"Well...... Bagaimana kabarmu sepupuku? Apakah hatimu masih saja beku?" sindir pemuda tampan namun menggunakan kaca mata di wajahnya yang putih bersih. "Jangan terlalu galak sepupuku, aku hanya ingin mengunjungi kamu yang sekarang terlihat sangat frustasi, bukankah begitu?" ujar Gabriel dengan senyum menyebalkan. "Jangan banyak alasan, sebenarnya apa maumu?" tanya Noah ketika sepupunya seakan mengejek dirinya. "Aku dengar kamu bekerja di perusahaan kecil, apa benar? Seorang Noah yang merupakan Direktur Utama Hydra Star Corp bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan kecil, apa tanggapan orang lain pada kamu?" tanya Gabriel kepada Noah "Jangan ikut campur masalahku, pergi saja sana! "Kamu kayak anak perempuan perawan yang sensitif," lontar Gabriel asal kepada Noah. "Berisik kamu, pulang saja sana!" "Loh aku ke sini karena perintah dari Kakek untuk mengawasi kerjaan kamu, lagian pernikahan kamu sudah diatur loh, kamu mau cari yang bagaimana lagi?" tutur Gabriel dengan nada kesa
Dari luar jendela, seseorang langsung masuk dan memukul tengkuk leher Andre, sehingga Akira terbebas dari cengkraman tersebut, wanita muda itu seakan mengalami shock terapi dalam beberapa menit dengan mantan suaminya.Ketika tubuhnya sedikit oleng, seseorang memeluk dirinya lembut, "Jangan takut, sayang...!Akira terkejut dengan ucapan dari pemuda yang menolong dirinya, Gabriel memeluk Akira dari belakang seraya berkata manis, hal itu membuat Noah memukul keras kepala sepupunya dengan keras."Lepaskan dia atau kamu mau Steffy tahu jika pacarnya lagi menggoda wanita lain," ancam Noah sambil mengeluarkan ponselnya."Sepupuku yang baik, jangan ya....... Oke aku melepas Nona Akira," ujar Gabriel yang membenarkan duduk Akira kembali."Minta maaf segera, atau......""CK iya bawel, posesif banget jadi orang ganteng!""Nona Akira, maaf saya tadi hanya bercanda saja, saya hanya menolong Nona karena perintah dari Noah."Gabriel mengusap rambutnya dengan salah tingkah karena sudah menggoda sepup
Noah tidak habis pikir, sepupunya malah mendekati Akira, padahal dia sudah memiliki Strffy, seorang model terkenal di London, Hati Noah merasa sakit, dia cemburu mrlihat Akira lebih dekat dengan sepupunya daripada dirinya, hingga suatu hari Noah berjalan sendirian di mansion , dia melihat bintang yang malam itu terlihat sangat indah, pemuda itu mendengar jika Gabriel akan pulang minggu depan untuk melamar kekasihnya_Steffy di London.Buku-buku tangan Noah memutih, dia tidak suka jika Gabriel membuat hati Akira kembali hancur, setelah usahanya untuk membuat wanuta muda itu membuang trauma yang sudah menghinggapi kehidupannya beberapa bulan.Noah yang emosi segera menghampiri Gabriel yang sedang melakukan panggilan jarak jauh dengan kekasihnya. pemuda itu mendengar percakapan dari Gabriel dan Steffy."Kalau Noah tahu kamu mengerjai dia dengan dekat dengan wanita yang bernama akiraaaaa, kamu akan habis, Honney, jangan terlalu menjahilii Noah seperti iti," keluh Steffy kepada Gabriel seak
Setelah bekerja, pemuda itu berdiri di atas balkon sebuah cafe yang lurus menghadap taman.Noah menatap langit sore yang perlahan berubah jingga. Angin lembut berhembus, membawa serta aroma hujan yang baru saja reda. Di kejauhan, Akira sedang bercanda dengan beberapa anak kecil di taman, senyumannya begitu menawan.Di sebelahnya, Gabriel berdiri dengan tangan bersedekap, "Kamu masih belum mengatakan apa pun, ya?" pertanyaan yang keluar dari bibir sepupunya sambil melirik Noah.Noah mendesah pelan, "Aku tidak tahu bagaimana caranya, Gabriel. Setiap kali aku ingin mengungkapkannya, rasanya ada sesuatu yang menahanku."Gabriel menepuk bahu Noah, "Sudah kubantu sejauh ini, Noah. Aku membimbingmu agar lebih berani. Tapi kalau kamu tetap diam, maka kamu sendiri yang akan kehilangan Akira."Noah menundukkan kepala. Dia tahu Gabriel benar. Tapi, seberapa pun dirinya ingin mengungkapkan perasaannya, sesuatu dalam dirinya membuatnya ragu. Akira adalah wanita yang pernah terluka, dan Noah tidak
Setelah Akira menerima cinta Noah, Gabriel mengirim gambar tersebut kepada Sang Kakeknya yang ana di London, dengan caption akhirnya sepupu ganteng sudah punya calon istri. Gabriel keluar dari tempat persembunyiannya dan bertepuk tangan. "Syukurlah sepupu aku sekarang sudah gak lagi jompo, eh jomlo," gurau Gabriel kepada Noah yang ada di dekat Akira. Setelah berpisah dengan Akira, Noah pun ditarik oleh Gabriel, pemuda itu bersedekap dada dan menunggu sepupunya peka, akan tetapi Noah hanya cuek. "Wei, gak ada rasa terimakasihnya kepada aku nih, harusnya 'kan kita makan-makan bersama gitu sebagai perayaan kebahagiaan kamu dan Nona Akira, ini juga karena usaha konyol aku juga loh, buat kamu cemburu tempo hari.Noah menghela napasnya melihat kelakuan random yang Gabriel lakukan, "Baiklah tapi jangan pesan banyak-banyak karena hartaku nanti hanya buat Akira begitu juga dengan hati serta hidupku.""Dasar bucin."Keduanya akhirnya ke sebuah restoran mewah, memesan steak dan anggur premiu
Di tengah malam yang sunyi, Noah dan Gabriel berlari secepat mungkin melewati lorong-lorong gelap di belakang restoran mewah tempat mereka baru saja merayakan hari bahagia Noah dan Akira. Nafas mereka tersengal, tapi langkah mereka tidak melambat. Mobil hitam milik Black Shadow masih mengejar, meskipun jalanan mulai menyempit.Noah merogoh ponselnya, tangan gemetar saat menekan nomor Akira. Dalam hatinya, dirinya benci harus menyeret gadis yang dicintainya ke dalam bahaya ini."Halo, Sayang, aku butuh bantuanmu sekarang," bisik Noah dengan suara pelan, berusaha tidak menarik perhatian orang-orang yang mengejarnya.Di seberang telepon, Akira yang tengah membaca buku di mansion milik keluarganya langsung bangkit. "Noah? Ada apa? Suaramu terdengar panik!""Kami sedang dikejar... Black Shadow menemukanku. Aku dan Gabriel butuh jalan keluar."Akira terdiam sejenak, lalu dengan cepat mengambil kunci mobilnya, "Di mana kalian sekarang?"Noah menoleh ke sekitar, melihat gang sempit yang menuj
Gudang tua yang mereka jadikan tempat bersembunyi terasa sunyi, hanya suara napas mereka bertiga yang terdengar jelas. Noah masih memandangi pesan di ponselnya dengan rahang mengeras.Gabriel melangkah mendekat, menatap layar ponsel Noah, "Ini gawat. Mereka benar-benar tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja."Akira menggigit bibirnya, matanya penuh kekhawatiran, "Kita tidak bisa terus lari seperti ini. Apa sebenarnya yang mereka inginkan darimu, Noah?"Noah menghela napas panjang, "Ini bukan hanya tentangku. Black Shadow menyimpan banyak rahasia, dan aku pernah melihat sesuatu yang seharusnya tidak kulihat."Gabriel menatapnya tajam, "Kamu belum pernah cerita soal ini. Apa yang sebenarnya kamu ketahui?"Noah menelan ludah, "Dulu, sebelum aku memutuskan meninggalkan dunia itu, aku tanpa sengaja menemukan dokumen tentang operasi ilegal mereka. Senjata, perdagangan manusia, pencucian uang, mereka punya semuanya. Aku tidak ingin terlibat, jadi aku pergi dan berusaha melupakan semuanya.
Pagi hari setelah insiden malam itu, Noah dan Akira kembali bekerja, keduanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Seakan kejadian itu hanya bunga tidur saja, banyak email masuk yang memberikan peluang untuk perusahaan Center Group berkembang, meskipun hal tersebut menjadi batu loncatan untuk perusahaan Akira, namun Akira tetap bertanya kepada ayahnya-Pak Hermawan dan juga sekretaris sekaligus kekasihnya tersebut. Ketiga orang yang berbeda usia itu sedang berada di restoran saat istirahat tiba, Akira bertanya tentang kerjasama dengan Diamond Group yang terkenal akan keaslian kristal serta aksesoris yang limited edition serta unik, "Menurut Pak Hermawan bagaimana dengan kerjasama kali ini? Ada tawaran dari CEO Diamond Group yang bernama Bu Melinda yang ingin bekerjasama dengan kita, sebagai perusahaan baru yang mulai merintis dengan usaha aksesoris bukannya ini sangat baik, Pak?" tanya Akira dengan nada lembut sambil memberikan laptop miliknya kepada pria paruh baya yang ada di sampi
Senja menyelimuti markas utama Phoenix of Gold. Gedung kaca yang menjulang tinggi itu memantulkan warna jingga dari matahari yang perlahan tenggelam. Di dalam ruang observasi, Arka duduk diam menatap layar hologram, meninjau ulang data-data yang berhasil direbut dari Leo.Di sampingnya, Vanya membungkuk memeriksa pola-pola anomali dalam algoritma yang digunakan Leo untuk menyalin blueprint milik Hydra Star Corp.“Leo bekerja sendiri?” tanya Vanya, masih menatap layar.Arka menggeleng pelan. “Enggak. Pola enkripsinya bukan gaya Leo. Ini lebih kompleks. Lebih... khas Dragunov.”Vanya menegakkan tubuh. “Tapi Dragunov udah dihancurkan, Ka. Kita sendiri yang mengakhiri jaringan mereka.”Arka mengangguk. “Iya. Tapi sisa-sisanya masih berkeliaran. Dan aku curiga... mereka tidak pernah benar-benar hancur. Hanya bersembunyi.”Belum sempat Vanya menjawab, pintu ruang observasi terbuka cepat. Gabriel masuk dengan ekspresi tegang.“Kalian harus lihat ini.”Mereka mengikuti Gabriel menuju ruang ko
Tiga minggu telah berlalu sejak insiden pelabuhan. Dunia mulai menaruh perhatian besar pada dua sosok remaja jenius, Arka Mahendra dan Vanya Laurent. Tak hanya karena keberanian mereka melawan jaringan Black Shadow, tetapi karena simbol baru yang mereka wakili—harapan generasi masa depan.Media internasional menjuluki mereka sebagai Phoenix Twins, mengacu pada nama perusahaan keluarga Arka, Phoenix of Gold, dan kebangkitan mereka dari ancaman masa lalu. Namun, bagi Arka, popularitas bukanlah sesuatu yang ia nikmati. Ia lebih memilih duduk di ruang riset, berkutat dengan sistem keamanan, memantau jejak sisa kelompok Rio yang kini menghilang dari radar.Sementara itu, Vanya, yang mulai tinggal di markas Phoenix sebagai bagian dari program rehabilitasi dan perlindungan, tak kunjung merasa nyaman. Meskipun Arka membelanya di depan seluruh dewan direksi Phoenix, beberapa anggota senior perusahaan—terutama dari pihak investor lama Mahendra Corp—masih mencurigainya.
Pagi itu, langit kota London terlihat kelabu. Kabut menyelimuti kaca-kaca pencakar langit, seolah menyembunyikan sesuatu yang lebih besar dari sekadar perubahan cuaca. Di salah satu ruangan paling aman di markas Phoenix of Gold, Arka sedang bersiap untuk melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya—keluar dari perlindungan ayahnya.Ia telah meretas jalur khusus di dalam sistem bawah tanah milik Phoenix. Jalur itu dulunya hanya diketahui oleh Noah dan Gabriel, namun kini Arka telah berhasil menciptakan duplikat pintu masuk virtualnya sendiri. Ia tahu, jika ia ingin menyelamatkan Vanya dan menghentikan Rio, ia harus melangkah seorang diri.Dengan mengenakan pakaian khusus berteknologi ringan dan chip identifikasi palsu, Arka menyelinap keluar melalui lorong belakang, diiringi suara langkah robot pengawas yang nyaris tak terdengar. Ia tidak meninggalkan pesan, kecuali surat di bawah bantalnya yang bertuliskan satu kalimat,"Jangan cari aku. Aku akan kembali saat sudah bisa m
Pagi di kediaman keluarga Mahendra begitu tenang, nyaris terlalu tenang jika dibandingkan dengan malam sebelumnya. Burung-burung berkicau seperti tak tahu bahwa dunia di luar pagar besar itu tengah bersiap meledak dalam badai yang lebih besar dari sebelumnya.Di dalam ruang latihan rahasia, Arka yang kini berusia tujuh tahun, mengenakan seragam khusus dengan lambang Phoenix kecil di dadanya. Di depan layar kaca transparan, ia mempelajari ulang taktik bertahan, membaca kode sinyal, dan membedakan pola gerakan drone musuh. Noah berdiri tak jauh darinya, mengamati.“Kamu sudah makin cepat, Arka. Tapi ingat, bukan soal kecepatan. Ini tentang ketepatan dan niat.”Arka menoleh, berkeringat namun penuh semangat. “Papa, kenapa mereka mau menyakiti kita? Padahal kita tidak pernah mengganggu mereka.”Noah menarik napas. Ia tahu, anaknya terlalu cerdas untuk dibohongi, tapi juga terlalu muda untuk menanggung semua kebenaran.“Karena mereka takut. Karena kita punya sesuatu yang tidak bisa mereka
Malam itu langit Jakarta berwarna gelap pekat. Awan hitam menggulung seakan menyembunyikan badai yang akan datang. Di ruang observasi Phoenix of Gold, cahaya layar komputer menyala redup. Noah berdiri di tengah ruangan seperti bayangan diam yang sedang menyatu dengan gelap. Di hadapannya, lusinan monitor menampilkan gambar-gambar: aktivitas Black Shadow, pergerakan logistik Rio, dan pesan-pesan terenkripsi yang telah berhasil dibuka oleh sistem keamanan rahasia mereka.“Aku akan turun langsung,” gumam Noah.Akira yang berdiri di belakangnya mengernyit. “Maksudmu ke Montenegro? Noah, kamu baru saja menarik perhatian dunia. Kamu akan menjadi target utama jika kembali menyamar.”Noah memalingkan wajahnya. “Bukan menyamar. Aku akan kembali menjadi diriku yang dulu. Phantom. Hanya itu cara untuk menuntaskan semuanya.”Akira menatapnya dalam-dalam. “Kalau kamu masuk terlalu dalam… bagaimana caranya kamu kembali ke kami?”Noah melangkah pelan mendekati istrinya, menangkup wajahnya dengan ked
Phoenix of Gold kini menjadi sorotan dunia. Media internasional menyoroti perusahaan yang tak hanya bergerak di bidang energi hijau, tetapi juga menjadi simbol ketahanan keluarga di tengah ancaman global. Akira dan Noah menjadi pasangan fenomenal yang disegani—bukan karena kekayaan mereka, tapi karena integritas dan keberanian mereka mempertahankan nilai.Namun di balik sorotan itu, ada ketegangan yang terus menguat. Noah kini tidur hanya dua hingga tiga jam sehari. Sisanya ia habiskan untuk memperkuat keamanan digital, memperluas jaringan intelijen, dan yang paling penting: menyusun serangan balik terhadap Rio Vasilyev.Di ruang bawah tanah Phoenix of Gold—ruang yang tak diketahui siapa pun kecuali Akira dan beberapa orang kepercayaannya—Noah berdiri di hadapan layar besar yang menampilkan peta dunia.“Operasi Valkyrie akan dimulai dalam empat puluh delapan jam,” ucap Raka sambil menunjukkan serangkaian data. “Kami sudah menanam orang dalam di markas Rio di Montenegro. Namun mereka m
Pagi itu, langit Jakarta tampak kelabu, mendung menggantung berat seolah memantulkan perasaan yang memenuhi hati Akira. Ia berdiri di balkon rumahnya, menatap taman tempat anak-anak biasanya bermain. Namun hari ini, taman itu kosong. Arka sedang di kamar bersama tutor privatnya, sementara Eiden masih tidur dalam pelukan pengasuhnya.Akira baru saja menerima laporan bahwa kantor pusat Phoenix of Gold kembali diserang secara digital. Sistem keamanan mereka diretas, dan beberapa dokumen rahasia hampir bocor ke publik jika tim IT tidak sigap memblokir akses asing yang berasal dari luar negeri.“Noah, ini bukan cuma tentang bisnis lagi. Mereka sudah menjadikan Phoenix of Gold sebagai simbol. Dan kita adalah target berikutnya,” ucap Akira dengan nada serius saat Noah masuk ke balkon membawakan secangkir teh hangat untuknya.Noah meletakkan cangkir itu di meja kecil. “Aku tahu. Rio ingin menjatuhkan semua yang pernah kita bangun. Dia tak hanya menyasar bisnis kita, tapi juga keluarga kita.”
Matahari sore menyelinap di balik jendela besar kamar keluarga Noah dan Akira. Di ruang bermain yang hangat dengan karpet berbentuk awan, Eiden tertawa ceria saat Akira menyuapi potongan buah kecil ke mulutnya. Sementara itu, Arka duduk di pojok ruangan, menggambar dengan pensil warna yang ditekan kuat-kuat ke kertas.“Nooo! Itu apelku, Mama!” Arka tiba-tiba berseru, melihat potongan buah yang diberikan ke adiknya.Akira menoleh, sedikit kaget. “Sayang, kamu 'kan tadi sudah makan dua potong. Ini buat Eiden.”“Tapi aku mau sekarang juga!” Arka bangkit dan berjalan cepat, hampir mendorong Eiden yang sedang duduk di kursi bayi.“Arka!” Akira memanggil tegas. “Kamu tidak boleh dorong adikmu seperti itu.”Anak laki-laki berusia lima tahun itu memelototi adiknya. “Kenapa sih semuanya selalu tentang Eiden! Dia selalu dapat pelukan, buah, bahkan mainan baru. Aku ini anak pertama, kan?”Akira menelan ludah, hatinya perih. Ia tahu kecemburuan ini bukan muncul tiba-tiba, tapi sudah ia lihat seja
Pagi itu di rumah keluarga Noah Mahendra, suasana tampak seperti biasa—hangat, nyaman, dan penuh cinta. Namun di balik ketenangan itu, ada mata kecil yang memandang dengan diam-diam. Arka, anak pertama Noah dan Akira, berdiri di balik pintu ruang keluarga, memperhatikan sang ibu menyuapi adiknya, Eiden, sambil tertawa bahagia.“Eiden pintar banget sih… mama makin sayang sama adek,” kata Akira dengan lembut.Eiden tertawa kecil, tangan mungilnya menepuk-nepuk pipi Akira. Sementara itu, dada Arka terasa sesak. Ia tak mengerti mengapa dalam beberapa minggu terakhir, dirinya merasa seperti kehilangan tempat.Dulu, Akira selalu punya waktu untuknya. Dulu, Noah selalu mengajak Arka bermain catur atau membaca buku sebelum tidur. Tapi kini, semuanya seolah berubah. Segalanya tentang Eiden—jadwal makan, imunisasi, bahkan mainan terbaru.Arka tidak bodoh. Ia tahu adiknya masih bayi dan butuh perhatian lebih. Tapi kenapa ia merasa diabaikan?Di sekolah, Arka menjadi lebih pendiam. Gurunya bahkan