Share

94. Belajar Menerima Kesalahan.

"Karena kalau saya menjadi kamu, saya akan bersorak-sorai karena musuh saya celaka. Saya membencimu. Begitu juga kamu pada saya bukan?Kamu tidak usah munafik, Ri," cibir Murni.

"Membenci itu 'kan tidak harus dua arah, Bu. Ibu boleh saja membenci saya, tapi saya tidak," imbuh Suri kalem.

"Ke--kenapa?" Murni kebingungan melihat sikap Suri yang tenang.

"Saya sering kali menyakitimu. Mustahil kalau kamu tidak membenci saya," ucap Murni lesu. Dirinya sudah capek berakting galak dan marah-marah. Karena semua itu ternyata tidak ada gunanya. Tidak ada yang ia dapatkan selain rasa kesal dan cemburu yang tidak berkesudahan. Ia sekarang sudah menyerah. Ia mengaku kalah dari Suri.

Melihat mimik wajah Murni yang pasrah, Suri merasa sudah waktunya mereka berbicara sebagai dua orang perempuan dewasa.

Inilah saatnya menyadarkan Murni.

"Bu, saya memang pernah sangat marah pada Ibu. Namun seiring waktu saya sadar. Bahwa sebenarnya saya tidak bermasalah dengan Ibu. Mas Pras juga tidak. Begitu juga deng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status