"Mama pulang dulu ya, Mutia. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan dalam hidupmu," ujar Diana sambil memegang tangan Mutia. "Terima kasih, Ma. Mama juga harus bahagia dan selalu jaga kesehatan mama," jawab Mutia. Setelah ketiga orang itu pergi menuju parkiran, Mutia menatap map di tangannya, dia membuka dan melihat akta cerai yang baru saja didapatnya. Senyumnya mengembang, dia menghembuskan napas berulang-ulang dengan kuat, menandakan kelengahan yang luar biasa yang dia rasakan. Wanita itu baru melangkah beberapa langkah, tetapi langkah kakinya berhenti mana kala melihat seseorang menyongsong ke arahnya. "Bagaimana sidangnya?" "Mas? kamu datang?" seru Mutia menyongsong lelaki itu dengan langkah cepat. "Iya, maaf aku terlambat, apa sidangnya sudah selesai?" "Sudah selesai. Ini, lihat ... aku sudah memiliki akta cerai sekarang," ujar Mutia sambil memamerkan berkas di dalam map. "Wah, syukurlah. Penantianku selama ini terbayar sudah," jawab lelaki itu dengan tatapan penu
Ketika Diana dan Siska terus berdebat, Mutia dan Diaz merayakan hari kebebasannya di sebuah restauran mewah di tengah kota. Diaz sengaja membawa Mutia ke tempat ini ketika makan siang, raut bahagia mewarnai kedua insan tersebut. "Kamu sudah bebas sekarang, kapan aku akan datang menemui keluargamu untuk melamar?" tanya Diaz. "Melamar pada keluargaku? Mas, keluargaku yang tersisa hanya nenekku, yang sekarang sedang sakit di rumah sakit, sementara paman dan anak istrinya selama ini tidak ada dia menganggap aku sebagai keluarganya," jawab Mutia dengan senyum yang masih bertengger di bibirnya. "Ya, sudah. Kalau begitu aku akan langsung melamar pada nenekmu. Dan sekarang ... aku akan melamarmu terlebih dahulu," jawab Diaz dengan senyum maskulin, membuat dada Mutia berdebar seketika "Maksud kamu, Mas?" tanya wanita itu mengernyit heran. Diaz tersenyum smirk, dia merogoh saku jas yang dikenakannya dan mengambil kotak kecil berwarna merah marun dari sana, dibuka kotak kecil terseb
Pagi itu, di kantor suasana terlihat heboh, setiap tempat para pegawai dan karyawan bergerombol tengah menggosipkan sesuatu, padahal hari sudah jam setengah delapan pagi, tetapi banyak karyawan yang belum duduk di kursi kerjanya masing-masing. Karlina yang hari itu datang lebih pagi, hanya mengernyit heran, bagaimana tidak? tidak biasanya karyawan akan berbincang dengan heboh antara satu dengan yang lainnya, wanita itu iseng-iseng mendekati salah satu gerombolan yang berada di dekat tempat resepsionis. "Apa kataku, kalau Mutiara itu sebenarnya adalah kekasih pak Diaz, dia hanya iseng-iseng saja kerja di sini dulu," ujar salah satu karyawan wanita "Iya, mana kerjanya jadi asisten pribadi bos pula, mereka sudah punya hubungan dari lama sepertinya." "Kalian pernah gak sih melihat tatapan pak Diaz pada Mutiara? kayak dalaaaam gitu, aku aja yang memperhatikan mereka sampai meleleh." "Iya, aku tuh sampai heboh sendiri melihat video viral tadi malam." "Beneran viral, loh. Baru tay
"Diaz!" "Astaga, Kak. Bisa nggak sih, masuk ruangan orang itu ketuk pintu dulu, salam dulu," tegur Diaz yang sempat terkejut dengan kedatangan kakaknya yang tiba-tiba. "Alah, kamu tuh kayak sama siapa saja! Eh, iya ... kamu kan sekarang sudah punya pacar, ya ... jadi aku harus sopan masuk ruangan kamu, enggak tahulah kamu di ruangan lagi ngapain, bisa jadi kan kami bawa pacar kamu ke sini, maaf deh kalau gitu ...." "Kakak ini, ngomong apaan sih? suka ngadi-ngadi kalau ngomong." "Jadi kamu itu cuma ngadi-ngadi pacaran sama Mutiara, heh?" "Apaan sih, kak? kelakuan kakak ini yang ngadi-ngadi. Kalau hubunganku dengan Mutia ya nggak lah." "Hm, sepertinya video kamu melamar mutiara itu viral sekarang, ya? dalam waktu tiga jam video itu diunggah, sudah ada jutaan like. Sepertinya yang punya akun ini bakalan panen raya sekarang." "Apa? benarkah?" Diaz langsung mengambil ponsel dan melihat akun media sosial miliknya, di sana ada sebuah akun yang men-tag namanya. ketika notifik
Meja rias itu tampak berantakan, sebagian benda-benda yang biasanya tersusun rapi di atasnya kini sudah berhamburan di setiap sudut ruangan. Teriakan yang kuat itu membuat seisi rumah kuatir dengan apa yang terjadi, sehingga mereka berbondong-bondong mendatangi si pemilik kamar, namun alangkah terkejutnya mereka mana kala mendapati kamar tersebut sudah berantakan tidak karuan."Tania! apa yang terjadi?!""Papa! aku tidak terima, Pa! aku yang bertemu dengannya lebih dulu, aku sudah mencintai dia sejak semasa anak-anak, tetapi dia melamar orang lain. Aku tidak terima ini!" ujar gadis itu dengan mata nyalang."Kamu membicarakan Diaz? apa yang dia lakukan?" tanya seorang wanita paruh baya "Mama lihat ini!" teriak gadis itu sambil menyerahkan ponsel ditangannya. Bagaimana Tania tidak berang, ketika pagi-pagi sebelum berangkat kerja dia mendapat telepon dari temannya, teman itu mengabarkan bahwa dia melihat sebuah video di Instagram jika Diaz Alfarez yang Tania akui sebagai kekasihnya me
"Apa ini, Tania?" "Lihat saja, Om." Hadi Kusuma mengambil ponsel Tania dan melihat video yang sedang tayang di sana, setalah melihat Diaz ada di video tersebut lelaki itu membulatkan matanya, seolah-olah tidak percaya jika wajah anaknya yang selama ini fotonya saja tidak di-posting di sosmed, ini malah videonya malah seperti adegan drama korea. "Diaz? Diaz tengah melamar gadis itu?" gumam lelaki itu dengan mata yang masih terbelalak. "Bukan gadis, Om. tetapi istri orang," jawab Tania dengan wajah tak ramah. "Benar-benar gila anak ini!" "Lihat komen dibawahnya, Om. ini sangat miris," Tania langsung memperlihatkan komentar di bawahnya. Di sana ada komentar dari Evita dengan nama akun yang sudah disamarkan, setelah ada komentar dari Evita tersebut, yang tadinya netizen berkomentar baik dan mendoakan sepasang kekasih itu, situasi jadi berbalik, banyak yang mengutuk pasangan Diaz dan Mutia ini. 'Aduh, benar-benar bodoh lelaki ini. Padahal dia ganteng, direktur perusahaan be
Hadi Kusuma termenung di ruang kerja, lelaki itu memikirkan kabar yang baru saja di sampaikan Tania. rasanya kepala lelaki tua itu akan pecah memikirkan anak lelaki satu-satunya ini. Harusnya Diaz memberikan kebanggaan padanya, ini malah memalukan. Hadi menghela napas berat, dia menyadari jika menasehati orang yang sedang jatuh cinta itu percuma tidak akan didengar. Dan sepertinya di sini Diaz lah yang tengah tergila-gila dengan perempuan itu, mungkin saja perempuan itu memakai guna-guna dalam menjerat putranya, jadi ... yang harus disemprot itu bukan putranya, tetapi perempuan itu. Siang itu Mutia menemani atasannya menemui direktur supermarket dibawah naungan Adiguna grup, dimana Rio Dewanto menjadi direkturnya. Dulu dia ke sini untuk membicarakan kontrak Sanjaya sejahtera, tetapi sekarang dia membicarakan kontrak dengan pabrik roti di mana dia bekerja sekarang. Sultan berjalan sampai ke tingkat paling atas, diikuti oleh Mutia, ketika sudah sampai ruangan Rio, lelaki itu me
Karlina menoleh ke arah orang di sebelah Mutia, dia dari tadi hanya fokus ke Mutia saja, sehingga tidak memperhatikan siapa orang yang disebelahnya, ketika tatapan mereka bertemu, Karlina menjadi terkejut setengah mati. "Sultan?!" Sultan sama sekali tidak menyahut panggilan Karlina yang tampaknya sangat terkejut, lelaki itu hanya tersenyum masam ke arahnya. Sultan tentu saja sudah terkejut lebih dulu mana kala Karlina datang dan langsung memeluk Mutia, apalagi mendengar jika adiknya Karlina, Diaz sudah melamar Mutia. Beberapa detik tidak ada yang membuka suara diantara mereka, hingga Karlina yang gugup itu berusaha menenangkan diri dengan menghembuskan napas berat. "Kak Karlina kenal sama Pak sultan?" tanya Mutia yang heran melihat interaksi kedua orang itu. "Mutia, kembali lah dulu ke kantor!" perintah Sultan dengan begitu jelas. "Oh, oke. Kak Karlina, aku kembali ke kantor dulu, ya. Sampai jumpa lagi, Kak," pamit Mutia. Karlina hanya mengangguk, sikapnya yang heboh tad