Share

7. Tekad Suri

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-09 11:11:30

Mata Suri membola lalu menunjuk dirinya sendiri. "Mas bilang apa tadi? Aku mengemis?"

"Iya. Karena sudah hampir dua minggu ini aku direcoki oleh pertanyaan-pertanyaan konyol seputar rajutan nenek-nenekmu itu oleh para kolega atau pun rekan-rekan kerja. Kalau kamu tidak mengemis pada mereka, dari mana mereka tahu soal kegemaran merajutmu itu?"

Suri tidak sanggup menjawab pertanyaan namun isinya tuduhan oleh Pras. Hatinya perih karena diremehkan dan dihina sedemikian rupa oleh suaminya sendiri. Rasa sakitnya sampai membuat lidahnya kelu.

Suri bernapas pendek-pendek. Mencoba mendinginkan kepalanya walau hatinya panas luar biasa. Menghadapi Pras, tidak perlu dengan ejekan. Namun dengan kalimat efektif yang mematikan.

"Aku tidak pernah mengemis pada siapa pun, Mas. Aku memasarkan daganganku melalui marketplace dan media sosial. Mereka yang tertarik pada rajutanku dan menghubungiku untuk membuat pesanan. Mereka semua yang mencariku, bukan sebaliknya."

Demi mendukung argumennya, Suri meng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri yang Kau Remehkan   8. Pras Kebakaran Jenggot.

    "Rumahmu nomor berapa, Suri?" "Eh, nomor sebelas, Pak. Lurus saja. Nanti di simpang empat depan sana, kita belok kiri." Suri kaget saat Damar tiba-tiba saja berbicara padanya. Selama hampir empat puluh lima menit berkendara, Damar sama sekali tidak bersuara. Demikian juga dengan dirinya. Sekian tahun tidak pernah bertemu, Suri tidak tahu harus berbincang-bincang tentang apa dengan mantan atasannya ini. Rasanya aneh saja semobil dengan Damar. Dalam mimpi pun ia tidak pernah membayangkannya. "Simpang depan pertama itu ya? Oke. Oh ya, tadi Ibu sudah memberikan nomor kontaknya, demikian juga saya. Jadi kalau kamu membutuhkan sesuatu, jangan segan-segan untuk menghubungi kami ya, Suri?" pungkas Damar lagi. "Baik, Pak." Suri mengangguk takzim. Setelahnya hening lagi. "Kalau masalah butik dan sebagainya, kamu boleh kompromikan dengan Ibu. Tapi kalau masalah benang dan tetek bengeknya, kamu jangan segan-segan mencari saya," terang Damar lagi. "Baik, Pak." Suri kembali membeo. "Janga

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Istri yang Kau Remehkan   9. Tuduhan Tak Masuk Akal

    Pras menyipitkan sebelah matanya. Ciri khasnya jika tertarik pada sesuatu."Begini, ibu saya bekerjasama dengan Suri dalam bisnis rajut. Kami mengirim benang-benang, sementara Suri merajutnya untuk butik-butik ibu saya," imbuh Damar lagi. Selama Damar dan Pras berbicara, Suri berjalan ke arah bagasi. Ia muak melihat akting Pras saat berperan sebagai suami yang baik. Lebih baik ia mengangkat barang-barang belanjaannya daripada mengikuti drama murahan satu babak Pras. "Bisa tidak, Ri? Berat lo barang-barangmu itu," seru Damar. Ia juga ikut berjalan ke arah bagasi."Bisa, Pak. Saya mah sudah terbiasa nguli." Suri mencoba bercanda. "Biar aku saja yang membawanya, Ri. Kamu istirahat saja di dalam," usul Pras penuh perhatian. Jikalau tidak ada orang lain di antara mereka, mungkin Suri akan bertanya pada Pras apakah dirinya sehat. Tetapi karena ada Damar di antara mereka Suri mengangguk singkat, setelah berpamitan pada Damar. Ia harus menjaga wibawa Pras. Seraya masuk ke dalam rumah, Su

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Istri yang Kau Remehkan   10. Berulah?

    'Tenang Suri. Jangan terbawa emosi. Semakin kamu tenang, Pras akan semakin kelimpungan,' batin Suri menenangkan dirinya. "Akhir-akhir ini kamu gampang sekali mengucapkan kata cerai. Kamu pikir aku akan semudah itu menceraikanmu? Hah, mimpi saja. Lihat saja, si duda sialan itu akan menunggumu sampai bungkuk!" ceracau Pras emosi. Suri tidak mempedulikan ceracauan Pras lagi. Yang penting ia sudah menyatakan sikapnya. Suri mengangkat empat plastik besar barang belanjaannya dengan susah payah. Ia juga pura-pura tuli saat Pras membanting segala barang pecah belah di ruang tamu. Biar saja. Toh guci-guci antik dan vas bunga kristal itu dibeli dengan uang Pras. Yang rugi siapa coba? ****** "Jadi si Pras seperti cacing kepanasan ya melihatmu diantar pulang Pak Damar?" Wanti menggeser tumpukan benang di samping Suri. Memberi ruang yang cukup luas untuk bokongnya di atas tikar. Hari minggu sore ini ia mengunjungi Suri untuk mengajak sahabatnya ini berjalan-jalan. Sudah lama mereka tidak kel

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Istri yang Kau Remehkan   11. Kecewa

    Suri memperhatikan ketiganya berteriak-teriak seru kala bola masuk ke dalam keranjang. Pras bahkan mengangkat anak perempuan itu tinggi-tinggi dan menggendongnya di punggung. Persis yang biasa dilakukan Pras pada Wira, apabila mereka bermain bersama. Tiba-tiba, anaknya itu berlari kencang, hingga membuat Suri begitu panik. "Wira! Tunggu Bunda, Nak!" Suri kaget saat Wira sekonyong-konyong berlari ke arah Pras. Tanpa dikomando Suri dan Wanti bergegas menyusul Wira. Menilik kesedihan dan kemarahan pada air muka Wira, pasti putranya itu akan meledak. "Ayah! Ayah bilang Ayah ada PR pekerjaan. Tapi kenapa Ayah malah main Timezone dengan anak lain. Ayah bohong. Wira benci sama Ayah!" teriak Wira di belakang Pras. Kedua tangan Wira terkepal di masing-masing sisi tubuhnya. Pras sontak berbalik. Keterkejutan terlihat jelas di kedua matanya. Ia dengan cepat menurunkan sang gadis cilik dari bahu kekarnya. Secepat itu pula Murni menggandeng putrinya dan berlalu begitu saja dari area mesin b

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Istri yang Kau Remehkan   12. Dukungan

    "Wow! Ini yang aku tunggu-tunggu. Pras itu sudah keterlaluan, Ri. Kamu dan Wira tidak pantas diperlakukan seperti ini. Jangan khawatir, Ri. Aku Wanti sahabatmu si perawan tua ini, siap membantunya dalam hal apa saja. Serahkan saja semuanya padaku." Wanti mengacungkan jempolnya. "Iya, aku akan menyerahkan semuanya padamu. Tapi kamu harus menyerahkan satu hal padaku, agar aku bisa meyakinkan kedua orang tuaku soal perceraian ini," tutur Suri kalem."Heh? Menyerahkan sesuatu? Apa itu, Ri?""Rekaman video kejadian tadi. Aku tahu kalau kamu merekam semua kejadiannya diam-diam.""Astaga, kamu walau lagi emosi matamu celik juga ya, Ri?" Wanti menggeleng-gelengkan kepalanya. Suri ini memang orang teliti sekali sampai pada hal-hal yang mendetail. Tapi apa pun itu, seperti yang ia janjikan tadi, ia akan mendukung Suri. Sudah saatnya laki-laki seperti Pras ini gigit jari karena tingkahnya sendiri. Suri refleks memindai jam di dinding, tatkala suara mobil Pras terdengar memasuki halaman. Pukul

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Istri yang Kau Remehkan   13. Mari Kita Bercerai

    "Lepaskan Bu Murni dalam hal ini, Mas. Karena Bu Murni atau perempuan manapun itu, bukan urusanku. Aku tidak mengurusi sesuatu yang penyebabnya bukan aku," Suri menegaskan ucapannya. Karena jawaban final Pras inilah yang akan menjadi tolak ukurnya menentukan sikap ke depannya. Mereka sudah menumpuk masalah terlalu lama. Sudah saatnya mereka mengambil sikap sebagai dua orang dewasa. "Jadi Mas jawab saja pertanyaanku dengan jujur. Sebagai pertimbangan agar Mas menjawab jujur, aku akan menerima dengan lapang dada apapun jawaban yang keluar dari mulut, Mas. Aku meminta jawaban jujur. Karenanya aku juga sudah siap dengan jawaban jujur semenyakitkan apapun itu," ungkap Suri sungguh-sungguh. "Jawabannya aku tidak tahu, Suri. Yang jelas aku menginginkan kamu dan Wira ada di rumah setiap aku pulang. Menyambutku dengan perasaan hormat dan damai, setelah aku lelah seharian mencari nafkah di luar." Hormat dan damai. Tidak ada cinta dan kasih di dalamnya. "Baik. Aku sudah bisa menarik kesimpu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Istri yang Kau Remehkan   14 Tak Tahu Malu

    "Bukan, Mas. Tapi Mas lah yang sudah tidak nyaman denganku. Jujurlah Mas, sudah beberapa tahun ini, Mas sangat tidak menyukaiku. Mengatai aku tidak makan bangku sekolahan, norak, tidak seperti istri rekan-rekan mas yang lainnya, itu menandakan Mas tidak puas denganku. Mas menginginkan istri seperti para sosialita-sosialita itu. Masalah Bu Murni, itu hanya pemicunya saja. Benar tidak, Mas? Mari kita saling jujur dan saling meluahkan unek-unek seperti dulu. Bisa, Mas?""Kalau kita bercerai, apakah kamu masih meributkan soal harta gono gini dan hak asuh, Wira?" Pras mengungkapkan ketidaksukaannya akan keserakahan Suri."Iya. Tapi mari kita luruskan soal harta gono gini ini dulu. Aku tidak menginginkan harta, Mas. Tapi Wira, harus. Ada hak anak kita dalam harta gono gini ini. Coba Mas pikir, harta gono gini yang kudapat nanti untuk siapa? Jatuhnya pasti akan ke tangan Wira juga. Satu hal lagi, mohon maaf, aku bukannya menjengkali, Mas. Harta yang kita punya hanya rumah ini, rumah yang kit

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Istri yang Kau Remehkan   15. Perihal Kado.

    "Benang-benangnya diletakkan di situ saja ya, Bu?" Deden menunjuk kardus-kardus besar di sudut ruangan dengan dagunya. Deden adalah salah seorang staff Damar yang mengantarkan benang-benang rajut ke rumahnya. "Iya, Den. Letakkan semuanya di dalam kardus-kardus besar ini saja. Ini benang-benang terakhir kan, Den?" tanya Suri seraya membuka tutup kardus-kardus dengan cekatan. "Iya, Bu. Tinggal tiga karung ini saja," jawab Deden seraya menurunkan gulungan-gulungan benang, dan memasukkannya ke dalam kardus. Suri memang sengaja memilih kardus bekas rokok sebagai tempat benang karena masalah kepraktisan. Ia tinggal melakban kardus saja, apabila ia harus mengantarkan benang ke rumah Bu Elly. Tetangganya yang juga pintar merajut di gang sebelah. Berhubung rumah Bu Elly luas dan suaminya jarang di rumah, Bu Elly meminta tetangga-tetangga lainnya agar merajut di rumahnya saja. Suami Bu Elly adalah seorang Anak Buah Kapal yang pulangnya beberapa bulan sekali. Oleh karenanya Bu Elly kerap kes

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10

Bab terbaru

  • Istri yang Kau Remehkan   104. ExtraPart VI.

    "Bagaimana keadaan Ibu?" Suri menghampiri sang ibu yang terbaring di ranjang." Dirinya memang langsung pulang kampung setelah kakaknya mengabari kalau ibu mereka sedang sakit. "Lho kamu kok tiba-tiba ada di sini, Ri? Kamu datang dengan siapa? Damar?""Dengan Pak Min, Bu. Mas Damar besok baru menyusul. Ada rapat tahunan perusahaan. Keadaan Ibu bagaimana?" Suri menggenggam tangan sang ibu. "Seperti yang kamu lihat. Ibu baik-baik saja. Pasti kamu ya yang mengadu pada Suri, Las? Ibu tidak apa-apa kok?" Bu Niken memelototi Sulastri. Putri sulungnya ini sedikit-sedikit selalu mengadu pada Suri."Tidak apa-apa bagaimana? Orang Ibu nyaris stroke kemarin?" bantah Sulastri."Itu 'kan kemarin. Sekarang Ibu toh baik-baik saja. Lain kali jangan sedikit-sedikit mengadu pada Suri. Suri baru beberapa bulan melahirkan. Repot ke mana-mana membawa bayi." "Tidak repot kok, Bu. Kan ada Mbok Inah. Lagi pula sekalian Wira ingin bertemu dengan Pras. Rindu katanya. Kebetulan sekolahnya libur dua hari karen

  • Istri yang Kau Remehkan   103. Extra Part V.

    Suri merapikan gaun hamil babydollnya karena tegang. Saat ini MC tengah membacakan nama-nama pengusaha yang masuk dalam nominasi Anugerah Wirausaha Indonesia atau AWI. Anugerah Wirausaha Indonesia itu sendiri adalah satu acara penghargaan yang diberikan kepada para pengusaha di Indonesia. Kompetisi dan penghargaan AWI ini biasanya dilaksanakan setiap tahunnya. Dan malam ini adalah acara AWI yang ke-22. Yang mana acara diselenggarakan pada ballroom Adi Daya Graha Hotel. Dalam acara AWI tahun ini, Damar yang mewakili PT Karya Tekstil Adhyatna masuk dalam 26 nominasi AWI yang terpilih. "Santai saja, Sayang. Jangan tegang. Nanti anak kita ikutan tegang di dalam sana." Damar menggenggam tangan Suri yang saling terjalin di pangkuan. Astaga, tangan Suri dingin sekali."Saya tidak tegang, Mas. Saya cuma tidak tenang. Masa nama Mas tidak disebut-sebut sih!" Suri mendecakkan lidah. MC dari tadi hanya membacakan nama-nama nominasi pengusaha yang lain."Sabar dong, Sayang. Nominasi yang harus

  • Istri yang Kau Remehkan   102. Extra Part IV.

    Dokter Aslan tersenyum tipis. Ia teringat pada Murni Eka Cipta. Sang pendonor yang juga mantan teman sekolahnya. Pada mulanya dokter Aslan tidak mengetahui kalau pendonor kornea mata Pras adalah Murni, teman SMP-nya dulu. Sampai sosok tubuh kaku Murni didorong masuk ke ruang operasi. Berdampingan dengan Pras. "Sudah lama meniatkan kornea matanya untuk saya? Siapa orangnya, Pak Dokter? Pras mengerutkan dahi. Ia penasaran. Siapa orang ini sampai-sampai meniatkan mendonor mata padanya? "Nanti Pak Pras akan tahu sendiri." Dokter Aslan menepuk ringan bahu Pras."Baiklah. Karena operasi ini telah berhasil dengan baik, saya akan memeriksa pasien lain lagi. Nanti siang, Pak Pras sudah bisa keluar dari rumah sakit. Saya ingatkan, besok pagi Bapak harus kembali kontrol ke poli mata untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Gunakan obat tetes mata sesuai dengan anjuran. Hindari menekan atau mengusap bagian mata, dan jangan mengendarai kendaraan bermotor. Tambahannya makanlah makanan yang bergizi s

  • Istri yang Kau Remehkan   101. Extra Part III.

    Pras duduk di sisi ranjang seraya membuka mata perlahan. Ia mengikuti instruksi dokter Aslan. Perban yang membungkus matanya selama dua hari ini akhirnya dibuka juga. Sehari setelah operasi keratoplasti alias cangkok kornea mata, dirinya hanya mengganti perban dan mengecek kondisi mata. Setelah dinyatakan kalau hasil operasinya bagus, baru pada hari kedua inilah ia akan membuka mata hasil keratoplasti. Ia sungguh berterima kasih kepada siapa pun orang yang telah mendonorkan kornea mata padanya.Pras mencoba mengikuti instruksi dokter Aslan. Matanya masih terasa sedikit lengket. Padahal tadi dokter Aslan telah mengusapkan semacam cairan sejuk yang melembabkan matanya. Setelah matanya terbuka, Pras mengedip-ngedipkannya sebentar. Samar-samar ia mulai melihat cahaya terang. Sebuah tirai jendela berwarna hijau muda. Pras terbata-bata mengucap syukur. Akhirnya ia mampu melihat cahaya setelah tiga tahun bergelut dalam kegelapan."Ayah? Ayah sekarang sudah bisa melihat belum?"Suara Wira, p

  • Istri yang Kau Remehkan   100. Extra Part II

    "Ya sudah, Wira baik-baik di sana ya? Jangan nakal." Suri mengelus puncak kepala Wira. Sang putra mengangguk patuh. "Wira masuk ke dalam mobil dulu sana. Papa ingin berbicara pada bunda." "Siap, Pa." Wira bergegas masuk ke dalam mobil. Ia sudah tidak sabar ingin menunjukkan bingkisan pada sang ayah. Karena konon katanya ayahnya sudah bisa melihat sekarang."Mas pergi dulu ya, Ri? Kamu dan Dimas baik-baik di rumah. Mas tidak lama. Setelah semua urusan selesai, Mas dan Wira akan langsung pulang ke rumah." Damar mengecup kening Suri mesra. Setelahnya ia mencium sayang pipi anak laki-lakinya.Damar kemudian berjongkok sembari mengelus perut Suri yang sedikit membukit. Ya, Suri tengah mengandung muda. Dirinya dan Suri memang kejar setoran. Usia mereka berdua sudah tidak muda lagi. Untuk mereka berusaha secepat mungkin memiliki keturunan."Adek bayi juga baik-baik di dalam sana ya? Jangan buat Bunda susah ya, Nak ya?" Damar mencium perut Suri. Mengelus-elusnya sebentar. "Ri, jangan kela

  • Istri yang Kau Remehkan   99. Extra Par I.

    Tiga tahun kemudian.Seorang lelaki tua mengecup kening putri kesayangannya untuk yang terakhir kalinya. Setelahnya ia menatap nanar ketika jenazah sang putri didorong masuk ke ruang operasi. Sejurus kemudian satu brankar juga didorong masuk. Pintu kemudian ditutup, bersamaan dengan air matanya yang menetes perlahan. "Selamat jalan, putriku. Ayah bangga padamu karena telah berjuang hingga kamu tidak mampu lagi bertahan. Ayah juga akan melaksanakan pesan terakhirmu. Doakan agar Ayah kuat kehilanganmu. Karena masih ada satu pesanmu lagi yang harus Ayah emban hingga Ayah tutup usia."Air mata sang lelaki tua terus menetes, tanpa sang lelaki tua itu sadar. Ia menangis tanpa suara tanpa emosi. Selama tiga tahun menemani putri tunggalnya ini berjuang melawan penyakit-penyakitnya, tidak sekalipun ia menangis. Ia tidak mau putrinya melihatnya patah semangat.Namun hari ini, semua emosi yang selama ini ditahan-tahannya sendiri luruh. Ia telah kehilangan istrinya bertahun lalu. Dan kini ia ju

  • Istri yang Kau Remehkan   98. Besar Hati (end)

    Dengan besar hati Murni meminta maaf atas semua kesalahannya. Dua minggu belakangan ini ia sudah menyadari semua kesalahannya. Ia juga sudah meminta maaf pada Pras, walau yang bersangkutan tidak bersedia menerima teleponnya. Menurut orang tua Pras, sekarang Pras kerap mengurung diri di kamar. Pras sedang menjalani fase-fase terburuk dalam hidupnya. "Saya maafkan, Bu. Saya juga minta maaf kalau selama ini tanpa sengaja saya telah menyakiti hati Ibu. Kita akhiri saja semua perseteruan tiada guna ini ya, Bu?" "Iya, Ri." Murni mengangguk mengiyakan. Ia setuju dengan rekonsiliasi Suri ini. Sudah cukup semua pertikaian yang pada mulanya ia picu."Sebaiknya kita memang menghentikan segala pertikaian dan menjalin hubungan silaturahmi demi tumbuh kembang anak-anak kita. Mas Damar sudah berjanji bahwa ia akan tetap menjadi ayah Chika sampai kapan pun, walau ayah kandungnya ada. Martin telah memiliki istri dan juga anak-anak. Saya harus mempertimbangkan perasaan Lidya, istri Martin."Suri ters

  • Istri yang Kau Remehkan   97. Akhir Rekonsiliasi.

    "Boleh saya berbicara berdua denganmu, Ri?" Murni memajukan kursi roda. Menghampiri Suri dan Damar yang sedianya akan ke lokasi perhelatan."Tidak bisa, Murni. Kami akan segera ke ballroom. Lagi pula, saya tidak mengizinkan kamu hanya berdua saja dengan Suri. Terlalu riskan soalnya." Damar dengan cepat menghalangi laju kursi roda Murni. "Saya hanya ingin berbicara sebentar saja dengan Suri sebagai sesama perempuan. Sepuluh menit saja, Mas. Lagi pula keadaan saya sekarang seperti ini. Bagaimana mungkin saya bisa menyakiti Suri?" Murni memandang Damar kecut, seraya menunjuk kursi roda dengan tatapan mata. Di mana dirinya terduduk lemah dengan hanya satu kaki normal. Kaki lainnya tinggal sebatas lutut yang ditutupi oleh kain menyerupai rok batik panjang."Menyakiti tidak hanya selalu dalam bentuk fisik, Murni." Damar menggeleng. Ia tetap tidak mengizinkan Suri berduaan dengan Murni. Istimewa di resepsi pernikahan mereka. Damar tidak mau sampai Murni melukai perasaan Suri di hari bahagi

  • Istri yang Kau Remehkan   96. Keikhlasan.

    "Oh iya. Saya akan membawa tas kecil berisi ponsel saja. Mbak Husna bisa tolong ambilkan tas tangan saya?" pinta Suri pada Mbak Husna. Suri tidak berani memandang wajah Damar yang tengah tersenyum lebar. Ia malu."Bisa dong, Ri. Ini." Mbak Husna meraih tas tangan mewah bertabur swarovski milik Suri di atas meja. Ia kemudian mengulurkan tas tangan berkilauan itu pada sang empunya tas."Mbak Husna tidak ikut keluar sekalian?" Suri yang masih grogi ingin agak Mbak Husna ikut berjalan bersama. Sebagai seorang perias pengantin, sudah menjadi kewajiban Mbak Husna untuk mendampinginya."Kamu keluar bersama Pak Damar dulu. Mbak akan mempersiapkan tas kecil untukmu touch up nanti, kalau diperlukan. Kamu duluan saja, Mbak akan segera menyusul." Mbak Husna memberi kesempatan pada Damar untuk membimbing Suri. Sebagai orang yang sudah makan asam garam kehidupan lebih lama, Mbak Husna tahu bahwa Suri belum seratus persen percaya diri menyandang status sebagai istri Damar. Oleh karenanya Mbak Husna

DMCA.com Protection Status