sudah sibuk menelan air liurnya sendiri.“Sayang, ... wajahnya mundur dulu. Aku mau ngulek sambel,” lembut Dimas kepada Melati yang memeluknya manja dari samping kiri.Di sebelah wastafel, Dimas siap mengulek bumbu rujak. Tadi, semua porsi di cobek, merupakan hasil arahan dari Melati. Sementara itu, sampai detik ini Melati masih sibuk memakan buah gowok. Melati mengambilnya dari wadah di wastafel. Melati tetap bertahan mendekap suaminya. Setelah arahan dari suaminya beberapa saat lalu, ia sengaja membenamkan wajahnya di punggung suaminya. Agar tidak terkena bumbu rujak yang akan suaminya
Dering telepon masuk di ponselnya, dan itu dari Dimas, membuat Ravael buru-buru menjawabnya.“Iya, Dim ... gimana—”Mendengar Ravael sedang teleponan dengan Dimas, Amira tak segan mengambil foto Melati berikut bingkainya. Keduanya sengaja Amira taruh ke dalam tas yang menghiasi pundak kanannya. Wajah Amira tampak menahan kesal, sementara lirikannya teramat tajam.“Melati sudah pembukaan tiga? Oh oke ... iya, iya. Biar Chiki sama aju saja. Aku jemput Chiki sekarang. Enggak ... aku enggak sibuk, kok! Sekarang juga aku ke rumah kamu.” Sambil terus berbicara mmebalas Dimas, Ravael buru-buru mematikan laptopnya menggunakan tangan kiri yang tidak memegang ponsel.“Chiki sudah sama sus-nya,” ucap Dimas dari seberang terdengar agak panik.“Oke, Dim. Oke. Ini aku langsung ke rumah kamu!” balas Ravael.Padahal selama setengah hari, Amira saja hanya Ravael cueki dengan dalih, bahwa pria itu sedang sangat sibuk. Namun giliran yang berkaitan dengan Melati, Ravael langsung sanggup.“Jangan-jangan,
Sebelum dikonsumsi, semua buah gowok sudah langsung Dimas cuci bersih. Bagi Dimas yang belum mencicipinya, dari aroma buah berwarna ungu cenderung gelap tersebut, tak hanya terbilang wangi. Sebab rasa kecut juga terbilang kuat. Alasan tersebut pula yang membuat Dimas tak berani memakannya bahkan untuk sekadar sedikit mencicipi. Sebab hanya menghirup aroma sekaligus menyaksikan istrinya makan saja, ia sudah sibuk menelan air liurnya sendiri.“Sayang, ... wajahnya mundur dulu. Aku mau ngulek sambel,” lembut Dimas kepada Melati yang memeluknya manja dari samping kiri.Di sebelah wastafel, Dimas siap mengulek bumbu rujak. Tadi, semua porsi di cobek, merupakan hasil arahan dari Melati. Sementara itu, sampai detik ini Melati masih sibuk memakan buah gowok. Melati mengambilnya dari wadah di wastafel. Melati tetap bertahan mendekap suaminya. Setelah arahan dari suaminya beberapa saat lalu, ia sengaja membenamkan wajahnya di punggung suaminya. Agar tidak terkena bumbu rujak yang akan suaminya
“Aku lupa nama buahnya—” Melati menatap putus asa wajah suaminya. Bibirnya mengerucut manja atas kesedihan yang tengah ia rasa. Kepada Dimas, Melati memang sangat bebas. Marah, manja, cemburu, bersedih, Melati tuangkan tanpa ada yang ditutup-tutupi. Di hadapannya, Dimas yang berlutut jadi tertawa pasrah.“Aduh Sayang, ... suamimu enggak bisa baca pikiran kamu. Buah apa, ya? Sayang pengin buah apa? Coba dikatakan ciri-cirinya, nanti aku usahakan. Mana tahu, setelah makan buah itu, si Adik lahir,” lembut Dimas masih menyikapi istrinya penuh senyuman.Dimas sama sekali tidak marah pada serangkaian drama mengidam dari Melati. Di pangkuan Melati, kedua tangan mereka masih saling genggam. Sementara tatapan Dimas kepada Melati, amat sengat perhatian. Tatapan sekaligus perlakuan yang amat sangat membuat Melati nyaman. Hingga bersama Dimas, Melati juga merasa sangat bebas dalam berekspresi.Kebersamaan Dimas dan Melati berlangsung di halaman rumah Dimas. Keduanya sedang berjemur, memanfaatkan
“Coba Sayang dekati Ravael, bilangin dia jangan begitu. A—aku ... aku beneran bingung, Sayang!” ucap Dimas kepada Melati yang ia harapkan bisa memberi Ravael arahan.Bagi Dimas, sudah selayaknya dirinya yang diberi kemudahan dalam segala hal, merangkul sesama bahkan itu sahabatnya, untuk menjadi sosok yang lebih baik. Dimas percaya, hal semacam itu mampu membuat hidupnya jauh lebih berguna. Yang mana setiap hal yang ia lakukan, juga akan berdampak pada orang-orang di sekitarnya, tanpa terkecuali, orang-orang yang ia sayangi.“Dim, ... si Ravael cinta banget ke Melati. Mama bahkan yakin, alasan Ravael terpuruk begitu karena penyesalan yang amat sangat dalam, setelah dia menyia-nyiakan dan berakhir kehilangan Melati. Lah kok, ... kamu justru minta istrimu menemui Ravael? Berasa sengaja nyerahin istri ke kandang buaya. Ya ... ya pokoknya itu, lah. Kamu sudah menciptakan kesempatan buat Ravael mendekati Melati!” nyonya Filma berucap lirih dan merasa sangat geregetan kepada putranya. Bisa-
Dimas tidak bisa untuk tidak terkejut. Di malam pertamanya dan Melati, ia mendapatkan fakta yang amat sangat mencengangkan. Ia jadi tak hentinya merinding. Selain, Dimas yang jadi sangat bingung. Otak Dimas mendadak tidak bisa bekerja. Bagaimana mungkin, Melati yang sebelumnya pernah menikah dengan Ravael, dan statusnya merupakan janda dari sahabatnya. Yang mana, pernikahan Melati dan Ravael berlangsung lebih dari tiga tahun, justru masih suci?Sungguh, Dimas menjadi orang pertama ‘yang melakukannya’ kepada Melati. Di bawahnya, Melati masih sesenggukan tanpa keluhan berarti. Tadi, saat awal-awal Dimas nyaris menerobos ‘kesucian' Melati, Melati memang sempat merintih kesakitan. Namun setelahnya, Melati buru-buru menggunakan kedua tangannya untuk membekap wajahnya erat. Selain isak tangis lirih Melati tak lagi terdengar, Dimas juga tak lagi bisa melihat wajah kesakitan Melati dan sempat Dimas pergoki berlinang air mata.“Jika kondisinya begini ... harusnya aku bahagia, tetapi aku just
Melati dan Dimas akhirnya resmi menikah secara agama. Sementara untuk urusan pernikahan secara hukum, juga langsung diurus. Iya, Dimas tak hanya menikahi Melati secara agama, layaknya pernikahan yang sebelumnya Melati dapatkan dari Ravael.Beres ijab kabul, Dimas langsung meminta bantuan pak RT untuk mengurusnya. Karena pernikahan beda wilayah bahkan sekadar beda kecamatan, tetap harus diurus khususnya perihal domisili KK hasil pernikahan akan dibuat. Terlebih nantinya, baik Melati maupun pak Sulaiman akan diboyong ke Jakarta.Berbeda dari pernikahan lain, pernikahan Melati dan Dimas justru terus diwarnai gunjingan. Padahal, keduanya bukan pasangan selingkuh, atau pasangan yang terpaksa dinikahkan. Hanya karena usia Melati yang masih muda, tetapi sudah menikah dua kali padahal belum lama menjadi janda. Juga, kenyataan Dimas yang tak lebih tampan dari Ravael. Tetangga terus saja menggunjing sekaligus menertawakan keduanya.“Ya Allah ... jalan ke dapur, tahu-tahu tetangga yang masih di
Dimas terus saja dibanding-bandingkan dengan Ravael, mantan Melati dan bagi semuanya, jauh lebih good looking ketimbang Dimas. Setelah tetangga tak segan mengatakan, bahwa Melati yang masih muda sekaligus sangat cantik, bisa mendapatkan yang lebih dari Dimas. Pak Sulaiman juga terang-terangan meminta Dimas untuk segera menceraikan Melati, setelah keduanya resmi menikah. Hal tersebut harus Dimas lakukan agar Ravael bisa kembali menikahi Melati.Niat baik Dimas dan nyonya Filma, berikut bawaan keduanya yang sangat banyak, tak mampu menyentuh hati pak Sulaiman. Sebagai anak, Melati jadi malu sendiri.“Aku benar-benar minta maaf, Mas. Ma.” Melati bahkan terlalu bingung harus memulai dari mana.Melati berdiri di samping meja kayu berbentuk persegi panjang yang menghiasi ruang tamu. Di ruangan yang juga merangkap menjadi ruang keluarga tersebut, obrolan berlangsung. Bawaan dari Dimas dan jumlahnya banyak, memenuhi lantai keramik putih di sana.“Aku ... aku bahkan terlalu bingung harus mula
“Aku benar-benar minta maaf, Mel! Selama ini aku enggak tahu wujud kamu—”“Bagaimana mungkin Mas bisa tahu, kalau melihatku saja, Mas jijik?” Melati berucap tegas. Ia melongok dari balik punggung calon suaminya hanya untuk menatap mantan suaminya. Di hadapannya dan masih memohon kepadanya, Ravael juga tetap berlutut. “Iya, ... aku tak memungkirinya. Bahwa aku sudah berulang kali menegaskan kepadamu, bahwa aku jijik kepadamu,” ucap Ravael.“Aku jijik kepadamu yang mau-mau saja dijodohkan denganku. Padahal selain kamu baru lulus SMA, kita sama sekali tidak saling mengenal. Kita bahkan belum pernah bertemu.”“Hingga karena itu juga, aku yakin, hanya wanita murahan, dan juga menjijikan yang mau-maunya dijodohkan dengan orang asing. Tentu karena kamu mau, ... kamu juga masuk ke dalam golongan yang aku maksud!”Ravael masih menatap saksama kedua mata mantan istrinya. Di balik punggung Dimas, Melati balas menatapnya.“Namun perlu kamu tahu, ... aku sudah langsung jatuh cinta kepadamu, sejak
Dunia orang tua Ravael seolah menjadi berputar lebih lambat dan bahkan nyaris berhenti berputar. Kedua mata mereka langsung mengenali Melati. Alasan tersebut pula yang membuat keduanya refleks berdiri, meninggalkan kursi yang awalnya mereka duduki.Hati pak Bagyo maupun sang istri seketika teriris pedih. Terlebih, perubahan Melati justru dibarengi dengan mantan menantunya itu yang mau-mau saja digandeng mesra oleh Dimas. Iya, Dimas, sahabat Ravael—anak mereka. Padahal, baik ibu Irma maupun pak Bagyo pikir, Melati akan memperbaiki pernikahan dengan Ravael. Namun kini, wanita yang tengah mereka nantikan kabarnya itu justru menjadi bagian dari Dimas. Padahal, mereka berpikir bahwa wanita yang Dimas gandeng, merupakan wanita paling beruntung. Mereka sungguh baru memuji-muji, dan sampai memanjatkan doa terbaik.Kedua orang tua Ravael merasa sangat kecewa kepada Melati. Fitnah perselingkuhan yang sebelumnya sempat Ravael sampaikan kepada keduanya, seketika menjadi keyakinan di pikiran mere