Share

Jawaban Tak Terduga

Penulis: Komalasari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Aku akan menyuruh sopir mengantarkannya ke rumahmu. Aku sibuk,” jawab Laila ketus.

“Bukan seperti itu caranya. Tidak sopan sekali,” sahut Pramoedya enteng.

“Lalu?” 

“Sudah kukatakan tadi. Kamu yang harus mengantarkannya sendiri. Kutunggu sekarang juga,” tegas Pramoedya, seakan tak ingin menerima penolakan.

“Apa? Tidak bisa!” Laila tetap menolak tegas.

“Apa perlu kuceritakan pada Pak Adnan dan Pak Widura, tentang pertemuan pertama kita?” Pramoedya mulai melancarkan ancamannya.

“Astaga.” Laila menggeleng tak percaya. Dia mulai putus asa menghadapi sikap Pramoedya yang teramat menyebalkan. “Dengar ya, Pak Pramoedya Ekawira van Holst! Kalau kamu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Penolakan Tegas

    Laila membelalakan mata, mendengar jawaban tak terduga dari Pramoedya. Dia sama sekali tak pernah mengira, bahwa Pramoedya akan berpikir ke arah sana. Terlebih, pria itu mengambil keputusan tanpa mengatakan apa pun terlebih dulu padanya. “Apa? Melamar?” Pertanyaan bernada protes, Laila layangkan terhadap pria tampan dengan T-Shirt hitam lengan panjang di hadapannya. “Apa maksudnya dengan melamar?” Pramoedya tidak segera menjawab. Pria itu hanya menaikkan sebelah alisnya, seakan meremehkan tanda protes Laila. Pramoedya bahkan tersenyum kalem. dan tak terpengaruh oleh sikap tak bersahabat yang Laila tunjukkan. “Memangnya kenapa?” Bukannya memberi jawaban, dia justru balik bertanya. “Dasar gila!” maki Laila jengkel. Wanita cantik dengan maxi dress beludru warna biru tersebut membalikkan badan, hendak berlalu dari hadapan Pramoedya. Namun, tentu saja Pramoedya tak akan membiarkan hal itu. Dia langsung mencegah. Pramoedya meraih pinggang Laila, kemudian menariknya ke dalam dekapan.

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Adu Argumen

    Pramoedya berdiri sejenak, sambil memperhatikan Laila yang berlalu dari hadapannya. Sesaat kemudian, pria itu tersadar. Dia bergegas mengikuti langkah angun Laila, yang sudah menuruni undakan anak tangga.“Setidaknya, kamu pamitan dulu pada mamaku,” ujar Pramoedya, tanpa mengalihkan pandangan dari Laila yang berjalan terburu-buru. Dia tak memperhatikan langkahnya sama sekali. Pria itu seakan tak takut tersandung, atau bahkan jatuh tersungkur ke lantai bawah.“Laila!” panggil Pramoedya tidak terlalu nyaring, meski wanita cantik yang memakai maxi dress biru beludru tadi telah cukup jauh jaraknya. “Laila! Tunggu!” Pramoedya mempercepat langkah, agar dapat menyusul putri Reswara Hadyan tersebut.Namun, Laila tak menggubris panggilan dari Pramoedya. Wanita cantik bert

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Kenyataan Sebenarnya

    “Aku memang licik dan brengsek, tapi bukan seorang pembohong! Bukan begitu, Marinka?” Pramoedya tersenyum kalem. “Aku bahkan tidak pernah menyembunyikan, tentang kebiasaan yang suka menyewa banyak wanita. Kamu sendiri yang bersedia menerima segala keburukanku. Entah apa alasanmu di balik semua itu,” lanjut Pramoedya. Paras tampannya kembali terlihat serius. Kalimat sang mantan kekasih itu tak pelak membuat wajah cantik Marinka merah padam. Cemburu, marah, dan kesal. Semua bercampur menjadi satu, tapi tak dapat dia luapkan. Alhasil, Marinka harus berusaha keras menahan gemuruh dalam dada. Terlebih, apa yang Pramoedya katakan memang benar adanya. Dia sudah mengetahui kebiasaan buruk pria itu.Marinka terdiam sejenak, seperti tengah memperhitungkan setiap kata yang akan dilontarkan untuk membalas ucapan Pramoedya. Dia tak boleh gegabah, apalagi sampai terpancing. Marinka cukup mengenal tabiat licik yang mantan kekasihnya miliki. “Kamu dengar sendiri kan, Laila?” desis Marinka, seraya m

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Pria Pengganggu

    Laila yang awalnya hendak ke ruang kerja, mengubah tujuan. Dia berjalan hati-hati ke dekat ruangan yang tadi dimasuki oleh Mayang dan Marinka. Laia berdiri di depan pintu. Rasa hati ingin menguping seluruh pembicaraan mereka. Namun, dia tak terbiasa melakukan hal seperti itu.Sesaat kemudian, Laila berjalan sedikit menjauh. Dia mengeluarkan ponsel, lalu mengirim pesan kepada Dara.[Suruh Kartika ke dekat ruang baca]Tak sampai sepuluh menit, mantan ibu mertua Laila itu sudah berada di sana.“Aku punya tugas penting untuk Ibu,” ucap Laila, yang selalu menunjukkan sikap angkuh di depan Kartika.“Tugas apa?” tanya Kartika malas.Laila t

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Diculik Pria Tampan

    Laila berdiri terpaku, dengan tatapan lekat tertuju langsung ke mata hazel Pramoedya. Wanita cantik itu seakan tengah mencari pembenaran, dalam ucapan putra sulung Naheswari tersebut. Laila berusaha keras menemukan setitik kepercayaan pada diri pria tampan tadi. Namun, terasa begitu sulit baginya. Hanya keraguan lah yang justru datang menutupi mata hati Laila. “Apa maksudmu?” tanya wanita cantik berambut panjang itu. Pramoedya berjalan semakin mendekat ke hadapan Laila. Sehingga aroma parfume yang dipakainya, semakin jelas menguar dan menusuk langsung ke indera penciuman putri mendiang Reswara Hadyan tadi. “Sekali saja, lihat aku dari sisi berbeda,” ucap Pramoedya pelan dan dalam. “Apa yang ingin kamu tunjukkan padaku? Bukankah kebersamaanmu dengan seorang wanita, akan berakhir setelah transaksi selesai?” Laila belum mengalihkan perhatiannya, dari sosok tampan berpostur tegap tadi. “Kamu bahkan menolakku.” Dia masih belum bisa melupakan apa yang Pramoedya lakukan, di akhir pertemuan

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Calon menantu

    Pramoedya menghentikan laju mobil, di halaman luas kediaman mewahnya. Dia tak langsung turun, atau sekadar melepas sabuk pengaman yang melintang di dada. Pria tampan bermata hazel tadi terdiam beberapa saat, dengan tatapan tertuju lurus ke depan. Sementara, kedua tangan berada di atas kemudi. Begitu juga dengan Laila. Wanita cantik tersebut ikut diam, terlarut dalam pikiran yang terasa menarik serta menenggelamkannya begitu dalam. “Bagaimana?” tanya Pramoedya. Ternyata, pria itu menunggu jawaban dari Laila. “Apanya?” Laila balik bertanya. “Itu, yang tadi kukatakan,” sahut Pramoedya. Kali ini, dia melepas sabuk pengaman, kemudian setengah menghadap kepada Laila. “Aku bisa membantumu menghadapi Adnan dan istrinya. Seperti yang kamu ketahui, mereka merencanakan sesuatu yang jahat. Padahal, Adnan adalah adik kandung Pak Reswara. Menurutku, itu sangat keterlaluan.” “Kalian semua keterlaluan,” balas Laila tanpa menoleh kepada pria tampan, yang terus melayangkan tatapan penuh cinta terh

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Satin Scarf

    Pramoedya tersenyum puas, mendengar ucapan Naheswari. Pria tampan itu menjadi semakin percaya diri, karena mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya. Pengusaha muda berdarah Belanda tersebut tak peduli, meskipun Laila mendelik tajam sambil menginjak kakinya. Alhasil, sneakers putih yang Pramoedya kenakan terlihat sedikit kotor.“Baiklah. Kita harus segera berangkat ke bandara. Mama tidak mau jika sampai ketinggalan pesawat,” ucap Naheswari lagi seraya beranjak dari duduknya. “Mama akan menyuruh sopir untuk membawakan koper. Kamu juga ikut mengantar ke bandara, kan?” Ibunda Pramoedya tersebut mengarahkan perhatian kepada Laila.“Tentu, Ma,” sahut Pramoedya. “Laila akan ikut mengantar Mama.”“Ah, syukurlah.” Naheswari tersenyum lembut, kemud

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Dua Jari Keramat

    “Katakan sekali lagi, apa tujuanmu ingin menikah denganku?” Keraguan yang teramat besar tampak jelas dalam sorot mata Laila, yang ditujukan kepada Pramoedya. “Jika Om Adnan dan Tante Mayang saja bisa berkhianat serta memiliki siasat licik, bukan tidak mungkin bila kamu juga sama seperti mereka. Bukankah kamu ingin akses ke perusahaan tambang milik ayahku?”“Apakah seburuk itu citraku di matamu?” Kali ini, Pramoedya terlihat sangat serius. Raut wajahnya menyiratkan kesungguhan.Laila menggeleng pelan. Dia tampak gelisah. “Aku bingung. Aku tidak tahu siapa saja yang bisa dipercaya dan tidak saat ini. Kedua tanganku sudah menggenggam harta melimpah, yang tak akan habis meski kuhamburkan dalam jangka waktu bertahun-tahun. Semua aset peninggalan ayahku memiliki nilai triliunan. Bayangkan itu, Pram. Siapa yang tid

Bab terbaru

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Akhir Perjalanan Panjang

    Selagi Aries dan Dara saling mengungkapkan perasaan, Laila dan Pramoedya pun melakukan hal yang sama. Mereka memisahkan diri dari para kerabat, yang tengah bersuka ria dalam pesta itu. “Bagaimana perjalananmu tadi?” tanya Pramoedya lembut. Sesekali, dia menyingirkan anak rambut yang menutupi kening Laila. Sikap pria itu benar-benar manis sehingga membuat Laila tersanjung. “Tadinya, aku mau mandi dan beristirahat sebentar sebelum makan malam. Akan tetapi, tiba-tiba mama mengatakan bahwa Mas Pram mengalami kecelakaan.” Laila menatap sang suami penuh cinta. “Kamu sangat mengkhawatirkanku.” Pramoedya tersenyum kalem. Ada rasa bangga dalam hatinya, yang tak harus dia ungkapkan. Pria itu cukup memberikan bukti nyata, melalui perlakuan tak biasa kepada Laila. “Aku ingin menculikmu sebentar dari sini,” bisiknya.Laila tersipu malu. Dia tak memberikan jawaban. Namun, bahasa tubuh wanita cantik tersebut, menunjukkan bahwa dia setuju dengan keinginan Pramoedya.Tanpa banyak bicara, Pramoedya

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Kejutan Istimewa

    Beberapa hari setelah itu, Laila dan Aries berangkat ke Belanda. Setelah melewati perjalanan panjang melalui jalur udara, akhirnya mereka tiba di Kota Amsterdam. Kebetulan, Pramoedya sudah menyiapkan sopir yang menjemput keduanya. Dari bandara, Aries dan Laila langsung menuju kediaman Wilhelm van Holst. “Selamat datang kembali, Laila,” sambut Wilhelm hangat. “Senang sekali kamu bisa datang lagi kemari, Sayang.” Naheswari memeluk erat Laila. Dia begitu bahagia atas kehadiran sang menantu di rumahnya. “Di mana Lara dan Zehra?” tanya Laila, seraya mengedarkan pandangan. “Um … mereka … mereka sedang pergi dengan Pram. Ada sedikit urusan yang harus diselesaikan,” jelas Naheswari sedikit tak nyaman. Sesekali, dia melirik sang suami yang menatap penuh arti padanya. “Ya, sudah. Sebaiknya, kalian beristirahat dulu.” Wilhelm berdehem pelan, seakan memberi kode rahasia kepada sang istri. Naheswari tersenyum lembut. Dia memanggil pelayan, lalu menyuruhnya mengantar Aries ke kamar yang sudah

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Kepergian Pramoedya

    “Mas akan tetap berangkat ke Belanda?” tanya Laila, dengan sorot harap-harap cemas.“Ya. Semua sudah siap,” jawab Pramoedya pelan, seraya menarik selimut. Dia menutupi tubuh polosnya dan sang istri, yang baru selesai bercinta. Pramoedya memejamkan mata.Laila mengembuskan napas pelan bernada keluhan. Wanita itu seperti menahan rasa kecewa. Ekspresi tadi terpancar jelas dari raut wajahnya. Namun, Laila tak berani mengungkapkan apa yang dia pikirkan.“Kenapa? Bukankah ini yang kamu inginkan?” Pramoedya membuka mata. Dia menatap lekat Laila yang tampak memendam kesedihan.“Aku tidak ….” Laila seakan sengaja menggantungkan kalimatnya. Dia menatap Pramoedya dengan mata berkaca-kaca.“Apa?” Pramoedya menautkan alis, menunggu Laila menyelesaikan kata-katanya. Namun, sang istru justru membalikkan badan. Laila seperti menghindar dari perbincangan yang dirinya mulai.

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Diiringi Rintik Gerimis

    “Mas,” sapa Laila, yang tiba-tiba menjadi salah tingkah. Wanita cantik tersebut sadar betul seperti apa penampilannya, meski Pramoedya pernah melihat dia dalam kondisi lebih acak-acakan dari itu.“Lihatlah, Pram. Laila menyiapkan semua menu untuk makan malam kita kali ini,” ujar Naheswari, seraya tersenyum lebar. Ibu tiga anak itu tahu, bahwa menantunya merasa canggung berhadapan langsung dengan sang putra. “Jangan katakan, jika Mama memaksa Laila mengerjakan ini semua,” tukas Pramoedya kalem. Dia menghadapkan tubuh pada Naheswari. Namun, ekor mata pria tampan itu justru tertuju pada Laila, yang sibuk sendiri menanggulangi rasa kikuk. Seulas senyuman muncul di sudut bibir Pramoedya. “Adakalanya kita harus memaksa, Sayang,” ujar Nahwswari, sambil berjalan mendekat pada putra sulungnya. “Mandi dan segeralah berganti pakaian. Setelah itu, kita makan malam sama-sama.” Wanita paruh baya tersebut menepuk pelan pipi Pramoedya, lalu berbalik pada Laila. 

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Lusuh dan Berminyak

    Laila berdiri terpaku, menyaksikan kepergian Pramoedya dengan sedan hitam yang dikendarai sendiri. Pria itu serius akan kata-katanya, tentang perceraian dan rencana kepergian dia ke Belanda. Karena, sang pengusaha tampan berdarah campuran tadi berlalu tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. Putra sulung pasangan Naheswari dan Wilhelm tersebut, seakan sudah pasrah menerima kisah cintanya yang tak berjalan mulus. Sementara itu, Aries masih berdiri di teras sambil menyandarkan lengan kiri pada pilar penyangga. Tatapan mantan suami Laila tersebut kosong, menerawang menembus kegelapan malam. “Kupikir, kamu sudah pulang.” Laila melangkah ke teras, lalu berdiri di sebelah Aries. Namun, dia tetap memberi jarak dari sang mantan suami. “Pak Pram memintaku agar tetap di sini, sampai dia mengirimkan pengawal pribadi untuk menjagamu,” balas Aries, seraya menoleh sekilas pada Laila yang memandang ke depan. “Dia sangat mengkhawatirkanmu.” Laila tidak menyahut. Wanita cantik itu hanya menundukkan

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Keputusan Akhir Pramoedya

    “Mas,” panggil Laila lirih. Tak terkira betapa bahagia hatinya, saat melihat Pramoedya ada di sana. Dia dan Marinka yang sudah putus asa, kembali mendapat kekuatan. Terlebih, Pramoedya datang bersama Aries dan tiga pria berjaket kulit.“Hentikan, Pak Widura.” Nada bicara Pramoedya terdengar sangat tenang, tapi penuh wibawa. “Anda adalah orang yang cerdas. Anda pasti tahu seperti apa konsekuensi, bila tidak bisa bersikap kooperatif terhadap petugas.”“Petugas apa?” Widura menyeringai pada Pramoedya, yang tak memberikan jawaban.Pramoedya menoleh pada tiga pria berjaket kulit tadi. Dia mengarahkan tangannya ke arah Widura. “Silakan, Pak. Semua barang bukti sudah saya kantongi, dan akan segera diserahkan pada pihak yang berwajib,” ucap pengus

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Widura yang Sebenarnya

    “Pertanyaan macam apa itu, Bu Laila?” Widura terkekeh pelan.“Jawab saja, Pak,” desak Laila. Sekilas, dia melirik Marinka yang terlihat tegang.“Apa saja yang Non Marinka ceritakan pada Anda?” Widura tak lagi seramah biasanya. Rait wajah pria itu berubah menakutkan. “Banyak,” jawab Laila singkat. Tatapannya lekat, tertuju pada Widura. “Salah satunya adalah tentang obat-obatan, yang tersimpan di laci kamar ayah saya.”Setelah mendengar ucapan Laila, Widura jadi makin tak bersahabat. Tak ada lagi sosok lembut, bijak, dan pelndung yang selama ini menjadi ciri khas dirinya. Widura bagaikan seekor singa yang menemukan mangsa, dan bersiap untuk menerkamnya.Melihat bahasa tubuh Widura, Marinka mundur perlahan. Dia berbalik, kemudian berlari menuruni undakan anak tangga menuju halaman. Namun, belum sempat Marinka melarikan diri, Widura sigap mencegahnya. Pria paruh baya itu mencengkeram erat tangan Marinka, hingga sepupu Laila tersebut meringis kesakitan. “Lepaskan aku, Tua bangka!” umpat

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Wanita Keras Kepala dan Pencemburu

    Semua mata sontak tertuju pada Marinka. Celetukan wanita muda itu memang terdengar keterlaluan. “Kenapa? Apa ada yang salah?” Marinka yang telah menghabiskan setengah dari isi dalam piringnya, meneguk air putih tanpa menghiraukan tatapan aneh yang lain. “Aku hanya mengatakan sesuatu yang memang kerap terjadi di zaman sekarang. Persahabatan jadi cinta, atau cinta segitiga antar sahabat. Lebih parah lagi, jika ada dua pria yang bersahabat dekat mencintai satu wanita. Tak jadi masalah apabila si wanita tidak memilih salah satu.”Naheswari menautkan alis, setelah mendengar ucapan Marinka barusan. Ibunda Pramoedya tersebut memaksakan tersenyum, meski ada sesuatu yang tiba-tiba mengusik hatinya. “Tante rasa, teorimu tadi tidak berlaku untuk Reswara dan Widura. Buktinya, Widura mendukung hingga sekarang. Sampai Anita tiada, Widura tetap mendampingi Reswara sebagai sahabat sekaligus orang kepercayaan yang banyak membantu. Bahkan, saat Reswara terbaring sakit dalam waktu yang terbilang lama.”

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Kisah Empat Sahabat

    Laila terpaku beberapa saat, sebelum memutuskan untuk menjawab panggilan tadi. Setelah mendengar cerita Marinka tentang Widura, pandangannya terhadap pria paruh baya itu jadi berubah. Jujur saja, dia terpengaruh dan mulai ragu. Walaupun, dirinya belum mendapatkan bukti yang benar-benar valid tentang semua pernyataan Marinka tadi.“Siapa, Sayang?” tanya Pramoedya lembut. Meskipun saat ini hubungannya dengan Laila belum membaik seperti biasa, tapi tak mengubah sikap manis pria itu terhadap sang istri.“Pak Widura,” jawab Laila ragu.“Angkat saja. Katakan bahwa kamu sedang bersamaku sekarang.” Raut wajah Pramoedya seketika jadi serius.Laila tak membantah. Dia langsung menggeser ikon hijau, untuk menjawab panggilan

DMCA.com Protection Status