Andre hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini, d ia mendapati Siska terduduk lemas di lantai dengan darah mengalir di kakinya. “Siska!” serunya panik, berlutut di samping istrinya. Wajah Siska pucat, matanya terpejam dengan tubuh gemetar. Tanpa berpikir panjang, Andre menggendongnya dan melesat menuju mobil. Di sepanjang perjalanan ke rumah sakit, tangannya gemetar di setir, sementara pikirannya dipenuhi rasa bersalah.“Aku seharusnya tidak berkata kasar padanya... kenapa aku seperti ini?” gumamnya sambil sesekali melirik Siska yang tak sadarkan diri.Begitu sampai di rumah sakit, para perawat segera membawa Siska ke ruang periksa. Andre hanya bisa berdiri di luar, mondar-mandir seperti orang gila. Wajahnya basah oleh keringat meski udara dingin menusuk kulit. Laki-laki itu mengingat betapa dia sering membentak Siska beberapa hari terakhir ini karena masalah kecil. Dirinya tahu Siska lebih sensitif selama kehamilannya, tetapi amarahnya selalu lebih dulu mengambil alih
Seminggu setelah keluar dari rumah sakit, Siska mulai menjalankan rencana liciknya. Sambil beristirahat di rumah, wanita yang tengah hamil itu menghubungi beberapa rekan kerja yang dikenalnya cukup baik, termasuk Rina, untuk menyebarkan rumor yang lebih menyakitkan. Kali ini, dirinya tidak lagi berbicara tentang pekerjaan Akira, melainkan kehidupan pribadinya."Rina, kamu tahu tidak?" Siska memulai pembicaraan dengan nada lemah, seolah mencari simpati."Aku tidak ingin ngomongin ini sebenarnya, tapi... kamu tahu kenapa Andre akhirnya menikah denganku 'kan?"Rina yang sedang mendengarkan di ujung telepon terdengar bingung."Kenapa, Sis?"Siska menarik napas dalam-dalam, seperti menahan kesedihan palsu."Karena Akira tidak bisa memberikan keturunan. Aku nggak tahu harus ngomong ini ke siapa, tapi aku merasa kasihan sama Andre waktu itu. Dia butuh keluarga, dan... ya, aku ada untuk dia."Rina seakan terkejut dengan penuturan Siska, "Apa? Akira tidak bisa punya anak? Serius?"Siska pura-p
"Aku? Mas, aku tidak pernah bilang begitu. Aku hanya cerita apa yang pernah kamu katakan tentang Akira. Kalau aku tahu itu bakal jadi gosip, aku tidak akan cerita apa-apa." Siska berpura-pura kesal padahal dalam hati dia begitu senang karena gosip itu cepat menyebar, membuat Akira menjadi bahan omongan karyawan lain. Andre menghela napas berat dengan ulah istri keduanya tersebut. "Aku tidak pernah bilang Akira mandul, Siska. Aku meninggalkan dia karena hubungan kami tidak berhasil, bukan karena alasan seperti itu. Kenapa kamu membuat rumor yang tidak benar?" Air mata palsu mengalir di wajah Siska, mencoba untuk mencari perhatian suaminya. "Aku tidak bermaksud apa-apa, Mas. Aku cuma... aku merasa tertekan. Semua orang selalu membandingkan aku dengan Akira. Mereka bilang aku tidak pantas bersamamu. Aku hanya ingin mereka tahu kalau aku juga punya alasan untuk ada di sini." Andre meraih bahunya, mencoba menenangkan istrinya karena dia juga merasa bersalah sudah membuat istriny
"Dia mengira kalau aku takut dengan gertakan kosong Akira, tidak sama sekali, dia hanya karyawan biasa seperti aku 'kan?""Jangan melihat seseorang dari sampulnya, besok kita lihat saja, kamu akan menyesal atau masih terlalu sombong pada Akira.""Maksud kamu apa, Mas!"Andre tidak menjawab, dia meninggalkan Siska yang kesal dengan sikap suaminya.Akira yang berjalan meninggalkan kediaman mantan suaminya tersebut segera mengendarai roda empat menuju sebuah taman kota yang lumayan lenggang malam itu, wanita muda itu menghembuskan napas lelah mengingat bagaimana Siska memperlakukan dirinya. Angannya melayang di saat dia masih kuliah.Siska adalah gadis yang ceria dan selalu berhasil membuat suasana menjadi hidup. Akira, yang saat itu pendiam dan cenderung fokus pada akademik, menemukan kenyamanan dalam persahabatan dengan Siska. Mereka berdua selalu bersama, menghabiskan waktu di perpustakaan, belajar bersama, bahkan berbagi mimpi tentang masa depan.Namun, di balik tawa itu, ada perbeda
Siska yang masih tidak percaya dengan ucapan Noah, membalas ucapan Noah dengan sombong, "Kamu jangan ikut campur masalahku dengan Akira, dia....""Cukup, Siska, ini ruang rapat bukan rumah," potong Andre yang geram kepada istrinya."Tapi.....""Bu Siska, jika Anda tidak suka dengan rapat hari ini dan keputusan Direktur Utama silakan untuk angkat kaki dari ruangan ini," ujar Noah dengan nada tegas.Wanita muda yang sedang hamil itu membereskan dokumen yang ada di atas meja dan keluar dari ruang rapat.Akira memimpin rapat tersebut dengan lancar, tepuk tangan dan rasa hormat mulai memenuhi ruangan tersebut, "Maaf untuk beberapa menit hal yang tidak mengenakkan tadi, saya hanya meluruskan apa yang terjadi," ucap wanita muda yang sangat anggun itu kepada karyawannya."Tidak apa, Bu Akira kami semua juga meminta maaf karena termakan rumor yang belum tentu benar," sahut salah satu karyawan yang meminta maaf secara tulus."Iya, rapat kali ini ditutup, sampai jumpa dengan rapat berikutnya."S
Di salah satu sudut restoran mewah di tengah kota, Akira duduk dengan tenang, di depannya ada Noah, seorang pria muda yang elegan, menikmati percakapan ringan bersamanya. Namun, suasana yang tadinya damai berubah tegang ketika Sarah dan Siska, mantan mertua dan mantan sahabat Akira, tiba-tiba muncul.Sarah, dengan wajah penuh sinis, berjalan mendekat, diikuti oleh Siska yang tersenyum tipis namun penuh ejekan. Mereka tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyindir Akira di depan para tamu restoran yang mulai memperhatikan."Wah, Akira! Lama tak jumpa," ujar Sarah dengan nada sarkastik."Jadi, ini pekerjaan baru kamu setelah meninggalkan Andre? Untuk kencan dengan berondong?"Siska menimpali dengan tawa kecil."Astaga, Mom. Akira memang pintar mencari keuntungan. Mungkin Noah ini target berikutnya untuk dimanfaatkan."Akira tetap duduk tenang, menatap mereka dengan pandangan dingin. Namun, Noah yang tak bisa menahan emosinya, langsung berdiri, "Cukup! Bagaimana kalian bisa berkata sepert
Malam itu, langkah Akira terasa berat, meskipun kakinya terus bergerak cepat di trotoar kota. Udara dingin menusuk kulit, seolah bersekongkol dengan perasaan hampa di hatinya. Kata-kata tajam mantan mertuanya masih terngiang di telinganya, menghantui pikirannya."Kamu hanya parasit untuk keluarga kami, Akira, kamu tidak bisa memiliki keturunan untuk keluarga kami."Wanita muda itu mengepalkan tangannya, berusaha menahan tangis yang mendesak keluar. Keramaian kota yang biasa menenangkan kini terasa begitu asing, seolah semuanya menjadi latar yang samar dan memudar. Setelah berjalan tanpa arah, matanya tertuju pada sebuah kafe kecil di sudut jalan. Lampu kuningnya yang redup dan suasana sepinya menarik Akira untuk masuk.Di dalam, dia memesan teh hangat dan duduk di pojok ruangan. Tangannya gemetar saat membuka jurnal kecilnya. Akira menuliskan perasaannya, meluapkan semua rasa sakit yang selama ini ia pendam. Tulisan itu tidak rapi, penuh coretan dan tinta yang sedikit pudar karena air
"Saya mau ketemu Anda, Bu Akira. Kita perlu bicara," jawab Noah tanpa basa-basi. Akira ingin menolak, tapi ada sesuatu dalam nada suara Noah yang membuatnya tak bisa berkata tidak. Mereka bertemu di sebuah taman. Noah sudah menunggu di salah satu bangku, dengan ekspresi serius di wajahnya. "Apa yang mau kamu bicarakan?" Akira langsung bertanya saat duduk di hadapannya. "Saya cuma mau memastikan Anda tidak menyerah lagi," sahut pemuda tampan itu tenang. Akira menghela napas, "Noah, aku tidak butuh kamu terus-terusan muncul dan mengatur hidupku." "Saya tidak mengatur hidup, Bu Akira. Saya cuma tidak mau Anda terus terjebak di masa lalu." "Kamu tidak mengerti, Noah!" Akira tiba-tiba berseru, suaranya pecah, "Kamu tidak pernah ada di posisi aku! Kamu tidak tahu rasanya dihina, diremehkan, dianggap tidak berharga!" Noah terdiam, tapi tatapannya tetap lembut, "Bu Akira benar. Saya tidak tahu rasanya. Tapi saya tahu satu hal, Bu Akira. Anda tidak akan pernah bisa maju kalau t
Pagi itu, langit Jakarta mendung. Kabut tipis menyelimuti gedung-gedung pencakar langit, termasuk markas Phoenix of Gold, perusahaan yang tengah menjadi sorotan di jagat bisnis global. Noah berdiri di depan jendela besar ruang CEO, mengenakan setelan hitam yang tegas. Wajahnya serius, matanya tajam menatap awan abu-abu yang bergulung. Rapatan alisnya tak semata karena ancaman terhadap bisnis, tapi juga karena keluarganya kini ikut menjadi sasaran. Akira, istrinya, belum tidur semalaman, menyusun rencana darurat. Dan anak-anak mereka—Arka dan Eiden—tak tahu apa-apa. Mereka terlalu kecil untuk mengerti betapa dunia orang dewasa bisa sekejam ini. Pintu ruangannya diketuk. “Masuk,” kata Noah. Revan masuk dengan raut tegang. “Kita dapat pesan lagi dari kelompok tak dikenal. Mereka mengaku sebagai ‘Sons of Black Shadow’.” Noah mendengus. “Bayangan masa lalu yang ingin bangkit. Siapa pemimpinnya?” “Masih belum diketahui pasti. Tapi dari pola komunikasi dan sandi-sandi yang mereka pakai
Matahari sore mulai tenggelam, memancarkan warna oranye keemasan di balik jendela besar ruang keluarga rumah keluarga Mahendra. Di tengah suasana yang hangat, Akira duduk di sofa sambil menyuapi Eiden—bayi lucu berusia tujuh bulan yang menjadi pusat perhatian keluarga akhir-akhir ini.Namun dari sudut ruangan, Arka—anak pertama Noah dan Akira—memperhatikan semua itu dengan tatapan tidak biasa. Bocah berusia lima tahun itu menggenggam boneka beruang kesayangannya erat-erat, matanya tak lepas dari ibunya yang tampak sangat fokus pada Eiden."Noah, lihat deh. Eiden sekarang sudah mulai bisa duduk sendiri," ujar Akira dengan suara riang.Noah yang baru pulang dari kantor, ikut mendekat. Ia mencium kening Akira dan mengelus kepala Eiden."Anak jagoan Ayah," katanya sambil tersenyum, tak menyadari sorot mata Arka yang mulai meredup.Tak ada yang menyadari bahwa sejak kelahiran Eiden, hati kecil Arka merasa terusik. Ia yang dulu menjadi pusat perhatian kini merasa terpinggirkan. Tak ada yang
Pagi itu, suasana rumah keluarga Mahendra tampak hangat seperti biasa. Aroma roti panggang dan kopi memenuhi dapur besar bernuansa kayu hangat. Akira tengah menyuapi Eiden, bayi mungil mereka yang baru berusia satu tahun. Sementara Noah duduk di seberang meja, membuka laporan keuangan dari Phoenix of Gold—perusahaan baru mereka yang tengah jadi perbincangan media nasional dan internasional.Namun, di sudut tangga, Arka berdiri memeluk boneka dinosaurus favoritnya. Bocah berusia lima tahun itu menatap ke arah ibunya dan adiknya dengan ekspresi campur aduk—mata bulatnya menyiratkan rasa kehilangan yang tidak bisa ia pahami sendiri.Ia berjalan pelan menuju meja makan, tanpa sepatah kata pun.“Selamat pagi, Kakak Arka,” sapa Akira hangat. “Mau roti sama telur hari ini?”Arka tidak menjawab. Ia menarik kursinya dengan sedikit kasar lalu duduk dan menunduk. Noah menurunkan kertas di tangannya dan memperhatikan anak laki-lakinya itu.“Arka, kamu kenapa?” tanya Noah lembut.Arka menggeleng p
Hujan deras mengguyur langit Hong Kong malam itu. Di sebuah ruang bawah tanah tak berlampu, layar holografik biru menyala. Seorang pria dengan wajah disamarkan duduk dikelilingi data dan foto-foto, Akira, Noah, dan logo Phoenix of Gold.“Waktu kalian telah tiba…” gumamnya dalam bahasa Rusia, lalu menekan tombol bertuliskan ‘Activate Protocol Leviathan’.Noah baru saja kembali dari Tokyo bersama Akira. Kandungan Akira memasuki bulan ketiga, dan dokter mengatakan kondisi mereka sangat baik. Noah semakin protektif, bahkan meminta Revan menambah lapisan pengamanan digital dan fisik untuk seluruh properti dan data Phoenix.Namun satu hal membuatnya gelisah—email yang muncul tiba-tiba itu. Pengirimnya anonim, tak bisa dilacak, tapi punya akses masuk ke dalam sistem private yang hanya bisa disentuh oleh AI level tinggi seperti SIBYL.“Siapa Leviathan?” tanya Akira saat mereka duduk di rooftop, menikmati malam dengan teh chamomile hangat.Noah memandangi langit, lalu menjawab lirih, “Bayangan
Pagi itu, seluruh dunia gempar. “Phoenix of Gold Mengalahkan Dragon dan Monster dalam Valuasi Mingguan!” “Akira Mahendra, Dari Gadis Biasa Menjadi Wanita Paling Berpengaruh di Asia!” “Noah, Sang CEO Bayangan yang Menantang Tata Dunia Bisnis Global.” Hanya dalam waktu singkat, perusahaan yang dulu bernama Mahendra Corp itu melonjak drastis ke puncak perhatian dunia. Dan nama Akira—dengan segala pengorbanan, kejernihan visi, dan karismanya—mulai menghiasi majalah TIME, Forbes, bahkan Vogue. Media sosial tak kalah heboh. Tagar #PhoenixQueen, #NoahTheShadowCEO, dan #RebornFromAshes menjadi viral di berbagai platform. Netizen menganggap mereka power couple abad ini. “Citra kita terlalu tinggi untuk ukuran keamanan,” kata Revan sambil menunjukkan grafik pertumbuhan engagement online. “Saat orang mulai menaruh ekspektasi berlebihan, satu kesalahan kecil bisa jadi kehancuran besar.” Akira mengangguk. Ia tak terlalu suka tampil, tapi sebagai Ketua Dewan Asia dan wajah publik Phoenix of
Sudah tiga bulan berlalu sejak Akira dan Noah menumpas jaringan terakhir Black Shadow. Dunia mulai melupakan ketakutan lama, dan media kini menyebut Akira sebagai “Perisai Cahaya Asia”, sementara Noah tetap menjadi CEO misterius yang menolak tampil ke publik. Sebuah konferensi pers besar digelar di gedung tertinggi Jakarta, di mana Hydra Star Corp telah lama berkuasa. Para jurnalis dari seluruh dunia berkumpul, penasaran dengan undangan yang hanya berjudul,“Rebirth.”Lalu muncullah Akira di atas panggung megah, didampingi oleh Revan dan beberapa direksi muda berbakat.“Perusahaan yang sudah lama menjadi simbol kekuatan ekonomi di Asia,” kata Akira dengan lantang. “Tapi dunia berubah. Maka, hari ini, kami mempersembahkan kelahiran baru dari perusahaan ini…”Layar raksasa menyala, menampilkan logo baru: seekor burung Phoenix berwarna emas, sayapnya membentang mengelilingi bola dunia.PHOENIX OF GOLD Rise with Integrity, Reign with PurposeAkira tersenyum, lalu melangkah ke belakang ket
Langit Tokyo sore itu diliputi awan kelabu. Di tengah keramaian kota, satu mobil hitam berhenti di depan sebuah rumah tradisional Jepang yang tampak sudah lama tak berpenghuni. Dari dalam mobil, Akira turun dengan langkah pelan, diikuti Noah dan dua pengawal yang berjaga ketat.“Ini rumah tempat aku lahir,” bisik Akira, menyentuh pagar kayu yang sudah lapuk.Noah mengangguk pelan. “Kita di sini bukan hanya untuk melihat masa lalu. Tapi untuk menghancurkan akar dari semua ini.”Informasi dari Revan mengarah ke sebuah nama yang selama ini disembunyikan dalam catatan keluarga Nakamura, Kaede Nakamura — adik dari kakek Akira yang dikabarkan masih hidup dan menjadi salah satu pendiri awal Black Shadow, sebelum memilih menghilang.Dan semua jejak itu mengarah ke Tokyo.Setelah berhasil membuka kunci ruang bawah tanah rumah itu, Akira dan Noah menuruni tangga kayu menuju lorong gelap yang dipenuhi debu. Di ujung lorong, mereka menemukan sebuah ruangan tersembunyi dengan lukisan tua, surat ka
Tiga hari setelah insiden di galeri seni, markas pusat Hydra Star Corp di Jakarta menjadi benteng yang nyaris tak bisa ditembus. Semua akses masuk dijaga ketat, dan intelijen siber Revan terus menyaring lalu lintas data dari seluruh dunia. Namun, meski keamanan telah diperketat, rasa tidak tenang masih menyelimuti Noah.Ia berdiri di depan jendela kaca besar lantai 30, menatap langit yang kelabu."Rio tidak akan menyerang lagi dengan cara frontal," gumamnya. "Dia akan menyusup... masuk lewat celah yang kita anggap aman."Akira mendekat, menyentuh lengan Noah. "Kita sudah siaga. Kita tidak akan kalah."Noah menatap istrinya dalam-dalam. “Kecuali… jika pengkhianat itu ada di dalam.”Akira terdiam.Beberapa jam kemudian, Revan memanggil Noah dan Akira ke ruang kendali utama.“Ada sesuatu yang tidak masuk akal. Tiga hari lalu kita berhasil menembus sebagian data enkripsi Black Shadow, dan menemukan lokasi persembunyian mereka di Sumatera Barat. Tapi begitu kita kirim pasukan ke sana… mark
Dua minggu setelah pemecatan Vicky, suasana di Hydra Star Corp perlahan kembali normal. Noah dan Akira kembali bekerja berdampingan, berusaha memperbaiki sistem internal yang sempat diganggu oleh transaksi gelap. Namun, ketenangan itu hanyalah badai yang menunggu waktu untuk meledak.Malam itu, Noah sedang berada di ruang kerjanya, menatap layar komputer penuh grafik keuangan. Akira yang baru saja menyelesaikan laporan bulanan, masuk dengan membawa dua cangkir teh hangat.“Aku tahu kamu belum makan malam,” katanya lembut sambil menyerahkan secangkir.Noah tersenyum dan menarik istrinya duduk di pangkuannya. “Kamu selalu tahu apa yang kubutuhkan, sayang.”Namun, momen itu buyar ketika ponsel Noah berdering. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal."Kami kembali. Black Shadow tidak pernah mati. Dan Akira adalah kunci dari semuanya."Wajah Noah langsung berubah tegang. Ia bangkit dan segera membuka sistem keamanan rumah, lalu menghubungi divisi intel Mahendra Corp. “Perkuat perimeter.